Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Stasiun Sidotopo

stasiun kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Stasiun Sidotopomap
Remove ads

Stasiun Sidotopo (SDT) adalah stasiun kereta api kelas Besar Tipe C yang terletak di Simokerto, Simokerto, Surabaya; termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya pada ketinggian +2,5 meter. Stasiun ini dikhususkan untuk perawatan dan penyimpanan kereta penumpang, gerbong, maupun lokomotif. Adanya tujuh belas jalur kereta api menjadikan stasiun ini memiliki jumlah jalur terbanyak di Indonesia.

Fakta Singkat Lokasi, Koordinat ...
Remove ads

Meskipun bernama Sidotopo, stasiun ini tidak berada di Kelurahan Sidotopo maupun Sidotopo Wetan, tetapi ia berada di Kelurahan Simokerto yang terletak di selatan kelurahan tersebut.

Di stasiun ini terdapat depo lokomotif yang menjadi tempat penyimpanan dan bengkel untuk lokomotif milik Daerah Operasi VIII Surabaya yang merupakan depo lokomotif terluas di Pulau Jawa. Selain itu, terdapat pula depo kereta dan gerbong dimana Depo Induk Sidotopo menyimpan rangkaian kereta api antarkota basis Stasiun Surabaya Gubeng, kecuali kereta api Jayakarta yang diparkirkan di Depo Kereta Surabaya Pasarturi; sedangkan rangkaian kereta api antarkota basis Stasiun Surabaya Pasarturi disimpan di Depo Kereta Surabaya Pasarturi.

Stasiun ini juga menjadi "tempat peristirahatan terakhir" bagi lokomotif-lokomotif diesel hidraulis seperti lokomotif BB301, BB304, D300 D301, dan BB300. Beberapa gerbong, kereta rel diesel (KRD), dan kereta penumpang yang telah memasuki tahap konservasi diafkir di stasiun ini.

Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Pada awal perkembangan jalur kereta api Surabaya-Pasuruan yang selesai dibangun pada tahun 1878, aktivitas perbengkelan dan penyimpanan lokomotif terletak di area emplasemen Stasiun Surabaya Kota. Beriring dengan meluasnya jaringan rel kereta api Staatsspoorwegen (SS) pada dekade 1900-an serta jumlah armada dan ukuran lokomotif yang semakin besar, depo lama tersebut dianggap sudah usang. Selain itu, balai yasa untuk operasi di wilayah timur yang terletak di Madiun (sekarang menjadi INKA) dianggap terlalu jauh dan kurang strategis membuat kebutuhan perusahaan untuk membangun depo baru semakin mendesak.[4] SS menyimpulkan bahwasannya kegiatan perawatan rutin yang harusnya bisa dilakukan secara berkala di depo-depo yang tersedia pada kenyataanya dilakukan di balai yasa, bersamaan dengan kegiatan perbengkelan lokomotif dan gerbong, yang menyebabkan balai yasa yang terbatas jumlahnya kewalahan untuk menangani hal tersebut.[5]

Maka dari itu, SS menyiasati dengan membangun sebuah balai yasa yang khusus diperuntukkan perawatan gerbong di Surabaya Gubeng dan juga depo baru khusus lokomotif untuk melayani operasi di wilayah timur untuk menggantikan peran depo lama di Surabaya Kota pada tahun 1918.[5] Ditentukan bahwa depo induk tersebut akan dibangun di daerah Sidotopo, dimana pada masa itu, daerah Sidotopo merupakan area yang masih berupa sawah dan rawa-rawa yang dilintasi oleh jalur kereta api menuju Stasiun Benteng. Depo lokomotif ini sekaligus akan dilengkapi dengan stasiun yang memiliki emplasemen besar untuk menampung kesibukan lalu lintas kereta api barang.[4]

Thumb
Tampak depan depo Sidotopo dan armada lokomotif ekspres pada masa Hindia Belanda.

Pembangunan emplasemen barang diselesaikan terlebih dahulu pada tahun 1921 dan sudah beroperasi semenjak 30 April 1921. Saat itu, Stasiun Sidotopo merupakan emplasemen terluas dan terbesar di Hindia Belanda hingga saat ini. Pada tahun 1923, depo lokomotif mulai aktif digunakan dan kegiatan bengkel di Surabaya Kota dipindah ke Sidotopo.[4] Depo lokomotif Sidotopo bersamaan dengan depo di Stasiun Purwokerto yang sedikit lebih kecil merupakan depo lokomotif utama dan paling modern pada saat diresmikan, dilengkapi dengan fasilitas terbaik yang melayani lokomotif andalan SS pada masanya seperti lokomotif C28. Sebagai gambaran mengenai sibuknya lalu lalang Stasiun Sidotopo serta kejayaan Staatsspoorwegen pada masanya, stasiun ini mampu menampung hingga 75 lokomotif pada suatu waktu dengan muatan gula yang bernilai total 5 hingga 6 juta gulden dan memperkerjakan lebih dari seribu pegawai.[5]

Remove ads

Insiden

  • Pada tanggal 5 Juli 2015, lokomotif dan gerbong-gerbong bekas yang sudah ditumpuk di Stasiun Sidotopo terbakar. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, bahkan sarana yang sudah terbakar itu dikabarkan akan dilelang oleh PT KAI. Diduga penyebabnya berasal dari rerumputan dan alang-alang yang terbakar. Tak diketahui bagaimana alang-alang itu terbakar, apakah karena panas atau ada orang yang sengaja membakar sampah sehingga timbul kebakaran.[6][7]
  • Pada tanggal 4 hingga 6 Januari 2020, muncul asap panas di salah satu titik pada emplasemen Stasiun dan Depo Lokomotif Sidotopo. Suhu tanah pada sumber asap panas tersebut diketahui mencapai 422 °C. Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya menduga bahwa timbunan batu bara menjadi penyebab munculnya asap panas itu. Timbunan ini diyakini sudah ada sejak Depo Sidotopo masih berstatus sebagai depo lokomotif uap.[8][9]
Remove ads

Galeri

Stasiun kereta api di Kota Surabaya
Pelabuhan Tanjung Perak
Depo minyak Pertamina Bandaran
Kalimas/
Depo Jln. Jakarta/Jln. Teluk Kumai
Benteng
Stasiun Sidotopo
Depo lokomotif Sidotopo
Mesigit
Surabaya Kota SP J T P D  R1 
Jembatan KA Kali Mas
viaduk dekat SB & shortcut SGU-SBI
FD07 A B SI Surabaya Pasarturi
Tugu Pahlawan
Jalan Tol Surabaya–Gempol
Tandes
Jln. Prof. Dr. Moestopo
SI Kandangan
Surabaya Gubeng  2L  FD07
ke Indro
Viaduk Kertajaya
A B Benowo
Ngagel
ke Semarang Tawang
Kali Jagir Wonokromo
Wonokromo SP J A SI T P D  R1  FD03 Terminal Joyoboyo
Ke Yogyakarta
Margorejo
Jemursari
Kertomenanggal
Jalan Tol Waru-Juanda
ke Bangil/Malang/Sidoarjo

Referensi

Loading content...
Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads