Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Ini adalah daftar kunjungan pastoral Paus Fransiskus di luar Italia.
Sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Fransiskus tidak melakukan kunjungan secara luas sebelum ia terpilih sebagai Paus. Paus Fransiskus dan Paus Yohanes XXIII adalah satu-satunya Paus yang tidak pernah berkunjung ke Amerika Serikat sebelum terpilih menjadi Paus.[1]
Kunjungannya ke Filipina pada bulan Januari 2015 termasuk acara kepausan terbesar dalam sejarah dengan sekitar 6–7 juta umat yang hadir dalam misa terakhirnya di Manila, melampaui acara kepausan terbesar pada saat itu di Hari Pemuda Sedunia 1995 di tempat yang sama dua puluh tahun sebelumnya.
Paus Fransiskus mengunjungi Rio de Janeiro, Brasil, dalam rangka Hari Orang Muda Sedunia. Ia tiba di Brasil pada 22 Juli dan meninggalkan Brasil pada 28 Juli.[2] Perjalanan ini menjadi satu-satunya perjalanan luar negeri yang ia lakukan pada tahun itu. Paus secara resmi disambut di Brasil dalam sebuah upacara di Istana Guanabara dan bertemu dengan Presiden Brasil Dilma Rousseff.[3] Sepanjang perayaan, tercatat 3,5 juta orang berkumpul untuk merayakan Misa di Pantai Copacabana.[4] Dalam pidatonya, Fransiskus menghimbau umat untuk tidak menjadi "umat Kristiani paruh waktu", tetapi menjalani kehidupan yang penuh dan bermakna.[5] Perjalanan ini sebelumnya dijadwalkan untuk dilakukan oleh pendahulunya, Paus Benediktus XVI, sebelum Benediktus XVI memutuskan untuk pensiun.[6]
Fransiskus mengunjungi Amman, Bethlehem dan Yerusalem pada kunjungan selama tiga harinya ke wilayah tersebut dari 24 sampai 26 Mei. Kunjungan tersebut diumumkan pada Minggu Angelus tanggal 5 Januari 2014.[7][8] Fransiskus datang ke Yordania pada 24 Mei setelah bertemu dengan Raja Abdullah II, melaksanakan sebuah acara secara massal di Stadion Internasional Amman.[9] Pada kunjungannya, Fransiskus berdoa di barrier Tepi Barat Israel dan juga mengunjungi Monumen Korban-Korban Aksi Teror bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.[10] Francis melanjutkan kunjungannya dengan bertemu dengan Patriark Bartolomeus I untuk melanjutkan dialog antar-kepercayaan bersama dengan Gereja Ortodoks.[11]
Paus Fransiskus datang ke Pangkalan Udara Seoul pada 14 Agustus untuk memulai kunjungan lima harinya di Korea Selatan untuk merayakan Hari Orang Muda Asia Keenam.[12] Pada saat kedatangannya, Fransiskus disambut oleh Presiden Korea Selatan Park Geun-hye.[13] Setelah itu, Fransiskus mengadakan pertemuan pribadi dengan keluarga-keluarga korban peristiwa feri MV Sewol.[14] Ia kemudian membuat sebuah pidato dalam bahasa Inggris pertamanya sebagai Paus. Berpidato di Kantor Presidensial di Seoul, ia berkata "Aku datang kesini dengan pemikiran damai dan rekonsiliasi di Semenanjung Korea." [15] Fransiskus mengadakan misa publik pertamanya pada kunjungannya pada 15 Agustus di depan 50,000 orang di Stadion Piala Dunia Daejeon.[16] Ia membeatifikasi generasi pertama dari 124 Martir Korea di Lapangan Gwanghwamun di depan sekitar 800,000 orang pada 16 Agustus.[17] Francis mengisi kunjungan lima harinya dengan sebuah misa untuk perdamaian dan rekonsiliasi semenanjung Korea yang terpecah di Katedral Myeongdong di Seoul.[18]
Paus Fransiskus mengumumkan dalam kotbah Angelusnya pada 15 Juni 2014 yang menyatakan bahwa ia akan membuat kunjungan satu hari ke kota Tirana di Albania..[19] Keamanan diperketat pada hari-hari sebelum kunjungan tersebut setelah para pemimpin pemerintahan Irak mendapatkan laporan intelijensi yang menyatakan bahwa fundamentalis Islam akan merencakan sebuah upaya terhadap hidup Paus ketika di Albania.[20]
Kunjungan 11 jam tersebut adalah kunjungan Eropa pertama yang dibuat oleh Fransiskus.
