kota di provinsi Riau, Indonesia From Wikipedia, the free encyclopedia
Bandaraya Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa,[2] termasuk sebagai kota dengan peningkatan pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.[3]
Rencana ini memerlukan kemas kini dalam Bahasa Melayu piawai Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Bandaraya Pekanbaru
ڤكنبارو | |
---|---|
Nama panggilan: Kota Bertuah (bahasa Melayu) | |
Cogan kata: Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman, dan Harmonis | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Riau |
Ditubuhkan | 22 Jun 1784 |
Pentadbiran | |
• Wali kota (Datuk bandar) | H. Firdaus, ST, MT |
Keluasan | |
• bandar | 632.26 km2 (244.12 batu persegi) |
• Metro | 41,323.05 km2 (15,954.92 batu persegi) |
Penduduk (2012) | |
• bandar | 1.1 million [1] |
• Kepadatan | 2,041/km2 (5,290/batu persegi) |
• Metro | 3,452,544 |
• Kepadatan metro | 835.5/km2 (2,164/batu persegi) |
Zon waktu | UTC+7 (WIB) |
Kod pos | 28131 |
Kod kawasan | +62 761 |
Laman sesawang | www.pekanbaru.go.id |
Pekanbaru mempunyai satu lapangan terbang antarabangsa, iaitu Lapangan Terbang Antarabangsa Sultan Syarif Kasim II dan terminal bus terminal antara kota dan antara provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, iaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku.
Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota perdagangan yang multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.[4]
Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai jalanan pengangkutan dalam mengagihkan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang dari dataran tinggi Minangkabau.[5] Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman orang ramai. Pada tanggal 23 Jun 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak, yang terdiri dari datuk empat suku Minangkabau (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari kewujudan kota ini.[6][7]
Berdasarkan Besluit van Het Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi sebahagian daerah dari Kesultanan Siak. Namun pada tahun 1931, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur yang berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus landschap sehingga tahun 1940. Kemudian menjadi ibukota Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun 1942.[8] Setelah pendudukan Jepun pada tanggal 8 Mac 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gabenor tentera yang disebut gokung.
Selepas kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gabenor Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 Nombor 103, Pekanbaru dijadikan daerah autonomi yang disebut Haminte atau Kotapraja.[7] Kemudian pada tanggal 19 Mac 1956, berdasarkan Undang-undang Nombor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah autonomi kota kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.[9] Selanjutnya sejak tanggal 9 Ogos 1957 berdasarkan Undang-undang Darurat Nombor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia, Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk.[10] Kota Pekanbaru secara rasminya menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959 berdasarkan Kepmendagri nomor Disember 52/I/44-25[7] sebelumnya yang menjadi ibu kota adalah Tanjungpinang[11] (kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau).
Secara geografi kota Pekanbaru memiliki posisi strategik yakni berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah pentadbiran, diapit oleh Kabupaten Siak pada bahagian utara dan timur, sementara bahagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian sekitar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropika dengan suhu udara maksimum antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum antara 20.2 °C hingga 23.0 °C.[12]
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan keluasan 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan iaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebahagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nombor 19 Tahun 1987.[13] Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.[12]
Suhu dan kerpasan purata untuk Kota Pekanbaru dan sekitarnya | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mac | Apr | Mei | Jun | Jul | Ogo | Sep | Okt | Nov | Dis | Tahun |
Suhu tinggi purata °C (°F) | 30 (86) |
32 (90) |
33 (91) |
34 (93) |
33 (91) |
33 (91) |
33 (91) |
32 (90) |
33 (91) |
32 (90) |
31 (88) |
30 (86) |
33 (91) |
Suhu rendah purata °C (°F) | 22 (72) |
22 (72) |
23 (73) |
23 (73) |
24 (75) |
23 (73) |
21 (70) |
22 (72) |
22 (72) |
22 (72) |
23 (73) |
23 (73) |
23 (73) |
Kerpasan mm (inci) | |||||||||||||
Sumber: [14] 13 Maret 2012 |
Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk teramai di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Kepesatan pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup mengagumkan menjadi pendorong kepada peningkatan mendadak akan penduduknya.
Etnik Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 35.10% dari jumlah keseluruhah penduduk kota.[16] Mereka umumnya bekerja dalam bidang profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar telah mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru[17] selain Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia.
Selain itu, etnik yang memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota, namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentera Jepun, sebahagian dari mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha dalam projek pembangunan rel kereta api. Sehingga tahun 1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan pejabat dan perniagaan mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan penganti di luar kota namun banyak juga yang beralih pekerjaan.
Berkembangnya pelbagai bidang industri terutamanya yang berkaitan dengan industri petroleum membuka banyak peluang pekerjaan, hal ini juga menjadi pendorong migrasi masyarakat Batak. Kelompok etnik ini umumnya bekerja sebagai karyawan, dan memiliki ikatan emosional yang kuat terutama jika semarga dibandingkan kelompok etnik lain yang ada di Kota Pekanbaru. Pasca PRRI eksistensi kelompok etnik ini menguat setelah beberapa tokoh masyarakatnya memiliki jawatan penting dalam pemerintahan, terutama pada garis waktu pimpinan Kaharuddin Nasution menjadi Penguasa Perang Riau Daratan.
Sementara masyarakat Tionghoa dengan rata-rata bakat entrepreneur yang kuat menguasai perdagangan berskala besar di Kota Pekanbaru. Kopi Kim Teng saat ini menjadi trademark kopi asal Pekanbaru, yang dirintis oleh Kim Teng, seorang veteran pejuang Tionghoa masa kemerdekaan di Pekanbaru.
Tahun | 1930 | 1954 | 1961 | 1971 | 1990 | 2000 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2010 | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 10px|link= 2.990 | 10px|link= 28.314 | 10px|link= 70.821 | 10px|link= 145.030 | 10px|link= 398.694 | 10px|link= 587.842 | 10px|link= 720.197 | 10px|link= 754.467 | 10px|link= 779.899 | 10px|link= 799.213 | 10px|link= 897.767 | |
Sejarah kependudukan kota Pekanbaru Sumber:[18][19][20] |
Agama Islam merupakan agama terbesar dan dominan yang dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru, sementara penganut agama Kristian, Buddha, Katolik, Khonghucu dan Hindu juga terdapat di kota ini.
Sebagai sebahagian dalam pembangunan kehidupan beragama, Kota Pekanbaru tahun 1994, ditunjuk untuk pertama kalinya menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) peringkat nasional yang ke-17. Pada pertandingan membaca Al-Quran ini, jika sebelumnya diikuti oleh satu orang utusan, untuk setiap wilayah provinsi, maka pada MTQ ini setiap provinsi mengirimkan 6 orang utusan.[21]
Kota Pekanbaru secara administratif dipimpin oleh seorang wali kota. Efektifitas pemerintahan kota di Pekanbaru adalah setelah berakhirnya peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, walau pada 14 Mei 1958 OKM Jamil telah ditunjuk menjadi Walikota Pekanbaru, namun pengaruh perang saudara membuat roda pemerintahan jadi tidak menentu. Pada 9 November 1959, kembali ditunjuk Datuk Wan Abdul Rahman sebagai wali kota berikutnya, yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kampar. Selanjutnya pada 29 Maret 1962, digantikan oleh Tengku Bay, yang sebelumnya juga menjabat sebagai Bupati Indragiri.
Dimulainya dengan menguatnya pemerintahan Orde Baru, membawa beberapa perubahan pada sistem pemerintahan dalam Provinsi Riau, termasuk Kota Pekanbaru. Dominasi militer mulai mengambil peran dalam pemerintahan serta ditambah dengan munculnya hegemoni satu kekuatan politik juga mewarnai pemerintahan Kota Pekanbaru. Selanjutnya pada 1 Juni 1968, diangkat Raja Rusli B.A. sebagai wali kota sampai tanggal 10 Desember 1970, dan digantikan oleh Drs. Abdul Rahman Hamid, yang memeintah lebih dari 10 tahun.
Kemudian pada masa berikutnya mulai diterapkan penertiban periode pemerintahan kota, dan pada 5 Juli 1981, terpilih Ibrahim Arsyad, S.H., pada 21 Juli 1986 digantikan oleh Drs. Farouq Alwi, berikutnya pada 22 Juli 1991 terpilih H. Oesman Effendi Apan, S.H., memerintah selama dua periode.
Memasuki era pemerintahan otonomi daerah yang lebih luas, telah menimbulkan euforia yang berlebihan pada beberapa kelompok masyarakat di Pekanbaru, kecendrungan tertentu terutama berkaitan dengan politik dan ekonomi, mendorong masyarakatnya berlaku diskriminasi. Klaim beberapa kelompok masyarakatnya atas keutamaan mereka dibandingkan kelompok lainnya, dapat menjadi api dalam sekam, jika dibiarkan akan dapat menimbulkan disintegrasi pada masyarakat Kota Pekanbaru.[22]
Pada tahun 2001 terpilih Drs. H. Herman Abdullah M.M. sebagai wali kota, memerintah selama dua periode, ia termasuk salah satu wali kota yang berhasil dalam menertibkan sistem birokrasi pemerintahan Pekanbaru, sehingga mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakatnya.[23] Namun pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan Kota Cirebon. Hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Pekanbaru mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10.
Pada tanggal 21 Juni 2006 dilaksanakan pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung, dengan dua pasangan calon yang ikut serta yaitu Erwandy Saleh - Ayat Cahyadi yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Herman Abdullah - Erizal Muluk yang diusung oleh Golkar.[24]
Pada tanggal 18 Mei 2011 untuk kedua kalinya diselenggarakan pemilihan wali kota dan wakilnya secara langsung oleh masyarakat Pekanbaru, H. Firdaus S.T., M.T. terpilih dengan suara terbanyak,[25] namun berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hasil tersebut dibatalkan dan mesti diadakan pemungutan suara ulang (PSU).[26] Untuk mengisi kekosongan pemerintahan kota, Gubernur Riau Drs. H. Rusli Zainal mengangkat Dr. H. Syamsurizal S.E., M.M., sebagai pelaksana tugas (Plt) Walikota Pekanbaru.[27]
Kemudian berdasarkan PSU tanggal 21 Desember 2011,[28] Firdaus kembali memenangi pemilihan kepala daerah Kota Pekanbaru ini, walau dalam pelaksanaan PSU tersebut hanya 253.232 masyarakat atau 49 % saja yang menggunakan hak pilihnya.[29]
Dari hasil Pemilu Legislatif 2009, jumlah anggota DPRD kota Pekanbaru adalah sebesar 45 orang[30][31] yang tersusun atas perwakilan 12 partai.[32] Kemudian untuk struktur pimpinan DPRD Kota Pekanbaru disusun atas ketua (Fraksi Partai Demokrat), dan tiga wakil ketua (Fraksi PG, Fraksi PKS dan Fraksi PAN).[33]
DPRD kota Pekanbaru 2009-2014 | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Parti | Kerusi | |||||||||||
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat | 9 | |||||||||||
Partai Golkar | 9 | |||||||||||
Lambang PKS PKS | 5 | |||||||||||
Lambang PAN PAN | 5 | |||||||||||
PPP | 4 | |||||||||||
Lambang PDS PDS | 4 | |||||||||||
PDI-P | 2 | |||||||||||
PKB | 2 | |||||||||||
Partai Hanura | 2 | |||||||||||
PBB | 1 | |||||||||||
Partai Gerindra | 1 | |||||||||||
Lambang PDK PDK | 1 | |||||||||||
Total | 45 | |||||||||||
Sumber:[32] |
200px|thumb|left|Mal SKA Saat ini Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan, yaitu dengan nama Pekansikawan, (Pekanbaru, Siak, Kampar & Pelalawan). Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya. Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan inflasi sebesar 0.79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0.30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 0.88% dan 0.02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2.26%, terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2010 yaitu 2.07% pada bulan Januari 2010 dan 2.14% pada bulan Februari 2010.[34]
Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru, telah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan Kota Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modern, diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal SKA, Mal Ciputra Seraya,[35] Lotte Mart, Metropolitan Trade Center, The Central, Ramayana dan Giant. Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern ini, pemerintah kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional yang ada dapat bertahan, di antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.[36] Beberapa pasar tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan (Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan Pasar Cik Puan.[37]
Sementara dalam pertumbuhan bidang industri di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok industri terbesar pada sektor industri logam, mesin, elektronika dan aneka, kemudian disusul industri pertanian dan kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan di kota ini sebagian besar digunakan untuk penambahan bahan baku, penambahan peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil lainnya digunakan untuk industri baru.[38]
Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, pemerintah Pekanbaru mencuba melengkapi sarana dan prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang saat ini baru memiliki 264 kamar untuk rawat inap. Dengan selesainya bangunan tersebut, kapasitas rawat inap RSUD Arifin Achmad, akan bertambah menjadi 400 kamar.[39] Sementara kehadiran rumah sakit yang dikelola oleh pihak swasta di kota ini cukup signifikan antara lain Rumah Sakit Santa Maria yang sebelumnya bernama Balai Pengobatan Santa Maria,[40] Rumah Sakit Ibnu Sina yang didirikan oleh YARSI Riau kemudian dikelola oleh PT. Syifa Utama,[41] Rumah Sakit Awal Bros,[42] Rumah Sakit Bina Kasih, Pekanbaru Medical Centre (PMC) dan Eka Hospital.
Sampai tahun 2006 penyebaran dan pelayanan puskesmas di kota Pekanbaru masih belum merata terhadap masyarakatnya yaitu dengan ratio 1,99. Sementara persentase kunjungan penduduk memanfaatkan puskesmas baru sekitar 19 %. Hal ini dimungkinkan telah banyaknya rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan yang lebih baik.[43]
Beberapa institut pendidikan tinggi juga terdapat di kota ini, di antaranya adalah Politeknik Caltex Riau, Universiti Riau, UIN Suska, Universiti Muhammadiyah Riau, Universiti Islam Riau, dan Universiti Lancang Kuning. Sehingga tahun 2008, taraf pendidikan masyarakat Kota Pekanbaru baru mencapai sekitar 13.87 % pada tahap pendidikan tinggi, dan masih didominasi oleh tamatan SLTA sekitar 37.32 %. Sedangkan tidak memiliki ijazah sama sekali sebanyak 12.94 % dari keseluruhan penduduk Kota Pekanbaru yang berumur 10 tahun ke atas.[44]
Perpustakaan Soeman Hs merupakan perpustakaan pemerintah provinsi Riau, didirikan untuk penunjang pendidikan masyarakat Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Perpustakaan ini terletak di jantung Kota Pekanbaru, termasuk salah satu perpustakaan "termegah di Indonesia", dengan arsitektur yang unik serta telah memiliki koleksi 300 ribu buah buku sehingga tahun 2008.[45] Nama perpustakaan ini diabadikan dari nama seorang guru dan sastrawan Riau, Soeman Hasibuan.[46]
Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru telah mengusahakan pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU Tenayan Raya.[49]
Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Pemerintah kota melalui PDAM memanfaatkan air permukaan dari Sungai Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber air baku bagi Instalasi Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik. Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi air bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada, telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum (HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 – 6 orang dan HU dapat digunakan 100 orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat kota ini, sehingga sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan secara langsung air permukaan dari sungai Siak tersebut.[50]
Saat ini pemerintah kota telah menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode open dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km. Selain itu gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung, jumlah total gerobak yang ada saat ini adalah 305 buah dengan kapasitas rata-rata 1 m³ untuk melayani pengumpulan individual pada 5 wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan yang ada berupa bak sampah pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah dengan daya tampung 157.5 m³. Saat ini kapasitas penampungan TPS baru mencapai 8 % terhadap total timbunan yang ada. Untuk armada angkutan pengambilan sampah langsung digunakan truk bak terbuka, jumlah pengangkutan yang dilakukan adalah 2 – 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan baru mencapai 20 %. Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m³ timbunan sampah, sehingga jumlah sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120 m³/hari atau sekitar 60 %.[50]
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki ketinggian antara 1 sampai 20 meter dengan curah hujan dalam klasifikasi sedang, yaitu antara 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota ini adalah masalah genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran drainase yang ada maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase yang ada saat ini baru mencakup 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase besar sepanjang 10.123 meter, sistem drainase kecil sepanjang 15.456 m dan sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.[50]
Pemerintah kota saat menetapkan pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke selatan, timur dan barat kota (kecamatan Tampan, kecamatan Marpoyan Damai, kecamatan Bukit Raya, kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan Kecamatan Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail dan Kecamatan Limapuluh sebagai kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional, perumahan perkotaan (town house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke bandara dan pelabuhan di Sungai Siak.
right|thumb|200px|Jalan Tuanku Tambusai, salah satu jalan utama di Pekanbaru [[Berkas:Sultan Syarif Kasim II Airport building, Pekanbaru, Indonesia.jpg|Right|thumb|200px|Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.]] Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat, Medan di sebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Bandar Raya Payung Sekaki merupakan pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau Sumatera. Berdasarkan data yang diperoleh dari Angkasa Pura II pada tahun 2011 penumpang yang melalui bandara ini mencapai angka 1.259.993 penumpang per tahun.[51]
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di Kepulauan Riau, seperti Tanjungpinang dan Batam.
Selain itu, Transmetro Pekanbaru merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota ini.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, dilakukan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Pekanbaru menuju Padang melalui Sawahlunto. Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda dan diselesai pada 15 Agustus 1945,[52][53] walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.
Kota Pekanbaru memiliki beberapa bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya bangunan Balai Adat Melayu Riau yang terletak di Jalan Diponegoro. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan fasal-fasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji sasterawan keturunan Bugis.[54] Pada bahagian kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama dapat dibaca fasal 1 - 4, manakala fasal 5 – 12 terdapat di bahagian dinding sebelah dalam ruangan utama. Di Jalan Sudirman pula terdapat Gedung Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai tempat kegiatan budaya dan seni Melayu Riau dan kegiatan-kegiatan yang lain. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat Muzium Sang Nila Utama, merupakan muzium daerah Riau yang memiliki berbagai koleksi artifak bersejarah, seni, dan budaya. Muzium ini menyandang nama seorang tokoh legenda dalam Sulalatus Salatin, pendiri Singapura. Selanjutnya Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon budaya di Kota Pekanbaru, merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional, menggunakan nama seorang seniman Riau, Idrus Tintin, ia dibangun pada kawasan yang dahulunya menjadi tempat penyelengaraan MTQ ke-17.
Pada kawasan Senapelan terdapat Masjid Raya Pekanbaru yang sebelum ini dikenali dengan nama Masjid Alam,[55] dibangun sekitar abad ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan merupakan masjid tertua di Kota Pekanbaru.[56] Sementara Tradisi Petang Megang disaat memasuki bulan Ramadan telah dilakukan sejak masa Kesultanan Siak masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat Kota Pekanbaru.
Pada tahun 2011, masyarakat Pariaman untuk pertama kalinya mengadakan pesta budaya Tabuik di Pekanbaru. Seperti hal di daerah asalnya, perayaan ini diselenggarakan pada bulan Muharram, untuk memperingati peristiwa Pertempuran Karbala. Meski bukan tradisi masyarakat setempat, hal ini menunjukkan keanekaragaman sekaligus salah satu acara untuk pengembangan sektor pelancongan.[57] Setiap tahun, komuniti Tionghoa di Pekanbaru juga menyelenggarakan perayaan Tahun Baru Imlek, kemudian ditutup dengan perayaan Cap Go Meh. Pesta ini umumnya dipusatkan di kawasan Senapelan terutama pada beberapa vihara di antaranya Vihara Dharma Loka atau Vihara Tridharma Dewi Sakti.
PSPS Pekanbaru merupakan klub utama sepak bola yang dimiliki oleh kota ini, dan bermarkas di Stadion Kaharudin Nasution Rumbai. Namun pada tahun 2010 stadion ini direnovasi, karena stadion ini juga persiapkan sebagai salah satu venue pada Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012 Riau. Sehingga pada kompetisi LSI, PSPS untuk sementara waktu pada pertandingan kandang menggunakan Stadion Agus Salim[58] dan Stadion Kuansing.[59]
Sejak tahun 2009 kota ini mulai membenahi berbagai fasilitas olahraga setelah provinsi Riau terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XVIII dan kualifikasi Piala Asia U-22 tahun 2012, serta Islamic Solidarity Games 2013. Untuk menyambut perhelatan akbar tersebut, Pekanbaru membangun Stadion Utama Riau dengan kapasitas 43.923 kursi.[60]
Selain itu, Lapangan Golf tersebar di beberapa tempat pada kawasan kota ini, antara lain Pekanbaru Golf Course Country Club di Kubang Kulim, Simpang Tiga Golf Course di Kompleks AURI, Rumbai Golf Course di Kompleks IKSORA Rumbai, dan Lapangan Golf Labersa di Kompleks Labersa.
Di Kota Pekanbaru telah berdiri TVRI Riau sejak tahun 1997, sementara Pekanbaru TV merupakan stasiun televisi swasta pertama di kota ini, walau sempat mengudara pada tahun 2000, namun beberapa tahun kemudian ditutup karena masalah keuangan. Riau TV yang berada dalam konsorsium Group Jawa Post, mengudara sejak tahun 2001, beberapa tahun kemudian berafiliasi dengan RTM-1 milik Malaysia.
RRI Pekanbaru merupakan stasiun radio penyiaran milik pemerintah yang didirikan tahun 1959, dan memainkan peranan penting selepas berakhirnya PRRI. Sementara beberapa stasiun radio swasta juga terdapat di kota ini yang tergabung dalam PRSSNI Riau.
Genta merupakan surat kabar lokal pertama yang terbit di Pekanbaru tahun 1979, surat kabar ini beroplah 2 ribuan dan disponsori oleh pemerintah provinsi Riau waktu itu.[61] Saat ini beberapa media cetak jenis surat kabar yang cukup banyak dikenal masyarakat Kota Pekanbaru antara lain: Haluan Riau, Riau Pos, Tribun Pekanbaru, Pekanbaru Pos, Pekanbaru MX dan Koran Riau.
Selain itu di Pekanbaru juga banyak hadir media-media online salah satunya adalah : Gotoriau.com Diarkibkan 2016-02-04 di Wayback Machine yang menampilkan info-info populer seputar Pekanbaru pada khususnya dan Riau pada umumnya.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.