Loading AI tools
salah satu lokomotif diesel-elektrik di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Lokomotif CC201 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia yang diproduksi oleh General Electric Transportation dengan model GE U18C. Lokomotif CC201 mempunyai massa 84 ton (83 ton panjang; 93 ton pendek). Desain lokomotif ini lebih ramping serta mampu menghasilkan daya sebesar 1.454 kW (1.950 hp). Lokomotif ini memiliki susunan gandar Co'Co', yakni dua bogie yang masing-masing memiliki tiga gandar berpenggerak. Pada lintasan datar maupun pegunungan, kecepatan Lokomotif CC201 dapat mencapai 120 km/h (33 m/s).[1]
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Lokomotif CC201 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Sepanjang waktu, lokomotif ini telah berpengalaman menarik berbagai jenis kereta, mulai dari kereta eksekutif, bisnis, ekonomi, campuran, sampai kereta barang/kargo. Namun saat ini, lokomotif ini lebih banyak dioperasikan untuk KA kelas bisnis, campuran, ekonomi, dan lokal, termasuk berdinas langsiran menggantikan lokomotif D300, D301, atau BB300 dan digunakan untuk latihan calon masinis. Lokomotif ini merupakan lokomotif GE Transportation yang paling sukses di Indonesia, mengingat ketersediaan suku cadang yang cukup. Peran lokomotif diesel hidraulis di Sumatra dan Jawa pun mulai tergantikan oleh lokomotif ini.
Lokomotif CC201 terdiri dari empat generasi, yaitu generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga, dan lokomotif yang merupakan hasil rehab dari Lokomotif BB203.
Lokomotif CC201 generasi pertama ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1977 sebanyak 28 unit dan pada tahun 1978 sebanyak 10 unit. Awal mula kedatangan lokomotif ini diwarnai dengan peristiwa kecelakaan pada saat lokomotif ini sedang dalam perjalanan dari pabriknya, GE di Amerika Serikat menuju ke Indonesia menggunakan kapal laut. Dalam perjalanannya, kapal yang membawa loko tersebut dihantam badai sehingga menyebabkan muatan-muatan yang ada di dalamnya jatuh menimpa tiga dari delapan lokomotif CC201 tersebut.[butuh rujukan] Hal ini membuat bagian depan dari ketiga lokomotif itu mengalami kerusakan. Sesampainya di Indonesia, lokomotif yang selamat dari musibah itu dapat segera dioperasikan, sedangkan beberapa unit lokomotif yang mengalami kerusakan tidak demikian. Ketiga lokomotif tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu selama kurang lebih sebulan.
Ciri-ciri lokomotif CC201 generasi pertama memiliki jaring radiator berukuran besar serta tuas pembuka alat perangkai (coupler) yang terletak di bawah sistem coupler-nya. Selain itu, pada mulanya semua lokomotif generasi ini tidak mempunyai lampu kabut di atas penghalau rintangan. Namun, sejak lokomotif ini mengalami Pemeliharaan Akhir (PA) pada tahun 2010–2011, semua unit lokomotif CC201 generasi pertama telah dipasangi lampu kabut, serta sebagian lokomotif sudah memasang tuas coupler di atas sistem coupler-nya seperti halnya generasi kedua dan ketiga.
Sebanyak tujuh unit lokomotif CC201 generasi pertama telah dialih bentuk menjadi Lokomotif CC204 pada tahun 2003 dan 2005, yaitu CC 201 03, CC 201 11, CC 201 16, CC 201 37, CC 201 32, CC 201 06, dan CC 201 12 yang masing-masing berubah menjadi CC 204 03 01, CC 204 03 02, CC 204 03 03, CC 204 03 04, CC 204 03 05, CC 204 03 06, dan CC 204 03 07.
Lokomotif CC201 generasi kedua didatangkan sebanyak 34 unit pada rentang tahun 1983–1984. Lokomotif ini memiliki ciri-ciri yang sama seperti lokomotif generasi pertama, tetapi memiliki jaring radiator yang berukuran kecil. Bentuk kaca depan berbentuk persegi dengan ujung-ujungnya yang lancip. Sama seperti lokomotif generasi sebelumnya, lokomotif ini pada awalnya juga tidak memiliki lampu kabut, tetapi kini telah dipasangi lampu kabut setelah mengalami Pemeliharaan Akhir pada tahun 2010–2011, kecuali CC 201 83 10 (CC 201 48). Dahulu di antara lokomotif generasi II ini, terdapat lokomotif yang cukup unik, salah satunya CC 201 83 18 (CC 201 56) milik Depo Induk Purwokerto yang pada bagian depannya memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan lokomotif CC201 lainnya. Kotak pasirnya lebih pendek dari yang biasanya dan kaca depannya memanjang ke bawah. Bagian dalamnya juga unik karena hanya terdapat satu meja layanan sehingga kabin masinis pun menjadi lebih luas. Hal yang melatarbelakangi perbedaan tampilan dari lokomotif CC 201 83 18 yaitu lokomotif ini pernah menabrak stoomwalls sehingga mengakibatkan kerusakan parah dan sulit mengembalikannya seperti bentuk semula.[butuh rujukan] Untuk memperbaikinya, Balai Yasa Pengok menyiasatinya dengan cara melepas satu meja layanan, memendekkan kotak pasir, dan memenjangkan 2 kaca kebawah. Karena bentuknya yang aneh ini, para penggemar kereta api sering menyebutnya “Loko Donal Bebek”. Sebelumnya, CC 201 83 09 (CC 201 47) milik Depo Cirebon (dulu Depo Yogyakarta), CC 201 89 04 (CC 201 76R) milik Depo Medan (dulu Depo Jatinegara), CC 201 77 14 (CC 201 19) milik Depo Sidotopo & CC 201 06 (sekarang CC 204 03 06) milik Depo Yogyakarta juga mempunyai bentuk yang sama seperti CC 201 83 18, tetapi bentuk keempat lokomotif tersebut saat ini sudah kembali seperti semula setelah menjalani Pemeliharaan Akhir di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta.
Artikel ini menggunakan kata-kata yang berlebihan dan hiperbolis tanpa memberikan informasi yang jelas. |
Ada juga kelas CC201 generasi kedua yang diyakini misterius. CC 201 45 (CC 201 83 07) adalah lokomotif milik Depo Lokomotif Madiun (MN) (Sebelumnya Depo Induk Yogyakarta (YK)) yang terkenal akan daya mistis dan salah satu lokomotif paling keramat di Indonesia sehingga ia dijuluki "Si Bader".
Lokomotif CC 201 83 07 terkenal karena sering terjadi peristiwa aneh dengan lokomotif tersebut. Sejak didatangkan, CC 201 83 07 sudah sering dicap sebagai salah satu lokomotif CC201 yang bermasalah. Walaupun hasil tes menunjukkan tidak ada masalah pada CC 201 83 07, tetapi sering terjadi kecelakaan atau kerusakan saat dioperasikan tanpa penjelasan yang jelas. CC 201 83 07 semula ditugaskan untuk menarik rangkaian ke arah timur. Pernah suatu ketika saat lokomotif itu berdinas menarik KA Bima dan KA tersebut mengalami tabrakan. Setelah diperbaiki, lokomotif ini berdinas KA Bima dan mengalami tabrakan lagi. Ia harus masuk kembali ke Balai Yasa Pengok, Yogyakarta, dan setelah selesai perbaikan, jabatannya diturunkan untuk menarik rangkaian kelas bisnis saja yaitu Jayabaya. Tetapi CC 201 83 07 sekali lagi mengalami tabrakan. Frekuensi tabrakan sesama kereta atau dengan kendaraan bermotor yang dialami CC 201 83 07 cukup sering, di samping kejadian aneh yang dialami para teknisi yang memperbaiki lokomotif ini pasca tabrakan.
Sesuai prosedur, setelah diperbaiki di Balai Yasa Pengok, CC 201 83 07 diuji secara statis untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah semuanya dinyatakan beres, lokomotif diuji secara dinamis di jalur tes di depan kompleks Balai Yasa Pengok. Saat dipacu dengan kecepatan tinggi, mendadak rem gagal berfungsi, sehingga lokomotif melaju terus dan menghantam dinding beton pembatas jalur tes. Sekali lagi CC 201 83 07 mengalami kerusakan dan harus diperbaiki.
Merasa kebingungan dengan CC 201 83 07, teknisi Balai Yasa yaitu Panut dan Suroso merasa perlu untuk memanggil tenaga ahli GE langsung dari Amerika. Saat sedang memeriksa CC 201 83 07, tenaga ahli GE itu bercerita bahwa saat proses pembuatan loko yang satu ini memang sudah bermasalah karena banyak terjadi kecelakaan kerja. Akhirnya para teknisi memutuskan, selain diperbaiki secara fisik, CC 201 83 07 juga diperbaiki secara spiritual. Sesuai adat orang Jawa, para teknisi Balai Yasa Pengok sepakat meruwat (ritual membuang sial) lokomotif ini. Caranya dengan mengadakan selamatan dan memasang sepasang tapal kuda bekas di kedua ujung bemper CC 201 83 07. Kemudian memberikan beberapa gram emas dan menyepuh bagian samping bawah lokomotif dengan lapisan krom sehingga terlihat mengkilat.
Anehnya setelah ritual ini, CC 201 83 07 tidak pernah mengalami kecelakaan lagi. Ruwatan yang dilakukan oleh teknisi Balai Yasa berhasil menghilangkan nasib sial lokomotif ini. Sekarang CC 201 83 07 ditempatkan di Depo Lokomotif Madiun, dan dengan mudah dikenali lewat ciri khasnya sebagai lokomotif dengan sisi yang dilapisi besi mengkilat, dan di bagian depan di bawah hidungnya, terdapat kotak dengan lubang di dalamnya yang bernama Multiple Unit Box Port yang berguna untuk sambungan kabel traksi, tetapi sudah dilepas.[2] Selain itu, plat nomor di bempernya kini dilepas.
Lokomotif generasi ketiga didatangkan pada tahun 1992 sebanyak 20 unit dan pada awalnya hanya terdapat di Jawa, dengan nomor CC 201 92 01 sampai CC 201 92 20. Lokomotif CC 201 92 08 yang sebelumnya milik Depo Lokomotif BD telah dimutasi ke Kertapati (KPT), Palembang untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana, dan kini sudah afkir karena mengalami kecelakaan hebat pada saat menarik KA Barapati di Prabumulih pada 22 Maret 2012 yang membuat lokomotif itu terguling dan terbakar. Sedangkan CC 201 92 11 (JR) dan CC 201 92 12 (CPN) yang sebelumnya berada di Jawa dan sempat dimutasi ke Sumatra pada tahun 2009-2010, sudah kembali lagi ke Jawa pada Oktober 2012.
Ciri-ciri CC201 generasi ini, yaitu terdapat lampu kabut di bawah kotak pasir di atas bemper seperti halnya lokomotif CC203/CC204. Selain itu, bentuk sudut-sudut kaca lokomotif ini agak bulat, berbeda dengan CC201 generasi sebelumnya yang kaca depannya berbentuk kotak. Hal inilah yang membuat CC201 generasi ini terlihat sangat berbeda dengan jenis yang sebelumnya sehingga mudah untuk dikenali. Sementara untuk komponen mesin, performa, maupun kecepatannya, sama dengan CC201 lainnya. Namun, sejak menjalani pemeliharaan akhir ataupun mengalami kecelakaan kereta api, beberapa lokomotif CC201 generasi ketiga ini kaca depannya sudah berbentuk kotak, dimulai dari CC 201 92 12 dan kemudian lokomotif CC201 generasi ketiga lainnya yang menjalani pemeliharaan akhir (PA) pun mulai diubah jendela depannya menjadi kotak.
Ada salah satu kelas lokomotif CC201 generasi ketiga, yakni lokomotif CC 201 92 01 yang dikenal sering mengalami perpindahan mutasi. CC 201 92 01 kini dalam kepemilikan Depo Lokomotif Jember dan merupakan lokomotif CC201 pertama yang dimiliki oleh Daerah Operasi IX Jember. Sejarahnya, lokomotif ini hanya tiga kali mengalami perpindahan kepemilikan. Kali pertama datang langsung menjadi milik Depo Bandung (BD), lalu dikirim ke Depo Sidotopo (SDT), dan terakhir dipindah ke Jember.[3]
Lokomotif CC 201 92 06 yang sebelumnya milik Depo Lokomotif Bandung kini telah dimutasi ke Medan (MDN), Sumatera Utara, untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana.
Lokomotif CC 201 92 04 saat itu pernah dijadikan lokomotif dinas beserta rangkaian kereta yang berlokasi syuting di wilayah Daerah Operasi II Bandung untuk pengambilan iklan Gudang Garam Merah tahun 1994.
Lokomotif jenis ini bukanlah CC201 asli, melainkan hasil rehabilitasi dan perbaikan dari Lokomotif BB203 yang dimulai sejak tahun 1989 dan diprakarsai oleh Balai Yasa Lahat untuk pertama kalinya.
Bentuk, ukuran, dan komponen utama lokomotif ini sama seperti lokomotif CC201, yang membedakan adalah susunan gandarnya. Jika lokomotif CC201 bergandar Co’Co’, yakni setiap bogie-nya memiliki tiga gandar penggerak, lokomotif BB203 bergandar (A1A)(A1A), di mana setiap bogie-nya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam setiap bogie-nya yang digunakan sebagai gandar penggerak. Jika lokomotif CC201 memiliki enam motor traksi, lokomotif BB203 hanya memiliki empat motor traksi dan hanya berdaya 1.150 kW 1.542 hp lebih rendah daripada CC 201 asli (1.454 kW (1.950 hp)).
Dahulu, di Depo Induk SMC, semua lokomotif CC201-nya adalah hasil rehab dari BB203. Begitu juga dengan CC201 yang ada di Sumatra. Di Depo Induk KPT dan TNK, semua lokomotif CC201-nya juga merupakan hasil rehab dari BB203, kecuali CC 201 83 10 dan CC 201 92 08 (afkir) yang merupakan CC201 asli pindahan dari Jawa.
Untuk ciri-cirinya, lokomotif ini hampir sama dengan CC201 generasi I untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 01-11, generasi IIA untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 12-41 dan generasi IIB untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 42-59. Yang membedakannya, yaitu pada nomor seri lamanya ditambahkan kode “R” di belakang nomor seri tersebut. Misalnya, CC 201 77R, kode “R” di sini menandakan bahwa lokomotif tersebut merupakan lokomotif hasil rehab dari BB203. Akan tetapi sejak berlaku penomoran baru, kode "R" di belakang nomor lokomotif hanya digunakan pada lokomotif tertentu saja, seperti 89 13R, 93 01R, 93 02R dan lain-lain.
Pengecualian untuk CC201 berkode “R” pada seri di bawah 72 atau 91-110. CC 201 di bawah 72 yang memakai kode “R” (misal: CC 201 01R, 14R, 18R, dan 26R) merupakan lokomotif asli CC201. Kode “R” tersebut bukan berarti lokomotif itu adalah hasil rehab dari BB203. Hal itu menandakan bahwa lokomotif tersebut telah melakukan overhaul dan telah diperbaiki segala komponennya agar lokomotif tersebut dapat ditingkatkan kecepatannya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun kemudian.
Semua lokomotif CC201 dan BB203 baik di Jawa maupun Sumatra memiliki bentuk yg sama, tetapi tidak untuk di Sumatera Selatan (Divre III). Beberapa lokomotif CC201 di sana memiliki bentuk yang sangat mirip dengan CC203 di Jawa.
Modifikasi ini dikarenakan Divre III Palembang tidak mempunyai unit CC203 sehingga Balai Yasa Lahat mengubah kabin dari bentuk aslinya secara bertahap dari 1994-2001. Modifikasi hidung miring yang terilhami dari CC203, juga bertujuan mengurangi hambatan angin untuk meningkatkan kecepatan. Namun tujuan peningkatan ini terasa percuma karena kecepatan kereta api penumpang hanya dibatasi 90 km/h (25 m/s), sedangkan kereta api barang hanya dibatasi maksimal 70 km/h (19 m/s).
Modifikasi ini pun dirasakan sedikit menyulitkan masinis. Karena kabin yang sempit dan kaca depan terlalu tinggi, masinis terpaksa mendongak atau mengganjal tempat duduknya ketika sedang menjalankan lokomotif. CC201 hidung miring di depo lokomotif Tanjung Karang saat ini hanya dioperasikan untuk menarik KA Kuala Stabas dan dinas langsir di Stasiun Rejosari. Sedangkan lokomotif CC201 hidung miring di Depo Lokomotif Kertapati saat ini hanya berdinas sebagai lokomotif langsir saja.
Ada enam unit CC201 yang memiliki eksterior seperti CC203, yaitu CC 201 89 13R (86R), 93 01R (111R), 83 42R (120R), 83 48 (129R), 83 49 (130R), dan 83 56R (137R). Dua unit CC 201 dengan kabin modifikasi yang sebelumnya milik TNK (CC 201 83 48 dan 83 49) telah dimutasi ke pulau Jawa dan menjadi milik Depo Induk Sidotopo, Surabaya. Dibandingkan CC201 hidung miring lainnya, CC201 83 48 dan 83 49 yang telah memakai logo dan corak PT KAI terbaru lebih mirip dengan CC203, bahkan hampir sulit membedakannya kecuali dari bunyi klaksonnya.
Namun dari semua lokomotif CC201 hidung miring yang ada, yang bentuk kabinnya paling mirip dengan CC203 adalah CC 201 83 42 dan 83 48, karena bentuk kabinnya lebih rapi dan posisi penyeka kacanya (wiper) persis dengan CC 203 meskipun CC 201 83 48 lebih sulit dibedakan karena menggunakan corak putih seperti lokomotif CC203 yang ada di Jawa.
Mulai November 2023, satu unit lokomotif CC201 yaitu CC 201 83 48 milik depo lokomotif Sidotopo kembali menggunakan skema warna merah dan biru (sebutan RnB; Bahasa Inggris: Red and Blue) dengan sabuk berwarna putih, dengan logo PT KAI versi 2020 di bagian samping diatas warna biru dan di bagian samping diatas kabin lokomotif, dengan nomor lokomotif ditengah, kepemilikan depo dibawah setelah garis putih ini.
Antara Mei 2018 - Juli 2023, tersisa 5 lokomotif CC201 berkabin hidung miring yang masih beroperasi dikarenakan CC 201 83 49 sudah afkir saat menarik KA 86 Sancaka Sore akibat menabrak truk di km 215+800 petak jalan Kedungbanteng - Walikukun pada 6 April 2018.
Sejak bulan Juli 2023, hanya 4 lokomotif CC 201 berkabin hidung miring yang masih dapat beroperasi. Ini dikarenakan CC 201 83 42 (depo induk Tanjungkarang) mengalami kerusakan berat usai menabrak truk tebu saat menarik KA S7 Kuala Stabas di Blambangan Pagar pada 18 Juli 2023. Sampai hari ini, CC 201 83 42 masih mangkrak di Balai Yasa Lahat.
Pada masa-masa awal operasionalnya, lokomotif CC201 tidak dapat menjelajahi semua lintas utama yang dimiliki oleh PJKA. Hal ini dikarenakan jalur-jalur kereta api yang hendak dijelajahi CC201 harus ditingkatkan terlebih dahulu agar dapat dilalui. Pada tahun 1977, tercatat lintas barat (Jakarta–Bandung), lintas tengah (Jakarta–Purwokerto–Surabaya), serta lintas selatan Jawa (Bandung–Yogyakarta–Surabaya) sudah ditingkatkan. Lintas utara Jawa (Jakarta–Semarang–Surabaya) sedang dalam proses peningkatan kapasitas lintas.[4]
Setelah beban gandar lintas utara Jawa ditingkatkan menjadi 15 ton dan di Sumatra menjadi 18 ton, maka lokomotif BB203 berangsur-angsur diubah menjadi CC201 dengan menambah satu motor traksi di bagian tengah masing-masing bogie, serta disetel sehingga daya mesinnya mencapai 1.950 hp.[5]
Sebagai lokomotif operasional, CC201 sangat adaptif dengan bermacam-macam pola pengecatan (livery) mengikuti identitas visual perusahaan. Tercatat, CC201 sudah dicat dengan empat skema warna. Perubahan pola pengecatan umumnya dilakukan jika telah rampung menjalani overhaul di balai yasa. Pola pengecatan yang sedang atau pernah digunakan CC201 adalah:[6]
Pada Februari 2021, pola pengecatan DKA-PJKA, yang kemudian dijuluki sebagai vintage livery, kemudian digunakan lagi untuk CC201, pada lokomotif CC201 83 31. Skema warna ini diproposalkan oleh dua komunitas pecinta kereta api, Semboyan Satoe dan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) kepada Balai Yasa Yogyakarta untuk menghadirkan kembali skema warna tersebut untuk CC201.[8] Selanjutnya, CC201 83 34, 92 01, dan 77 17, juga mendapat vintage livery, tetapi untuk CC201 83 34, pengecatan lokomotif tersebut dilakukan di Depo Lokomotif Semarang Poncol.[9]
Pada tanggal 13 November 2024, lokomotif CC 201 92 06 yang menghuni Divisi Regional I Sumatera Utara, yang sebelumnya menggunakan pola pengecatan bawaan KAI, kembali mengenakan pola pengecatan "albinisme", tetapi dengan logo KAI 2020. Pola pengecatan ini diproposalkan oleh IRPS; komunitas pecinta kereta api di Divre I, Divre I Railfans; serta Balai Yasa Pulu Brayan.[10]
Pada tahun 2013–2014, sempat diberlakukan kebijakan yang mengharuskan semua lokomotif operasional dipasangi terali besi (kawat ram) pada kaca kabin masinisnya untuk mencegah masinis terluka akibat pelemparan batu. Akan tetapi, kaca tersebut mulai ditiadakan secara masif mulai 2016 seiring penggantian bahan kaca kabin masinis dari kaca biasa menjadi polikarbonat.[11][12]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.