Pada saat lawatannya, ia bertemu dengan Presiden Albania Bujar Nishani, mengadakan misa di lapangan Bunda Teresa di Tirana, dan bertemu dengan para pemimpin keagamaan, yakni dari kepercayaan Muslim, Ortodoks, Bektashi, Yahudi dan Protestan. Ia juga menghargai orang-orang yang dianiaya dibawah kekuasaan mantan diktator komunis Enver Hoxha. Sekitar 130 biarawan Kristen meninggal dalam detensi atau dieksekusi pada kediktatoran 1944-1985 Hoxha, yang mendeklarasikan Albania sebagai negara ateis pertama di dunia pada 1967.[21]
Paus Fransiskus membuat sebuah kunjungan empat jam, sebuah kunjungan terpendek yang dibuat oleh Paus, di Strasbourg pada 25 November 2014, dimana ia menyampaikan kepada Parlemen Eropa dan Dewan Eropa mengenai kabar-kabar seperti imigran yang datang secara ilegal ke Eropa dan kondisi yang baik untuk para pekerja.[22]
Paus Fransisikus menerima undangan untuk mengunjungi Turki atas permintaan Presiden Recep Tayyip Erdoğan pada bulan September 2014. Undangan ini juga datang dari Patriark Bartolomeus I dalam rangka Pesta Santo Andreas.[23] Paus Fransiskus tiba di Bandar Udara Internasional Esenboğa pada tanggal 28 November di mana ia bertemu dengan para pejabat Turki sebelum mengunjungi Anıtkabir. Di sana ia meletakkan karangan bunga untuk mengenang sang pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Atatürk.[24] Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Kompleks Kepresidenan di mana ia bertemu dengan Presiden Erdoğan dan menyampaikan pidato yang mendesak dialog antar agama untuk melawan fanatisme dan fundamentalisme serta menyerukan pembaruan desakan untuk perdamaian Timur Tengah, katanya wilayah tersebut telah "terlalu lama menjadi suatu teater perang saudara".[25] Pada hari berikutnya Paus Fransiskus mengunjungi Masjid Biru di mana ia berdoa dalam hati bersama para ulama Islam senior.[26] Ia menutup kunjungannya dengan perayaan liturgi di Gereja St. George bersama dengan Patriark Bartolomeus I, dan meminta restu darinya "untuk saya dan Gereja Roma" serta mendesak persatuan kembali antara kedua Gereja. Kepada umat Ortodoks yang berkumpul di Gereja St. George ia mengatakan bahwa "Saya ingin memastikan kepada kalian masing-masing yang berkumpul di sini bahwa, untuk meraih tujuan persatuan sepenuhnya sebagaimana diharapkan, Gereja Katolik tidak berniat untuk memaksakan kondisi apapun selain pengakuan iman bersama".[27]
Paus Fransiskus mengunjungi Sri Lanka pada 13–15 Januari dan Filipina (15–19) pada Januari.[28][29][30]
Kunjungan Paus Fransiskus ke Filipina adalah kunjungan kepausan keempat di negara pulau tersebut. Beato Paulus VI mengunjungi Filipina pada 1970, St. Yohanes Paulus II datang pada 1981 untuk beatifikasi Lorenzo Ruiz dan Domingo Ibáñez de Erquicia serta kembali pada 1995 untuk merayakan Hari Orang Muda Sedunia.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Filipina pada bulan Januari 2015 menjadi ajang kepausan terbesar dalam sejarah dengan kehadiran sekitar 6-7 juta orang saat misa terakhir di Manila yang bahkan melampaui acara kepausan terbesar pada Hari Orang Muda Sedunia 1995 di tempat yang sama 20 tahun sebelumnya.[31][32][33]
Paus Fransiskus mengumumkan pada tanggal 1 Februari 2015 bahwa ia berniat untuk mengunjungi Sarajevo, ibu kota Bosnia dan Herzegovina, pada tanggal 6 Juni 2015. Dalam kunjungannya ia menekankan pentingnya dialog ekumenis. Diperkirakan ada 67.000 orang yang mengunjungi acara tersebut yang mana berpuncak pada misa di stadion Koševo. Kebanyakan peziarah berasal dari Kroasia dan Bosnia kendati ada juga 1.000 peziarah dari Serbia, banyak kelompok dari Hungaria, Slovenia, Makedonia, berbagai komunitas Kroasia yang berasal dari Jerman, Austria, Amerika Serikat, dan sekelompok biarawati dari Panama serta Mesir.[34]
Takhta Suci pada bulan Mei 2015 mengumumkan bahwa Paus Fransiskus akan mengunjungi Bolivia pada bulan Juli 2015, serta dua negara Amerika Selatan lainnya, yakni Ekuador dan Paraguay. Sebelum kunjungan tersebut, Presiden Bolivia Evo Morales menegaskan bahwa Paus Fransiskus akan bertemu dengan berbagai organisasi masyarakat pribumi di sela-sela acara resmi.[35][36] Jadwal yang dirilis mengindikasikan bahwa sang paus akan berada di Ekuador pada tanggal 5–8 Juli, di Bolivia tanggal 8–10 Juli, dan Paraguay tanggal 10–12 Juli 2015. Ia dijadwalkan kembali ke Roma pada tanggal 13 Juli 2015.[37][38] Direktur Kantor Pers Takhta Suci, Federico Lombardi, S.J., mengakui adanya laporan bahwa Paus Fransiskus mungkin mengunyah daun koka, atau mungkin minum teh yang dibuat dari coca (ia akhirnya minum teh coca dengan beberapa bahan lainnya), yang mana di wilayah tersebut dianggap sakral oleh beberapa kalangan dan merupakan suatu tanaman pangan yang penting (kaya akan kandungan kalsium, protein, dan besi, selain nutrisi lainnya, juga berpotensi mengatasi penyakit ketinggian yang menjadi alasan populer pengunaannya, tetapi juga merupakan bahan utama dalam kokain), selama perjalanan ini, tetapi ia menyatakan bahwa tidak ada keputusan apapun terkait hal ini. Paus Yohanes Paulus II dan Paus Paulus VI memiliki pengalaman serupa, sehingga keterlibatan dalam adat kultural ini bukannya belum pernah terjadi sebelumnya.[39]
Pada tangal 19 Septermber 2015 Paus Fransiskus berangkat dengan pesawat Alitalia A330 ("Shepherd One") dari Bandar Udara Internasional Leonardo da Vinci di Roma, menuju Bandar Udara Internasional José Martí di Havana di mana ia tiba dengan suatu Upacara Penyambutan resmi. Keesokan harinya ia menjadi selebran utama (pemimpin misa) saat Misa Kepausan di Plaza de la Revolución di Havana pada pukul 9.00 sebelum melakukan kunjungan kehormatan ke Presiden Dewan Negara dan Dewan Menteri Republik di Palacio de la Revolución di Havana. Hari tersebut diakhiri dengan perayaan Vesper (ibadat sore) bersama para imam, biarawan/ti, dan seminaris, di Katedral Havana, serta menyapa kaum muda dari "Centro Cultural Padre Félix Varela" di Havana menjelang petang hari itu.[40]
Di atas pesawat yang membawanya kembali dari Filipina, Paus Fransiskus menyatakan bahwa ia berharap dapat mengunjungi Afrika pada akhir tahun 2015 sambil menyebut Republik Afrika Tengah dan Uganda sebagai tempat-tempat yang mungkin akan dikunjunginya.[41] Kantor Berita Takhta Suci mengkonfirmasikan pada bulan Juni 2015 bahwa sang paus akan mengunjungi kedua negara tersebut.[42] Vatikan memberi konfirmasi pada bulan September bahwa kunjungan terakhir yang dilakukan Paus Fransiskus pada tahun 2015 sebenarnya mencakup Kenya, Uganda, dan Republik Afrika Tengah. Kunjungan tersebut diharapkan berawal dari Nairobi, Kenya (25–27 November), lalu dilanjutkan ke Entebbe, Uganda dengan kunjungan ke Namugongo dan Kampala (27–29 November), dan akan diakhiri dengan kunjungan ke Bangui, Republik Afrika Tengah (29–30 November) di mana ia akan menghabiskan waktu selama 39 jam sebelum kembali ke Roma.[43][44] Kunjungan Paus Fransiskus ke Republik Afrika Tengah, yang sedang berada dalam keadaan perang saudara, menjadikannya sebagai paus pertama yang memasuki suatu zona perang aktif.[45]
Paus Fransiskus pada tanggal 7 Juni 2014 menerima undangan untuk mengunjungi Meksiko atas permintaan Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto. Pada bulan Oktober 2015 dikonfirmasikan oleh juru bicara Vatikan bahwa sang paus akan melakukan perjalanan ke Meksiko pada awal tahun 2016. Ditegaskan pula bahwa Paus Fransiskus akan mengunjungi Basilika Guadalupe di Kota Meksiko.[46][47] Pada tanggal 1 November 2015 Kardinal Norberto Rivera Carrera, Uskup Agung Kota Meksiko, mengkonfirmasikan kunjungan Paus Fransiskus dan mengatakan bahwa sang paus akan tiba pada tanggal 12 Februari 2016.[48] Disampaikan pula bahwa, selain Kota Meksiko, Paus Fransiskus akan mengunjungi Kota Ecatepec de Morelos, Tuxtla Gutiérrez, San Cristóbal de las Casas, Morelia, dan Ciudad Juárez.[49]
Pada tanggal 12 Februari 2016 Paus Fransiskus dan Patriark Kirill dari Gereja Ortodoks Rusia bertemu di Bandar Udara Internasional José Martí dekat Havana, Kuba; mereka menandatangani 30 butir deklarasi bersama (Deklarasi Bersama Paus Fransiskus dan Patriark Kirill) yang telah dipersiapkan sebelumnya, dan membahas berbagai isu global termasuk harapan mereka untuk sepenuhnya bersatu kembali (lih. komuni penuh).[50][51] Pertemuan ini difasilitasi oleh pemimpin Kuba yang mengusulkan Kuba sebagai suatu tempat netral bagi kedua pemimpin agama tersebut untuk bertemu.
