Jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden

jalur kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden

Jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden adalah jalur kereta api di Jawa, Indonesia yang memiliki panjang kurang lebih 167 kilometer (104 mi), menghubungkan Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun Yogyakarta. Jalur kereta api ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang pada segmen Semarang Tawang–Gundih dan VI Yogyakarta pada segmen Gundih–Solo Balapan–Yogyakarta. Hampir seluruh jalur kereta api ini masih aktif, dengan pengecualian Stasiun Samarang yang ditutup pada tahun 1914.

Fakta Singkat Ikhtisar, Jenis ...
Jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden
Ikhtisar
JenisJalur kereta api lintas utama
SistemJalur kereta api rel berat
StatusBeroperasi
TerminusSemarang Tawang
Solo Balapan
Yogyakarta
Stasiun45
Operasi
Dibangun olehNederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Dibuka1867–1887
Ditutup1914 (hanya Stasiun Samarang NIS)
PemilikDirektorat Jenderal Perkeretaapian
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
OperatorPT Kereta Api Indonesia
Daerah Operasi IV Semarang (Semarang Tawang–Gundih)
Daerah Operasi VI Yogyakarta (Monggot–Solo Balapan–Yogyakarta)
DepoSemarang Poncol (Semarang Poncol–Gundih)
Yogyakarta (Monggot–Solo Balapan–Yogyakarta)
Data teknis
Panjang rel167 kilometer (104 mi)
Lebar sepur1.435 mm (4 ft 8+12 in) (1867–1942)
1.067 mm (3 ft 6 in) (1899–sekarang)
Kecepatan operasi
  • 90–120 km/h (56–75 mph) (Semarang Tawang–Brumbung)
  • 60–100 km/h (37–62 mph) (Brumbung–Gundih)
  • 50–120 km/h (31–75 mph) (Gundih–Kadipiro)
  • 20–40 km/h (12–25 mph) (Kadipiro–Solo Balapan)
  • 100–120 km/h (62–75 mph) (Solo Balapan–Yogyakarta)
Peta rute
elev (M)
atau panjang (m)
dalam meter

ke Semarang Poncol
( CN–SMT)
0+000
Semarang Tawang
Bank Jateng
+2 M
0+000
Samarang NIS
1+320
Semarang Gudang
Jl. Raya Kaligawe
Jalan Tol Semarang
4+850
Ngablak
7+107
Alastua
+6 M
10+385
Jamus
13+083
Brumbung
+16 M
ke Tegowanu
( BBG–GBN)
20+205
Telogotirto
24+695
Tanggung
+20 M
ke Tempuran
( KEJ–SCA)
34+131
Kedungjati
+36 M
BH ?
Kali Tuntang
55 m
38+612
Padas
+42 M
41+815
Gedangan
+66 M
47+717
Telawa
+63 M
52+945
Jetis
+60 M
56+169
Karangsono
+48 M
58+721
Jambean
+36 M
ke Ngemplak
( GD–SBI)
65+857
Gundih
+54 M
Daop 4 SM
Daop 6 YK
68+794
Monggot
+61 M
72+130
Goprak
+74 M
79+878
Sumberlawang
+126 M
83+418
Sokojengkilong
86+472
Bogorame
88+867
Salem
+146 M
92+206
Saren
97+191
Kalioso
+117 M
99+950
Siwal
Jalan Tol
Solo–Ngawi
ke
Bandara
Adi Soemarmo
104+447
Kadipiro
+102 M
Layang
Simpang Joglo
270 m
BH?
Kali Anyar
83,5 m
Masjid
Sheikh Zayed
ke Solo Jebres
( SLO–WO)
107+914
Solo Balapan
awal
elektrifikasi
+93 M
110+750
Purwosari
+93 M
Jalan Slamet
Riyadi
113+015
Pajang
Mayang
117+389
Gawok
+118 M
119+869
Wonosari
121+130
Tegalgondo
122+932
Delanggu
+133 M
127+900
Ngawonggo
129+203
Ceper
+133 M
134+691
Ketandan
+148 M
138+482
Klaten
+151 M
145+220
Srowot
+152 M
151+070
Brambanan
+146 M
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
BH?
Kali Opak
140 m
155+578
Kalasan
+126 M
158+975
Maguwo
+118 M
Flyover
Janti
Balai Yasa
Yogyakarta
Gudang Persediaan
(los bundar)
Flyover
Jl. Dr. Soetomo
165+774
Lempuyangan
+114 M
BH 732
Jembatan Kewek
72 m
 Jl. Malioboro
 Jl. Margo Utomo
167+081
Yogyakarta
+113 M
Depo Lokomotif
Yogyakarta
ke Patukan
( CP–YK)

elev. (M)
atau panjang (m)
dalam meter

0+000
Kadipiro
Jalur utama
+102 M
GT/SS
Ngemplak
9+680
Bandara Adi
Soemarmo
+131 M



 
elev (M)
atau panjang (m)
dalam meter
Tutup

Secara kolektif, untuk segmen Semarang Tawang–Brumbung, merupakan bagian dari lintas utara Jawa, sedangkan untuk segmen Yogyakarta–Solo, merupakan bagian dari lintas selatan Jawa. Segmen Brumbung–Gundih–Solo Balapan merupakan penghubung kedua segmen di atas.

