Loading AI tools
jalur kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Jalur kereta api lintas Jakarta adalah jalur kereta api yang mengitari seluruh kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Semua jalur kereta api di lintas ini termasuk ke dalam Daerah Operasi I Jakarta serta KAI Commuter dengan stasiun kereta api utama di provinsi ini adalah, Stasiun Gambir, Pasar Senen, Jakarta Kota, dan Manggarai kecuali Stasiun Halim yang terletak di jalur kereta cepat Jakarta–Bandung. Jalur ini merupakan kumpulan dari banyak segmen jalur kereta api yang melayani kereta api antarkota, komuter, dan kereta bandara. Layanan kereta api antarkota di jalur KA dalam kota Jakarta menghubungkan DKI Jakarta beserta wilayah penyangganya dengan Jawa Barat (minus Bodebek), Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, jalur kereta api dalam kota Jakarta juga melayani kereta api komuter maupun menuju berbagai tujuan di wilayah metropolitan Jabodetabek dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Kota Tangerang, Banten.
Lintas Jakarta | |
---|---|
Ikhtisar | |
Jenis | Jalur kereta api lintas utama |
Sistem | Jalur kereta api perkotaan |
Status | Beroperasi |
Stasiun | 22 |
Operasi | |
Dibuka | Bervariasi, lihat di bawah. |
Pemilik | Direktorat Jenderal Perkeretaapian |
Operator | |
Depo |
|
Data teknis | |
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) Lebar sepur Cape |
Elektrifikasi | 1.500 V DC listrik aliran atas (KAI Commuter) |
Kecepatan operasi | 60–90 km/h (37–56 mph) |
Artikel ini hanya membahas jalur-jalur kereta api yang pada masa pembangunannya bukan merupakan bagian dari proyek kereta api antarkota, dan fokus kepada segmen-segmen pendek yang melayani sekitar Jakarta. Semua jalur ini saat ini merupakan jalur ganda.
Jalur ini dibina oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Jakarta.[1]
Pada 12 Desember 1877, surat kabar Java-bode memberitakan progres pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan ini juga termasuk membangun jalur kereta api pendukung yang dimulai dari Stasiun Batavia NIS milik Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij menuju Priok. Pada waktu itu, dilakukan pengukuran tanah dasar sebelum proses pengerjaan rel dimulai. Menurut rencana tersebut, kereta api dengan rute Batavia–Priok baru dapat dijalankan reguler apabila lokomotif, kereta, dan gerbong sudah tiba di Hindia Belanda. Proyek ini juga sempat tersendat pada Oktober karena pada para pekerjanya mudik Lebaran. Pada waktu, proyek rel sudah berada pada proses pasang rel dan pembangunan jembatan. Di samping itu, juga dibangun bengkel pembantu di Heemradenplein, yang bertugas untuk memasok besi tempa.[2] Pada 28 Maret 1878, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johan Wilhelm van Lansberge, meresmikan pelabuhan Tanjung Priok, serta menguji coba kereta api Batavia–Priok. Kala itu, titik keberangkatan awalnya bukan di Batavia NIS, melainkan di Heemradenplein (sekarang Stasiun Jakarta Gudang).[3]
Pembangunan jalur kereta api ini sempat diwarnai upaya negosiasi antara dua perusahaan yang hendak mengoperasikan kereta api di kawasan Batavia: Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (BOS). Semula, NIS menyatakan bahwa mereka tidak berminat untuk mengeksploitasi jalur ini, sedangkan BOS yang masih merupakan perusahaan baru, masih pikir-pikir untuk menjalankan rute tersebut. Pemerintah Kolonial memutuskan bahwa eksploitasi kereta api menuju Pelabuhan Tanjung Priok juga mewajibkan eksploitasi atas pelabuhan tersebut, sehingga Pemerintah Kolonial menugasi Staatsspoorwegen, perusahaan yang dibentuk oleh Pemerintah Kolonial, untuk mengoperasikan jalur tersebut mulai 2 November 1885. Beberapa kali upaya untuk menjadikan salah satu dari dua perusahaan swasta tersebut sebagai operator terus bergulir, tetapi negara tetaplah menjadi pengelola jalur tersebut.[4]
Pada tahun 1898, seluruh jalur BOS diakuisisi oleh SS. Segera setelah akuisisi rampung, dibuat jalur dari Stasiun Batavia BOS ke Tanjung Priok, serta jalur menuju Anyer Kidul, sehingga Batavia BOS tidak lagi dipandang sebagai stasiun terminus. Persambungan kedua jalur ini bertemu di sebuah stasiun sekaligus pos sinyal, yang kelak bernama Kampung Bandan. Sambungan dengan Tanjung Priok ini dioperasikan sebagai dua jalur tunggal; kemudian beberapa tahun kemudian diubah menjadi satu jalur ganda pada jalur Kampong Bandan–Priok. Dengan adanya "dualisme" stasiun Batavia (NIS dan BOS), pengoperasian sistem ini menjadi semakin kompleks, mengingat terdapat perpotongan yang jaraknya berdekatan tersebut merupakan daerah yang sangat rentan terhadap bahaya kecelakaan kerja serta kesulitan bagi pelayanan kereta api.[5]
Untuk menghubungkan ruas Batavia–Meester Cornelis (Jatinegara) dengan Tanjung Priok, pada 1 Maret 1904 telah rampung dibangun jalur Kemayoran–Ancol–Tanjung Priok.[5] Jalur ini menghubungkan Ancol dengan sebuah pos blok bernama Pisangbatu (sekarang Stasiun Rajawali). Selanjutnya, jalur ini kemudian disambungkan menuju Meester Cornelis, sehingga jalur ini sudah dipandang mirip jalur ganda, meski sebenarnya adalah sepasang jalur tunggal yang tugasnya untuk memisahkan kereta api yang menuju Batavia dan yang menuju Tanjung Priok.[6]
Karena lalu lintas kereta api di sekitar Batavia semakin ramai, sejumlah perombakan pada jalur Batavia–Tanjung Priok mulai dilakukan. Pertama, jalur baru menuju bangunan baru Stasiun Tanjung Priok, untuk memisah KA barang yang akan bongkar muat ke Pelabuhan dan KA penumpang tanpa mengganggu aktivitas barang. Stasiun baru ini, dibuka untuk umum pada 6 April 1925 yang bertepatan dengan peluncuran pertama KRL rute Priok–Meester Cornelis (Jatinegara). Peluncuran pertama itu sekaligus dilakukan untuk memperingati hari ulang tahun SS yang ke-50.[7] Kedua, sehubungan dengan rampungnya Stasiun Batavia-Benedenstad (kini Jakarta Kota), perpotongan jalur dihilangkan pada 1925 dan dibangun jembatan persilangan jalur ganda Batavia–Priok di atas jalur ganda eksisting Batavia–Kemayoran–Meester Cornelis (sekarang Stasiun Kampung Bandan hasil studi pemerintah dan JICA). Tujuannya agar tidak mengganggu operasional kereta api dan KRL dari Weltevreden yang akan melanjutkan perjalanannya ke Priok. Titik persilangan tersebut berjarak 1.700 meter (5.600 ft) dari area Stasiun Jakarta Kota.[8]
Jalur ini juga rampung pada 1 Maret 1904, bersama dengan segmen Tanjung Priok–Kemayoran,[9] menghubungkan Tanah Abang dengan Batavia–Karawang melalui Struiswijk (sekarang Salemba). Jalur ini berpotongan dengan dengan jalur Batavia–Buitenzorg yang kala itu masih dimiliki NIS, tepatnya di Stasiun Pegangsaan, mulanya dibangun untuk kepentingan militer.[5] Ke arah timur dari Salemba, jalur ini bercabang dua: yang satu ke arah Kramat, dan yang lain ke arah Gang Sentiong. Semula, jalur ini direncanakan disambungkan dengan Stasiun Weltevreden NIS berdasarkan undang-undang tertanggal 15 Juli 1896, tetapi diubah sehubungan dengan akuisisi BOS oleh SS.[9]
Seiring berkembangnya kawasan pinggiran Batavia, jalur lintas tengah ini mengalami permasalahan, karena terdapat tiga perpotongan sekaligus: dengan Batavia–Buitenzorg, jalan raya Batavia–Meester Cornelis; serta jalur milik Nederlandsch-Indische Tramweg Maatschappij (NITM). Setelah jalur Batavia–Buitenzorg diambil alih oleh SS, pada jalur Batavia–Buitenzorg dibuatkan sebuah percabangan di antara Halte Cikini dan Halte Pegangsaan, menuju Salemba. Percabangan jalur ini tidaklah penting bagi lalu lintas penumpang; dan hanya diperuntukkan bagi lalu lintas barang. Meski hubungan ini kurang terjalin, kemacetan lalu lintas jalan raya di perlintasan sebidang dapat diupayakan untuk terus berkurang secara signifikan.[6]
Karena kawasan perkotaan Batavia semakin meluas ke arah selatan, dan Stasiun Manggarai telah dioperasikan 1 Mei 1918, sekaligus pengoperasian jalur Manggarai–Meester Cornelis;[10] muncul upaya untuk membuat jalur baru yang membentang sepanjang Kanal Banjir Barat untuk menghubungkan Tanah Abang dengan stasiun tersebut. Jalur ini langsung dibangun sebagai jalur ganda dan beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1922. Setelah pembangunan jalur tersebut, maka jalur lama Tanah Abang–Salemba–Kramat dibongkar, menyisakan segmen Pegangsaan–Salemba.[11] Pada tanggal 12 September 1923, sehubungan dengan penataan tata ruang Batavia yang baru, segmen Angke menuju Batavia BOS (Batavia-Zuid) kemudian diubah menjadi membelok ke kanan melalui Gerbang Amsterdam, kemudian membelok lagi ke kanan menuju Stasiun Kampung Bandan lama,[9] dan digandakan.[12] Per 1930, semua jalur kereta api di lintas Jakarta sudah ganda.[6]
Dekade 1960-an menjadi dekade suram bagi kereta api perkotaan Jakarta. Banyak layanan kereta api listrik—yang kala itu masih dilayani lokomotif listrik—mengalami kemerosotan pasca G30S. Pada tahun 1966, seluruh pengangkutan kereta api jurusan Manggarai–Jakarta Kota dibatasi. Hal ini berkaitan dengan menurunnya jumlah penumpang dan suasana kota Jakarta yang tidak kondusif. Biro Pusat Statistik mencatat, jumlah penumpang lokal yang dilayani Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) tahun 1965 merosot 47 persen dibandingkan 1963. Tahun 1965, hanya 16.092 penumpang per hari yang memakai kereta lokal.[13]
Baru pada tahun 1972, kereta listrik mulai mulai mengalami regenerasi. KRL dan kereta rel diesel (KRD) produksi Nippon Sharyo, Jepang tiba di Jakarta tahun 1976. KRL-KRL ini akan menggantikan lokomotif listrik lama peninggalan Belanda yang sudah dianggap tidak layak. Tiap rangkaian KRL terdiri atas empat kereta dengan kapasitas angkut 134 penumpang per kereta.[13]
Sepanjang dekade 1980-an, Pemerintah Indonesia, bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), melaksanakan studi kelayakan pengembangan lintas Jakarta. Pengembangan ini dimaksudkan untuk menambah kapasitas lintas serta memperluas operasional KRL Jabotabek agar dapat menjangkau seluruh wilayah Jakarta. Selain elektrifikasi menyeluruh di lintas lingkar, diproposalkan sebuah konsep Stasiun Jakarta Kota baru dan Stasiun Kampung Bandan baru. Proposal ini kemudian dibukukan dalam sebuah laporan pada Januari 1986 oleh JICA. Pada masa itu, hubungan Rajawali dan Angke belum terbentuk, karena KA dari Angke harus dua kali langsir; di Kampung Bandan dan Jakarta Kota. Karena dianggap tidak praktis lagi seiring pertumbuhan mobilitas, muncul upaya untuk menggeser Stasiun Kampung Bandan ke arah persilangan dua jalur kereta api yang telah ada sejak 1929 tersebut, sehingga memungkinkan Rajawali dan Angke tersambung pada sisi bawah stasiun.[14] Usulan yang terwujud adalah elektrifikasi menyeluruh serta pindahnya Stasiun Kampung Bandan ke tempat yang sekarang. Proses elektrifikasi lintas lingkar Jabotabek akhirnya rampung dengan dibukanya KRL Lin Lingkar pada tanggal 7 April 1987.[15]
Sejak 1972, Indonesia rutin mendatangkan KRL buatan Jepang (baru maupun bekas) untuk memperkuat armada KRL di Jakarta. Pada Mei 2000, pemerintah Jepang melalui JICA dan Pemerintah Kota Tokyo menghibahkan 72 unit KRL bekas yang sebelumnya dioperasikan oleh Biro Transportasi Metropolitan Tokyo. Kereta ini diresmikan pada tanggal 25 Agustus 2000 dan menjadi KRL berpendingin udara (AC) pertama di Indonesia.[16]
KRL mulai merambah seluruh Jabotabek sejak 1990-an, menggantikan KRD. Kala itu, untuk mendukung wilayah suburban, KRL yang tadinya hanya Jakarta–Bogor, Jakarta–Tanjung Priok, dan Tanjung Priok–Jatinegara dibuatkan relasi baru rutenya hingga merambah ke Bekasi (1992) dan Serpong (1994).[17] Persinyalan yang semula mekanik mulai dilistriki per 1994–1996 dengan sistem Solid State Interlocking. Untuk mendukungnya, centralized traffic control (CTC) dibangun di Manggarai.[18]
Segmen aktif dan nonaktif yang dibahas di sini tidak mencakup Bantamlijn, jalur NIS Jakarta–Bogor, dan Jakarta Kota–Cikampek
Jalur kereta api yang terhubung dengan lintas megapolitan ini adalah:
Nama kereta api | Relasi perjalanan |
---|---|
Eksekutif | |
Argo Parahyangan | Gambir–Bandung |
Eksekutif-ekonomi premium | |
Argo Parahyangan | Gambir–Bandung |
Papandayan | Gambir–Bandung–Garut |
Pangandaran | Gambir–Bandung–Banjar |
Nama kereta api | Relasi perjalanan |
---|---|
Eksekutif | |
Purwojaya | Gambir–Cilacap |
Taksaka | Gambir–Yogyakarta |
Argo Lawu | Gambir–Solo Balapan |
Argo Dwipangga | |
Manahan | |
Argo Semeru | Gambir–Surabaya Gubeng |
Bima | |
Gajayana | Gambir–Malang |
Nama kereta api | Relasi perjalanan |
---|---|
Eksekutif | |
Argo Cheribon | Gambir–Cirebon |
Argo Sindoro | Gambir–Semarang Tawang |
Argo Muria | |
Argo Merbabu | |
Argo Bromo Anggrek | Gambir–Surabaya Pasarturi |
Sembrani | |
Brawijaya | Gambir–Semarang Tawang–Malang |
Pandalungan | Gambir–Surabaya Pasarturi–Jember |
Eksekutif-ekonomi | |
Argo Cheribon | Gambir–Cirebon–Tegal |
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Commuter Line Cikarang[d] | Kampung Bandan Angke |
Cikarang Bekasi Tambun (sebagian jadwal) |
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Kereta api bandara | |||
Commuter Line Basoetta | Manggarai | Bandara Soekarno-Hatta | |
Kereta api komuter | |||
Commuter Line Cikarang[d] | Kampung Bandan Angke |
Cikarang Bekasi Tambun (sebagian jadwal) | |
Commuter Line Rangkasbitung | Tanah Abang | Rangkasbitung Maja (sebagian jadwal) |
Nama kereta api | Relasi perjalanan | |
---|---|---|
Lintas utara Jawa | ||
Angkutan semen Indocement | Nambo | Kalimas |
Semarang Poncol | ||
Brambanan via Semarang Poncol |
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Kereta api bandara | |||
Commuter Line Basoetta | Manggarai | Bandara Soekarno-Hatta | |
Kereta api komuter | |||
Commuter Line Cikarang[d] | Kampung Bandan Angke |
Cikarang Bekasi Tambun (sebagian jadwal) | |
Commuter Line Tangerang | Duri | Tangerang | |
Commuter Line Tanjung Priok | Jakarta Kota | Tanjung Priok |
Nama kereta api | Relasi perjalanan | |
---|---|---|
Lintas barat Jawa | ||
Angkutan batu bara | Nambo | Cigading |
Lintas selatan Jawa | ||
Angkutan logistik ONS Parcel Tengah | Kampung Bandan | Malang |
Lintas utara Jawa | ||
Angkutan peti kemas | Kampung Bandan | Kalimas |
Benteng | ||
Angkutan peti kemas dan baja coil | Krenceng | Kalimas |
Angkutan logistik ONS Parcel Utara | Kampung Bandan | Surabaya Pasarturi |
Angkutan semen Indocement | Nambo | Kalimas |
Brumbung |
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Commuter Line Tanjung Priok | Jakarta Kota | Tanjung Priok |
Nama kereta api | Relasi perjalanan | |
---|---|---|
Angkutan peti kemas | Tanjung Priok | Lemahabang |
Lintas utara Jawa | ||
Angkutan peti kemas | Tanjung Priok | Terminal Peti Kemas Semarang Tawang |
Kalimas |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Lintas Tanjung Priok–Jakarta Kota Segmen Tanjung Priok–Sungai Tirem | Diresmikan pada tanggal 6 April 1925 oleh Staatsspoorwegen Westerlijnen Termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta | ||||||
0480 | Tanjung Priok | TPK | Jalan Taman Stasiun Tanjung Priok, Tanjung Priok, Tanjung Priok, Jakarta Utara | km 8+115 lintas Jakarta-Ancol-Tanjung Priok | +4 m | Beroperasi | |
Sungai Tirem | SGT | Tidak beroperasi | |||||
Segmen Sungai Tirem–Wesel timur Kampung Bandan | Diresmikan pada tanggal 2 November 1885 | ||||||
0484 | Jakarta International Stadium | JIS | Jalan R.E. Martadinata, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara | +4 m | Konstruksi | ||
0485 | Ancol | AC | Jalan R.E. Martadinata, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara | km 0+134 lintas Ancol-Rajawali-Kemayoran km 3+549 lintas Jakarta-Ancol-Tanjung Priok | +4 m | Beroperasi | |
Segmen Wesel timur Kampung Bandan–Jakarta Kota | Diresmikan pada tanggal 1929 | ||||||
0486 | Kampung Bandan | KPB | Ancol, Pademangan, Jakarta Utara | km -(0+363) lintas Kampung Bandan–Angke km 1+364 lintas Jakarta Kota–Jatinegara–Cikampek–Purwakarta–Padalarang km 1+364 lintas Jakarta Kota–Tanjung Priok | +5 m (atas) | Beroperasi | |
0420 | Jakarta Kota | JAKK | Jalan Stasiun Kota No. 1, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat | km 0+000 | +4 m | Beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Segmen Sungai Tirem–Tanjung Priok Pelabuhan | Diresmikan pada tanggal 2 November 1885 | ||||||
Batavia NIS | Jalan Lada 1, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat | km 0+000 | Tidak beroperasi | ||||
Kampongbandan (lama) | Tidak beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Segmen Sungai Tirem–Tanjung Priok Pelabuhan | Diresmikan pada tanggal 1898–1899 | ||||||
Batavia BOS | Jalan Lada, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat | km 0+000 | Tidak beroperasi | ||||
Kampongbandan (lama) | Tidak beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Segmen Sungai Tirem–Tanjung Priok Pelabuhan | Diresmikan pada tanggal 2 November 1885 (segmen jalur) | ||||||
Segmen nonaktif Sungai Tirem–Sungai Lagoa | |||||||
Sungai Tirem | SGT | Tidak beroperasi | |||||
Segmen aktif Sungai Lagoa–Pasoso–JICT | |||||||
0483 | Sungai Lagoa d.h. Tanjung Priok Gudang | SAO | Kompleks Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Priok, Tanjung Priok, Jakarta Utara | +4 m | Beroperasi | ||
0490 | Pasoso | POO | Kompleks Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Priok, Tanjung Priok, Jakarta Utara | +4 m | Beroperasi | ||
ke arah JICT | |||||||
Segmen nonaktif Sungai Lagoa–Tanjung Priok Pelabuhan | |||||||
Tanjung Priok Pelabuhan | TPKH | Kompleks Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Priok, Tanjung Priok, Jakarta Utara | Tidak beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Segmen Ancol–Kemayoran | Diresmikan pada tanggal 1 Maret 1904 | ||||||
0485 | Ancol | AC | Jalan R.E. Martadinata, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara | km 0+134 lintas Ancol-Rajawali-Kemayoran km 3+549 lintas Jakarta-Ancol-Tanjung Priok | +4 m | Beroperasi | |
