![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/ce/Alam_Kehidupan.png/640px-Alam_Kehidupan.png&w=640&q=50)
Dewa (Buddhisme)
sebutan untuk makhluk hidup yang lahir di alam surga dalam Buddhisme / From Wikipedia, the free encyclopedia
Dewa atau Dewata (Pāli dan Sanskerta: deva atau devatā), dalam agama Buddha, adalah sebutan untuk makhluk yang menempati Alam Surga (devaloka). Berbeda dari agama darmik lainnya, seperti agama Hindu, Buddhisme tidak menganggap dewa sebagai makhluk yang kekal dan bebas dari penderitaan. Meskipun para dewa mungkin memiliki kesaktian tertentu dan berumur panjang, mereka tidak Maha Kuasa dan tidak Maha Sempurna. Para dewa, layaknya manusia, juga merupakan makhluk yang sedang dalam usaha mencari kesempurnaan hidup. Bahkan, Sang Buddha sering disebut sebagai guru para dewa.[1] Seorang manusia, dengan kebajikan, juga mungkin terlahir kembali ke Alam Dewa/Surga.
![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/ce/Alam_Kehidupan.png/640px-Alam_Kehidupan.png)
Berbeda dengan agama Hindu, Buddhisme membedakan terminologi dewa dengan brahma. Tidak seperti brahma yang menempati Alam Brahma, istilah 'dewa' merujuk kepada makhluk yang menempati Alam Surga (devaloka). Alam Surga merupakan kumpulan alam-alam yang kedudukannya lebih rendah dari Alam Brahma.
Sementara itu, agama Buddha awal secara moral tidak mengecam pemberian persembahan secara damai kepada dewa-dewi. Sepanjang sejarah agama Buddha, pemujaan dewa-dewi, sering kali berasal dari keyakinan pra-Buddhis dan animis, kemudian disesuaikan menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis. Sebagai bagian dari proses itu, dewa-dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari Tiga Permata.[2]