KAI Commuter
perusahaan asal Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
PT Kereta Commuter Indonesia (berbisnis dengan nama KAI Commuter)[5] adalah anak usaha dari Kereta Api Indonesia yang bergerak di bidang pengoperasian kereta api komuter, kereta api bandara dan kereta api lokal. Sepanjang tahun 2023, perusahaan ini berhasil mengangkut sebanyak 331,895 juta penumpang di seluruh wilayah operasionalnya.[6]
![]() | |
Stasiun Juanda, stasiun yang juga menjadi kantor pusat KAI Commuter | |
Ikhtisar | |
---|---|
Wilayah utama | Lintas pelayanan komuter KAI di:
|
Perusahaan induk | Kereta Api Indonesia (99,78%) |
Kantor pusat | Stasiun Juanda, Sawah Besar, Jakarta Pusat |
Tokoh penting | Asdo Artriviyanto[1] (Plt. Direktur Utama) Edy Widyaya[2] (Komisaris Utama) |
Tanggal beroperasi | 15 September 2008–sekarang |
Pendahulu | Kereta Api Indonesia – Divisi Angkutan Perkotaan Jabodetabek |
Teknis | |
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) |
Elektrifikasi | 1.500 V DC listrik aliran atas (KRL Commuter Line) |
Panjang jalur | 418 km (260 mi)[3] |
Kelajuan operasi | 40–95 km/h (25–59 mph) |
Lain-lain | |
Perusahaan | |
KAI Commuter | |
Sebelumnya | PT KAI Commuter Jabodetabek (2008 - 2017) |
Perseroan terbatas | |
Industri | Perkeretaapian |
Produk | Kereta api komuter, Kereta api bandara dan kereta api lokal |
Merek |
|
Pendapatan | Rp 2,399 triliun (2021)[4] |
Rp 379,563 milyar (2021)[4] | |
Rp 285,192 milyar (2021)[4] | |
Total aset | Rp 2,305 triliun (2021)[4] |
Total ekuitas | Rp 1,298 triliun (2021)[4] |
Karyawan | 2.580 (2021)[4] |
Situs web | commuterline |
Sejarah
Ringkasan
Perspektif

2008–2011: Menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek
Perusahaan ini memulai sejarahnya sebagai Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek dari Kereta Api Indonesia yang bertugas untuk mengoperasikan KRL di Jabodetabek, sementara kereta api jarak jauh dan kereta api Lokal di Jabodetabek tetap dioperasikan oleh Daerah Operasi (Daop) I Jakarta. Pada bulan September 2008, divisi tersebut resmi dipisah menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama PT KAI Commuter Jabodetabek.[7] Pada bulan Maret 2009, perusahaan ini mendatangkan 8 unit KRL seri 8500 Tokyu dan kemudian mengoperasikannya dengan nama Jalita (Jalan-Jalan Lintas Jakarta). Pada bulan Mei 2009, Menteri BUMN Sofyan Djalil dan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal meresmikan perusahaan ini. Pada bulan Agustus 2010, Menteri Perhubungan Freddy Numberi dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak Linda Amalia Sari meresmikan kereta khusus wanita di kereta pertama dan terakhir pada tiap rangkaian KRL.
2011–2013: Tiket elektronik dan peluncuran jenama Commuter Line
Pada bulan Juli 2011, perusahaan ini menyederhanakan jumlah rute utamanya menjadi hanya lima rute, menghapus KRL Ekspres, dan mengubah nama KRL Ekonomi AC menjadi Commuter Line. Pada bulan Februari 2012, perusahaan ini mengganti Kartu Trayek Bulanan (KTB) dan Kartu Langganan Sekolah (KLS) dengan kartu elektronik Commet yang memiliki masa aktif satu bulan dalam satu kali pembayaran. Pada bulan Desember 2012, perusahaan ini menghapus kartu elektronik Commet, sehingga hanya tersedia tiket harian untuk satu kali perjalanan. Pada bulan Juli 2013, perusahaan ini mulai menerapkan sistem tiket elektronik (Tiket Harian Berjaminan dan Kartu Multi-Trip) dan sistem tarif progresif per stasiun, serta menghapus Commuter Line Ekonomi, sehingga hanya tersedia satu kelas Commuter Line. Pada bulan Desember 2013, perusahaan ini mulai memberlakukan Tiket Harian Berjaminan (THB) untuk satu kali perjalanan dengan jaminan kartu sebesar Rp5.000.
2014–2015: Rangkaian panjang, mesin tiket dan kartu uang elektronik
Pada bulan Januari 2014, Kereta Api Indonesia mengalihkan pengelolaan pegawainya yang berhubungan langsung dengan operasional KRL ke perusahaan ini. Pada bulan Maret 2014, perusahaan ini mulai mengoperasikan Commuter Line dengan stamformasi 10 kereta (SF10) di lintas Bogor. Pada bulan Juni 2014, perusahaan ini meluncurkan integrasi kartu uang elektronik terbitan BRI, BNI, dan Mandiri sebagai alat pembayaran tiket Commuter Line. Pada bulan April 2015, perusahaan ini mulai menerapkan tarif progresif per kilometer jarak tempuh. Kereta Api Indonesia juga mengalihkan pengelolaan sebagian Balai Yasa Manggarai yang digunakan untuk perawatan tahunan Commuter Line ke perusahaan ini. Pada bulan September 2015, perusahaan ini mulai mengoperasikan Commuter Line dengan stamformasi 12 kereta (SF12) di lintas Bogor. Pada bulan Desember 2015, perusahaan ini mulai mengoperasikan Commuter Line relasi Tanjung Priok–Jakarta Kota pp. dan mesin tiket Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Sudirman.
2016–2020: KRL Access dan perubahan nama
Pada bulan Januari 2016, perusahaan ini meluncurkan integrasi antara Commuter Line dengan Transjakarta di Stasiun Tebet, Manggarai, dan Palmerah. Pada bulan Juli 2016, perusahaan ini meluncurkan aplikasi KRL Access. Pada bulan April 2017, perusahaan ini mulai mengoperasikan Commuter Line hingga Stasiun Rangkasbitung, membuka Stasiun Citeras, dan membuka kembali Stasiun Angke. Pada bulan September 2017, perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI),[8] seiring dengan rencana perluasan wilayah kerja yang akan dilakukannya.[9] Pada bulan Oktober 2017, perusahaan ini mulai mengoperasikan Commuter Line hingga Stasiun Cikarang. Pada bulan Februari 2018, perusahaan ini mulai mengoperasikan bangunan baru Stasiun Cisauk. Pada bulan November 2018, perusahaan ini mendapat izin dari Bank Indonesia untuk mengelola uang elektronik.
2020–2022: Ekspansi dan Integrasi
Pada bulan Juni 2020, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan Stasiun Tanah Abang, Sudirman, Juanda, dan Pasar Senen sebagai stasiun integrasi. Pada bulan Oktober 2020, Kereta Api Indonesia mengalihkan pengelolaan kereta api Lokal Merak di Daop I Jakarta dan Kereta api Prambanan Ekspres di Daop VI Yogyakarta ke perusahaan ini.[10][11] Pada tahun 2021, perusahaan ini mulai mengoperasikan Commuter Line relasi Yogyakarta–Solo Balapan pp dan Prambanan Ekspres relasi Yogyakarta–Kutoarjo pp. Pada bulan Maret 2021, Presiden Joko Widodo meresmikan pengoperasian Commuter Line relasi Yogyakarta–Solo Balapan pp.
Pada bulan Desember 2021, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Wali Kota Bogor Bima Arya meresmikan Alun-Alun Bogor yang terintegrasi dengan pintu timur Stasiun Bogor.[4][12] Pada bulan April 2022, Kereta Api Indonesia mengalihkan pengelolaan kereta api lokal dan kereta api komuter di Daop II Bandung dan VIII Surabaya ke perusahaan ini.[13] Pada bulan Mei 2022, seiring dengan perubahan sistem persinyalan di Stasiun Manggarai, Lin Lingkar pun dinonaktifkan, sementara Lin Cikarang dan Lin Sentral diubah menjadi sistem balon, yakni melalui Cikarang–Tanah Abang–Kampung Bandan–Cikarang dan percabangan ke Stasiun Nambo. Walaupun begitu, lin lainnya, seperti Lin Sentral antara Bogor dan Jakarta Kota di jalur utama, Tangerang, Tanjung Priuk dan Rangkasbitung tidak mengalami perubahan.[14]
Per 1 Januari 2023, KAI Commuter resmi mengakuisisi layanan KRL Bandara Soekarno-Hatta dari KAI Bandara dengan ditekennya dokumen peralihan operator pelayanan dan akta jual beli pada 30 Desember 2022.[15]
2022–Sekarang: Pembelian sarana baru untuk Lin Jabodetabek
Pada September 2022, KAI Commuter mengajukan izin impor 348 unit KRL bekas dari Jepang untuk menggantikan sarana yang sudah tua dan meningkatkan kapasitas penumpang pada 2023. Setelah tidak melakukan pengadaan pada 2021–2022 akibat pandemi, namun izin tersebut ditolak oleh Kementerian Perindustrian RI pada Januari 2023, penolakan tersebut menjadi polemik.