Pada tanggal 5 April 2015 berbagai sumber melaporkan bahwa Paus Fransiskus akan mengunjungi Pulau Lesbos di Yunani untuk memberikan dukungan bagi ribuan pengungsi yang sedang menantikan suaka, atau yang melintasi pulau tersebut dalam perjalanan mereka menuju Eropa dan sekitarnya. Paus melaporkan bahwa ia mempertimbangkan kunjungan ini.[52] Tidak lama kemudian diumumkan bahwa Paus akan melakukan kunjungan satu hari ke pulau tersebut pada tanggal 16 April 2016.[53]
Presiden Armenia Serzh Sargsyan memberikan suatu undangan resmi kepada Paus Fransiskus untuk mengunjungi Armenia pada tahun 2015, yang diterima oleh sang paus tanpa keraguan, seraya mengungkapkan keinginannya yang tulus untuk mengunjungi negara tersebut. Belum ada penetapan tanggal untuk kunjungan ini.[54] Pada tahun 2015 dikonfirmasikan bahwa sang paus akan mengunjungi Armenia pada tahun 2016.[55] Kunjungan ini awalnya diyakini berlangsung pada bulan April, tetapi pada bulan Februari 2016 dilaporakan bahwa kemungkinannya akan berlangsung pada bulan September seiring dengan kunjungan ke Azerbaijan dan Georgia.[56] Pada bulan Maret 2016, Vatikan menegaskan bahwa kemungkinan kunjungan ke Armenia adalah pada paruh kedua bulan Juni, kendati hal tersebut masih dalam tahap perencanaan awal.[57] Sebuah buletin pers pada tanggal 9 April 2016 mengumumkan bahwa Paus akan mengunjungi Armenia dari tanggal 24 sampai 26 Juni setelah secara resmi menerima undangan yang diberikan kepadanya.
Paus Fransiskus akan mengunjungi Krakow, Polandia pada 25 sampai 31 Juli dalam rangka Hari Orang Muda Sedunia 2016. Hal ini diumumkan pada tahun 2013 saat akhir acara sebelumnya. Kraków adalah kota tempat Santo Paus Yohanes Paulus II menjabat sebagai Uskup Agung Kraków hingga pemilihan kepausan. Hal ini merupakan suatu penghormatan baginya dan Santa Maria Faustina Kowalska sebagai misionaris kerahiman.
Dilaporkan pada awal tahun 2016 bahwa kunjungan ke Georgia dan Azerbaijan kemungkinan berlangsung pada bulan September 2016 bersama dengan rencana kunjungan ke Armenia. Belakangan dikabarkan bahwa hal itu masih dalam tahap perencanaan awal dan belum ada pengaturan secara konkret. Pada tanggal 9 April 2016, diumumkan dalam sebuah buletin pers bahwa sang paus akan mengunjungi negara-negara tersebut dari tanggal 30 September sampai dengan 2 Oktober setelah menerima undangan-undangan resmi dari otoritas sipil dan Patriark-Katolikos Ilia II dari Georgia.
Perjalanan Paus Fransiskus bermula pada hari Jumat di Georgia, tempat ia ditemui di bandara oleh Patriark Ilia II, kepala Gereja Ortodoks Georgia. Saat di Georgia, Paus Fransiskus menyambangi gereja Georgia, kendati para pemimpin Ortodoks setempat menolak untuk menghadiri Misa yang akan dipimpinnya pada hari Sabtu di sebuah stadion yang hanya sedikit terisi hadirin di Tblisi, ibu kota Georgia, setelah mereka juga meminta jemaat mereka untuk tidak menghadirinya. Upaya untuk menjalin persatuan mencakup komentar-komentarnya tentang perkawinan, yang merangkul gagasan-gagasan yang dijunjung tinggi oleh Gereja Ortodoks Georgia. Tanpa secara langsung membahas homoseksualitas, ia mengkritik "kolonisasi ideologis"—sebutan untuk pengaruh gagasan-gagasan asing pada nilai-nilai tradisional—karena berkontribusi pada serangan terhadap kelembagaan perkawinan.
Dalam kunjungannya ke Azerbaijan, negara tetangga Georgia yang berpenduduk mayoritas Muslim, Paus Fransiskus berfokus pada toleransi dan dialog antaragama, tidak mengkritik secara langsung kepemimpinan Presiden Ilham Aliyev yang dikabarkan semakin otoriter. Di bawah kepemimpinan Aliyev, dikatakan bahwa otoritas Azerbaijan telah menangkap sejumlah pekerja hak asasi manusia dan anggota kelompok-kelompok oposisi politik, dan telah memotong aliran dana asing ke kelompok-kelompok itu sambil mendorong peningkatan kekuasaan presiden. Dalam sambutannya kepada sang presiden, Paus Fransiskus menekankan pentingnya untuk tidak "menyalahgunakan hak-hak orang lain yang memiliki perspektif-perspektif dan gagasan-gagasan berbeda", seraya memujinya atas upaya-upaya yang dilakukannya untuk mendorong peningkatan pertumbuhan masyarakat.
Pada bulan Januari 2016, berbagai sumber melaporkan bahwa Paus Fransiskus akan melakukan perjalanan ke Swedia pada bulan Oktober untuk suatu upacara ekumenis yang menandai peringatan 500 tahun Reformasi Protestan.[58] Hal ini kemudian dilansir secara resmi pada tanggal 25 Januari 2016 bahwa pada minggu terakhir Oktober 2016 Paus Fransiskus akan melakukan kunjungan satu hari ke negara itu dalam rangka hari peringatan tersebut,[59] kendati kemudian rencana semula diubah dengan menyertakan satu hari tambahan sehingga sang paus dapat merayakan Misa dengan umat Katolik yang sedikit jumlahnya di Swedia.
Di Swedia, Paus Fransiskus juga akan menjumpai Uskup Agung Antje Jackelén dari Gereja Swedia.[60]
Paus Fransiskus sempat berencana untuk mengunjungi Indonesia pada tahun 2020, namun batal karena Pandemi COVID-19. Rencana kunjungan pada tahun 2024 diberitahukan oleh Uskup Agung Paul Richard Gallagher. Ia memberitahukannya pada April 2024 bahwa Paus Fransiskus berencana hendak mengunjungi sejumlah negara di Asia-Pasifik.[314]
Paus Fransiskus lepas landas dari Roma pada 2 September 2024.[315] Ia tiba di Jakarta pada 3 September dan disambut oleh sejumlah pejabat dan rohaniwan Katolik Indonesia.[316] Selama kunjungannya di Indonesia, ia hanya mengunjungi sejumlah tempat di Jakarta dan menginap di Nunsiatur Apostolik untuk Indonesia.[317] Keesokan harinya, Paus Fransiskus mengikuti upacara penyambutan di halaman Istana Merdeka dan bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.[318] Ia juga mengadakan pertemuan dengan para pejabat pemerintah, masyarakat sipil, dan korps diplomatik di Aula Istana Negara.[319] Paus sempat mengadakan pertemuan pribadi dengan para anggota Serikat Yesus di Nunsiatura. Paus kemudian mengunjungi Katedral Jakarta untuk bertemu dengan para uskup, imam, diakon, kaum hidup bakti, seminaris, dan katekis Indonesia. Ia juga bertemu dengan aktivis Scholas Ocurrentes di Grha Pemuda.[320]
Pada tanggal 5 September, Paus mengadakan pertemuan lintas agama di Masjid Istiqlal dan mengunjungi Terowongan Silaturahmi.[321] Pada kesempatan itu, ia dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 yang menyoroti peran agama dalam krisis kemanusiaan dan lingkungan hidup.[322] Pada sore harinya, Paus memimpin Perayaan Ekaristi di Stadion Gelora Bung Karno yang dihadiri oleh lebih dari 87.000 orang.[323][324] Pada tanggal 6 September, Paus Fransiskus meninggalkan Indonesia dan terbang menuju Port Moresby, Papua Nugini.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.