Bahasa Melayu Bacan

bagian dari rumpun bahasa Austronesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Bahasa Melayu Bacan

Bahasa Melayu Bacan[7] atau bahasa Bacan[8] adalah suatu dialek bahasa Melayu (atau bahasa tersendiri) yang dituturkan di pulau Bacan, kabupaten Halmahera Selatan, provinsi Maluku Utara, Indonesia.

Fakta Singkat BPS: 0662 6, Dituturkan di ...
Bahasa Bacan
BPS: 0662 6
bahasa Bacan
  • Batjan
  • Bachan
Dituturkan diIndonesia
WilayahPulau Bacan
EtnisBacan
Penutur
4.800 (2018)[1]
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia
    • Melayu-Polinesia
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
Latin
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur oleh  Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan
  • Kantor Bahasa Maluku Utara
Kode bahasa
ISO 639-3btj
Glottologbaca1243[2]
IETF
BPS (2010)0662 6
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Severely Endangered
Bacan diklasifikasikan sebagai bahasa terancam berat (SE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL Ethnologue: C8b Nearly Extinct
Bahasa Melayu Bacan dikategorikan sebagai C8b Nearly Extinct menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini dikatakan sudah hampir punah
Referensi: [3][4][5]
Lokasi penuturan
Thumb
Peta bahasa Bacan:[a][6]
  Lingkup ekstensif wilayah penuturan bahasa Bacan
Thumb
Lokasi penuturan
Thumb
Thumb
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 0°37′33.4056″S 127°28′39.6984″E
Catatan
  1. disadur dari laman resmi Peta Bahasa Provinsi Maluku Utara
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L B PW   
    
Tutup

Bahasa Bacan dituturkan sebagai bahasa ibu oleh warga setempat di beberapa desa: Indomut, Awanggo, Amasing, Labuha, Mandawong. Menurut buku Atlas of Languages of Intercultural Communication in the Pacific, Asia, and the America, bahasa ini sempat menyebar sebagai lingua franca (bahasa perantara) di Kepulauan Bacan, bersama dengan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Maluku Utara (Melayu Ternate).[9] Namun, menurut publikasi Penelitian Bahasa di Maluku, bahasa Bacan biasanya digunakan oleh orang Bacan asli saja.[8]

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Bahasa ini berkembang secara terpisah dari variasi bahasa Melayu yang paling dekat secara geografis, yaitu bahasa Melayu Ambon dan bahasa Melayu Ternate. Dahulunya, bahasa Bacan dikira berkerabat dengan bahasa Sula atau bahasa-bahasa di pulau Sulawesi.[10] Ciri-cirinya banyak yang bersifat arkais dan unik di antara dialek bahasa Melayu.[10][11] Disebabkan isolasi geografisnya yang cukup lama, bisa dikatakan bahwa bahasa Bacan sudah lepas dari pengklasifikasian sebagai dialek bahasa Melayu.[12] Bahasa Bacan tidak dapat dimengerti oleh penutur bahasa Melayu Ternate,[13] dan sepertinya malah berkerabat dengan bahasa Melayu Brunei.[9]

Berbeda dengan variasi bahasa Melayu Indonesia Timur lainnya, bahasa ini tidak lazim digunakan oleh kelompok etnis lain. Ciri itu membedakannya dengan bahasa Melayu Ternate dan bahasa Melayu Ambon. Ciri-ciri bahasa Bacan juga tidak seperti bahasa dagang atau bahasa kreol. Tampaknya, nenek moyang orang Bacan bermigrasi dari pulau Kalimantan ratusan tahun yang lalu. Kerumitan morfologinya menunjukkan bahwa bahasa tersebut diwariskan sebagai bahasa ibu dari generasi ke generasi.[8] Namun, bahasa Bacan banyak mengalami perubahan akibat pengaruh bahasa-bahasa lain disekitarnya.[14]

Publikasi Ethnologue (edisi 22) dan Language Policy in Superdiverse Indonesia mencatat bahwa bahasa Bacan digunakan oleh enam orang saja.[15][16] Namun, Ethnologue (edisi 16) sempat melaporkan bahwa penuturnya berjumlah 2.500 orang.[17] Menurut data publikasi Penelitian Bahasa di Maluku (2018), bahasa ini dituturkan oleh sekitar 5% dari populasi pulau Bacan (populasinya sekitar 90.000 jiwa, termasuk pendatang dari daerah lain). Menurut publikasi tersebut, kepulauan Bacan sendiri banyak dihuni oleh pendatang dari Galela, Tobelo, Makian, dan Sulawesi Tenggara.[8] Berdasarkan informasi terbaru, bahasa Bacan sudah mulai punah dan tidak banyak digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Walaupun jumlah masyarakat yang mengakui dirinya sebagai orang Bacan meningkat, hanya sebagian kecil dari mereka yang mampu menuturkan bahasa ini (biasanya orang dewasa saja).[12]

Dahulunya, bahasa ini tidak terlalu dilestarikan dalam rujukan ilmu bahasa, dan data kebahasaan yang dikumpulkan biasanya hanya menyangkut kosakata saja.[9] James T. Collins, seorang ahli bahasa asal Amerika, terlibat dalam upaya dokumentasi dan pelestarian yang lama dan rumit, hingga diterbitkannya kamus bahasa Bacan pertama pada tahun 2022.[18][19]

Sejak tahun 2019, bahasa Bacan telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda dalam bidang Tradisi dan Ekspresi Lisan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.[20][21][22]

Referensi

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.