Setelah penolakan tersebut, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merekomendasikan KAI Commuter untuk tidak mengimpor KRL bekas dan mengusulkan rekondisi 29 rangkaian yang akan dipensiunkan. Kajian BPKP menilai kapasitas KRL masih mencukupi secara keseluruhan, namun terdapat kekurangan saat jam sibuk.[16]
Menanggapi rekomendasi tersebut, akhirnya Pemerintah Pusat memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada KAI untuk membeli KRL baru dari PT Industri Kereta Api (INKA) dan pabrikan luar negeri. Kontrak pembelian tersebut diteken dengan INKA ditandatangani pada Maret 2023,[17] kemudian kontrak pembelian 3 rangkaian KRL baru dari CRRC Qingdao Sifang ditandatangani di Tiongkok pada akhir Januari 2024.[18] Pada Juli 2024, INKA juga mendapatkan PMN guna meningkatkan kapasitas produksi agar dapat meningkatkan kapasitas produksi agar dapat menyelesaikan pesanan tersebut dengan tepat waktu.[19]

Pada saat RDP dengan Komisi XI DPR RI, 1 Juli 2024, Direktur utama KAI menyatakan bahwa dilakukan pembelian 8 rangkaian KRL tambahan kepada CRRC Qingdao Sifang, sehingga total pesanan kepada pabrikan Tiongkok tersebut menjadi 11 rangkaian. Penambahan tersebut dilakukan setelah 17 dari 19 rangkaian yang dikirim menuju pabrik INKA Madiun untuk dilakukan rekondisi dibatalkan dengan alasan yang tidak diberitahukan kepada publik[20]
Pada akhir Januari 2025, satu rangkaian 12 kereta KRL seri SFC120-V yang dipesan oleh KAI Commuter dari CRRC Qingdao Sifang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dan setelahnya menjalani uji coba di jalur kereta api Lintas Jakarta.[21] Pada Februari 2025, KRL baru yang dipesan dari INKA juga telah mulai terlihat menjalani uji coba di lingkungan internal pabrik,[22] setelah pada Agustus 2024, desain dari KRL produksi INKA tersebut dirilis oleh KAI Commuterline secara resmi.[23] Keseluruhan KRL pesanan KAI Commuter berbahan baja nirkarat pada bagian bodi dengan lebar standar yang ditentukan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
Layanan
Ringkasan
Perspektif
Sejak pemberlakuan Gapeka 2023, seluruh layanan kereta api komuter, lokal dan bandara (hanya untuk tujuan Bandara Soekarno-Hatta) yang dikelola KAI Commuter menggunakan nama Commuter Line.[24]
Wilayah I Basoetta (KA Bandara)
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Kereta api bandara | |||
![]() |
Manggarai | Bandara Soekarno-Hatta |
Wilayah I Jabodetabek (KA Komuter)
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Kereta api komuter | |||
![]() |
Jakarta Kota | Bogor | |
Nambo | |||
![]() |
Cikarang | Angke | |
Kampung Bandan | |||
![]() |
Tanah Abang | Rangkasbitung | |
![]() |
Duri | Tangerang | |
![]() |
Jakarta Kota | Tanjung Priuk | |
Wilayah I Merak (KA Lokal)
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Kereta api lokal | |||
LM Commuter Line Merak | Rangkasbitung | Merak |
Wilayah II Bandung
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Kereta api lokal | |||
LJ Commuter Line Jatiluhur | Cikarang | Cikampek | |
LW Commuter Line Walahar | Purwakarta | ||
B Commuter Line Bandung Raya | Purwakarta/Padalarang | Cicalengka | |
C Commuter Line Garut | Garut | ||
Cibatu |
Wilayah VI Yogyakarta
Nama kereta api | Relasi perjalanan | ||
---|---|---|---|
Kereta api komuter | |||
Y Commuter Line Yogyakarta | Yogyakarta | Palur | |
P Commuter Line Prameks | Kutoarjo | Yogyakarta |
Wilayah VIII Surabaya
Nama kereta api | Relasi perjalanan | |
---|---|---|
Kereta api lokal | ||
D Commuter Line Dhoho | Surabaya Kota | Blitar Via Kertosono |
Malang | ||
Surabaya Kota | ||
P Commuter Line Penataran | Surabaya Kota | |
Malang | ||
Blitar Via Malang | ||
SP Commuter Line Supas | Pasuruan | |
ACommuter Line Arjonegoro | Surabaya Pasarturi | Babat |
Sidoarjo | ||
Sidoarjo | Bojonegoro | |
B Commuter Line Blorasura | Surabaya Pasarturi | Cepu |
Kereta api komuter | ||
J Commuter Line Jenggala | Mojokerto | Indro |
Babat |
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.