![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/73/Head_of_the_Disciple_Ananda%252C_Hebei_province%252C_Fengfeng%252C_northern_Xiangtangshan_Cave_Temples%252C_South_Cave%252C_Northern_Qi_dynasty%252C_550-577_AD%252C_limestone_with_traces_of_pigment_-_Freer_Gallery_of_Art_-_DSC05697.JPG/640px-thumbnail.jpg&w=640&q=50)
Ānanda
Pelayan Buddha dan tokoh utama dalam Dewan Buddhis Pertama / From Wikipedia, the free encyclopedia
Ānanda (Pali dan Sanskerta: आनन्द; abad ke-5–ke-4 SM) adalah pelayan utama sekaligus salah satu dari sepuluh murid agung Sang Buddha. Di antara para murid Sang Buddha, Ānanda dikenal karena memiliki ingatan yang luar biasa. Sebagian besar teks Buddhis awal yang terkandung dalam Sutta-Piṭaka (Pāli: सुत्त पिटक; Sanskerta: सूत्र-पिटक, Sūtra-Piṭaka) didasarkan pada ingatan Ānanda akan ajaran Sang Buddha, yang kemudian dituturkannya secara lisan dalam Sidang Buddhis Pertama. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai Penjaga Perbendaharaan Dhamma (bahasa Pali: धम्मभण्डागारिक, translit. dhamma bhaṇḍāgārika), dengan dhamma mengacu pada ajaran Sang Buddha.
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Ānanda di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Bhante, Thera (Yang Mulia, Tetua) Ānanda | |
---|---|
![]() Kepala Ānanda, pernah menjadi bagian dari patung batu kapur dari Gua Xiangtangshan utara. Dinasti Qi Utara, 550–577 M. | |
Gelar | Patriark Dharma (tradisi Sanskerta) |
Nama lain | Videhamuni; Dhamma-bhaṇḍāgārika ('Bendahara Dhamma') |
Informasi pribadi | |
Lahir | Abad ke-5–ke-4 SM |
Meninggal | 20 tahun setelah kematian Sang Buddha Di Sungai Rohīni dekat Vesālī, atau Sungai Gangga |
Agama | Buddhisme |
Orang tua | Raja Śuklodana atau Raja Amitodana; Ratu Mrgī (tradisi Sanskerta) |
Dikenal sebagai | Menjadi pelayan Sang Buddha (aggupaṭṭhāyaka);[1] kekuatan memori; belas kasihan kepada wanita |
Kedudukan senior | |
Guru | Sang Buddha; Puṇṇa Mantānīputta |
Konsekrasi | Mahākassapa |
Pendahulu | Mahākassapa |
Penerus | Majjhantika atau Sāṇavāsī |
Siswa
| |
Inisiasi | Tanggal 20 (Mūlasarvāstivāda) atau tahun ke-2 (tradisi lain) dari pelayanan Sang Buddha Nigrodhārāma atau Anupiya, Malla oleh Daśabāla Kāśyapa atau Belaṭṭhasīsa |
Dalam teks Buddhis awal, Ānanda disebut sebagai sepupu Sang Buddha dan murid dari Puṇṇa Mantānīputta. Setelah dua puluh tahun menjadi bhikkhu, Ānanda dipilih oleh Sang Buddha untuk menjadi pelayan pribadinya. Dengan penuh pengabdian, Ānanda melaksanakan tugasnya sebagai perantara antara Sang Buddha dengan umat, termasuk dalam saṅgha. Ānanda melayani Sang Buddha hingga akhir hidupnya, bertindak sebagai sekretaris dan juru bicara.
Para sarjana meragukan kebenaran historis berbagai riwayat kehidupan Ānanda, terutama terkait perannya dalam Sidang Pertama. Berdasarkan catatan tradisional dari riwayat awal, komentar-komentar Tipiṭaka (aṭṭhakathā), dan kronik non-sutra, dikisahkan bahwa Ānanda memiliki peran penting dalam mendirikan tatanan bhikkhunī (Sanskerta: भिक्षुणी, translit. bhikṣuṇī, har. 'pengemis wanita'), dengan meminta kepada Sang Buddha agar mengizinkan ibu angkatnya, Mahāpajāpati Gotamī (Sanskerta: महाप्रजापती गौतमी, Mahāprajāpatī Gautamī) untuk ditahbiskan. Ānanda juga menemani Sang Buddha di tahun-tahun akhir hidupnya, sehingga menjadi saksi banyak ajaran dan prinsip yang disampaikan Sang Buddha sebelum kematian-Nya, termasuk ajaran bahwa kaum Buddhis harus mengambil ajaran dan kedisiplinan sebagai perlindungan mereka, dan Sang Buddha tidak akan menunjuk pemimpin baru sebagai penggantinya.
Tak lama setelah kematian Sang Buddha, Sidang Buddhis Pertama diadakan. Menurut catatan tradisional, Ānanda mencapai pencerahan tepat sebelum sidang dimulai, yang merupakan syarat untuk mengikuti sidang tersebut. Selama sidang berlangsung, Ānanda menjadi sumber ingatan hidup Sang Buddha, melafalkan banyak khotbah Sang Buddha serta memeriksa keakuratannya. Namun, dalam sidang yang sama, ia mendapat kritik dari Mahākassapa (Sanskerta: महाकाश्यप, Mahākāśyapa) dan para saṅgha karena membiarkan kaum wanita ditahbiskan serta dianggap lalai menghormati Sang Buddha pada beberapa peristiwa penting. Pasca Sidang Pertama, Ānanda mengajar hingga akhir hayatnya dan mewariskan ajaran spiritualnya kepada murid-muridnya, antara lain Sāṇavāsī (Sanskerta: शाणकवासी, Śāṇakavāsī) dan Majjhantika (Sanskerta: मध्यान्तिक, Madhyāntika), yang kemudian berperan penting dalam Sidang Kedua dan Ketiga. Ānanda meninggal 20 tahun setelah kematian Sang Buddha, dan stūpa-stūpa (monumen) dibangun di sungai tempat ia meninggal.
Ānanda adalah salah satu tokoh yang paling dicintai dalam Buddhisme. Dia dikenal karena ingatannya, pengetahuannya, dan welas asihnya, sering dipuji oleh Sang Buddha atas keutamaannya. Dalam tradisi tekstual Sanskerta, Ānanda dianggap sebagai patriark Dhamma yang berdiri dalam garis keturunan spiritual, menerima ajaran dari Mahākassapa dan meneruskannya kepada murid-muridnya. Ānanda dihormati oleh para bhikkhunī sejak awal abad pertengahan atas jasanya dalam mendirikan ordo biarawati dan mengizinkan wanita ditahbiskan. Konon, kisah hidupnya menginspirasi komposer Richard Wagner dan penyair India Rabindranath Tagore dalam karya-karya mereka.