Pada segmen Yogyakarta–Surakarta, jalur ini membentang dari barat ke timur yang melayani kereta api penumpang maupun kereta api barang yang menghubungkan DKI Jakarta beserta wilayah penyangganya atau Jawa Barat[a] dengan Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur melalui lintas selatan Pulau Jawa meskipun rute utama Jakarta–Surabaya adalah jalur utara Jawa melalui Kota Semarang; sedangkan segmen Semarang Tawang–Brumbung, jalur ini membentang dari barat ke timur yang melayani kereta api penumpang maupun kereta api barang yang menghubungkan DKI Jakarta beserta wilayah penyangganya, Jawa Barat[a], Jawa Tengah dengan Jawa Timur melalui jalur utara Pulau Jawa, namun rute utama Bandung–Surabaya adalah jalur selatan Jawa melalui Yogyakarta.

Pada segmen Yogyakarta–Surakarta, terdapat banyak titik berpemandangan indah, terutama di daerah sekitar Candi Prambanan (dapat terlihat beberapa puncak candi Prambanan tersebut) dan di antara Stasiun Klaten dan Stasiun Delanggu dengan pemandangan gunung kembar (Gunung Merapi dan Gunung Merbabu) yang tampak sempurna dilatardepani oleh persawahan yang terhampar luas.

Segmen pertama di jalur ini, Samarang NIS–Tanggung, merupakan jalur kereta api umum pertama di Indonesia, mulai dibangun pada 17 Juni 1864. Dalam perkembangan lebih lanjut, lintas berikutnya rampung dengan rincian sebagai berikut: Kedungjati rampung 1868, Solo Balapan rampung 1870, dan terakhir sampai di Yogyakarta. Jalur ini dibina oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Semarang.[1] Uniknya, seluruh jalur kereta api di Daerah Istimewa Yogyakarta berstatus sebagai Sultan Ground dan Paku Alam Ground.[2]

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Perkembangan awal

Thumb
Pembangunan Stasiun Kedungjati

Setelah belasan tahun Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel) diberlakukan di Hindia Belanda, muncul gagasan untuk meningkatkan ekspor tanaman komoditas, terutama tebu, serta untuk meningkatkan mobilitas militer. Gagasan itu dituangkan dalam wujud jalur kereta api, yang digagas sejak 1840-an, tepatnya dengan terbitnya besluit tertanggal 28 Mei 1842, No. 207, yang disahkan oleh Raja Belanda, Willem II, dengan rute Samarang–Vorstenlanden.[3] Namun, konsesi tersebut banyak dikritik karena dibangun dalam skala yang terlalu kecil. Beberapa konsesi lain, seperti Batavia–Buitenzorg dan Pasuruan–Malang juga tidak dapat segera dilaksanakan, meski jalur tersebut berpotensi menghasilkan lalu lintas penumpang yang cukup besar dan angkutan barang yang sangat produktif di Jawa. Para pemegang konsesi tersebut, memahami situasi ini dan mereka juga bergegas untuk mengajukan konsesi bagi jalur Batavia–Buitenzorg.[4]

Barulah pada bulan Agustus 1861, konsesi kemudian diajukan lagi dan pada tanggal 28 Agustus 1862 disahkan oleh Gubernur Jenderal yang berkuasa saat itu, Ludolph Anne Jan Wilt Baron Sloet van de Beele.[5] Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) kemudian dibentuk untuk menyelenggarakan proyek lintas tersebut. Pada tanggal 27 Agustus 1863, status badan hukum NIS dikukuhkan sebagai Naamloze Vennootschap (N.V.) melalui akta notaris Amya Esser di Amsterdam, dan segera melaksanakan proyek pembangunan lintas Samarang hingga Vorstenlanden (Solo dan Yogyakarta).[6]

Jalur ini mulai dibangun pada hari Jumat pada tanggal 17 Juni 1864 di Kemidjen (km 0), dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Baron van de Beele. Di km ini, stasiun kereta api pertama di Indonesia, Stasiun Samarang, dibangun. Pembangunan dilanjut hingga ke Tangoeng hingga akhirnya dibuka untuk umum pada tanggal 10 Agustus 1867. Secara keseluruhan, NIS membangun jalur Samarang–Vorstenlanden dalam empat seksi:[7]

  1. Samarang–Kedungjati
  2. Kedungjati–Solo
  3. Solo–Yogyakarta
  4. Percabangan menuju Willem I
Thumb
Kereta api pertama NIS melaju menuju Stasiun Tanggung

Pembangunan seksi pertama diarahkan melalui dataran rendah, pedesaan, dan hamparan sawah, hingga akhirnya sampai di Stasiun Tanggung. Pada mil 28 (km 45), jalur ini mulai menyusuri hutan jati. Meskipun awalnya akan dibuka sepaket sebagai seksi pertama, Stasiun Kedungjati yang selesai 1867 belum juga dijalankan, karena seringnya insiden longsor di segmen Tanggung–Kedungjati.[8] Kelandaian pada segmen yang sedang dibangun tidak lebih besar dari 1/120. Pembangunan tubuh baan dilakukan pada porsi relatif kecil dan sering mengalami penundaan. NIS terus membujuk para pekerja pribumi untuk berpartisipasi dalam proyek. Meski peningkatan upah telah diupayakan oleh NIS, masih saja ada keberatan. Tanah yang digunakan untuk membangun jalur ini justru berkualitas buruk dan labil. Karena curah hujan yang tinggi antara 1867 hingga 1868 di Grobogan selatan, tanah sering kali bergeser atau bahkan longsor di beberapa tempat dan upaya perbaikan masih terus dilakukan meski bahan bangunan yang didatangkan ke lokasi proyek masih seadanya.[9] Upaya ini membuahkan hasil, karena tanggal 19 Juli 1868, jalur ini dibuka,[10] dan sehari sesudahnya, jalur ini diresmikan melalui perayaan yang cukup meriah dan dihadiri 280 warga lokal di Semarang. Dari Stasiun Kedungjati, jalur bercabang dua, yakni satu ke Stasiun Willem I (Ambarawa) dan satunya lagi menuju Solo.[11] Selain membuka jalur tersebut, pada 20 Juli 1868 NIS juga membuka jalur menuju Kanal Pelabuhan Timur (Oostzijde Havenkanaal) agar kereta api angkutan barang dapat langsung menuju pelabuhan sisi timur kota Semarang.[12]:119

Pekerjaan dilanjut kembali pada seksi kedua. Dalam laporan yang dibuat NIS tahun 1869, muncul tantangan. Cuaca tidak menentu menghambat proyek, dan pembangunan bangunan hikmat berupa jembatan terhambat karena seringnya banjir bandang, terkhususnya pada awal musim penghujan. Sebagai contoh, terjadi banjir yang disebabkan luapan Kali Monggot, yang membuat jembatan di atasnya rusak. Perbaikan jembatan Kali Serang juga diupayakan selesai. Jembatan sementara di atas Kali Tuntang, yang dibangun untuk membantu proses pembangunan jembatan permanen, dibongkar. Kricak juga ditabur di sepanjang jalur. Pada 1868, bangunan Stasiun Padas, Gundih, dan Solo sudah rampung sehingga menyisakan pekerjaan rel.[8] Jalur seksi kedua ini rampung pada 10 Februari 1870,[12]:119 dan diresmikan penuh pada delapan hari berikutnya (18 Februari).[13][10]

Pekerjaan dilanjutkan kembali pada seksi ketiga, dengan bagian pertama adalah segmen Solo–Ceper. Pekerjaan pada segmen Delanggu–Ceper sempat terhenti pada Februari 1871 karena jembatan yang dibangun di atas Sungai Ceper, rusak karena terkena banjir. Akibatnya, penyelesaian segmen Ceper–Delanggu menjadi tertunda dan harus menjalani perbaikan besar. Padahal, anggaran pemerintah yang akan dikucurkan ke NIS sebesar ƒ200.000 untuk pembangunan segmen Ceper–Klaten terpaksa dialihkan pada perbaikan jembatan tersebut. Hal ini menimbulkan kerugian dan kekecewaan besar tidak hanya bagi NIS, tetapi juga bagi masyarakat sekitar proyek.[14] Hingga pertengahan Maret 1871, wesel di Stasiun Ceper sudah mulai dipasang, segmen Ceper–Delanggu sudah tabur kricak, dan kabel telegraf telah dipasang.[15] Sekitar sepekan sebelum pembukaan, NIS memasang iklan di beberapa koran, bahwa pada 27 Maret 1871, NIS membuka segmen Solo–Ceper.[16] Kemudian dilanjutkan dengan segmen Ceper–Klaten pada 9 Juli 1871.[17] Terakhir, segmen Klaten–Yogyakarta (Lempuyangan) dibuka 10 Juni 1872.[18]

Pada tahun 1875, NIS bernegosiasi dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sehubungan dengan perkembangan jalur Semarang–Vorstenlanden, sehubungan dengan rencana jalur Solo–Madiun yang nantinya akan disambung dengan Semarang–Vorstenlanden, dengan lebar sepur eksisting diubah dari 1.435 mm (4 ft 8+12 in) menjadi 1.067 mm (3 ft 6 in). Namun, kesepakatan ini belum membuahkan hasil, hingga akhirnya Staatsspoorwegen (SS) melaksanakan proyek Surabaya–Solo.[12]:35

Pada 12 Maret 1883, Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) membangun jalur kereta api dari Stasiun Samarang SJS (Jurnatan) menuju Stasiun Samarang NIS.[12]:121 Pada 16 Maret 1887, pada rute Solo–Yogyakarta, telah dibuka stasiun baru, Stasiun Gawok.[19]

