Bahasa Melayu mempunyai sejarah panjang sebagai lingua franca di Kepulauan Nusantara yang saat ini meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Timor Leste, dan bagian selatan Thailand. Variasi geografis yang kemudian tersebar luas bahkan hingga ke Afrika Selatan ini akhirnya menyebabkan terbentuknya klaster bahasa Melayu yang menyebar dan memiliki perbedaan karena kondisi geografisnya. Berikut ini merupakan daftar varietas bahasa Melayu yang dirangkum dalam satu artikel.[1]
Indonesia
- Aceh
- Bali
- Bengkulu
- DKI Jakarta
- Gorontalo
- Jambi
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Tengah
- Kalimantan Timur
- Kepulauan Bangka Belitung
- Kepulauan Riau
- Bahasa Melayu Riau Kepulauan, dituturkan di Kepulauan Riau secara keseluruhan.
- Maluku
- Maluku Utara
- Nusa Tenggara Timur
- Pulau Papua ( Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan)
- Riau
- Bahasa Melayu Riau, dituturkan secara dominan di seluruh Provinsi Riau.
- Bahasa Kampar, dianggap sebagai dialek dari bahasa Melayu dan Minangkabau; dituturkan di Kabupaten Kampar.
- Bahasa Kuantan, dianggap sebagai dialek dari bahasa Melayu dan Minangkabau; dituturkan di Kabupaten Kuantan Singingi.
- Bahasa Melayu Pangaraian, dituturkan di Kabupaten Rokan Hulu.
- Bahasa Melayu Riau Pesisir, dituturkan di pesisir Provinsi Riau; terutama di Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kota Dumai, dan pesisir Kabupaten Pelalawan.
- Bahasa Melayu Siak, dituturkan di Kabupaten Siak dan Kota Pekanbaru.
- Bahasa Melayu Tembilahan, dituturkan di ibu kota Kabupaten Indragiri Hilir, Tembilahan; memiliki pengaruh bahasa Banjar yang signifikan.
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Utara
- Sumatra Selatan
- Sumatra Utara
Bahasa Melayu Kuno
Bahasa Melayu Kuno atau Melayu Tua (Old Malay) adalah nama yang digunakan untuk menyebut suatu bahasa yang tertulis pada beberapa prasasti yang berasal dari abad ke-7 hingga abad ke-10 M yang ditemukan di Sumatra dan Jawa. Sebagian besar prasasti yang menjadi sumber korpus (bukti tertulis) Melayu Kuno berkaitan dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya. Nama "Melayu Kuno" menunjukkan bahwa bahasa ini merupakan pendahulu dari bahasa Melayu Modern dan bahasa Melayu Klasik, tetapi para ahli memiliki pandangan berbeda terhadap hal tersebut, begitu pun terhadap persoalan apakah bahasa ini adalah salah satu anggota rumpun bahasa Melayik.[45]
Bunce, Pauline (2012). Out of Sight, Out of Mind… and Out of Line: Language Education in the Australian Indian Ocean Territory of the Cocos (Keeling) Islands (dalam bahasa Inggris). Multilingual Matters. hlm. 37–59. ISBN 978-1-84769-749-3.
Clynes, A. (2014). Brunei Malay: An Overview. In P. Sercombe, M. Boutin, & A. Clynes (Eds.), Advances in Research on Linguistic and Cultural Practices in Borneo (pp. 153–200). Phillips, ME: Borneo Research Council. Draf pra-publikasi tersedia di http://fass.ubd.edu.bn/staff/docs/AC/Clynes-Brunei-Malay.pdf
Arman, Dedi (8 June 2014). "Perkembangan Bahasa Melayu". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Directorate General of Culture of The Republic of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-01. Diakses tanggal 28 December 2020. Pemindahan ini merupakan permulaan dari suatu periode dalam pengembangan dan penyebaran bahasa Melayu, yaitu zaman Kerajaan Riau dan Lingga. Dalam periode inilah bahasa Melayu memperoleh ciri ke-Riau-annya, dan bahasa Melayu Riau inilah yang merupakan cikal bakal bahasa Nasional Indonesia yang dicetuskan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 ...Selama keberadaan kerajaan ini hampir 200 tahun lamanya, ada tiga momentum yang penting sekali bagi perkembangan dan persebaran bahasa Melayu Riau, yaitu tahun 1808, ketika Raja Ali Haji lahir; tahun 1857, ketika Raja Ali Haji menyelesaikan bukunya yang berjudul Bustanul Katibin, suatu tatabahasa normatif bahasa Melayu Riau; dan tahun 1894, ketika percetakan Mathba’atul Riauwiyah atau Mathba’atul Ahmadiyah didirikan. Pengoperasian percetakan Mathba’atul Riauwiyah ini sangat penting karena melalui buku-buku dan pamflet-pamflet yang diterbitkannya, bahasa Melayu Riau tersebar ke daerah lain di Kepulauan Nusantara.
"Tamiang". kbbi.kemdikbud.go.id. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 17 Juni 2021.
Bahasa Melayu Berau di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
Khaliffitriansyah; Pristiawan, Feri; Hariyanto, Prima; Oktarina, Dwi; Kurniawati, Dewi Septi; Dwijaya, Edwin (2018). Pristiawan, Feri; Hariyanto, Prima, ed. Kamus Bahasa Melayu Bangka-Indonesia (PDF) (edisi ke-1). Pangkal Pinang: Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung. hlm. ii.
Napsin, Syahrul (1986). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Belitung. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Allen, Robert B.; Hayami-Allen, Rika (2002). "Orientation in the Spice Islands" (PDF). Dalam Macken, Marlys. Papers from the Tenth Annual Meeting of the Southeast Asian Linguistics Society, 2000 (dalam bahasa Inggris). Tempe: Arizona State University, Program for Southeast Asian Studies. hlm. 21. ISBN 1-881044-29-7. OCLC 50506465.
Klamer, Marion (2014). "The Alor-Pantar languages: Linguistic context, history and typology.". Dalam Klamer, Marian. Alor Pantar languages: History and Typology (dalam bahasa Inggris). Berlin: Language Sciences Press. hlm. 5–53. doi:10.17169/FUDOCS_document_000000020993 . ISBN 9783944675602.
Kluge, Angela Johanna Helene (2014) (dalam bahasa en). A grammar of Papuan Malay (Tesis PhD).
Velzen, Paul van (1995). "Sone notes on the variety of Malay used in Serui and vicinity". Dalam Connie Baak; Mary Bakker; Dick van der Maij. Tales from a concave world : liber amicorum Bert Voorhoeve (dalam bahasa Inggris). Department of Languages and Cultures of South-East Asia and Oceania, Leiden University. hlm. 311–43. ISBN 9073006066.
Wurm, Stephen A.; Mühlhäusler, Peter; Darrell T., Tryon, ed. (1996). Atlas of languages of intercultural communication in the Pacific, Asia and the Americas (dalam bahasa Inggris). hlm. 682.
Prentice, Jack (1994). "Manado Malay: Product and agent of language change". Dalam Dutton, Tom; Tryon, Darrell T. Language Contact and Change in the Austronesian World (dalam bahasa Inggris). Berlin: Walter de Gruyter. hlm. 411–442. doi:10.1515/9783110883091.411. ISBN 978-3-11-012786-7.
Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang Malay. 5th International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics (dalam bahasa Inggris). Leipzig.
Daftar kata dialek Melayu Sarawak: dialek Melayu Sarawak-bahasa Malaysia, bahasa Malaysia-dialek Melayu (dalam bahasa Melayu) (edisi ke-2). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1998. ISBN 9836263241.
Adelaar, K. Alexander (2000). "Malay: A Short History". Oriente Moderno (dalam bahasa Inggris). 19 (2): 234. JSTOR 25817713.
Abdonloh Khreeda-Oh; Hishamudin Isam; Mashetoh Abd Mutalib (January 2022). "The Borrowing Processes of Thai Language in Patani Malay Dialect in Thailand". International Journal of Multidisciplinary Research and Analysis (dalam bahasa Inggris). 05 (1): 16. doi:10.47191/ijmra/v5-i1-02 .
Stell, Gerald (2007). "From Kitaab-Hollandsch to Kitaab-Afrikaans: The evolution of a non-white literary variety at the Cape (1856-1940)". Stellenbosch Papers in Linguistics (PDF) (dalam bahasa Inggris). Stellenbosch University. 37. doi:10.5774/37-0-16 .
Edwards, E. D.; Blagden, C. O. (1931). "A Chinese Vocabulary of Malacca Malay Words and Phrases Collected between A. D. 1403 and 1511 (?)". Bulletin of the School of Oriental Studies, University of London (dalam bahasa Inggris). 6 (3): 715–749. doi:10.1017/S0041977X00093204. JSTOR 607205.