Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Stasiun Jatinegara
stasiun kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Stasiun Jatinegara (JNG) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di perbatasan antara Kecamatan Jatinegara dan Matraman, tepatnya di Kelurahan Pisangan Baru, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Stasiun yang terletak pada ketinggian +16 meter ini termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi I Jakarta dan KAI Commuter serta salah satu dari lima stasiun utama di Provinsi DKI Jakarta dengan jarak 11,7 km arah barat laut dari Jakarta Kota. Stasiun ini merupakan stasiun tempat bertemunya tiga jalur yang setiap harinya dilewati ratusan kereta api, yaitu jalur ke Pasar Senen, Manggarai, dan Cikarang.
Remove ads
Sebagai salah satu penghubung perkeretaapian di wilayah Jabodetabek, stasiun ini dilalui oleh semua KA ke berbagai kota di Pulau Jawa (kecuali tentu saja ke arah Kabupaten–Kota Bekasi yang dilayani Commuter Line).
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif

Pada awalnya Jatinegara bernama Meester Cornelis. Nama itu diangkat dari panggilan murid-murid kepada seorang guru yang mengajar, mendirikan sekolah, dan berkhotbah di kawasan tersebut, yakni Cornelis Senen.[5] Nama itu kemudian diubah menjadi Jatinegara pada masa pendudukan Jepang karena Jepang tidak mau ada istilah Belanda. Nama Jatinegara berarti "Negara Sejati", sebutan dari Pangeran Jayakarta yang terlebih dahulu mendirikan perkampungan Jatinegara Kaum. Kampung ini didirikan setelah Belanda menghancurkan Keraton Sunda Kelapa dan berada di antara Rawamangun dan Pasar Klender.[6]

Bangunan eksisting Stasiun Jatinegara mulai beroperasi pada tanggal 15 Oktober 1909[7] dan diperkirakan dirancang oleh arsitek Ir. S. Snuyf, kepala sementara Biro Perancang Departemen Pekerjaan Umum. Kota Meester Cornelis yang terletak di kedua sisi Sungai Ciliwung merupakan kotapraja yang mandiri sejak tahun 1935. Pada mulanya stasiun ini dinamakan Rawa Bangke, sebutan untuk rawa-rawa yang terletak di dekatnya, yang tampaknya juga memisahkan stasiun NIS Meester Cornelis dan seberang sungai. Stasiun Meester Cornelis BOS, yang beroperasi sejak hari-hari pertama jalur kereta api Batavia–Bekasi pada 1887, terletak lebih ke arah barat dan masih sempat berfungsi sebagai kantor dinas selama beberapa waktu.[6]
Sang arsitek S. Snuyf mulanya bermaksud untuk membangun stasiun yang besar untuk persinggahan kereta api menuju Bandung. Harapannya adalah bahwa penumpang dari Weltevreden akan memilih stasiun ini daripada Stasiun Kemayoran, yang ketika itu adalah stasiun SS yang paling utama, tetapi tidak bersifat permanen. Pengambilalihan jalur NIS ke Bogor, yang sedianya dibatalkan, tetapi masih memungkinkan perbaikan struktural dan tetap dipertahankan, sehingga rencana tersebut tidak dipertimbangkan lebih lanjut. Walau begitu, kebutuhan akan suatu stasiun yang luas masih dirasakan karena Meester akan menjadi stasiun penghubung yang penting sebagai rangkaian yang baru ke Stasiun Weltevreden dan jalur yang ada ke Tanjung Priok melalui Pasar Senen.[8] Perluasan Kota Batavia tetap mengarah terus ke Meester Cornelis. Stasiun baru ini dalam perencanaan diusahakan memiliki ciri pedesaan Belanda, tetapi juga disesuaikan untuk daerah tropis. Tampaknya usaha itu membuahkan hasil.

Sehubungan dengan pembangunan jalur dwiganda Manggarai–Cikarang, stasiun ini direnovasi besar-besaran. Bangunan baru stasiun dengan gaya arsitektur futuristik modern minimalis dibangun menggantikan overcapping stasiun peninggalan Staatsspoorwegen. Bangunan stasiun karya S. Snuyf yang asli tetap dipertahankan karena telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI. Namun, untuk alasan kenyamanan penumpang, pihak PT KAI dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian menyediakan skybridge dan eskalator pada bangunan baru stasiun.[9][10]
Bangunan baru stasiun ini beroperasi penuh pada 17 Desember 2020. Untuk alasan keselamatan, DJKA sedikit merombak stasiun, seperti menghilangkan area penyeberangan antarperon yang sebelumnya dibangun pada saat konstruksi masih berlangsung. Pintu masuk bangunan lama stasiun yang sudah digunakan untuk melayani penumpang selama 111 tahun ini telah dipindahkan ke sisi utara bangunan baru tersebut.[11]
Remove ads
Bangunan dan tata letak
Ringkasan
Perspektif


Pada awalnya, Stasiun Jatinegara memiliki tujuh jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus arah Cikampek dan jalur 2 merupakan sepur lurus arah Manggarai ditambah satu jalur yang terhubung dengan depo lokomotif yang terletak di sebelah barat laut stasiun. Ke arah barat laut stasiun terdapat empat jalur kereta api yang berpencar setelah depo: yang satu ke arah Manggarai, yang satunya lagi ke arah Pasar Senen.
Depo lokomotif yang terletak di sebelah barat laut stasiun akhirnya digantikan oleh Depo Lokomotif Cipinang per pertengahan 2020.[12] Bangunan depo lokomotif yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen itu sudah dibongkar pada Oktober–November 2020, meski bangunan tersebut berstatus cagar budaya.[13]
Bangunan rancangan S. Snuyf tergolong bergaya peralihan antara Indische Empire dengan gaya Hindia Baru atau kolonial modern (Nieuwe Indische Bouwstijl). Dominasi gaya kolonial modern dapat terlihat dari bentuk atap yang curam tetapi menyesuaikan dengan iklim tropis Hindia Belanda. Penggunaan pintu, jendela, dan clerestory berfungsi sebagai pencahayaan alami dan pergantian hawa silang yang sesuai dengan iklim tropis yang lembap. Bangunan dibuat tidak simetris, tetapi memiliki titik fokus berupa hall bangunan yang lebih tinggi daripada bangunan di sisi kanan-kirinya.[6] Namun, bangunan itu telah lenyap seiring pembangunan gedung baru stasiun.[9]
Setelah dibangunnya jalur dwiganda pada segmen stasiun ini hingga Stasiun Cakung pada tahun 2018, terdapat perubahan yang cukup signifikan pada tata letak jalurnya. Jumlah jalur di stasiun ini bertambah menjadi delapan dengan peruntukan tiap jalurnya digambarkan pada diagram tata letak jalur di bawah ini. Tata letak berikut belum baku mengingat keberadaan perubahan-perubahan ad hoc di lapangan yang timbul dari waktu ke waktu, khususnya pada saat penyusulan, serta perubahan yang akan datang saat penyelesaian proyek jalur dwiganda.[14]
Lantai 1 | Serambi, loket, pintu tiket, dan akses perpindahan moda ke halte BRT | |
G | Jalur 8 | ![]() |
Peron pulau, pintu terbuka di sisi kiri atau kanan | ||
Jalur 7 | ![]() Jalur akses menuju depo lokomotif | |
Jalur 6 | Commuter Line Cikarang (Klender) → | |
Peron pulau, pintu terbuka di sisi kiri atau kanan | ||
Jalur 5 | ← (Pondok Jati) Commuter Line Cikarang (via Pasar Senen) | |
Jalur 4 | ![]() | |
Peron pulau, pintu terbuka di sisi kiri atau kanan | ||
Jalur 3 | ![]() | |
Jalur 2 | ← (Matraman) Commuter Line Cikarang (via Manggarai) | |
Peron pulau, pintu terbuka di sisi kiri atau kanan | ||
Jalur 1 | Commuter Line Cikarang (Klender) → | |
Bangunan utama (cagar budaya)
Pintu keluar dan masuk, gerai ritel | ||
Remove ads
Ciri khas

Stasiun ini memiliki ciri khas berupa bel bersuara lagu instrumental berjudul "Kicir-Kicir" yang diputarkan setiap kali ada kereta api apapun yang berhenti ataupun melintas. Stasiun ini adalah stasiun pertama yang memutarkan lagu ini, sebelum diikuti oleh stasiun terminus lainnya (Gambir, Jakarta Kota, dan Pasar Senen)
Layanan kereta api
Ringkasan
Perspektif
Sebelumnya, untuk arah sebaliknya tidak ada KA antarkota yang berhenti untuk menaikkan penumpang di stasiun ini, kecuali jika akses menuju Gambir dan/atau Pasar Senen terganggu. Namun, mulai 1 Februari 2025 diikuti dengan pemberlakuan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025, Stasiun Jatinegara kini melayani keberangkatan penumpang sebagian besar kereta api antarkota.[15]
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2025 revisi per 21 Maret 2025.[16]
Antarkota
Keberangkatan penumpang
Kedatangan penumpang
Komuter
Remove ads
Antarmoda pendukung
Remove ads
Galeri
- Bagian dalam peron Stasiun Jatinegara (15 Maret 2022)
- Simbol KAI di Stasiun Jatinegara
- Bagian dalam Stasiun Jatinegara yang dipadati pemudik, 2011
- Sebuah lokomotif CC203 yang menjalani putar kepala di Depo Jatinegara
- Stasiun Jatinegara tahun 2020
- Bagian luar Stasiun Jatinegara (15 Maret 2022)
- Bagian dalam bangunan baru Stasiun Jatinegara (15 Maret 2022)
- Akses menuju ke Stasiun Jatinegara dari gedung pujasera di sisi barat stasiun.
- Papan petunjuk arah untuk akses ke dalam stasiun dari sisi timur.
Remove ads
Insiden
Pada tanggal 29 April 2023, AKBP Buddy Alfrits Towoliu, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur tewas tertabrak kereta api Tegal Bahari KA 320 relasi Pasar Senen–Tegal. Jasadnya ditemukan di tepi rel kereta api pada pukul 09.30 WIB di dekat Stasiun Jatinegara ini, tepatnya setelah jembatan layang Jatinegara di lintas km 12+400.[17]
Pada 3 Februari 2024, seorang penggemar kereta api tewas tertabrak lokomotif yang sedang berjalan sendirian di jalur hilir pada petak Pondok Jati–Jatinegara di Jalan Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur. Saat itu, korban fokus merekam video datangnya kereta dari barat Kereta api Bangunkarta. Namun, karena korban berada di tengah rel, pada saat yang bersamaan, ia tak sempat menghindar dari lokomotif yang sedang berjalan. Korban tak sadar diri dan langsung meninggal dunia di tempat.[18]
Remove ads
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads