Loading AI tools
Jaringan televisi berita dan olahraga di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
tvOne (pengucapan bahasa Inggris: [tifi wan]) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia yang berfokus pada konten berita. Berawal dari penggunaan nama Lativi, jaringan televisi ini diluncurkan pada tanggal 30 Juli 2002 dan awalnya dimiliki oleh ALatief Corporation, milik pengusaha Abdul Latief. Sempat dikenal dengan programnya yang berbasis klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya, sejak tahun 2007, saham mayoritas dan pengelolaan Lativi tidak lagi dikuasai oleh Latief.
tvOne | |
---|---|
Nama sebelumnya | Lativi (2002—2008) |
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | Terdepan Mengabarkan |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Pendiri | Abdul Latief |
Tanggal siaran perdana | 17 Januari 2002 (siaran percobaan) |
Tanggal peluncuran | 30 Juli 2002 (sebagai Lativi) 14 Februari 2008 (sebagai tvOne) |
Kantor pusat | Kawasan Industri Pulo Gadung JIEP, Jl. Rawa Terate II, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur |
Wilayah siaran | Nasional |
Pemilik | Visi Media Asia |
Induk perusahaan | Bakrie Group |
Anggota jaringan | lihat #Jaringan siaran |
Tokoh kunci | Taufan Eko Nugroho (Presiden Direktur) Karni Ilyas (Wakil Presiden Direktur) Anindra Ardiansyah Bakrie (Presiden Komisaris) Lalu Mara Satriawangsa (Pemimpin Redaksi) Muhammad Agung Izzulhaq (Pengisi Suara Voice-Over untuk Trailer Promo Program Acara) |
Format gambar | 1080p HDTV 16:9 (diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk feed SDTV) |
Satelit |
|
Kabel |
|
IPTV |
|
Televisi Internet |
|
Situs web | tvonenews |
PT Lativi Media Karya (sebelumnya PT Pasaraya Media Karya) | |
---|---|
Jakarta Timur, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Digital: 34 UHF Virtual: 27 |
Slogan | Terdepan Mengabarkan |
Pemrograman | |
Afiliasi | tvOne (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik | ALatief Corporation (2002–2007) Visi Media Asia (2007–sekarang) |
antv (2007–sekarang) VTV (2013–sekarang) | |
Riwayat | |
Didirikan | 15 Oktober 1991 |
Siaran perdana | 17 Januari 2002 (siaran percobaan) 30 Juli 2002 (sebagai Lativi) 14 Februari 2008 (sebagai tvOne) |
Bekas tanda panggil | Lativi (2002–2008) |
Bekas nomor kanal | 53 UHF (analog) 46 UHF (digital, DVB-T2)[1] |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia |
Pranala | |
Situs web | tvonenews |
Pada tanggal 14 Februari 2008 pukul 19.30 WIB, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne, dengan komposisi program 70% berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Taufan Eko Nugroho,[2][3] dan kepemilikannya kini berada di bawah Grup Bakrie (melalui PT Visi Media Asia Tbk) yang juga memiliki jaringan televisi antv.
Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan Reuters Institute for the Study of Journalism dan Universitas Oxford pada tahun 2021, jaringan televisi tvOne merupakan media yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia, dengan 53% responden mengaku mengaksesnya.[4]
tvOne awalnya didirikan dengan nama Pasaraya TV (PRTV, dengan nama perusahaan PT Pasaraya Media Karya). Sesuai namanya, PRTV memiliki keterikatan dengan Pasaraya, yaitu sebuah perusahaan ritel yang dimiliki oleh ALatief Corporation (milik Abdul Latief). PRTV awalnya diharapkan Latief bisa menjadi media promosi bagi Pasaraya.[5] Khusus perusahaannya sendiri, PT Pasaraya Media Karya sebenarnya sudah didirikan sejak 15 Oktober 1991, dan awalnya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan majalah promosi Pasaraya bernama Pasaraya Belanja, akan tetapi kemudian menjadi badan usaha/hukum dari televisi baru ini.[6][7] PRTV mendapat izin siaran nasionalnya bernomor No. 799/MP/PM/1999 dari Departemen Penerangan pada 25 Oktober 1999,[8][9] setelah sebelumnya menjadi pemenang dari seleksi pendirian televisi yang diumumkan Deppen pada 12 Oktober 1999 (bersama 4 televisi swasta lain yaitu DVN TV, MTI TV, Trans TV dan GIB).
Beberapa waktu kemudian, di tanggal 7 Agustus 2000,[10] PRTV mengubah namanya menjadi Lativi yang diambil dari nama pendirinya (La(tief)tivi), dan nama perusahaannya menjadi PT Lativi Media Karya. Siaran percobaannya mulai berlangsung sejak 17 Januari 2002[11][12] di DKI Jakarta, dan resmi diluncurkan pada 30 Juli 2002. Lativi awalnya dapat dinikmati di tujuh kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan dari petang hingga malam hari.[9] Waktu siarnya saat itu hanya selama 8 jam (16.00-24.00 WIB), yang kemudian menjadi 12 jam (12.00-24.00 WIB) per 6 November 2002 dan 17,5 jam (06.30-00.00 WIB) pada 1 Agustus 2003.[13] Untuk menyukseskan televisi barunya ini, Latief sebelumnya sudah merekrut bekas orang-orang yang pernah terlibat dalam dunia penyiaran seperti Chrys Kelana dari RCTI, dan membangun studio serta kebutuhan siaran lainnya di Pulo Gadung, Jakarta Timur.[14][15] Latief awalnya cukup optimis dengan kehadiran Lativi: pada 2003, ia mengklaim bahwa perusahaan miliknya ini akan menjadi televisi swasta pertama (dari 5 televisi baru) yang mencapai titik impas-nya di akhir tahun tersebut.[16]
Awalnya, Lativi tidak dimaksudkan sebagai televisi yang cenderung pada kelas bawah dan menyiarkan program-program agak keras (lebih bersifat umum) seperti menayangkan sinetron,[17] film Barat atau film Mandarin,[18] dan bahkan sempat mencoba dengan tayangan edukatif dokumenter berbahasa Inggris.[19] Lativi juga sempat menggandeng Nickelodeon untuk menyiarkan acara serial animasi darinya seperti Dora The Explorer, SpongeBob SquarePants, dan Blue's Clues (kemudian pindah ke Global TV) pada tahun 2004.[20] Di bulan Ramadan, Lativi juga dikenal dengan acara Pildacil (Pemilihan Da'i Cilik) yang cukup populer dan ditayangkan beberapa kali,[21] dan pernah juga menyiarkan Liga Italia Serie A pada tahun 2004 hingga 2005. Seperti disampaikan oleh Chrys Kelana (petinggi Lativi) di tahun 2003, program-program mereka (saat itu) disusun dengan strategi flanking programme, di mana berusaha menayangkan acara yang berbeda di saat sejumlah televisi lain menayangkan acara serupa.[18]
Namun, seiring dengan sulitnya mencari keuntungan dan terus merugi (Rp 10-20 miliar/bulan),[22] maka Lativi sejak 2004 mulai mencoba menyiarkan acara-acara yang kontroversial (terutama pada malam hari). Acara tersebut banyak yang berbau erotisme (seperti Layar Tancap, Bisikan Nafsu, acara dangdut dan Komedi Tengah Malam),[23][24][25] kekerasan (seperti WWE SmackDown yang pernah memakan korban dari anak-anak),[26][27] mistis (seperti Pemburu Hantu dan Rahasia Alam Gaib), dan berita kriminalitas yang vulgar (seperti Brutal dan Tikam).[28][29] Tak pelak, program-program Lativi sering menimbulkan polemik dan kontroversi di berbagai kalangan masyarakat.
Tidak hanya menuai kontroversi terkait programnya, Lativi pada saat itu disebutkan mengalami manajemen yang buruk. Pemiliknya, Abdul Latief dianggap terlalu ingin cepat untung, meskipun hanya bermodal pinjaman bank yang akhirnya justru membuahkan masalah (lihat #Kepemilikan). Latief disebut ikut campur dalam manajemen dan bahkan pemrograman Lativi. Ia juga tidak mau mengeluarkan dana besar (meskipun industri penyiaran bersifat padat modal), seperti lebih mengutamakan program tayang ulang atau re-run berkali-kali dan berkualitas rendah, kurang memberikan fasilitas dan bantuan operasional yang memadai, menunggak gaji karyawannya beberapa kali, dan lainnya yang akhirnya membuat sejumlah karyawan mengundurkan diri. Perekrutan presenter lebih banyak didasarkan pada fisik seseorang (seperti kecantikan) dibanding kapabilitas, begitu juga pada pejabat penting seperti produser acara. Budaya internal perusahaan pun juga dipenuhi unsur nepotisme dengan mengandalkan koneksi dibanding profesionalitas, termasuk di pimpinannya. Lativi pun disebut gagal membangun citra dan basis program yang kuat di mata pemirsanya.[13][30]
Setelah diakuisisi Bakrie, pada 2007 Lativi mulai mengurangi acaranya yang kontroversial, namun masih tetap menayangkan acara hiburan seperti drama Asia, serial animasi dan lainnya. Pada September 2007, Lativi berhasil mendapatkan hak siar Liga Utama Inggris 2007-2008.[31] Salah satu bentuk perubahan pasca beralih kepemilikan ada pada logo Lativi, di mana logo rajawali[32] ALatief Corporation dihilangkan dan hanya menjadi tulisan "Lativi" saja.
Mulai Kamis, 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne. Kepastian peresmian nama baru ini disampaikan direktur utama tvOne, Erick Thohir, dalam jumpa pers pada 13 Februari 2008. Perubahan nama ini adalah upaya strategi manajemen untuk memberikan sesuatu yang berbeda di industri pertelevisian Indonesia. Peresmian tvOne (dalam acara berjudul "Sejuta Pilihan Satu Kepastian") tersebut dilaksanakan di Plenary Hall, Gedung Jakarta Convention Center, dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, dan ditayangkan secara langsung mulai pukul 19.30 WIB. Sebelum pergantian nama itu, tercatat beberapa program yang akan ditayangkan oleh tvOne sudah disiarkan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya di layar Lativi, seperti Apa Kabar Indonesia yang mulai tayang 3 hari sebelumnya, 11 Februari 2008.[33] tvOne juga sempat mempertahankan beberapa program Lativi yang dianggap sesuai, seperti dokumenter Khatulistiwa dan Panji sang Penakluk.[34]
Perubahan menjadi tvOne ini juga diiringi perombakan total pada identitas, programming, target pasar dan lainnya. Berbeda dengan Lativi yang dikenal sebagai televisi kelas bawah dan berbasis hiburan, tvOne kali ini bertransformasi menjadi televisi berita (kedua di Indonesia, setelah MetroTV) yang berkarakter inovatif dan beritanya bersifat cepat, akurat, dan eksklusif, serta pasarnya menargetkan kelas atas. Selain acara berita, tvOne juga menayangkan acara olahraga dan hiburan dalam jumlah yang lebih sedikit dan sudah diseleksi.[35][36] Dibandingkan dengan televisi berkonsep berita lain, memang tvOne cukup berhasil dengan sering menempati posisi No. 1 dari pesaingnya,[37] meskipun tentunya jauh jika dibandingkan dengan yang berbasis hiburan.[38] Keberhasilan tersebut, menurut analis terjadi karena tvOne mampu mengutamakan pemberitaan yang terkini, namun tetap hangat, interaktif dan santai; dapat menghadirkan konten yang eksklusif; serta kesuksesan membangun citra positif dengan hadirnya sosok wartawan senior Karni Ilyas dalam wadah BangOne dan acara Indonesia Lawyers Club.[39] Selama tahun-tahun awal bersiaran, tvOne mengklaim telah menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui berbagai program berita dan olahraga lokal dan internasional yang dimilikinya.[40]
Pada tanggal 15 April 2017, tvOne untuk pertama kalinya sejak 9 tahun kembali mulai menayangkan program hiburan, seperti drama Turki dan acara permainan seperti Super Family 100.Beberapa drama Turki dan acara permainan yang ditayangkan oleh tvOne, sebelumnya juga pernah ditayangkan oleh antv. Namun untuk jangka panjang, tvOne akan mengarahkan program-program hiburan yang ditayangkan untuk segmentasi pria dan remaja, yang dimulai dengan kembalinya Radio Show pada awal tahun 2017. Dengan format baru ini, tvOne diharapkan dapat melampaui peringkat Trans TV dan Trans7 dalam klasemen tahunan Nielsen, di mana kedua jaringan televisi tersebut sedang mengalami stagnasi pada saat ini. Sayangnya, proses reposisi tvOne harus terhenti per 31 Juli 2017 hingga batas waktu yang tidak ditentukan, diduga karena adanya friksi antara redaksi dengan programming mengenai penjadwalan, serta rating drama Turki dan acara permainan yang tayang di tvOne malah cenderung rendah dan tidak sesuai harapan. tvOne pun kembali seperti semula, menjadi TV yang fokus ke tayangan berita dan olahraga. Meskipun batal menjadi televisi berbasis hiburan, namun tvOne kemudian juga mencoba peruntungan dengan penayangan film-film klasik dalam negeri, yang umumnya bertema serius seperti sejarah.[41]
Lativi awalnya seperti telah dijelaskan dimiliki oleh Abdul Latief, yang merupakan mantan Menaker pada era Presiden Soeharto. Hingga dilepas kepemilikannya pada 2007, secara resmi 100% kepemilikan Lativi ada pada Latief, walaupun pada tahun 2003 Lativi sudah dikabarkan akan dilepas kepada Tomy Winata.[18] Namun, pada akhirnya Latief justru "tersandung" dengan televisi miliknya ini akibat kredit macet yang terbongkar ke publik pada Mei 2005,[10] yang pada akhirnya memaksanya melepaskan kepemilikan atas Lativi.
