Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Stasiun Cikini
stasiun kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Stasiun Cikini (CKI) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jalan Cikini Raya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +20 m ini hanya melayani rute KRL Commuter Line. Pada lantai bawah stasiun, dahulu terdapat kios-kios dan lapak-lapak pedagang, yang kemudian dibersihkan dan dialihfungsikan menjadi kantor Daerah Operasi I Jakarta. Kantor Daop I Jakarta tersebut diresmikan pada tanggal 21 Juni 2014.[3]
Stasiun Cikini berlokasi cukup strategis karena berada di dekat perkantoran, hiburan dan pendidikan, diantaranya Bioskop Metropole, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Taman Ismail Marzuki, Institut Kesenian Jakarta, dan Tugu Proklamasi. Stasiun ini dikenal memiliki akses pejalan kaki yang kurang memadai karena adanya pagar yang memisahkan trotoar dengan jalan raya. Hal ini membuat calon penumpang dan pejalan kaki sering kali harus melompati pagar agar tidak perlu berjalan jauh menuju akses resmi di ujung stasiun, lalu melanjutkan perjalanan ke pintu masuk yang terletak di bagian tengah stasiun.[4] KAI pun memberlakukan kebijakan dengan meninggikan gerbang untuk mencegah penumpang yang melompati pagar.[5] Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, kemudian membangun pelican crossing yang dikhususkan bagi penumpang Stasiun Cikini menyeberang jalan tanpa harus berjalan memutar.[6]
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif

Stasiun Cikini pada mulanya merupakan sebuah perhentian kecil yang dibangun sebagai pelengkap untuk Halte Dierentuin yang terletak di Gondangdia Lama atau di belakang Gedung Perguruan Cikini. Dierentuin sendiri diambil dari Planten en Dierentuin, sebuah kebun binatang yang digagas oleh Raden Saleh, yang dulunya berada di Jalan Cikini Raya Nomor 73, Jakarta Pusat. Kini kebun binatang tersebut telah mengalami alih fungsi menjadi kompleks Taman Ismail Marzuki dan IKJ setelah dipindah ke Ragunan.[7] Namun pada 1942 saat masa penjajahan Jepang, nama Halte Dierentuin mengalami indonesianisasi, sehingga berubah menjadi Halte Kebon Binatang dengan singkatan 'KBB'.[8]
Pada saat itu, Dewan Kota Batavia menganggap lokasi Halte Dierentuin terasa canggung dan tidak praktis terhadap perkembangan kawasan Gondangdia dan Menteng. Sehingga Dewan Kota Batavia memerintahkan Staatsspoorwegen (SS) untuk membangun pemberhentian kereta api baru sebagai pengganti dari Halte Dierentuin. SS membangun 2 halte kecil yang masing-masing terletak di Gondangdia dan Menteng. Proposal halte ini disepakati secara resmi pada akhir September 1925, dan langsung dibangun segera setelahnya hingga rampung pada 1926.[9]
Hingga sekitar akhir tahun 80-an, ke arah selatan stasiun ini, sebelum Stasiun Manggarai terdapat sebuah halte kereta api, yakni Halte Pegangsaan yang terletak tepat di sisi utara Jalan Diponegoro. Halte ini dibongkar sejak penghujung 1980-an, ketika dibangun rel KA layang antara Manggarai dengan Jakarta Kota. Dari halte ini, terdapat percabangan menuju Stasiun Salemba.
Stasiun Cikini yang aktif sekarang merupakan stasiun layang yang letaknya paling selatan di jalur segmen Manggarai-Jakarta Kota. Pada tanggal 5 Juni 1992, Presiden Soeharto beserta Ibu Tien dan jajaran di pemerintahan meresmikan jalur layang tersebut dengan naik KRL dari Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota.[10]
Sejak 1 Agustus 2019, stasiun ini, bersama Stasiun Sudirman, Palmerah, UI, dan Taman Kota, resmi menghapus penjualan kartu single trip (Tiket Harian Berjaminan/THB) untuk KRL Commuter Line. Hal ini karena mayoritas penumpang KRL Commuter Line sudah terbiasa menggunakan kartu multi trip maupun uang elektronik. Dengan cara ini, antrean panjang pembelian tiket KRL dapat dipangkas. Namun, pengguna jasa tetap dapat melakukan tap-in/tap-out dengan THB di stasiun ini, sebelum akhirnya sistem THB resmi dihapuskan pada 3 September 2022.[11][12][13]
Remove ads
Bangunan dan tata letak
Bangunan Stasiun Cikini ini modern dengan sentuhan panel berwarna cokelat yang sampai hari ini masih dipertahankan dan tidak pernah diubah catnya, hanya tiang peronnya yang kini dicat ulang menjadi krem. Diketahui, proyek tersebut yang telah dimulai pada Februari 1988 menghabiskan dana sebesar Rp432,5 miliar dan pada saat diresmikan belum sepenuhnya selesai hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian.[14][15]
Stasiun ini hanya memiliki dua jalur kereta api. Di sisi selatan stasiun ini ada percabangan menuju jalur atas Stasiun Manggarai, sebagai bagian dari proyek renovasi Stasiun Manggarai. Akses menuju ke dalam stasiun hanya bisa diakses melalui pintu tengah dan selatan di sisi timur. Akses sisi barat telah ditutup menjadi area steril khusus petugas stasiun.
| P Lantai peron |
Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kanan | |
| Jalur 1 | ← (Gondangdia) Commuter Line Bogor menuju Jakarta Kota | |
| Jalur 2 | Commuter Line Bogor menuju Bogor/Nambo (Manggarai) → | |
| Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kanan | ||
Remove ads
Layanan kereta api
Komuter (Commuter Line)
Antarmoda pendukung
Remove ads
Insiden
- Pada tanggal 31 Agustus 2009 pukul 08.00 WIB, seorang pria tersengat kabel listrik ketika naik di atap kereta KRL 513 dari Bogor. Akibat insiden tersebut, listrik antara Manggarai-Gambir harus dimatikan guna mengevakuasi korban. Kejadian ini menyebabkan beberapa perjalanan KRL terganggu.[16]
Galeri
- Bangunan sisi depan Stasiun Cikini.
- Akses tangga Stasiun Cikini di bagian tengah stasiun.
- Seorang petugas (PKD) mengawasi peron Stasiun Cikini.
- Sebuah KRL armada Tokyo Metro 6000 memasuki stasiun.
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads

