Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Stasiun Jakarta Kota

stasiun kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Stasiun Jakarta Kotamap
Remove ads

Stasiun Jakarta Kota (JAKK) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta, dan merupakan satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe stasiun terminus (ujung) yang tidak memiliki jalur lanjutan lagi. Dengan luas 3,25 ha (8,0 ekar),[3] stasiun ini merupakan stasiun terluas kedua di Provinsi DKI Jakarta. Stasiun Jakarta Kota juga merupakan salah satu dari lima stasiun utama di DKI Jakarta, melayani kereta api komuter menghubungkan DKI Jakarta dengan wilayah selatan Jabodetabek seperti sebagian tengah Bogor, Kota Bogor dan Depok, Jawa Barat.

Fakta Singkat B01TP01, Lokasi ...
Remove ads

Stasiun ini dikenal pula dengan sebutan Stasiun Beos atau Stasiun Kota, walaupun nama asli stasiun ini adalah Stasiun Batavia-benedenstad dan sejak zaman pendudukan Jepang, mulai menggunakan nama Djakarta (Stasiun Jakarta aslinya merujuk pada stasiun ini). Nama "Stasiun Kota" juga dapat merujuk kepada Stasiun Surabaya Kota.

Keberadaan Stasiun Jakarta Kota pada saat ini diperdebatkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial. Padahal stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Kota Surabaya, Jawa Timur yang merupakan cagar budaya, tetapi juga terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.

Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Nama Beos pada julukan stasiun ini memiliki banyak versi. Pertama, nama "Beos" mengacu pada nama stasiun Batavia BOS (Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij), yang berada pada lokasi yang sama sebelum dibongkar.[4] Perusahaan ini adalah sebuah perusahaan kereta api swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, "Beos" berasal dari singkatan bahasa Belanda, yaitu Batavia en omstreken, yang artinya "Batavia dan sekitarnya", yang berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekasi, Buitenzorg (Bogor), Bandung, Karawang, dan lain-lain.[5]

Sebenarnya, masih ada nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini, yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan.[4] Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Stasiun Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia.[6]

Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1887, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.[7]

Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, 8 September 1882, yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels.[5] Bersama teman-temannya seperti Hein von Essen dan F. Stolts, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft itu mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Karya biro ini bisa dilihat dari gedung Departemen Perhubungan Laut di Medan Merdeka Timur dan Rumah Sakit PELNI di Petamburan yang keduanya di Jakarta serta Rumah Sakit Panti Rapih di Yogyakarta.

Stasiun ini, pada zaman kolonial ada dua, yaitu Batavia NIS (Batavia Noord) dan Batavia BOS (Batavia Zuid).[4] Setelah kedua stasiun tersebut dibeli oleh pemerintah kolonial, perusahaan kereta api negara Staatsspoor en Tramwegen, berencana untuk membangun stasiun besar baru di atas lahan Stasiun Batavia BOS yang mulai ditutup sejak tahun 1923. Sebagai gantinya, maka stasiun Batavia Noord eks-NIS yang berjarak 200 meter ke arah Utara sebagai stasiun utama untuk melayani penumpang. Tahun 1926, stasiun eks-BOS mulai dibongkar. Pembangunan ini adalah proyek dari pembangunan gedung stasiun milik negara, maka Burgerlijke Openbare Werken, (Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda), terlibat dalam pembangunannya.

Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju keindahan.[5]

Masa kini

Stasiun Jakarta Kota akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Walau masih berfungsi, di sana-sini terlihat sudut-sudut yang kurang terawat. Keberadaannya pun mulai terusik dengan adanya kabar pembangunan mal di atas bangunan stasiun. Demikian pula kebersihannya yang kurang terawat, sampah berserakan di rel-rel kereta. Selain itu, banyak orang yang tinggal di samping kiri kanan rel di dekat stasiun mengurangi nilai estetika stasiun ini. Kini pihak KAI melalui Unit Pelestarian Benda dan Bangunan Bersejarah telah mulai menata stasiun bersejarah ini.

Remove ads

Bangunan dan tata letak

Ringkasan
Perspektif
Thumb
Dua kereta api komuter terbaru buatan dari INKA (kiri) dan CRRC (kanan) di Stasiun Jakarta Kota

Stasiun ini awalnya memiliki dua belas jalur kereta api dengan jalur 4 dan 5 merupakan sepur lurus jalur ganda dari dan ke arah Kampung Bandan Bawah-Pasar Senen-Jatinegara, jalur 8 dan 9 merupakan sepur lurus jalur ganda dari dan ke arah Kampung Bandan atas-Tanjung Priuk, serta jalur 11 dan 12 merupakan sepur lurus jalur ganda layang dari dan ke arah Gambir-Manggarai. Namun, saat ini jumlah jalurnya berkurang menjadi sebelas jalur karena jalur 1 yang lama sudah ditutup dan diubah menjadi ruang tunggu penumpang beberapa kereta api antarkota yang pelayanan rutenya berterminus di stasiun ini.

Mulai Februari 2022 sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens tipe SSI di sepanjang jalur layang tersebut sudah digantikan dengan yang terbaru produksi PT Len Industri. Penomoran jalur di stasiun ini diubah dengan mengurangi semua nomor jalurnya dengan angka satu. Sebelum menggunakan sinyal elektrik, stasiun Jakarta Kota menggunakan sinyal mekanik yang dibilang cukup unik: sinyal panggung dengan dua lengan sinyal dalam satu tiang.