Pembangunan lebar sepur ganda

Saat Staatsspoorwegen (SS) membangun jalur kereta api Cilacap–Yogyakarta pada 1885–1887, NIS tertarik untuk menyambungkan jalurnya untuk menghubungkan Stasiun Lempuyangan dengan Stasiun Yogyakarta (Tugu) milik SS. Penghubung jalur ini juga akan melintasi sungai utama di Kota Yogyakarta, yaitu Kali Code (kelak dikenal sebagai Jembatan Kewek).[20] Jembatan itu mulai beroperasi pada 7 Juli 1887, memotong Sumbu Filosofis Yogyakarta, sedangkan Stasiun Yogyakarta mulai beroperasi 13 hari kemudian.[12]:116 dan 119

Dengan dibukanya jalur tersebut, hubungan lintas selatan Jawa akhirnya terbentuk pada 1894. Alih-alih melakukan konversi ke lebar sepur Cape pada lintas Solo–Yogyakarta, NIS menawarkan rencana lain, yakni pembangunan lebar sepur ganda agar kereta api milik SS yang sepurnya 1.067 mm (3 ft 6 in) dapan berjalan di atas jalur NIS dengan sepur 1.435 mm (4 ft 8+12 in). Adapun syarat yang diajukan NIS adalah, segala bentuk pengangkutan yang terjadi di rute tersebut menjadi sepenuhnya tanggung jawab NIS, begitu pula pendapatan dan laba yang diperoleh. SS dapat menjalankan kereta api jarak jauh untuk penumpang umum di jalurnya, sedangkan Negara Hindia Belanda berhak menjalankan kereta api untuk kepentingan militer (seperti pasukan dan persenjataan), dengan membayar sebesar 50% dari jumlah yang seharusnya diterima NIS. Kereta api lokal SS tidak diperkenankan untuk berjalan di jalur NIS. Dengan dibangunnya lebar sepur ganda tersebut, wisatawan yang memilih untuk tidak singgah di Yogyakarta dapat langsung melanjutkan perjalanannya ke Surabaya, maupun ke Batavia. Sebulan setelah rampung proyeknya, Pemerintah Kolonial berhak menjalankan kereta api penumpang, barang ekspres, barang muatan, dan hantaran, serta kereta api kosong maupun lokomotif seruntulan. Pemerintah tidak berkewajiban menjalankan KA khusus.[21] Pada 15 Juni 1899, lebar sepur ganda tersebut sudah bisa dilalui kereta api 1.067 mm milik SS.[22]

Perkembangan abad ke-20

Thumb
"Sepur kembar" beda perusahaan: sebelah kanan: NIS, kiri: SS.

Seiring dengan perkembangan jalur Yogyakarta–Solo, sejumlah stasiun mendapat perombakan. Pada 1907, Stasiun Kedungjati, Ambarawa, dan Purwosari diubah menjadi bangunan permanen dengan kanopi besar.[23] Sementara itu, Stasiun Maguwo baru dibuka 1 April 1909.[24]

Pada tahun 1911, NIS menyadari bahwa Stasiun Samarang, stasiun kereta api pertama di jalur ini, mulai sering terkena banjir rob dan dianggap tidak nyaman lagi bagi penumpang. Menanggapi masalah tersebut, NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di Tawang yang mulai dibangun pada 29 April 1911.[25] Selain membangun Stasiun Tawang, juga membangun jalur cabang dari Samarang NIS (kelak ditata ulang menjadi Semarang Gudang) menuju kanal sisi barat (Westzijde Havenkanaal) pada 16 September 1913. Pada 25 Mei 1914, hubungan antara Semarang Gudang (timur Samarang NIS) dan Tawang akhirnya mulai dioperasikan.[12]:119 Stasiun ini telah selesai dibangun dan diresmikan pada 1 Juni 1914.[26] Pada 1 Januari 1924, dibangun jalur baru dari Semarang Gudang menuju Prauwenhaven (pelabuhan khusus perahu).[12]:119

Karena jalur Yogyakarta–Solo semakin padat dan tidak memungkinkan bagi SS untuk berbagi jalur dengan NIS, pada 1926, NIS menawarkan kepada SS untuk membangun smalspoorbaan tersendiri agar kereta api SS tidak tercampur dengan NIS. Pembangunannya menelan biaya sekitar ƒ5.000.000. Biaya jalur ini menjadi konsekuensi bahwa jalur tersebut memerlukan sedikitnya 450 bangunan hikmat, karena lintasan yang akan disejajarkan dengan jalur NIS eksisting (sehingga disebut "sepur kembar") ini melintasi daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi, dan juga lahan pertanian yang harus dibangunkan saluran irigasi yang sangat banyak. Jalur NIS Semarang–Vorstenlanden diketahui memiliki 700 bangunan hikmat yang lebih dari separuhnya ada di seksi Yogyakarta–Solo saja. Berdasarkan perjanjian, jika "sepur kembar" beda perusahaan yang dikerjakan NIS tersebut selesai, maka jalur tersebut harus diserahkan kepada SS. Pekerjaan pada bangunan hikmat di berbagai lokasi sepanjang jalur tersebut diselesaikan April 1926. Tidak ada kesulitan yang ditemui di bidang penyediaan lapangan kerja.[27] Pada awal April 1929, sehubungan dengan rencana hubungan satu hari Batavia–Surabaya lewat lintas selatan Jawa (Purwokerto–Yogyakarta), NIS melaksanakan serah terima operasional smalspoorbaan tersebut kepada SS,[28] kemudian pada 1 Mei 1929, jalur tersebut dibuka.[29]

Pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda, tepatnya pada Juni 1942, jalur kereta api Kedungjati–Willem I dan Semarang Tawang–Solo Balapan–Yogyakarta yang semula menggunakan sepur 1.435 mm, akhirnya diubah menjadi 1.067 mm.[30] Jalur smalspoorbaan tersebut tak lagi digunakan untuk lalu lintas, meski jembatannya, jejak rel, dan emplasemen, masih bertahan, hingga setidaknya akhir tahun 1950-an.[butuh rujukan]

Setelah SS dan NIS dilebur dan dinasionalisasi menjadi Djawatan Kereta Api, timbul upaya pengambilalihan seluruh jalur KA menjadi milik Indonesia. Jalur ini, bersama dengan Kutoarjo–Yogyakarta, merupakan jalur bersejarah karena pernah dibom pada zaman Perang Kemerdekaan. Setelah perang usai, jalur dan stasiun kemudian direnovasi. Pada tanggal 3 Januari 1946 kereta api luar biasa (KLB) Presiden Soekarno melewati jalur ini dengan penuh risiko dalam rangka memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Perjalanan ini berakhir dengan selamat hingga Stasiun Tugu dan disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX.[31]

Pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi

Jalur ganda Yogyakarta–Solo

Jalur ini secara bertahap ditingkatkan menjadi jalur ganda sejak 2001, diawali dengan segmen Stasiun Srowot sampai Stasiun Ketandan, yang segera dilanjutkan menjadi segmen Stasiun Brambanan sampai Stasiun Delanggu. Selanjutnya, pembangunan dilanjutkan ke barat maupun ke timur. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat kala itu, Iskandar Abubakar, mengatakan saat melakukan inspeksi di Stasiun Gawok pada 2 Agustus 2002 sore itu, bahwa jalur ini memang dibangun untuk meningkatkan kelancaran kereta api di koridor jalur selatan. Sementara itu, Sutrisno, yang kala itu menjabat sebagai Pimpinan Proyek Operasional Kereta Api Yogyakarta, mengatakan bahwa kapasitas lintas Yogyakarta–Solo pada waktu masih jalur tunggal adalah 64 lintasan per hari, sedangkan jumlah kereta api yang lewat mencapai 90 per hari. Dengan adanya jalur ganda ini, ia berharap kapasitas lintasnya dapat meningkat menjadi 128 lintasan per hari.[32] Adapun tanggal switch-over jalur ganda tersebut adalah:

  • Srowot–Ketandan, pada 2001.[33]
  • Brambanan–Srowot dan Ketandan–Delanggu, pada 15 Desember 2003. Diresmikan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Agum Gumelar, ditandai dengan prasasti yang sekarang diletakkan di Stasiun Brambanan.[34]
  • Brambanan–Maguwo, Delanggu–Gawok, dan Solo Balapan–Gawok, pada 2004.[33]
  • Maguwo–Lempuyangan, pada 9 Januari 2007.[33]

Karena terbatasnya biaya, jalur ganda ini masih menggunakan perangkat sinyal mekanik. Namun, mulai 2013, stasiun-stasiun di lintas Yogyakarta–Solo mulai dipasangi sinyal elektrik produksi Len Industri.[35][36] Sinyal ini baru dinyalakan pada akhir 2015 untuk rute Delanggu–Purwosari dan dicatatkan dalam aset KAI pada 2016.[37] Pada Oktober 2018 hingga Februari 2019, sinyal yang belum aktif akhirnya dinyalakan.[38]

Terkait dengan rencana pengembangan jalur, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) memutuskan untuk mengelektrifikasi jalur ini untuk segmen Yogyakarta–Solo, sehubungan dengan rencana pengoperasian Commuter Line Yogyakarta. Wacana tersebut sudah dimasukkan dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas) 2030.[39] Selain itu, elektrifikasi ini juga tertuang dalam Matriks Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.[40] Elektrifikasi tersebut mulai diwujudkan dengan adanya tiang-tiang listrik aliran atas yang ditumpuk di bekas lapangan bongkar-muat peti kemas Stasiun Solo Jebres.[41][42] Per akhir Januari 2020, konstruksi listrik aliran atas sudah dimulai untuk segmen Yogyakarta–Klaten.[43][44] Pada 10 Februari 2021, kereta rel listrik (KRL) mulai beroperasi di segmen Yogyakarta–Solo.[45]

Jalur ganda Semarang Tawang–Brumbung

Sebagai bagian dari proyek jalur ganda di lintas utara Jawa, maka segmen-segmen berikut ini telah dibuka:

Jalur ganda Solo–Kalioso

Pada 2022, segmen Solo Balapan–Kalioso mulai dibangun proyek jalur ganda sekaligus pembangunan rel layang di kawasan Simpang Joglo. Pembangunan rel layang ini bertujuan untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi di perlintasan sebidang berpalang di dekatnya.[48]

Proyek ini menemui masalah, karena pada tanggal 13 April 2023, Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap 25 pegawai Direktorat Jenderal Perkeretaapian di Jakarta, Depok, Semarang, dan Surabaya, dengan sepuluh orang ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan suap proyek kereta api. Dugaan korupsi di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) yang tengah diendus oleh KPK tersebut terkait proyek pembangunan dan pemeliharaan jalur kereta api di lingkungan DJKA pada tahun anggaran 2018–2022. Termasuk yang terkena kasus ini adalah proyek jalur ganda ini, proyek jalur kereta api Trans-Sulawesi, empat konstruksi jalur kereta api lainnya, dua proyek supervisi di Lampegan, serta proyek perbaikan dan pemeliharaan perlintasan sebidang di Jawa dan Sumatra.[49][50]

Hanya satu petak jalur yang sudah terbangun jalur ganda sejak akhir Oktober 2024, yaitu antara Stasiun Kadipiro dan Stasiun Kalioso.[51]

Jalur terhubung

Lintas aktif

Lintas nonaktif

Layanan kereta api

Penumpang

Antarkota

Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Relasi perjalanan ...
Tutup
Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Relasi perjalanan ...
Lintas utara Jawa
Nama kereta api Relasi perjalanan
Eksekutif
Argo Bromo Anggrek GambirSurabaya Pasarturi
Sembrani
Argo Anjasmoro
Brawijaya Gambir–Semarang Tawang–Malang
Pandalungan Gambir–Surabaya Pasarturi–Jember
Eksekutif-Bisnis
Gumarang Pasar SenenSurabaya Pasarturi
Eksekutif-Ekonomi Premium
Harina BandungCirebonSurabaya Pasarturi
Eksekutif-Ekonomi
Sancaka Utara CilacapYogyakartaSurabaya Pasarturi
Dharmawangsa Pasar SenenSurabaya Pasarturi
Brantas Pasar Senen–Semarang Tawang–Blitar
Jayabaya Pasar Senen–Surabaya Pasarturi–Malang
Blambangan Ekspres Pasar Senen–Surabaya Pasarturi–Ketapang
Ekonomi Premium
Ambarawa Ekspres Semarang PoncolSurabaya Pasarturi
Kertajaya Pasar Senen–Surabaya Pasarturi
Ekonomi
Airlangga Pasar SenenSurabaya Pasarturi
Majapahit Pasar Senen–Semarang TawangMalang
Matarmaja Pasar Senen–Semarang Poncol–Malang
Tutup

Lokal

Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Kelas ...
Nama kereta api Kelas Relasi
Banyubiru Eksekutif dan ekonomi Semarang Tawang Solo Balapan
Joglosemarkerto Solo Balapan
Semarang Tawang (searah jarum jam via Solo Balapan dan Yogyakarta)
Solo Balapan (berlawanan jarum jam via Tegal dan Purwokerto)
Tutup

Kereta komuter

Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Relasi ...
Tutup

Barang

Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Relasi perjalanan ...
Tutup

Daftar stasiun

Segmen lama

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...
NomorNama stasiunSingkatanAlamatLetakKetinggianStatusFoto
Lintas SamarangGoendihSolo BalapanDjokdjakarta
Segmen Samarang–Tangoeng
Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867
oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang
- Samarang NIS -Kampung Spoorland, Kemijen, Semarang Timur, Semarangkm 0+000Tidak beroperasiThumb
2531 Semarang Gudang SMGKemijen, Semarang Timur, Semarangkm 1+320+1 m?Tidak beroperasiThumb
Tutup

Segmen aktif

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...
NomorNama stasiunSingkatanAlamatLetakKetinggianStatusFoto
Segmen Semarang Tawang–Semarang Gudang
Diresmikan pada tanggal 25 Mei 1914
2530Semarang Tawang
Bank Jateng
SMTJalan Taman Tawang 1, Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarangkm 0+000 (semua lintas)
km 1+749 penghubung Poncol–Tawang
+2 mBeroperasiThumb
Segmen Semarang Gudang–Tanggung
Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867
2531 Semarang Gudang SMGKemijen, Semarang Timur, Semarangkm 1+320+1 m?Tidak beroperasiThumb
- Ngablak NGLkm 4+850Tidak beroperasi
2602AlastuaATATlogomulyo, Pedurungan, Semarangkm 7+107+6 mBeroperasiThumb
2603 Jamus JMSkm 10+385Tidak beroperasi
2604BrumbungBBGKembangarum, Mranggen, Demakkm 13+083 lintas Samarang NISBrumbung
km 13+963 lintas Semarang TawangBrumbungGambringan
+16 mBeroperasiThumb
2631 Telogotirto TGTkm 20+205Tidak beroperasi
2632TanggungTGGTanggungharjo, Tanggungharjo, Grobogankm 24+695+20 mBeroperasiThumb
Segmen TanggungKedungjati
Diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868
3201KedungjatiKEJKedungjati, Kedungjati, Grobogankm 34+131 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
km 0+000 lintas KedungjatiBringinAmbarawa
+36 mBeroperasiThumb
Segmen KedungjatiGundih
Diresmikan pada tanggal 10 Februari 1870
3202PadasPDSPadas, Kedungjati, Grobogankm 38+612+42 mBeroperasiThumb
3203 Gedangan GNGunungtumpeng, Karangrayung, Grobogankm 41+815+66 mTidak beroperasiThumb
3204TelawaTWJalan Juwangi, Pilangrejo, Juwangi, Boyolalikm 47+717+63 mBeroperasiThumb
3218 Jetis JISJetis, Karangrayung, Grobogankm 52+945+60 mTidak beroperasiThumb
3205KarangsonoKSOSuru, Geyer, Grobogankm 56+169+48 mBeroperasiThumb
3206 Jambean JBENgleses, Juwangi, Boyolalikm 58+721+36 mTidak beroperasiThumb
3207GundihGDGeyer, Geyer, Grobogankm 65+857 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
km 0+000 lintas Gundih-Gambringan-Bojonegoro-Surabaya Pasarturi
+54 mBeroperasiThumb
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3208 Monggot MGTMonggot, Geyer, Grobogankm 68+794+61 mTidak beroperasiThumb
3209GoprakGPKJuworo, Geyer, Grobogankm 72+130+74 mBeroperasiThumb
3211SumberlawangSUMMojopuro, Sumberlawang, Sragenkm 79+878+126 mBeroperasiThumb
3212 Sokojengkilong SKGkm 83+418Tidak beroperasi
3213 Bogorame BORkm 86+472Tidak beroperasi
3214SalemSLMJalan Raya Solo–Purwodadi, Kwangen, Gemolong, Sragenkm 88+867+146 mBeroperasiThumb
3215 Saren SRNkm 92+206Tidak beroperasi
3216KaliosoKOTuban, Gondangrejo, Karanganyarkm 97+191+117 mBeroperasiThumb
3217 Siwal SIWkm 99+950Tidak beroperasi
-KadipiroKDOJalan Manunggal, Kadipiro, Banjarsari, Surakartakm 104+447+102 mBeroperasiThumb
Layang Simpang Joglo
3130Solo BalapanSLOJalan Wolter Monginsidi 112, Kestalan, Banjarsari, Surakartakm 262+775 lintas Surabaya Kota-Kertosono-Madiun-Solo Balapan
km 107+914 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
+93 mBeroperasiThumb
Segmen Solo BalapanCeper
Diresmikan pada tanggal 27 Maret 1871
3120PurwosariPWSJalan Slamet Riyadi 502, Purwosari, Laweyan, Surakartakm 110+750 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 5+840 lintas Solo Kota-Purwosari-Boyolali
+98 mBeroperasiThumb
Pajang PJGkm 113+015Tidak beroperasi
Mayang MYGTidak beroperasi
3117GawokGWLuwang, Gatak, Sukoharjokm 117+389+118 mBeroperasiThumb
Wonosari (Sukoharjo) WSIkm 119+869Tidak beroperasi
Tegalgondo TLOkm 121+130Tidak beroperasi
3114DelangguDLJalan Stasiun Delanggu, Gatak, Delanggu, Klatenkm 122+932+133 mBeroperasiThumb
Ngawonggo NGOkm 127+900Tidak beroperasi
3112CeperCEJalan Stasiun Ceper, Klepu, Ceper, Klatenkm 129+203+133 mBeroperasiThumb
Segmen CeperKlaten
Diresmikan pada tanggal 9 Juli 1871
3111 Ketandan KETKetandan, Klaten Utara, Klatenkm 134+691+148 mTidak beroperasiThumb
3110KlatenKTJalan K.H. Samanhudi, Tonggalan, Klaten Tengah, Klatenkm 138+482+151 mBeroperasiThumb
Segmen CeperKlaten
Diresmikan pada tanggal 10 Juni 1872
3104SrowotSWTJalan Stasiun Srowot, Gondangan, Jogonalan, Klatenkm 145+220+152 mBeroperasiThumb
3103BrambananBBNJalan Stasiun Prambanan, Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klatenkm 151+070+146 mBeroperasiThumb
Perbatasan Provinsi Jawa Tengah
Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
3102 Kalasan KLSTirtomartani, Kalasan, Slemankm 155+578+126 mTidak beroperasiThumb
3101MaguwoMGWMaguwoharjo, Depok, Slemankm 158+975+118 mBeroperasiThumb
3030LempuyanganLPNJalan Lempuyangan, Bausasran, Danurejan, Yogyakartakm 165+774 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta+114 mBeroperasiThumb
Segmen LempuyanganYogyakarta
Diresmikan pada tanggal 7 Juli 1887
BH 732
Jembatan Kewek
3020YogyakartaYKJalan Margo Utomo 1, Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakartakm 167+081 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 542+494 lintas Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Yogyakarta
km 1+040 lintas Yogyakarta-Magelang Kota-Ambarawa
km 0+067 lintas Yogyakarta-Palbapang
+113 mBeroperasiThumb
Tutup

Percabangan menuju Bandara Adi Soemarmo

Ringkasan
Perspektif

Untuk mempermudah mobilitas penumpang antarmoda dari dan ke Bandar Udara Adi Soemarmo, saat ini di petak jalan antara Kalioso–Solo Balapan sudah terdapat percabangan jalur menuju bandara tersebut. Percabangan itu tersambung dengan jalur ini di wilayah Kadipiro, Banjarsari, Surakarta. Untuk menunjang operasional percabangan tersebut, Direktorat Jenderal Perkeretaapian memutuskan untuk membangun dua stasiun baru: Stasiun Bandara Adi Soemarmo dan Stasiun Kadipiro. Percabangan ini sejajar dengan Jalan Tol Solo–Ngawi dan merupakan jalur layang. Di samping membangun jalur layang, DJKA juga membangun terowongan di bawah Gerbang Tol Ngemplak.[52][53]

Jalur menuju bandara ini telah selesai sepenuhnya pada Desember 2019. Mulai tanggal 29 Desember 2019, KA Bandara Adi Soemarmo resmi beroperasi.[54][55]

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...
NomorNama stasiunSingkatanAlamatLetakKetinggianStatusFoto
Lintas Percabangan menuju Bandara Adi Soemarmo
Diresmikan pada tanggal 29 Desember 2019
oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
-KadipiroKDOJalan Manunggal, Kadipiro, Banjarsari, Surakartakm 0+050 lintas percabangan menuju Bandara Adi Soemarmo
km 104+447 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
+102 mBeroperasiThumb
-Bandara Adi SoemarmoSMOKompleks Bandara Internasional Adi Soemarmo, Ngesrep, Ngemplak, Boyolalikm 9+680+131 mBeroperasiThumb
Tutup

Percabangan menuju Pelabuhan Tanjung Emas

Ringkasan
Perspektif
Informasi lebih lanjut Percabangan menuju Pelabuhan Tanjung Emas ...
Percabangan menuju Pelabuhan Tanjung Emas
TG–BBG
ke Semarang Poncol, Pekalongan, Jakarta
SMT
Semarang Tawang
TG–BBG
ke Brumbung, Ngrombo, Surabaya
SMG
Semarang Gudang
Samarang NIS
Nasional 1 Jl. Yos Sudarso
Jl. Coaster (Akses Pelabuhan)
SMH
Semarang Tanjungmas
Tutup

Segmen baru ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk meningkatkan arus pengangkutan peti kemas di rute Semarang–Jakarta maupun Semarang–Surabaya pp. Wacana ini ternyata sudah muncul dari 2014, dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara DJKA, PT KAI, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pelindo III selaku operator Pelabuhan Tanjung Emas pada tanggal 21 Maret 2014.[56] Dengan begitu, diharapkan volume angkut peti kemas dapat ditargetkan menjadi 1 juta TEUs dari sebelumnya 640 ribu TEUs.[57]

Jalur kereta apinya sendiri sedang dalam tahap pembangunan sejak Mei 2016,[58] namun sayangnya pembangunan jalur KA ini terhenti karena masalah sengketa lahan walaupun jalurnya sendiri kini sudah tersisa 200 meter.[59][60]

Daftar stasiun

Trase NIS

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...
NomorNama stasiunSingkatanAlamatLetakKetinggianStatusFoto
Segmen Semarang Pelabuhan–Semarang Gudang
Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1867
oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
2521 Semarang Tanjung Emas SMHTanjung Mas, Semarang Utara, SemarangTidak beroperasiThumb
2531 Semarang Gudang SMGKemijen, Semarang Timur, Semarangkm 1+320+1 mTidak beroperasiThumb
Tutup

Trase DJKA

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...
NomorNama stasiunSingkatanAlamatLetakKetinggianStatusFoto
2530Semarang TawangSMTJalan Taman Tawang 1, Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarangkm 0+000 lintas Semarang Tawang-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta, Semarang Tawang-Brumbung-Gambringan, dan Semarang Tawang-Tegal-Cirebon+2 mBeroperasiThumb
2521 Semarang Tanjung Emas SMHTanjung Mas, Semarang Utara, SemarangTidak beroperasiThumb

Keterangan:

  • Stasiun yang dicetak tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang dicetak miring merupakan stasiun nonaktif.

Referensi:

  • Letak stasiun: [61]
  • Pengidentifikasi stasiun: [62]
  • Tanggal pembukaan jalur: [12]:106-124
Tutup

Catatan kaki

  1. Tidak termasuk wilayah Bodebek

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.