Kredit macet ini bermula ketika di awal bersiaran, untuk membantu pengembangannya, Lativi meminjam dana dari Bank Mandiri sebesar Rp 328 miliar.[42] Sialnya, Lativi justru tidak bisa menghasilkan keuntungan yang memadai karena programnya tidak mendapatkan rating yang bagus, sehingga kredit ke Bank Mandiri tersebut macet. Walaupun pihak Lativi sudah membantah hal ini,[43] kenyataannya pemerintah tetap menyatakan bahwa Lativi telah gagal bayar dan melakukan tindak pidana sehingga pada 2005-2006, Direktur Utama Lativi Hasyim Sumiyana, Komisaris Utama Lativi Abdul Latief dan mantan Direktur Utamanya Usman Ja'far ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung.[44] Alasannya, Latief hanya membayar Rp 50 miliar dari hutangnya tersebut (yang telah berbunga sehingga menjadi Rp 450 miliar). Akibat kemacetan kredit tersebut, Lativi praktis kini berada di bawah penguasaan Bank Mandiri selaku kreditor. Melihat situasi tersebut (ditambah keuangan Lativi yang terus memburuk dan siarannya yang makin tidak menguntungkan), sejumlah investor berminat untuk mengakuisisi Lativi, seperti Chairul Tanjung, pemilik Trans TV dan TV3 Malaysia pada 2005. Keduanya tampak serius, bahkan Trans TV sudah memasukkan hal ini dalam rencana kerjanya serta TV3 melakukan uji tuntas dan berunding langsung dengan Latief di Malaysia.[45][46][47] Begitu juga dengan Mahaka Media yang dipimpin Erick Thohir juga sempat berencana membelinya.[48]
Namun, yang pada akhirnya mendapatkan Lativi justru adalah Bakrie Group. Pihak Bakrie sudah melakukan penjajakan untuk membeli Lativi dari Agustus 2006,[49] namun baru bisa terlihat ketika tangan kanan mereka, konsorsium Capital Managers Asia Pte. Ltd. melakukan pelunasan pada seluruh hutang Lativi di Bank Mandiri pada Maret 2007.[50] Dengan itulah, selain ditambah keinginan Latief yang memang ingin fokus pada bisnis ritelnya, pihak Bakrie kemudian mengakusisi Lativi dari tangan Abdul Latief di tahun itu juga dengan harga Rp 600-700 miliar, dan ditambah berbagai hal totalnya sekitar Rp 1,4 triliun. (Untuk pengusutan kasus Abdul Latief dkk, tampaknya menguap dan tidak ada kejelasan setelah peristiwa ini).[51] Lativi menjadi dimiliki oleh Bakrie bersama Erick Thohir (Mahaka Media) dan Rosan Roeslani. Mereka menggunakan wadah perusahaan PT Visi Media Asia (VIVA) yang menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 49%, ditambah dengan PT Redal Semesta (anak usaha VIVA) 31%, Good Response Ltd. 10% serta Promise Result Ltd. 10%.[35][52] Manajemen Lativi dirombak setelah pergantian kepemilikan tersebut, dengan kini di bawah Erick, Anindya Bakrie serta Ardi Bakrie yang kemudian mengubah namanya menjadi tvOne dan segmentasinya menjadi TV berita.[53] Sampai tahun 2010, komposisi kepemilikan saham tvOne masih dimiliki oleh beberapa pihak, hingga kemudian akhirnya seluruhnya beralih pada VIVA, menjadikannya sebagai pemegang saham mutlak di jaringan televisi ini sebesar 99%.[54]
Sejak akuisisi pada 2007 tersebut, Bakrie tetap menguasai tvOne lewat kepemilikan saham di Visi Media Asia (VIVA) sampai saat ini. Walaupun ada rumor pada awal 2013 yang disampaikan oleh Surya Paloh dan isu dalam rencana RUPS VIVA bahwa mereka akan menjual sahamnya kepada pemilik grup Media Nusantara Citra, Hary Tanoesoedibjo pada tahun 2013 senilai US$ 1,2-2 miliar (Rp 10-19 triliun), tetapi hal itu dibantah oleh Aburizal Bakrie, kemudian oleh Hary Tanoe dan terakhir oleh VIVA itu sendiri sehingga rencana itu dipastikan batal.[55][56][57] Di samping HT, kabar lain juga mengatakan bahwa di tahun yang sama, Chairul Tanjung dari CT Corp juga menargetkan untuk mengakuisisi VIVA (termasuk tvOne di dalamnya yang bisa katakan merupakan upaya kedua kalinya), bahkan CT sudah menyampaikan bahwa ia siap membeli VIVA dengan modal Rp 17,2 triliun (US$ 1,8 miliar) langsung secara tunai. Walaupun demikian, rencana ini kemudian tidak terjadi.[58][59]
Logo tvOne sejak muncul di tahun 2008 tetap sama, dengan hanya mengalami perubahan-perubahan minor. Perubahan tersebut, seperti penambahan peta pada 25 Februari 2011 (yang bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-3, "Menuju Satu Dunia") dan perubahan huruf "tv" dan "ne" menjadi putih pada 2 Maret 2012. Secara garis besar, komponen dari logo tersebut bermakna:
Nama tvOne artinya "TV satu", yang dipilih sebagai harapan agar jaringan televisi ini menjadi No. 1 di Indonesia.[36] Selain itu, nama tvOne dipilih karena dianggap keren dan mudah diingat. Sedangkan slogan yang digunakannya, "Memang Beda" merupakan tanda bawah tvOne akan berbeda dari televisi manapun di Indonesia, karena mengutamakan kombinasi acara berita dan olahraga;[34] "Terdepan Mengabarkan" menjadi bukti bahwa tvOne menjadi televisi berita dengan rating tertinggi dan tercepat memberitakan informasi.[61]
Sebagai Lativi
Sebagai tvOne
Sebagian besar acara yang disiarkan oleh tvOne merupakan acara berita, dengan sebagian lainnya merupakan acara olahraga, keagamaan, hingga infomersial. tvOne aslinya bersiaran 24 jam sehari, namun menurut aturan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 idealnya tvOne hanya bersiaran secara nasional maksimal 21,6 jam sehari (90%); sisanya diisi oleh siaran lokal.
Kabar adalah acara induk berita di jaringan ini, yang telah tayang saat masih bernama Lativi. Kabar terdiri dari beragam acara seperti Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang, Kabar Utama, dan Kabar Hari Ini; serta acara di luar berita utama (seperti Kabar Arena, Kabar Dunia, dan Kabar Pasar). tvOne juga menayangkan acara gelar wicara Apa Kabar Indonesia yang menggabungkan berita dan gelar wicara dengan suasana yang lebih 'hangat' seperti halnya acara pagi di luar negeri; acara ini kemudian tayang di pagi dan malam hari serta memicu lahirnya acara-acara serupa di jaringan televisi berita lain di Indonesia.
Acara gelar wicara saat ini di antaranya Coffee Break, Dua Sisi, dan E-Talkshow; sebelumnya pernah menayangkan acara seperti Indonesia Lawyers Club tayang hingga tahun 2020. Acara majalah berita yang ditayangkan di antaranya Fakta dan Menyingkap Tabir.
Olahraga merupakan salah satu fokus acara tvOne, yang terlihat pada identitasnya (yang terkadang mencantumkan tulisan news + sports, diterjemahkan "berita + olahraga", di bawah logo). Hingga tahun 2021, tvOne memegang beberapa hak siar beberapa kompetisi olahraga seperti acara sepakbola Bundesliga (bekerja sama dengan Mola), acara seni bela diri campuran One Pride MMA, serta acara tinju dengan nama Live World Boxing.
Di tahun 2009, tvOne sempat menyiarkan kompetisi sepakbola bergengsi Spanyol La Liga selama 3 musim yakni 2009-10 hingga 2011-12. Kemudian, di tahun 2014, tvOne resmi memiliki hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2014 bersama antv. Pada tanggal 13 Oktober 2021, tvOne sempat mendapatkan hak siar Bundesliga hanya musim 2021–22 Hingga 2024–25 tayang bersama antv mulai musim 2022-2025. Selain tvOne, antv juga ikut bersama-sama mendapatkan hak siar Bundesliga dengan bekerja sama dengan pemilik lisensi Mola TV. Dimulai dari pekan ke-8, tvOne akan menyiarkan 76 pertandingan Bundesliga atau 2 pertandingan per minggunya, menggantikan NET. pada musim 2020–2021.[62] Selain itu, pertandingan sepakbola lain yang pernah disiarkan tvOne seperti Liga 1 dan Liga 2 (domestik).
Acara keagamaan saat ini, seluruhnya agama Islam, di antaranya Damai Indonesiaku dan Rumah Mamah Dedeh. Damai Indonesiaku menjadi acara tausiyah akhir pekan yang populer hingga memicu acara serupa di jaringan televisi lain di Indonesia. Di samping itu, tvOne juga menayangkan acara seperti Hidup Sehat dan Indonesia Plus.
Di tahun 2017, tvOne juga pernah menayangkan seri televisi dari Turki yang sebelumnya pernah tayang di antv, seperti Shehrazat dan Orphan Flowers, serta program kuis Famili 100 untuk musim ke-7 dengan nama Super Family 100 yang sebelumnya juga pernah tayang di antv.[63]
Hingga tahun 2020, tvOne didukung oleh 39 stasiun pemancar,[64] seluruhnya dimiliki oleh tvOne. Berikut ini adalah stasiun afiliasi dan pemancar tvOne (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo[65] dan berbagai sumber.[66]
Keterangan: yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relay dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.
Nama Jaringan | Nama Stasiun | Daerah | Frekuensi Digital (DVB-T2)[67] | Nama Multipleksing Digital (DVB-T2)[68] |
---|---|---|---|---|
PT Lativi Media Karya | tvOne | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 34 UHF | tvOne Jakarta |
PT Lativi Media Karya Bali dan Kepulauan Riau | tvOne Bali | Kota Denpasar, Singaraja, Buleleng, Kintamani, Karangasem, Gilimanuk | 42 UHF | antv Bukit Bakung, Wanagiri, Ularan, Gilimanuk, Kintamani, dan Lempuyang |
tvOne Batam | Batam | 44 UHF | RCTI Batam | |
PT Lativi Media Karya Yogyakarta dan Lampung | tvOne Yogyakarta | Yogyakarta, Bantul, Wonosari, Sleman, Wates, Solo | 35 UHF | tvOne Yogyakarta |
tvOne Lampung | Bandar Lampung, Kota Metro | 36 UHF | antv Bandar Lampung | |
PT Lativi Media Karya Bandung | tvOne Bandung | Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur | 38 UHF | antv Bandung |
PT Lativi Media Karya Semarang-Padang | tvOne Semarang | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus | 39 UHF | tvOne Semarang |
tvOne Purwokerto | Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap[69] | 37 UHF | tvOne Banyumas | |
tvOne Tegal | Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | 36 UHF | tvOne Tegal | |
tvOne Padang | Padang, Pariaman, Bukittinggi, Padang Panjang, Solok | 39 UHF | antv Padang, Bukittinggi, dan Solok | |
PT Lativi Media Karya Surabaya dan Jambi | tvOne Surabaya | Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | 32 UHF | antv Surabaya |
tvOne Jambi | Jambi | Trans TV Jambi / Trans TV Sarolangun | ||
PT Lativi Media Karya Kendari dan Pontianak | tvOne Kendari | Kendari | 39 UHF | MetroTV Kendari |
tvOne Pontianak | Pontianak | 41 UHF | Trans TV Pontianak | |
PT Lativi Media Karya Banjarmasin dan Bengkulu | tvOne Banjarmasin | Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 42 UHF | tvOne Banjarmasin |
tvOne Bengkulu | Bengkulu | 40 UHF | RCTI Bengkulu | |
PT Lativi Media Karya Manado dan Samarinda | tvOne Manado | Manado | 35 UHF | Trans TV Manado |
tvOne Samarinda | Samarinda, Bontang | 47 UHF | tvOne Samarinda / tvOne Bontang | |
PT Lativi Media Karya Makassar dan Ambon | tvOne Makassar | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 40 UHF | RCTI Makassar |
tvOne Ambon | Ambon | 45 UHF | tvOne Ambon | |
PT Lativi Media Karya Palembang dan Palangkaraya | tvOne Palembang | Palembang,Lempuing, Ogan Komering Ilir | 35 UHF | Trans7 Palembang/Trans7 Lempuing |
tvOne Palangkaraya | Palangkaraya | 42 UHF | Trans TV Palangkaraya | |
PT Lativi Media Karya Medan dan Pekanbaru | tvOne Medan | Medan | 40 UHF | antv Medan |
tvOne Pekanbaru | Pekanbaru | 45 UHF | tvOne Pekanbaru | |
PT Lativi Media Karya Aceh dan Gorontalo | tvOne Aceh | Banda Aceh | 38 UHF | antv Banda Aceh |
tvOne Gorontalo | Gorontalo | 31 UHF | Trans TV Gorontalo, Boliyohuto, Kwandang dan Tilamuta | |
PT Lativi Media Karya Bangka Belitung dan Ternate | tvOne Babel | Pangkal Pinang | 36 UHF | RCTI Pangkalpinang |
tvOne Ternate | Ternate | 40 UHF | Trans TV Ternate | |
PT Lativi Media Karya Kupang dan Mamuju | tvOne Kupang | Kupang | 35 UHF | RCTI Kupang |
tvOne Mamuju | Mamuju | 37 UHF | RCTI Mamuju | |
PT Lativi Media Karya Papua dan Sorong | tvOne Papua | Jayapura | 34 UHF | Trans7 Jayapura |
tvOne Sorong | Sorong | |||
PT Lativi Media Karya Lombok dan Palu | tvOne Lombok | Mataram | 38 UHF | SCTV Mataram / SCTV Lombok Tengah |
tvOne Palu | Palu | 44 UHF | RCTI Palu | |
PT Lativi Media Karya Cirebon dan Magetan | tvOne Cirebon | Cirebon, Indramayu | 35 UHF | antv Cirebon |
tvOne Madiun | Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo | 31 UHF | antv Madiun | |
PT Lativi Media Karya Garut dan Kediri | tvOne Garut | Garut, Tasikmalaya, Ciamis | antv Garut | |
tvOne Kediri | Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung | 33 UHF | antv Kediri | |
PT Lativi Media Karya Sukabumi dan Jember | tvOne Sukabumi | Sukabumi | 37 UHF | antv Sukabumi |
tvOne Jember | Jember | 33 UHF | antv Jember | |
PT Lativi Media Karya Purwakarta | tvOne Purwakarta | Purwakarta | 42 UHF | antv Purwakarta |
PT Lativi Media Karya Sumedang dan Malang | tvOne Sumedang | Sumedang | 31 UHF | antv Sumedang / antv Majalengka |
tvOne Malang | Malang | 37 UHF | antv Malang | |
PT Lativi Media Karya 2 | tvOne Pematangsiantar | Pematang Siantar | 35 UHF | antv Pematangsiantar |
PT Lativi Media Karya 3 | tvOne Tarakan | Tarakan | 39 UHF | tvOne Tarakan |
tvOne Bungo | Bungo | |||
PT Lativi Media Karya 4 | tvOne Tanjungpinang | Tanjung Pinang | ||
PT Lativi Media Karya 5 | tvOne Situbondo | Situbondo | ||
tvOne Purworejo | Purworejo | |||
PT Lativi Media Karya 6 | tvOne Banyuwangi | Banyuwangi | 33 UHF | antv Banyuwangi |
PT Lativi Media Karya 7 | tvOne Sumenep | Sumenep, Pamekasan | ||
tvOne Majalengka | Majalengka | 31 UHF | antv Sumedang / antv Majalengka | |
PT Lativi Media Karya 8 | tvOne Kuningan | Kuningan | ||
tvOne Pati | Pati dan Rembang | 32 UHF | tvOne Pati | |
PT Lativi Media Karya 9 | tvOne Bontang | Bontang | ||
PT Lativi Media Karya 10 | tvOne Balikpapan | Balikpapan | 41 UHF | tvOne Balikpapan |
tvOne Tanjungbalai | Tanjungbalai | |||
tvOne Kolaka | Kolaka | |||
tvOne Pandeglang | Pandeglang | 40 UHF | tvOne Pandeglang | |
tvOne Cilegon | Cilegon, Serang | 41 UHF | tvOne Cilegon | |
tvOne Malingping | Malingping, Lebak | 42 UHF | tvOne Malingping | |
tvOne Malinau | Malinau | 46 UHF | tvOne Malinau | |
tvOne Nunukan | Nunukan | 38 UHF | tvOne Nunukan | |
tvOne Tanah Datar | Batusangkar, Tanah Datar | 40 UHF | antv Tanah Datar | |
tvOne Blora | Blora, Cepu | tvOne Blora | ||
tvOne Magelang | Magelang |
No. | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Usman Ja'far | 2002 | 2003 |
2 | Hasyim Sumiana | 2003 | 2006 |
3 | Medina Latief Harjani | 2006 | 2007 |
4 | Erick Thohir | 2007 | 2010 |
5 | Anindra Ardiansyah Bakrie | 2010 | 2017 |
6 | Ahmad R. Widarmana | 2017 | 2023 |
7 | Taufan Eko Nugroho | 2023 | sekarang |
Nama | Jabatan |
---|---|
Taufan Eko Nugroho | Presiden Direktur |
Karni Ilyas | Wakil Presiden Direktur |
Reva Deddy Utama | Direktur Olahraga dan Pemrograman |
Wakil Pemimpin Redaksi | |
Maria Goretti Limi | Direktur Bisnis, Penjualan, Pemasaran dan Pemrograman |
Andi Pravidya Saliman | Direktur Keuangan |
Lalu Mara Satriawangsa | Pemimpin Redaksi |
Harya M. Hidayat | Kepala Pengembangan Bisnis dan Komunikasi Korporasi |
Dudi Hendrakusuma Syahlani | Kepala Sumberdaya Manusia dan Operasional |
Arni Yuliartiningsih | Kepala Penjualan dan Pemasaran |
Nama | Jabatan |
---|---|
Anindra Ardiansyah Bakrie | Presiden Komisaris |
Tina Talisa | Komisaris |
Neil R. Tobing |
Lativi sempat memperoleh kecaman publik saat menayangkan program gulat SmackDown pada jam tayang yang dapat ditonton anak-anak, saat seorang anak berusia 9 tahun tewas setelah menirukan adegan dari program gulat tersebut. Lativi sempat mengubah jam tayang program namun memutuskan untuk menghentikan penayangan setelah memperoleh peringatan.
Secara umum, banyak pihak mempertanyakan netralitas tvOne, karena sering kali menyajikan pemberitaan yang cenderung tidak berimbang. Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang pada 2013 menjabat sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sempat secara terbuka marah saat diwawancarai tvOne. Joko Widodo marah karena merasa dibohongi dan kemudian disudutkan saat diwawancarai mengenai 100 hari kinerja Gubernur DKI Jakarta,[70] sementara Basuki marah karena merasa difitnah dengan pemberitaan yang tidak logis.[71]
Pada pemilihan umum Presiden 2014, tvOne memperoleh kritikan tajam karena memberikan porsi berita lebih banyak kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa beserta Koalisi Merah Putih ketimbang pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.[72] Kritikan yang sama juga dilontarkan kepada 4 stasiun televisi lainnya.[73] KPI secara pribadi juga menyorot MetroTV dan tvOne karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan seputar Pilpres 2014.[74]
tvOne mendapatkan teguran karena menyelipkan iklan niaga dalam siaran adzan maghrib pada 2011.[75] tvOne juga merupakan salah satu dari 11 jaringan televisi yang diberi sanksi oleh KPI karena melanggar aturan iklan kampanye Pilpres 2014.[76]
Pada waktu pencarian korban dan puing-puing setelah jatuhnya pesawat AirAsia, tvOne sempat dikecam karena menampilkan gambar jasad mengapung yang diduga korban AirAsia.[77] Begitu pula saat terjadi peristiwa ledakan bom di Sarinah pada 2016, di mana tvOne menampilkan visualisasi mayat yang tergeletak di dekat pos polisi Sarinah, yang begitu jelas tanpa diblur.[78]
tvOne mendapat kecaman keras dari berbagai pihak setelah tayangan Indonesia Lawyers Club pada 13 Oktober 2013 yang mengundang salah satu anak-anak yang dekat dengan pelaku kekerasan seksual. Dalam acara tersebut, korban diwawancara dan diminta untuk menceritakan kehidupan sehari-harinya dan kedekatannya dengan pelaku dalam siaran langsung. Remotivi berpendapat bahwa wawancara tersebut sebagai "eksploitasi anak" karena dapat berdampak traumatik kepada anak serta melanggar pedoman Komisi Penyiaran Indonesia.[79]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.