0459 | Rajawali d.h. Pisangbatu | RJW | Jalan Industri No. 1, Gunung Sahari Utara, Sawah Besar, Jakarta Pusat | km 2+779 lintas Jakarta–Jatinegara–Cikampek km 2+293 lintas Ancol–Rajawali–Kemayoran | +4 m | Beroperasi | |
0462 | Kemayoran | KMO | Jalan Garuda, Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat | km 4+709 lintas Jakarta-Jatinegara-Cikampek km 4+192 lintas Ancol–Rajawali–Kemayoran | +5 m | Beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Segmen Tanah Abang–Manggarai | Diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1922 Termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta | ||||||
0410 | Tanah Abang | THB | Jalan Jatibaru, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat | km 6+925 lintas Angke-Tanah Abang-Rangkasbitung-Merak km 0+000 lintas Tanah Abang-Manggarai | +9 m | Beroperasi | |
Karet | KAT | Jalan K.H. Mas Mansyur, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat | km 2+029 | +11 m | Beroperasi | ||
BNI City | SUDB | Jalan Tanjung Karang No. 1, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat | km 2+500 | +6 m | Beroperasi | ||
Sudirman | SUD | Jalan Kendal No. 1, Menteng, Menteng, Jakarta Pusat | km 2+840 lintas Tanah Abang-Manggarai | +6 m | Beroperasi | ||
Mampang | MPG | Menteng, Menteng, Jakarta Pusat | km 4+648 lintas Tanah Abang–Manggarai | Tidak beroperasi | |||
Segmen Manggarai–Jatinegara | Diresmikan pada tanggal 1 Mei 1918 | ||||||
0440 | Manggarai | MRI | Jalan Manggarai Utara 1, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan | km 9+890 lintas Jakarta–Manggarai–Bogor km 6+026 lintas Tanah Abang–Manggarai km 0+010 lintas Manggarai–Jatinegara km 0+000 lintas Manggarai–Depo KRL Bukit Duri | +13 m | Beroperasi | |
Matraman | MTR | Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur | km 1+285 lintas Manggarai-Jatinegara[20] | +26 m | Beroperasi | ||
0441 | Kebon Pala | KBO | Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur | km 1+471 lintas Manggarai-Jatinegara[20] | Tidak beroperasi | ||
0450 | Jatinegara | JNG | Jalan Bekasi Barat Raya, Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur | km 11+750 lintas Jakarta Kota-Cikampek-Cirebon Prujakan-Purwokerto-Kroya km 2+662 lintas Manggarai-Jatinegara | +16 m | Beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Segmen Kampung Bandan–Jakarta Gudang | Diresmikan pada tanggal Maret 1887 | ||||||
0486 | Kampung Bandan | KPB | Ancol, Pademangan, Jakarta Utara | km 2+000 lintas Jakarta Kota-Kampung Bandan | +2 m | Beroperasi | |
0421 | Jakarta Gudang | JAKG | Jalan Kampung Bandan, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara | km 0+000 lintas Jakarta Gudang–Kp. Bandan Lama–Tanjung Priok | +4 m | Beroperasi |
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Segmen Tanah Abang–Manggarai | Diresmikan pada tanggal 1 Maret 1904 Ditutup pada 1 Agustus 1922 | ||||||
0410 | Tanah Abang | THB | Jalan Jatibaru, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat | km 6+925 lintas Angke-Tanah Abang-Rangkasbitung-Merak km 0+000 lintas Tanah Abang-Manggarai | +9 m | Beroperasi | |
Perpotongan dengan jalur NIS Jakarta–Bogor (1904–1922) Wesel percabangan dari utara Stasiun Cikini menuju Salemba (1913–2 September 1981) | |||||||
Salemba | SLB | Jalan Kenari 2, Kenari, Senen, Jakarta Pusat | km 1+944 lintas Tanah Abang-Manggarai | Tidak beroperasi | |||
Bercabang dua jurusan (ke Kramat dan Gang Sentiong) ditutup 1 Mei 1918 (arah Sentiong) dan 1 Agustus 1922 (arah Kramat) | |||||||
Keterangan:
Referensi: |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.