Salah satu hal yang unik dari stasiun ini adalah bangunan peronnya yang mirip dengan bangunan peron pulau di Stasiun Jember, yaitu berupa kanopi memanjang dengan atap berbentuk huruf V yang disangga struktur kantilever kolom tunggal dari baja.

Stasiun Jakarta Kota juga berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi layanan kereta api antarkota sebelum dipersiapkan pemberangkatannya di Stasiun Gambir, namun layanan kereta api antarkota dari Stasiun Pasar Senen dipindahkan tempat peristirahatan sementara ke Depo Lokomotif Cipinang yang terletak di Jatinegara, Jakarta Timur. Di sebelah timur laut stasiun ini terdapat depo kereta yang terhubung langsung dengan jalur 9.

Stasiun ini terakhir direnovasi pada tahun 2019, salah satunya berupa penambahan ruang tunggu baru untuk kereta api jarak jauh.[8] Per 23 Februari 2020, wesel-wesel inggris dan scissors stasiun yang telah digunakan selama hampir lima puluh tahun kini sudah diganti dengan yang terbaru.[9]

Thumb

B01TP01 Thumb

G Pintu masuk/keluar sisi utara
Hall stasiun Peron sisi
Jalur 1 Jalur parkir rangkaian kereta api
Jalur 2 Jalur parkir rangkaian kereta api
Peron teluk
Jalur 3 ← Jalur sepur ujung      Commuter Line Bogor
Jalur 4      Commuter Line Bogor menuju Bogor (Jayakarta)
Peron teluk
Jalur 5 Parkir kereta api antarkota
Jalur 6 Parkir kereta api antarkota
Peron teluk
Jalur 7 ← Jalur sepur ujung      Commuter Line Tanjung Priok
Jalur 8      Commuter Line Tanjung Priok menuju Tanjung Priuk (Kp. Bandan)
Peron teluk
Jalur 9 Parkir kereta api antarkota

Sepur lurus dari dan ke arah depo kereta

Jalur 10      Commuter Line Bogor menuju Bogor (Jayakarta)
Peron teluk
Jalur 11      Commuter Line Bogor menuju Bogor (Jayakarta)
Peron sisi
G Pintu masuk/keluar sisi selatan
Remove ads

Pada budaya populer

Stasiun ini dijadikan salah satu lokasi syuting video musik oleh sejumlah grup musik dan penyanyi, seperti Krakatau dalam lagu yang berjudul Kau Datang pada tahun 1989, Padhyangan Project dalam lagu Antrilah di Loket pada tahun 1996, TIC Band dalam lagu Terbaik Untukmu pada tahun 2001, film Cinlok pada tahun 2008, Kotak dalam lagu Selalu Cinta pada tahun 2013, penyanyi Kunto Aji dalam lagu debutnya yang berjudul Terlalu Lama Sendiri pada tahun 2014, dan Maudy Ayunda dalam lagu Jakarta Ramai pada tahun 2016.

Layanan kereta api

Ringkasan
Perspektif
Thumb
Depo Stasiun Jakarta Kota

Sejak sekitar tahun 2013-2014 semua kereta api penumpang antarkota yang dahulu memiliki terminus ke Stasiun Jakarta Kota dialihkan ke Stasiun Pasar Senen, antara lain KA Gumarang, KA Gaya Baru Malam Selatan, KA Tegal Arum (sekarang tidak beroperasi lagi), dan KA Serayu. Pemindahan juga dilakukan ke Gambir untuk KA Argo Parahyangan dan KA Gajayana. Sejak tanggal 9 Februari 2017 semua perjalanan KA lokal Daop I bagian timur (KA Walahar Ekspres/Lokal Purwakarta dan KA Jatiluhur/Lokal Cikampek) dipindahkan ke Stasiun Tanjung Priuk.[10]

Sejak tanggal 29 Mei 2019, tiga perjalanan kereta api jarak jauh dan menengah kelas ekonomi yang semula berakhir di Stasiun Pasar Senen (KA Jayakarta, Menoreh, dan Kutojaya Utara), dipindahkan ke Stasiun Jakarta Kota.[11][12] Dengan berlakunya Gapeka 2021 tanggal 10 Februari 2021, maka stasiun terminus KA Jayakarta dikembalikan lagi ke Stasiun Pasar Senen untuk memudahkan pelayanan penumpang kereta api rangkaian panjang.

Mulai 1 Juni 2023 sejak diberlakukan Gapeka 2023, keberangkatan KA Menoreh dikembalikan ke Stasiun Pasar Senen karena okupansi yang minim di Stasiun Jakarta Kota, menyisakan hanya KA Kutojaya Utara yang masih melayani di Stasiun Jakarta Kota. Namun sejak Gapeka 2025 berlaku tanggal 1 Februari 2025, kereta api Kutojaya Utara dilebur menjadi kereta api Madiun Jaya dengan relasi Pasar SenenPurwokertoMadiun dan mengakhiri layanan kereta api antarkota di Stasiun Jakarta Kota setelah dua tahun.

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2025.[13]

Komuter

Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Relasi perjalanan ...
Remove ads

Antarmoda pendukung

Informasi lebih lanjut Jenis angkutan umum, Trayek/koridor ...
Remove ads

Insiden

Pada 26 Desember 2014 pukul 06.30, lokomotif CC201 89 07 menabrak peron di Stasiun Jakarta Kota, pada saat melangsir rangkaian kereta api Argo Parahyangan. Lokomotif tersebut melampaui batas aman berhenti, sehingga meloncat keluar rel kemudian menggerus lantai peron. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.[14]

Galeri

Remove ads

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Loading content...
Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads