MNCTV (pelafalan dalam bahasa Indonesia: [emensi tifi], singkatan dari Media Nusantara Citra Televisi, sebelumnya bernama TPI, pelafalan dalam bahasa Indonesia: [tepeʔi]) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia. Namanya yang sekarang dipergunakan sejak 20 Oktober 2010 pada pukul 20.10 WIB.

Fakta Singkat PT MNC Televisi Indonesia, Jenis ...
PT MNC Televisi Indonesia[1]
Thumb
Logo saat ini sejak 20 Mei 2015
JenisJaringan televisi
NegaraIndonesia
Wilayah siaranNasional
Kantor pusatMNC Studios, Jl. Raya Perjuangan No. 1, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
SloganSelalu di Hati
BahasaBahasa Indonesia
PemilikMedia Nusantara Citra (87.07%)[2]
Perusahaan indukMNC Asia Holding
Saluran seinduk
Diluncurkan23 Januari 1991 (1991-01-23)
Pendiri
Nama sebelumnyaPT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia:
TPI (1991—2010)
Media streaming
RCTI+Tonton langsung
Vision+Tonton langsung
www.mnctv.com
Tutup

MNCTV merupakan televisi swasta ketiga di Indonesia setelah RCTI dan SCTV. MNCTV didirikan oleh Mbak Tutut dan dulu sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Citra Lamtoro Gung Persada.

Sejarah

Kemunculan

MNCTV awalnya bersiaran dengan nama Televisi Pendidikan Indonesia (disingkat TPI). Sesuai namanya, awalnya TPI dimaksudkan untuk menyiarkan program siaran pendidikan yang dihasilkan oleh Pustekkom (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi) Depdikbud (sekarang Kemdikdasmen, Kemdiktisaintek, serta Kemenbud). Kehadirannya saat itu bisa dikatakan merupakan realisasi dari ide lama mendirikan televisi berbasis acara pendidikan di Indonesia yang sudah direncanakan oleh kedua lembaga tersebut sejak tahun 1970-an. Saat itu, Pustekkom tercatat sudah memproduksi sejumlah video dan film yang berisi materi-materi pelajaran dari tingkat dasar hingga menengah atas.[4] Namun, rencana ini tidak kunjung terealisasi sampai munculnya pihak swasta, yaitu Mbak Tutut (Siti Hardijanti Rukmana), putri sulung Presiden Soeharto yang menunjukkan niatnya untuk "membantu" menghadirkan televisi swasta non-komersial yang berbasis program pendidikan.[5] Menurutnya, kehadiran TPI adalah terobosan baru, yang menandakan ingin berperannya pihak swasta dalam proses pencerdasan bangsa dengan mengelola televisi pendidikan.[6] Ide Tutut ini (yang sudah ada sejak 1989)[7] kemudian disetujui oleh ayahnya, Presiden Soeharto pada pertengahan 1990.[8]

Untuk merealisasikan hal itu, maka didirikan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (Cipta TPI) pada 23 Januari 1990, awalnya bernama PT Televisi Pendidikan Indonesia, yang selanjutnya mulai 30 November 1990 namanya berubah menjadi PT Cipta TPI dan aktanya mendapat pengesahan pemerintah pada 13 Desember 1990.[9][10][11] Pada tanggal 1 Agustus 1990, perusahaan ini menerima izin awal siaran nasionalnya bernomor No. 1271C/RTF/K/VIII/1990,[12] dan sekitar dua minggu kemudian (18 Agustus 1990), izin siaran resmi TPI keluar lewat penandatanganan kerjasama dengan TVRI bernomor No. 145/SP/Dir/TV/1990 dan nomor 023/TPI/PKS/SNR/23/VII/1990,[13] masing-masing oleh Ishadi S.K. dan Mbak Tutut.[14] Selanjutnya, penandatanganan kerjasama juga dilakukan dengan Depdikbud pada 16 Oktober 1990,[15] meskipun dalam perkembangannya sempat terjadi pergesekan dalam hubungan keduanya.[5]

Lewat penandatanganan perjanjian diatas, maka TPI sebagai pihak swasta akan bekerjasama dengan dua lembaga pemerintah, yaitu Departemen Penerangan (sekarang Kemkomdigi) lewat TVRI dan Depdikbud. Dalam hal ini, Depdikbud menjadi pihak yang menyediakan naskah, program dan produksi program siaran televisi pendidikan; TVRI menyediakan infrastruktur, bantuan produksi siaran dan sejumlah program; sedangkan TPI menanggung biaya operasionalnya.[4][8][15][16] Saat itu, kehadiran TPI diharapkan mampu mendorong "semangat belajar mengajar, sehingga dapat tumbuh rasa percaya diri, sikap, dan perilaku yang inovatif serta kreatif", dengan program yang informatif dan edukatif. Justifikasi pemerintah lainnya akan kehadiran TPI adalah luasnya wilayah Indonesia, sehingga diharapkan membantu pendidikan baik secara non-formal maupun formal secara cepat dan hemat biaya, yang akhirnya berefek positif pada peningkatan kualitas manusia Indonesia, semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial yang menumbuhkan semangat cinta tanah air.[15][17][18]

TPI pada saat itu diikat dengan ketentuan khusus dan memiliki status khusus yaitu Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Pendidikan (SPTSP), yang merupakan televisi swasta satu-satunya yang boleh bersiaran nasional. Siaran TV ini 20% waktu siarnya diperbolehkan untuk iklan, lebih besar dari TV swasta biasa yang hanya 15%.[5] Lalu, TPI juga berkomitmen untuk menyediakan acara-acara pendidikan dan tayangan yang ramah anak, begitu juga dengan iklannya yang tidak menayangkan iklan rokok maupun minuman beralkohol. Dalam suatu kesempatan, Tutut bahkan menyebut bahwa iklan yang ditayangkan TPI juga akan diseleksi agar "mendidik", seperti iklan mobil dan teknologi pembuatannya. Biaya yang dikeluarkan dalam pendirian TPI adalah senilai Rp 500 miliar.[19]

Awal bersiaran

Mulanya, TPI direncanakan akan memulai siarannya pada bulan Agustus 1990 bertepatan dengan HUT RI ke-45.[17][20] Namun, baru pada 26 Desember 1990 hal tersebut dapat direalisasikan, awalnya hanya berupa siaran percobaan selama 4 jam (06.00-10.00 WIB) berupa test pattern di kanal TVRI.[21] Selanjutnya, di tanggal 23 Januari 1991 (bertepatan dengan ulang tahun Tutut ke-42)[22] pukul 08.00 WIB, TPI diresmikan oleh Presiden Soeharto di Studio 12 TVRI Senayan, Jakarta Pusat[a] dengan melakukan telekonferensi bersama guru dan murid dari beberapa provinsi seperti Aceh, Bali dan Timor Timur.[18][19] Saat itu TPI hanya mengudara 4 jam, yang kemudian diperpanjang menjadi 6,5 jam sejak 8 Juni 1991 dan 8 jam menjelang akhir 1991. Perpanjangan siaran ini dibatasi hanya sampai jam 12.00 WIB (mengingat siaran TVRI pada waktu itu dimulai siang hari), yang berarti TPI hanya bisa memajukan awal waktu mulai siarannya. Siaran TPI awalnya hanya bisa dinikmati di 35% daerah siaran TVRI, mengingat kualitas penyiaran TVRI yang pada saat itu masih banyak bermasalah di berbagai daerah.[16]

Program pendidikan yang pada saat itu ditayangkan oleh TPI merupakan program pengajaran instruksional, bukan semacam film dokumenter edukatif (seperti National Geographic). Tayangan ini awalnya hanya dikhususkan bagi siswa SLTP usia 11 hingga 16 tahun, walaupun ada rencana juga untuk menyiarkan program sejenis bagi SD dan SLTA.[23] Selain program pendidikan instruksional, TPI juga menyiarkan beberapa acara hiburan (seperti drama/film) yang diklaim bermotif pendidikan dan informasi bagi remaja dan wanita, khususnya mengenai edukasi tentang bagaimana kehidupan yang baik.[24][25] Untuk membantu penerimaan siarannya, TPI melakukan sejumlah kegiatan seperti bantuan pesawat TV kepada sejumlah SLTP di berbagai wilayah Indonesia[26] dan berkontribusi bagi perbaikan fasilitas TVRI yang sudah menua, mengingat siarannya pada saat itu masih menumpang. Selain itu, pada Oktober 1992 kerjasama juga diteken dengan Telkom untuk menyediakan ruang satelit Palapa demi menyiarkan siaran TPI ke seluruh Indonesia.[27]

Kehadiran TPI sebenarnya tidak lepas dari kritik saat itu, dikarenakan siarannya yang hanya berlangsung di pagi hari membuatnya tidak dapat disaksikan target pemirsa utamanya, yaitu para guru dan pelajar yang sedang bersekolah. Begitu juga program berupa informasi umum, nampak sulit disaksikan oleh masyarakat yang sedang bekerja.[28] Mulanya, menghadapi kritikan tersebut, TPI merencanakan akan mengadakan siaran malam secara mandiri (terpisah kanalnya dari TVRI) yang juga berisi program-program pendidikan,[29] dengan saat itu ditargetkan akan dimulai pada Juli 1992 pada pukul 16.00-22.00.[27] Namun, baru pada 28 Oktober 1992 (bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ke-64), siaran malam tersebut akhirnya resmi dilaksanakan, dengan saat itu berlangsung selama 1 jam (17.00-18.00 WIB) di kanal 34 UHF dengan cakupan terbatas di Jabotabek.[27][30] Siaran malam ini dapat terlaksana setelah TPI membangun pemancar berkekuatan 20 kW dan sarana penyiaran sendiri di daerah Pondok Gede, Taman Mini, Jakarta Timur.[27] Namun, siaran malam ini awalnya sempat kurang baik penerimaannya, sehingga TPI kemudian membangun pemancar lainnya yang bersiaran di kanal baru, 37 UHF mulai 18 Mei 1993.[31]

Meskipun kemudian waktu siaran malamnya diperpanjang menjadi 5 jam (16.00-21.00 WIB), sayangnya TPI tidak juga menayangkan acara pendidikan di malam hari sesuai janji awalnya dan lebih berfokus pada tayangan hiburan[32] (seperti film seri, kuis, komedi, dll) dengan alasan memberikan variasi acara yang lebih banyak kepada pemirsa, sekaligus lebih potensial mendulang iklan. Selain itu, pihaknya juga menganggap saat itu TPI masih menayangkan acara pendidikan dengan proporsi yang besar (33,2%) di jam siarnya.[27][30][33] Kombinasi acara hiburan dan pendidikan ini dianggap TPI sebagai kesuksesan mereka menyatukan idealisme dan prinsip komersial dalam mengelola televisi pendidikan ini.[34]

Dimulainya siaran malam juga merupakan pertanda upaya TPI untuk menjadi lebih mandiri dari TVRI yang sudah dicanangkannya sejak awal berdiri. Ditargetkan, TPI pada akhir 1993 sudah memiliki studio dan stasiun transmisinya sendiri di berbagai wilayah Indonesia,[35] di mana ada 8 kota awal yang direncanakan didirikan, yaitu Semarang, Bandung, Surabaya, Palembang, Medan, Ujung Pandang, Manado dan Jakarta.[29] Namun, kemudian di tahun 1994, tercatat hanya Jakarta, Ujung Pandang, Batam, Semarang, Surabaya, dan Medan yang mampu menyaksikan siaran TPI secara mandiri.[36] Tercatat, total siaran TPI memasuki tahun tersebut telah mencapai 18 jam/hari.[37] Kemandirian lain diraih TPI di ulang tahunnya yang ke-4 (1995), ketika berhasil menempati gedung baru yang berisi kantor pusat dan sarana produksi yang lengkap di Taman Mini seluas 14 hektar, setelah sebelumnya terpencar di 4 gedung (Wisma Tugu II, Kompleks TVRI Senayan, Kompleks Pustekkom, dan Wisma Karsa Pemuda).[38]

Semakin lama, TPI makin banyak menayangkan acara hiburan yang diantaranya nampak jauh dari unsur pendidikan, seperti dangdut[39] (yang menyimpang dari janjinya sendiri saat awal bersiaran untuk tidak menyiarkan dangdut dan "lagu cengeng").[40] Meskipun demikian, pihak TPI saat itu nampak belum mau melepaskan diri dari klaim sebagai "televisi pendidikan". Seperti, sejak 23 Januari 1994, TPI menyatakan dirinya sebagai "televisi pendidikan lewat keluarga"[34] yang acara-acaranya aman disaksikan bagi seluruh anggota keluarga.[41] Pada acara hiburan yang disiarkannya, TPI menganggap juga berusaha memasukkan nilai-nilai yang mendidik (disebut hiburan mendidik), dan menekankan aspek kebudayaan dan keindonesiaan lewat mayoritas programnya yang berasal dari dalam negeri. TPI menyebut dirinya saat itu sebagai "televisi yang memegang misi pendidikan melalui keluarga, dan dikembangkan atas akar kebudayaan sendiri untuk mengembangkan visi serta semangat keindonesiaan",[39] dan "saluran kebangsaan", yaitu televisi swasta nasional yang berdiri tegak di atas akar budaya bangsanya sendiri, dengan tetap memiliki keterbukaan selektif dalam melakukan interaksi dengan budaya luar.[42]

Perkembangan selanjutnya (1996-2010)

Pada akhir 1995-1996, TPI banyak dirundung berbagai masalah, seperti tunggakan ke TVRI terkait pembayaran 20% jatah iklan dan biaya penggunaan stasiun transmisi (bahkan sampai siarannya diputus di berbagai daerah),[43] hutang ke sejumlah rumah produksi dan kerugian yang mencapai lebih dari Rp 420 miliar. Untuk mengatasi hal ini, direkrutlah manajemen baru dibawah Tito Sulistio sejak Oktober 1995. Di bawah manajemen Tito (yang kemudian dibantu Ishadi S.K. (sekarang adalah Direktur Utama Trans TV)), TPI melakukan berbagai perubahan dan pembenahan di mana-mana. Prinsip TPI sebagai televisi keluarga makin diperkuat, sedangkan citra sebagai TV pendidikan (yang pada saat itu makin tidak tampak) berusaha dihapuskan, mengingat rating acara pendidikan yang selama ini cukup rendah.[28] Penguatan juga dilakukan pada program-programnya yang menargetkan penonton kelas bawah,[44] meskipun juga mulai menargetkan pasar kelas menengah ke atas, terutama untuk jam tayang malam hari. Kemudian juga disewa jasa dari biro iklan Hotline Advertising yang melakukan perubahan identitas dengan total. Diperkenalkan kemudian logo Televisi Keluarga Indonesia dan station identification serta slogan "Makin Asyik Aja" untuk pertama kalinya, dalam tujuh jenis tune dari berbagai musik daerah di Indonesia.[45] Di ulang tahunnya yang ke-5 (23 Januari 1996), seiring peresmian pemancar baru di Joglo, Jakarta Barat berkekuatan 80 kW dan studio barunya di Taman Mini, TPI resmi mencanangkan "era baru" dalam menghadapi persaingan di industri penyiaran.[46][47][48] Pada 21 Januari 1996 dari pukul 21.30 sampai dini hari, diselenggarakan program acara HORISON TPI '96 untuk menandai peresmian stasiun pemancarnya di Joglo, Jakarta Barat tepat pukul 24.00 tanggal 22 Januari 1996 saat acara "Wajah Baru TPI".

Selain identitas baru, beragam strategi lainnya dan perubahan di bidang pemograman, teknologi, sumber daya manusia, dll juga dilakukan agar TPI dapat dikenal di masyarakat dalam citra yang baru selama dua tahun.[45][49] TPI juga sempat berusaha menggandeng beberapa partner seperti Seven Network Australia (dalam hal produksi berita dan acara olahraga) dan Indosat dalam bentuk suntikan dana.[50] Perombakan juga dilakukan dalam pemangkasan fasilitas, jumlah karyawan[51] dan pemutusan hubungan kerjasama dengan TVRI yang efektif berlaku mulai 1 Oktober 1998 (yang membuatnya kini harus menggunakan studio serta bersiaran di kanal/pemancar sendiri yang awalnya ada di 12 kota).[3][52] Menginjak usianya yang ke-7 (23 Januari 1998), TPI resmi berfokus pada citra barunya[53] dengan mengutamakan acara hiburan berupa musik dangdut dan keluarga,[28] seolah acara lain yang disebut 'makin asyik' dalam slogan barunya seakan tenggelam oleh hingar-bingar acara dangdut. Bahkan "TPI" sebagai kependekan dari Televisi Pendidikan Indonesia pun sudah tidak berlaku lagi, menjadi Televisi Paling Indonesia sesuai dengan fokus barunya tersebut. Mulai akhir Februari 1999, TPI juga meningkatkan sistem penyiarannya dari analog ke digital sebagai upaya memberikan kepuasan optimal kepada pemirsa.[37]

TPI pernah mendapat penghargaan karena telah bertahun-tahun menayangkan acara kuis dangdut pertama di Indonesia yaitu Kuis Dangdut yang dibawakan oleh Jaja Mihardja. Pada Festival Sinetron Indonesia 1997, serial "Mat Angin" (diperankan oleh Deddy Mizwar) yang ditayangkan TPI menyabet 11 penghargaan, ditambah dengan 5 penghargaan lagi tahun berikutnya dari serial yang sama. Tak lupa juga acara terfavorit di Indonesia yaitu Santapan Nusantara yang dibawakan oleh Enita Sriyana, sang pakar kuliner. Menurut Ishadi, memang restrukturisasi ini sempat berhasil menaikkan pamor dan rating acara-acara TPI[54] dan menurut Tito, TPI juga sudah bisa menutup titik impas-nya.[53] Bahkan, pihak TPI awalnya sempat berencana akan melepas sebagian sahamnya di bursa saham (go public) pada tahun 2000.[55] Walaupun sudah punya target besar, tetapi TPI pun kemudian terdampak dengan krisis ekonomi 1997-1998 yang membuatnya harus mengurangi jam siaran dan berkurang 40% pendapatannya.[50][56] Memasuki awal 2000-an, justru TPI malah kembali terjebak hutang, dan pada 2002 perubahan nama Televisi Keluarga Indonesia yang singkat itu kemudian digantikan lagi dengan nama TPI (tanpa kepanjangan). Nama "TPI" tetap dipertahankan demi menjaga brand image yang selama ini telah tertanam di kepala pemirsa.[57]

Walaupun telah mengadakan dua kali perubahan image pada 1996 dan 2002, hingga tahun 2000-an awal TPI pada umumnya masih berada di papan tengah, dengan target pasar tetap kelas menengah ke bawah. Untuk meningkatkan jumlah penontonnya, mulai 2001, TPI mencoba penayangan sejumlah acara, seperti beberapa program olahraga terkenal (Liga Inggris musim 2001—2002 (di periode pertama), Liga Italia, Formula 1 (mulai tahun 2002 hingga 2004), TPI Fighting Championship, UFC dan Bintang Tinju Dunia), dan program pendidikan dokumenter dari Discovery Channel dan Animal Planet (yang hanya bertahan selama dua tahun dan berakhir pada 31 Desember 2003). Keadaan baru berubah pada 2005, ketika TPI berada di bawah manajemen Artine Savitri Utomo, dengan berhasil menjadi televisi No. 1 di Indonesia untuk pertama kalinya. Program-program seperti Rahasia Ilahi, Takdir Ilahi dan sinetron mistik-Islami lainnya berhasil mendongkrak pamor TPI. Tidak lupa juga, program Kontes Dangdut Indonesia yang merupakan versi dangdut dari kontes Pop Idol, American Idol dan Indonesian Idol merupakan salah satu program unggulan TPI pada saat itu.[58][59]

Sejak Juli 2006, 75% saham TPI dimiliki oleh PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC), kelompok perusahaan media yang juga memiliki RCTI dan Global TV. Sebelumnya, saham tersebut dimiliki oleh PT Berkah Karya Bersama yang masih terafiliasi dengan MNC.[60] MNC dapat menguasai saham TPI setelah membeli obligasi konversi Rp 260 miliar yang diterbitkan PT Berkah pada 15 Juni 2006 yang setara nilainya dengan persentase saham tersebut. Obligasi tersebut kemudian ditukar menjadi 75% pemilikan MNC di TPI.[61]

Memasuki tahun 2009, TPI mendapat sorotan, karena selain kasus konflik kepemilikan (lihat #Kontroversi dan sengketa kepemilikan), juga mendapat gugatan kepailitan dari Crown Capital Global Ltd, karena berhutang obligasi yang dibeli oleh Crown Capital (dari Filago Ltd, sejak Desember 1998) pada 27 Desember 2004 sebesar US$ 53 juta; serta dari Asian Venture Finance Limited sejak 6 November 1998 sebesar US$ 10,325 juta. Pihak Crown beralasan bahwa walaupun hutang TPI sudah jatuh tempo pada 24 Desember 2006, tetapi mereka tidak kunjung membayarnya walaupun sudah dua kali diminta sehingga dimohonkan pailit.[62] Pada 16 Juli 2009, gugatan itu dicabut dengan alasan adanya perundingan,[63] namun kemudian pada 14 September 2009 Crown Capital kembali mengajukan gugatannya karena tidak ada kesepakatan antara dua pihak.[64] Pada 14 Oktober 2009, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutus bahwa TPI pailit,[65] dan selanjutnya pada 5 November 2009 para kurator sudah bekerja untuk mendata asetnya.[66] Pihak TPI tidak terima dengan putusan itu dan menuduh Crown Capital dibekingi lawan Hary Tanoe, Mbak Tutut dan melawan dengan kasasi di Mahkamah Agung yang pada 12 Desember 2009 dimenangkan oleh TPI.[67] Namun, pada 22 Maret 2010 peninjauan kembali Crown Capital atas putusan kasasi TPI sebelumnya di MA kandas, sehingga TPI tidak jadi dipailitkan.[68]

Peluncuran ulang dan pergantian nama

Sejak 20 Oktober 2010 pukul 20.10 WIB, TPI resmi berganti nama menjadi MNCTV pada acara 20.10.2010: Selalu di Hati. Hal ini dilakukan berdasarkan rekomendasi dari MarkPlus Inc., sebuah konsultan pemasaran yang ditunjuk oleh Media Nusantara Citra.[69] Perubahan ini terjadi dikarenakan acara TPI sudah tidak sesuai dengan kepanjangan namanya yang dikenal selama ini, yaitu menjadi televisi yang berbau pendidikan di Indonesia, dan oleh karena itu nama TPI berubah menjadi MNCTV untuk mengubah citranya di mata masyarakat.[70][71] Selain itu, alasan lain yang diberikan adalah untuk meningkatkan keuntungan TPI, mengingat walaupun posisinya di urutan keempat namun pendapatannya sedikit (urutan ke-10). Citra TPI sebagai televisi pendidikan dan televisi untuk kelas bawah membuatnya terjebak dalam segmen khusus dan susah melepaskan diri.[72]

Diharapkan dengan nama baru, MNCTV akan memiliki nilai jual lebih ke para pengiklan,[73] dengan menyandang nama pemiliknya, Media Nusantara Citra (MNC) yang sudah dikenal memiliki kualitas yang baik di industri media, khususnya penyiaran.[74] Dengan perubahan identitas, MNCTV kini mencanangkan diri sebagai tempat one stop entertainment untuk keluarga Indonesia dengan target pemirsa dari kalangan menengah (SES BCD).[75] Namun, untuk acaranya MNCTV tetap akan mempertahankan program terbaik yang telah disiarkan oleh TPI sebelumnya.[76] Meskipun demikian, sesungguhnya pasca perubahan nama itu, tidak nampak perubahan yang signifikan dari pemograman MNCTV itu sendiri. Beberapa yang paling terlihat, adalah menurunnya porsi acara dangdut selama beberapa waktu, dan meningkatnya program-program untuk anak-anak (terutama Upin & Ipin) serta olahraga.[69]

Sejak Oktober 2021, pada saat ulang tahun MNCTV yang ke-30, jaringan televisi ini tampak mengalami perubahan besar di bidang pemograman, dengan banyak menayangkan acara realitas (terutama social experiment show), yang sebelumnya ditayangkan oleh GTV, seperti Uang Kaget dan Bedah Rumah, serta dua program di bawah lisensi Fremantle, yakni Famili 100 dan Take Me Out Indonesia pada tahun Oktober 2022, namun tetap meningkatkan program olahraga seperti Serie A pada awal 2022, yang sebelumnya tayang di GTV pada musim 2009/2010, serta olahraga bulutangkis yang biasanya ditayangkan dominan bersama iNews. Saat itulah MNCTV akhirnya menjadi saluran televisi olahraga sejak tahun 2010 hingga sekarang, serta sebagai pesaing utama Moji dari Elang Mahkota Teknologi.

Kontroversi dan sengketa kepemilikan

Hingga kejatuhan Orde Baru, TPI dikendalikan oleh Mbak Tutut lewat perusahaan induknya, yaitu PT Citra Lamtoro Gung Persada. Seiring waktu, Tutut mengubah struktur kepemilikan saham (walaupun tetap dikuasai oleh dirinya) menjadi oleh beberapa pihak, yaitu oleh Tutut sendiri sebesar 51,96%, PT Tridan Satriaputra Indonesia sebesar 46,35%, PT Citra Lamtoro Gung Persada sebesar 0,27%, Abdullah Alatas Fahmi dan Mohammad Jarman masing-masing senilai 0,14% dan Niken Wijaya serta Yayasan Purna Bhakti Pertiwi masing-masing senilai 0,56%.[77]

Namun, semuanya berubah ketika Orde Baru runtuh dan krisis ekonomi 1997-1998 mengguncang kerajaan bisnis Cendana. Pada saat itu, TPI terjerat hutang senilai Rp 1,6 triliun atau US$ 55 juta. Hutang tersebut salah satunya berada di tangan PT Indosat (Persero) Tbk (yang saat itu masih BUMN), senilai Rp 350 miliar berbentuk obligasi konversi berbunga 7% yang disepakati keduanya pada 2 Oktober 1997. Awalnya direncanakan bahwa hutang tersebut juga akan "dibayar" dengan saham Indosat senilai 35% di TPI pada 2002 dan jika TPI asetnya kurang dari Rp 546 miliar pada tahun yang sama, maka TPI harus membeli obligasi tersebut dan bunganya menjadi 26%. Namun, kemudian TPI tidak mampu membayarnya (bahkan harus menukar bunganya dengan iklan), dan sampai obligasinya jatuh tempo pada 15 Oktober 2002, TPI tidak melunasi obligasi tersebut dengan baik dan tidak memenuhi syarat. Indosat yang saat itu enggan untuk menukar obligasinya dengan saham TPI karena melihat kinerjanya yang buruk, memilih berencana untuk menggugat pailit TPI.[78] Selain itu, TPI juga berhutang pada BPPN dan perusahaan asal Brunei Darussalam. Intinya, krisis moneter telah membuat TPI menjadi "seret" sehingga asetnya walaupun hanya Rp 500 miliar namun hutangnya lebih dari itu, senilai lebih dari Rp 1 triliun.[5][77][79]

Dengan masalah tersebut, Tutut seperti tidak punya pilihan lain dan mencari jalan pintas. Ia lalu menghubungi Hary Tanoesoedibjo (HT), dari Bhakti Investama yang berhasil menangani perusahaan Cendana lainnya, Bimantara Citra. Pada 23 Agustus 2002, lewat sebuah perjanjian investasi, keduanya bersepakat bahwa Bhakti akan membayar hutang-hutang Mbak Tutut senilai US$ 55 juta, dengan skema US$ 25 juta untuk penyertaan modal dan US$ 30 juta untuk restrukturisasi hutang. Sebagai bayarannya, Bhakti akan diberikan 75% saham TPI. Kesepakatan keduanya awalnya nampak mulus, di mana hutang TPI ke Indosat bernilai total US$ 15 juta berusaha dibayar, tangan kanan HT yaitu Mulyawan Gufta dan Adji Gunawan pada Januari 2003 diangkat menjadi petinggi TPI dan perusahaan HT, PT Berkah Karya Bersama mendapatkan 40% saham awal di TPI (sementara sisanya masih dimiliki Tutut lewat PT Tridan Satriaputra Indonesia). Bahkan, pada Februari 2003 kedua pihak menandatangani adendum yang menyepakati pengalihan 75% saham TPI ke PT Berkah serta pada 3 Juni 2003 Tutut memberikan surat kuasa yang mengizinkan penguasaan TPI oleh PT Berkah.[60][77][80][81]

Namun, baru setahun, hubungan keduanya retak karena Tutut tidak menyenangi kinerja PT Berkah yang dianggapnya tidak maksimal. Perwakilan Tutut di TPI juga merasa tidak dipedulikan dalam pengambilan keputusan di TPI. Puncaknya, PT Berkah kemudian berniat untuk menjual 12 hektar tanah milik TPI di TMII dengan alasan untuk menambah modal, ditambah dengan upaya TPI mengalihkan aset ke PT Media Nusantara Citra. TPI juga merencanakan untuk memindahkan kantor TPI dari TMII ke Wisma Indovision yang tidak disetujui oleh Tutut (yang merasa bahwa TPI serta pusatnya di TMII adalah hasil kerja kerasnya dan peninggalan keluarga Soeharto). Tutut merasa hal tersebut sudah melanggar perjanjian investasi yang disepakati keduanya, sehingga berusaha membatalkan perjanjian keduanya.

Rencananya, Tutut berniat melunasi biaya yang dikeluarkan oleh PT Berkah untuk mengelola TPI selama dua tahun dan meminta PT Berkah mengembalikan 75% saham TPI lewat surat yang dilayangkan pada 20 Desember 2004. Menanggapi hal itu, PT Berkah kemudian mengadakan rapat internal pada 7 Maret 2005 yang dipimpin oleh HT. Dalam rapat tersebut dihasilkan tiga kesepakatan, yaitu:

  • Opsi 1, PT Berkah menjual kembali saham 75% pada TPI kepada Tutut senilai Rp 630 miliar (sebelumnya Rp 685 miliar).
  • Opsi 2, PT Berkah membeli saham Tutut di TPI sejumlah 25% senilai Rp 210 miliar.
  • Opsi 3, jika sampai 17 Maret 2005 Tutut tidak memberikan tanggapan maka akan tetap seperti sebelumnya (Tutut 25%, PT Berkah 75%).

Walau begitu, Tutut tidak memberikan tanggapan apapun, bahkan mengadakan RUPS TPI pada 17 Maret 2005 yang membatalkan kesepakatan keduanya dan mengangkat anaknya, Dandy Nugroho Rukmana sebagai Direktur Utama TPI menggantikan Hidajat Tjandradjaja. Kubu Tutut beralasan melakukan hal tersebut karena TPI kubu HT tidak mengizinkan pihaknya melakukan due diligence atas biaya yang diajukan PT Berkah senilai Rp 630 miliar. Sementara itu, kubu PT Berkah juga mengadakan RUPS-nya sehari setelahnya yang menegaskan keadaan kepemilikan saham terakhir (75-25%) dan mengangkat Sang Nyoman Suwisma sebagai Dirut TPI, sedangkan Dandy Rukmana hanya menjadi Komisaris Utama. Kubu HT beralasan bahwa RUPS-nya sah karena mengakomodir kepentingan Tutut dan adanya kehadiran saudara Tutut, yaitu Bambang Trihatmodjo. Dua RUPS tersebut jelas melanggar kesepakatan dalam perjanjian karena RUPS harus diadakan oleh kedua belah pihak. Namun, keputusan dari Kemenkumham pada saat itu, justru melegalkan hasil RUPS kubu HT/PT Berkah. Selanjutnya, di tahun 2006, saham PT Berkah di TPI kemudian dialihkan ke PT Media Nusantara Citra sehingga kini TPI (kubu HT) berada langsung di bawah grup MNC. Negosiasi yang dilakukan selanjutnya, sayangnya tidak membuahkan hasil apapun.[81][82]

Dalam perkembangannya, konflik ini kemudian memanas kembali pada 2009-2010 setelah sistem Kemenkumham (yang digunakan untuk pelaporan RUPS), Sisminbakum terjerat kasus korupsi. Kebetulan, pada saat penyampaian hasil RUPS, Sisminbakum dikelola oleh perusahaan swasta (PT Sarana Rekatama Dinamika) yang komisarisnya adalah kakak HT, Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo. Tutut melihat hal ini sebagai kesempatan dan mengirim surat pada Desember 2009 ke Kemenkumham yang meminta kejelasan atas pengesahan RUPS kubu HT dan mempertanyakan keberadaan pihak HT di sana yang dituduh bisa menyelewengkan posisinya untuk memblokir pelaporan RUPS TPI Tutut (hal ini diakui oleh Dirut PT Sarana, Yohannes Waworuntu).[83][84]

Pada 8 Juni 2010, Kemenkumham (lewat Pelaksana Harian Direktur Perdata Dirjen Administrasi Hukum Umum Rike Amavita K) mengeluarkan keputusannya yang mencabut RUPS TPI versi HT. Menanggapi hal tersebut, HT sempat menggugat Rike dan Kemenkumham dengan alasan bahwa keputusan mereka "tidak absah" ke PTUN, tetapi gagal.[85][86] Sebelumnya kubu TPI HT juga pernah melaporkan Tutut ke Polda Metro Jaya pada September 2009 dengan alasan telah mengambil uang TPI senilai US$ 50 juta pada 4 Mei 1993, dan juga mencurigai bahwa gugatan pailit TPI pada 2009 hanyalah rekayasa pihak Tutut.[87]

Dikeluarkannya keputusan tersebut, ditambah dukungan dari Menkumham pada saat itu, Patrialis Akbar akan keputusan dari pihaknya,[88] membuat kubu Tutut kemudian mengadakan RUPS (bayangan) lagi pada 23 Juni 2010 yang mengangkat Japto Soerjosoemarno sebagai Direktur Utama TPI. Lalu, TPI Tutut melayangkan gugatan ke PN Jakarta Pusat yang meminta pengadilan mengesahkan RUPS TPI versinya dan PT Berkah membayar ganti rugi Rp 3,4 T. Pada 14 April 2011, PN Jakarta Pusat memenangkan gugatan Tutut, yang dibalas dengan banding kubu HT pada 2012 yang dikabulkan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Lalu, kubu TPI versi Tutut mengadakan banding lagi ke Mahkamah Agung pada 10 Oktober 2013 yang memenangkan mereka. Namun, upaya banding PT Berkah akan putusan MA justru kandas pada November 2014.

Dalam situasi saling menggugat ini, TPI versi HT sudah berubah nama menjadi MNCTV. Walaupun pihak HT menganggap perubahan nama ini lebih disebabkan aspek komersial (meningkatkan keuntungan) dan sudah direncanakan sejak Maret 2010,[89] namun kubu Tutut sempat mengancam akan mempidanakan MNCTV[73] serta banyak yang merasa tindakan ini adalah akibat dari persengketaan keduanya. Kembali ke gugatan, pihak HT kemudian menempuh jalur lain setelah kalah di pengadilan dengan mengugat Tutut di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) lewat gugatan Permohonan Arbitrase No. 547/XI/ARB-BANI/2013. Pihak HT beralasan, upaya ini dilakukan sesuai kesepakatan keduanya pada 2003 yang mengizinkan penyelesaian masalah menggunakan BANI.[90] Pada 12 Desember 2014, BANI mengabulkan tuntutan PT Berkah di mana RUPS kubu HT pada 2005 sah, tetapi putusan BANI ini kemudian dibatalkan oleh MA pada 29 April 2015 serta kasasinya gagal di MA pada Agustus 2016.[91][92][93]

Thumb
Logo TPI versi Tutut yang diperkenalkan dalam konferensi pers pada 21 November 2014. Jika kubu Tutut berhasil merebut kembali TPI, maka direncanakan logo ini akan menjadi logo TPI/MNCTV yang baru.

Walaupun demikian, pihak MNC tetap bersikukuh untuk mempertahankan kepemilikannya akan MNCTV,[94] sedangkan kubu Tutut berencana tetap bertahan dengan nama TPI. Melihat kekerasan hati pihak MNC tersebut, Tutut melakukan somasi pada MNC pada 16 Januari 2014[95] dan pada 21 November 2014, pihak TPI juga mengadakan konferensi pers bahwa mereka siap mengudara kembali.[96] Pihak MNC pun membalas bahwa mereka siap membeli "sisa" saham Tutut di MNCTV senilai 25% (walaupun pengadilan menyatakan bahwa PT Berkah/HT harus menyerahkan sahamnya kembali kepada Tutut),[97] dan berkali-kali HT membantah dan ngotot mempertahankan "haknya" akan MNCTV, misalnya menyebut somasi TPI Tutut pada Januari 2014 lalu "salah alamat"[98] ataupun pernah menyatakan bahwa putusan pengadilan hanya terkait dengan mantan pemilik MNCTV yaitu PT Berkah, bukannya pemilik saat ini yaitu MNC (meskipun keduanya berada di tangan orang yang sama, yaitu HT). Mungkin, melihat tindakan MNCTV yang masih bersikeras mempertahankan posisinya, TPI Tutut melakukan langkah ekstrim: melakukan siaran percobaan dengan menabrak siaran MNCTV di kanal 37 UHF (599,25 MHz) Jakarta pada 15-16 Oktober 2016[99] dan melakukan upaya pendudukan kantor MNCTV di TMII yaitu pada 27 Juli 2011,[100] 11 Januari 2014,[101] serta pada 5 Juli 2017. Dalam upaya terakhir ini, pihak Tutut berhasil merebut gedung MNCTV di TMII, walaupun tidak bisa menguasai siarannya.[102] Sebagai balasannya, kubu HT/MNCTV melayangkan somasi atas upaya siaran percobaan itu[103] (yang berujung pembajakan sinyal dimana baris warna dengan tulisan "TPI 37 UHF" muncul selama beberapa menit pada tanggal 15-16 dan 22 Oktober di frekuensi siaran MNCTV untuk daerah Jakarta;[104] kubu Tutut sendiri membantah melakukan tindakan tersebut)[105] dan menyayangkan aksi perebutan itu.[106]

Tercatat, peristiwa tersebut adalah tindakan terakhir dalam perebutan kepemilikan TPI, dan hingga kini situasi siapa pemilik sah TPI/MNCTV tetap tidak jelas. Secara praktis, kendali saham mayoritas PT CTPI dan frekuensinya tetap dikuasai oleh Media Nusantara Citra/MNC, sedangkan kubu Tutut sampai saat ini hanya mendapatkan gedungnya saja di TMII (kantor pusat MNCTV kini berada di Kebon Jeruk, sekompleks dengan RCTI dan GTV). Bahkan, pada September 2018, dalam laporan keuangan MNC, dituliskan bahwa saham mereka di MNCTV kini sudah meningkat menjadi 87,07% (dari sebelumnya 75%) dengan menukar obligasi PT Berkah menjadi saham senilai 12,07%. Bagaimanakah mereka bisa meningkatkan kepemilikannya dengan skema tersebut dan nasib 25% saham Mbak Tutut sampai saat ini tidak jelas, bahkan MNC tetap menegaskan kepemilikannya atas MNCTV karena "belum mendapat salinan putusan MA".[107] Di pertengahan 2020, juga nama perusahaan MNCTV yang sebelumnya bernama PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI), akhirnya diganti menjadi PT MNC Televisi Indonesia.[1] Meski begitu, kadang-kadang masih terdapat ketidakkonsistenan dalam sejumlah laporan perusahaan afiliasi MNC yang masih menggunakan nama sebelumnya (CTPI).[108]

Identitas

Thumb
Logo TPI saat siaran percobaan (26 Desember 1990-22 Januari 1991)
Thumb
Logo pertama TPI (23 Januari 1991-23 Januari 2002)
Thumb
Logo on-air TPI (1991-1995)[109]
Thumb
Logo kedua TPI, dengan nama "Televisi Keluarga Indonesia" (1996-23 Januari 2002)
Thumb
Logo ketiga TPI (23 Januari 2002-23 Januari 2006)
Thumb
Logo terakhir TPI (23 Januari 2006-20 Oktober 2010)
Thumb
Logo pertama MNCTV (20 Oktober 2010-19 Mei 2015)

Logo MNCTV awalnya bertuliskan TPI, berbentuk segitiga yang diberi warna merah putih, biru dan hijau. Logo ini dapat diinterpretasikan sebagai pensil atau pulpen berwarna merah putih dengan inti bercorak merah-hijau-biru (lebih populer dengan singkatan RGB (Red, Green, and Blue)), yang merupakan simbolisasi niat awalnya berdiri sebagai televisi pendidikan.[28] Untuk logo on air-nya sendiri, selama beberapa tahun awal, sempat berupa tulisan "TPI" saja berwarna merah putih sebelum akhirnya digantikan logo resminya mulai tahun 1995.

Seiring restrukturisasi dan perubahan citra pada 1996-1997, TPI memperkenalkan logo bertuliskan "Televisi Keluarga Indonesia" yang terdiri dari sebuah bola tiga dimensi warna biru serta peta warna sian sebagai planet bumi berputar-putar ke kiri, cincin tebal warna kuning serta tulisan TELEVISI di atas, INDONESIA di bawah warna hitam dan Keluarga warna merah di tengahnya. Logo yang sekilas mirip dengan logo saluran televisi asal Amerika Serikat, The Family Channel ini, digunakan mulai tahun 1996 (di station identification)/23 Januari 1998 hingga 23 Januari 2002 di layar kaca (logo perusahaannya masih menggunakan logo segitiga lama). Penggunaan logo "Televisi Keluarga Indonesia" merupakan pertanda kini TPI resmi menanggalkan identitasnya sebagai televisi pendidikan untuk menjadi televisi keluarga dengan acara hiburan yang sesuai dengan keragaman budaya Indonesia dan diminati penontonnya.[28]

Pada tanggal 23 Januari 2002, TPI merombak logonya kembali sebagai cermin dari wajah dan semangat baru di ulang tahunnya yang ke-11, yang kini terdiri dari sebuah bola dunia berbentuk oval warna sian berputar-putar ke kiri, ditambah tiga bentuk bulan sabit (menggambarkan sinyal/gaung) serta tulisan TPI miring tebal warna biru tua di kanan. Logo ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol perubahan yang terus-menerus di TPI, serta keinginannya menyebarkan informasi ke seluruh Tanah Air. Masing-masing komponen logo tersebut memiliki makna tertentu, seperti 3 sinyal menggambarkan kedinamisan dan 3 komponen penting (yaitu 3 mitra kerja berupa pemirsa, biro iklan dan pemasang iklan; 3 pembagian waktu di Indonesia; atau 3 pembagian waktu siar pagi, sore dan malam); bola dunia menggambarkan program yang informatif; dan tulisan "TPI" yang kokoh melambangkan kemodernan serta dapat dipercaya.[37] Meskipun demikian, logo tersebut hanya bertahan selama 4 tahun, untuk digantikan dengan logo baru pada 23 Januari 2006 yang didominasi warna biru muda, merah dan hijau serta tulisan Tpi.

Seiring pergantian nama pada 20 Oktober 2010, logo TPI berganti menjadi logo MNCTV yang terdiri dari kata MNC miring warna biru gelap serta kata TV miring warna merah di kanan atas (berbentuk MNCTV); bentuk logo ini mirip dengan logo SUN TV. Perubahan logo tersebut dilakukan dengan mengadakan sayembara di internal perusahaan. Warna dalam logo baru ini dipilih untuk menciptakan kesan eksklusif (jika dibandingkan dengan logo TPI terakhir yang didominasi berwarna hijau), namun tetap nyaman dilihat, sedangkan bentuk font yang melengkung melambangkan kedinamisan.[75] Belakangan, pada tanggal 20 Mei 2015, seluruh anak perusahaan MNC Group (termasuk MNCTV) merubah logo lamanya menjadi tegak.

Dua warna dalam logo yang digunakan saat ini, memiliki makna tersendiri.

  • Warna biru menggambarkan kematangan sebuah media dalam memberikan layanan kepada pemirsanya, secara bisnis memperlihatkan stabilitas perkembangan sejalan dengan pergerakan ekspektasi para stakeholder.
  • Warna merah menggambarkan simbol kehangatan dan selalu disukai oleh mereka yang mencintai keterbukaan dan sesuatu yang baru. Merah juga merupakan warna kesejahteraan dan kegembiraan di budaya Asia, simbol dari vitalitas kehidupan serta memberikan fokus pada daya tahan menghadapi rintangan, meningkatkan antusiasme dan ketertarikan terhadap hal baru dengan energi yang lebih besar bagi upaya mencapai mimpi dan melindunginya dari ketakutan dan keraguan.

Tulisan "MNC" dibuat dengan keunikan tersendiri yang mengakomodasikan nilai kesolidan, kekokohan yang juga menggambarkan bisnis yang dijalankan.[110][111]

Identifikasi stasiun

Saat disiarkan pada tanggal 23 Januari 1991, TPI menampilkan cuplikan identifikasi stasiun pertama menggambarkan Indonesia dilengkapi bendera Indonesia (warna merah-putih), peta Indonesia warna hijau (termasuk pulau Malaysia warna putih) dan teks Televisi Pendidikan Indonesia dibawahnya dengan grafik satelit bergerak. Berapa hari kemudian, identifikasi stasiun ini diganti tema ikonik emas terdiri dari tempat kota dan wisata seperti Jakarta dan Candi Prambanan dengan latar awan warna merah, setelah ini akhirnya muncul ada peta Indonesia berubah menjadi warna emas kemasan dan ketika satelit bergerak maju hingga bertuliskan Televisi Pendidikan Indonesia. Selain itu, juga menerima sponsor produk elektronik paling canggih pertama di Indonesia (termasuk TV tabung saat ini: SonicMaster), Polytron.

Lima tahun kemudian TPI hadir dengan nama baru, "Televisi Keluarga Indonesia" pada awal 1997 dalam bertemakan ikon bunga matahari. Adegan ini dimulai seorang anak-anak murid Sekolah Dasar sedang perjalanan sepeda dan becak ketika bunga matahari terbang seorang wanita sedang dilihat bunga matahari terbang sampai menyentuh dari jari telunjuk, di latar awan dan langit biru, seorang pria sedang loncat indah kemudian ada grafik gelombang airnya, selanjutnya ada seorang wanita sedang tarian Pendet khas dari pulau Dewata, seorang pria dan wanita membawa sepeda ontel tiba-tiba bunga matahari terbang di atas keranjang, seorang wanita sedang bernyanyi anak-anak sedang bermain air di danau bersama hewan kerbaunya, saat menunaikan shalat di masjid, seorang anak-anak dan pria lagi bermain catur di saung tiba-tiba bunga matahari terbang bersama bentengnya, seorang ayah berkacamata sedang membaca koran sambil duduk tiba-tiba ada bunga matahari terbang, seorang wanita sedang berekspresi senyum di tengah kamera dan selanjutnya ada bola garis-garis dengan gambar-gambar dan cincin tebal warna kuning kemudian muncul kata "Keluarga" warna merah ditengahnya di latar lampu warna jingga dan garis kurva warna dengan logo TPI di pojok kanan bawah.

Satu tahun kemudian, identifikasi stasiun ini menjadi bertemakan seri budaya Indonesia rilis pada awal 1998. Dari awalnya suatu adegan membuka mata dengan lambang bunga matahari seperti: Jawa Tengah, Dewata (Bali), Sunda (Jawa Barat), Minang dan Batak (Sumatera, juga Kepulauan Riau dan Aceh), Dayak (Kalimantan), Jawa Timur, Papua dan Betawi (Jakarta).

Tiga tahun kemudian, identifikasi stasiun hadirkan edisi spesial ulang tahun TPI ke-10, ada planet bumi dan cincin perak berputar-putar selanjutnya angka "1" miring bergerak dan tegak serta tulisan "TPI" dengan corat-coret bercahaya di latar luar angkasa warna cokelat.

Slogan utama

Sebagai TPI

  • Turut Memacu Kreativitas Bangsa (1991-1994)
  • Cermin Dinamika Budaya Bangsa (1991-1994)
  • Televisi Keluarga Anda (1994-1996)
  • Makin Asyik Aja (1996-2007)
  • Makin Indonesia Makin Asyik (2006-2007, sub-slogan)
  • Makin Indonesia Makin Asyik Aja (2007-2010)

Sebagai MNCTV

  • Selalu Di Hati (2010-sekarang)

Slogan spesial HUT

  • Sebagai TPI
    • 7 Tahun Makin Asyik Aja (1998)
    • Sewindu Makin Asyik Aja (1999)
    • 9 Tahun Makin Asyik Aja di Milenium Baru (2000)
    • Satu Dekade Makin Asyik Aja (2001)
    • Selalu Bersamamu (2003)
    • Funtastic 13 (2004)
    • Makin Dekat, Makin Mantap, Makin Asyik Aja (2005)
    • Pesta Panen Raya (2007)
    • Hajatan Asyik (2008)
    • Pesta Manten (2009)
    • Sejuta Wajah Indonesia (2010)
  • Sebagai MNCTV
    • Ekspresi Cinta (2011)
    • Ama21ng (2012)
    • Persembahan Cinta (2013-2014)
    • Kilau Raya (2015-sekarang)

Acara

Olahraga

TPI pernah menayangkan acara olahraga ternama seperti Formula 1, WWE SmackDown, Serie A, Eredivisie, La Liga, Liga Brazil, Premier League, Piala AFF, SEA Games 1997, Superbike World Championship (khusus seri Sentul tahun 1995) dan UEFA Euro 2008 (bersama RCTI dan Global TV). Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, MNCTV tidak menyiarkan acara olahraga. Namun, pada tahun 2010-2011 hingga 2012-2013, MNCTV kembali menyiarkan acara olahraga dengan menyiarkan Barclays Premier League bersama Global TV (kini GTV) setelah mendapatkan hak siar lisensi dari ESPN dan STAR Sports, dan kembali lagi menyiarkan liga tersebut untuk musim 2016–2017 bersama RCTI hingga 3 tahun ke depan lewat kerjasama dengan saluran televisi berlangganan beIN Sports.

Pada tahun 2011, MNCTV juga memiliki hak siar dalam ajang sepak bola Liga Prima Indonesia bersama RCTI dan Global TV dan SEA Games 2011.

Pada bulan Januari 2011, ESPN dan Star Sports kembali memilih MNCTV sebagai pemegang hak siar Piala FA atau FA Cup hingga musim 2011-2012 bersama Global TV ditambah dengan Community Shield FA 2011 untuk melengkapi paket turnamen hak siar The FA dari saluran televisi kabel tersebut dan kembali lagi MNCTV ditunjuk oleh beIN Sports sebagai pemegang hak siar FA Cup untuk kedua kalinya selama musim 2021-2022 yang hanya menyiarkan babak semifinal FA Cup di bulan puasa menggantikan RCTI sementara waktu.

Pada tahun 2014, MNCTV juga menyiarkan Liga Super Indonesia bersama RCTI dan Global TV, dan sejak musim 2016, MNCTV menyiarkan Liga Futsal Profesional Indonesia bersama iNews.

Pada akhir tahun 2021, MNCTV resmi mendapatkan hak siar turnamen bulutangkis BWF untuk Kejuaraan Dunia BWF, Thomas dan Uber Cup, Piala Sudirman, Tur Dunia BWF dan PBSI selama 3 tahun yakni 2022-2025 bersama iNews berkat kerjasama dengan pemilik lisensi dari SPOTV.

Pada bulan April 2022, MNCTV resmi jadi pemegang hak siar Serie A mulai musim 2021-22 hingga 2024-25 untuk menggantikan posisi RCTI untuk sementara waktu selama bulan puasa.

Penyiar

Jaringan siaran

Menurut data Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo), MNCTV saat ini disiarkan melalui 33 stasiun televisi yang dimiliki oleh 18 perusahaan (termasuk stasiun dan perusahaan induknya),[112] dan menjangkau 33 dari 38 provinsi di Indonesia. Hingga tahun 2020, MNCTV didukung oleh 41 stasiun pemancar.[113] Seluruh stasiun tersebut dimiliki oleh MNCTV.

Berikut ini adalah transmisi MNCTV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan). Data dikutip dari data IPP Kemenkominfo.[112]

Keterangan: daerah yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relai dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.

Informasi lebih lanjut Nama Perusahaan, Nama Stasiun ...
Nama Perusahaan Nama Stasiun Daerah Frekuensi Digital (DVB-T2)[114] Nama Multipleksing Digital (DVB-T2)[115]
PT MNC Televisi Indonesia MNCTV DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi 28 UHF RCTI Jakarta
PT TPI Satu MNCTV Lampung Bandar Lampung, Kota Metro 36 UHF antv Bandar Lampung
MNCTV Jawa Barat Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur 41 UHF RCTI Bandung
Cirebon, Indramayu 44 UHF RCTI Cirebon / RCTI Kuningan
Sumedang 40 UHF RCTI Sumedang
Garut, Tasikmalaya, Ciamis 37 UHF RCTI Garut
Sukabumi 41 UHF RCTI Sukabumi
PT TPI Dua MNCTV Jawa Tengah Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus 45 UHF GTV Semarang
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan 42 UHF GTV Tegal
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen dan Cilacap 43 UHF GTV Banyumas
Blora dan Cepu 37 UHF GTV Blora
Magelang 34 UHF GTV Magelang
Pati dan Rembang 41 UHF GTV Pati
Purworejo 42 UHF GTV Purworejo
MNCTV Jogja Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates 41 UHF GTV Yogyakarta / GTV Solo
PT TPI Tiga MNCTV Jawa Timur Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan dan Bangkalan 41 UHF GTV Surabaya
Malang 43 UHF GTV Malang
Jember, Bondowoso 47 UHF GTV Jember / GTV Bondowoso
Kediri, Pare, Kertosono, Blitar, Jombang, Tulungagung 42 UHF GTV Kediri
Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan Trenggalek 40 UHF GTV Madiun / GTV Trenggalek
Banyuwangi 40 UHF GTV Banyuwangi
Pamekasan 45 UHF GTV Pamekasan
Situbondo 41 UHF GTV Situbondo
Tuban 27 UHF GTV Tuban
Pacitan 30 UHF GTV Pacitan
MNCTV Kalimantan Utara Tanjung Selor 47 UHF GTV Tanjung Selor
PT TPI Empat MNCTV Sumatera Utara Medan 43 UHF RCTI Medan
MNCTV Sulawesi Barat Mamuju 37 UHF RCTI Mamuju
PT TPI Lima MNCTV Sumatera Barat Padang, Pariaman 39 UHF antv Padang, Bukittinggi, Tanah Datar dan Solok
MNCTV Sumatera Selatan Palembangl 35 UHF Trans7 Palembang
PT TPI Enam MNCTV Kepulauan Riau Batam, Tanjung Balai Karimun 44 UHF RCTI Batam
MNCTV Riau Pekanbaru 45 UHF tvOne Pekanbaru
PT TPI Tujuh MNCTV Sulawesi Selatan Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene 40 UHF RCTI Makassar
MNCTV Sulawesi Utara Manado 35 UHF Trans TV Manado
PT TPI Delapan MNCTV Sulawesi Tengah Palu 44 UHF RCTI Palu
MNCTV Kalimantan Barat Pontianak 41 UHF Trans TV Pontianak
PT TPI Sembilan MNCTV Kalimantan Selatan Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru, dan Marabahan 39 UHF GTV Banjarmasin
Amuntai 29 UHF TVRI Kalimantan Selatan (TVRI Amuntai dan TVRI Kandangan)
Kotabaru 45 UHF GTV Kotabaru
MNCTV Kalimantan Timur Samarinda 27 UHF GTV Samarinda
Balikpapan 32 UHF GTV Balikpapan
PT TPI Sepuluh NAD MNCTV Aceh Banda Aceh 44 UHF RCTI Banda Aceh
Sabang 45 UHF RCTI Sabang
Lhokseumawe 44 UHF RCTI Lhokseumawe
PT TPI Sebelas MNCTV Bali Kota Denpasar, Singaraja, Karangasem 42 UHF antv Bukit Bakung, Wanagiri, Ularan, Gilimanuk, Kintamani dan Lempuyang
MNCTV Sulawesi Tenggara Kendari 36 UHF SCTV Kendari
PT TPI Lintas Bengkulu MNCTV Bengkulu Bengkulu 40 UHF RCTI Bengkulu
MNCTV Jambi Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat 43 UHF TVRI Jambi (TVRI Telanaipura dan TVRI Sarolangun)
Jambi 32 UHF Trans TV Jambi
PT TPI Lintas Kalteng MNCTV Gorontalo Gorontalo 37 UHF RCTI Gorontalo
MNCTV Kalimantan Tengah Palangkaraya 30 UHF TVRI Kalimantan Tengah (TVRI Palangkaraya dan TVRI Pulang Pisau)
PT TPI Lintas Babel MNCTV Bangka Belitung Pangkal Pinang 36 UHF RCTI Pangkalpinang
PT TPI Lintas Ambon MNCTV Maluku Ambon 39 UHF RCTI Ambon
MNCTV Maluku Utara Ternate 40 UHF Trans TV Ternate
PT TPI Lintas NTB MNCTV NTB Mataram 35 UHF MetroTV Mataram / MetroTV Pujut
MNCTV Papua Jayapura 37 UHF RCTI Jayapura
PT TPI Lintas Jember MNCTV Papua Barat Manokwari 34 UHF SCTV Manokwari
MNCTV NTT Soe 28 UHF TVRI Nusa Tenggara Timur (TVRI Soe)
Kupang 35 UHF RCTI Kupang
Tutup

Manajemen

Daftar direktur utama

Informasi lebih lanjut No., Nama ...
No. Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Siti Hardijanti Rukmana 1990 1998
2 Tito Sulistio 1998 2001
3 Dandy Nugroho Rukmana 2001 2003
4 Hidajat Tjandradjaja 2003 2005
5 Sang Nyoman Suwisma 2005 sekarang
Tutup

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi MNCTV saat ini adalah sebagai berikut:

Informasi lebih lanjut No., Nama ...
No. Nama Jabatan
1 Sang Nyoman Suwisma Direktur Utama
2 Tantan Sumartana[116] Direktur Pelaksana
3 Noersing Direktur Produksi
4 Faisal Dharma Setiawan Direktur Keuangan, Teknologi dan Legal
5 Harry Hermawan Direktur Program dan Akuisisi
6 Firdauzi Cece Direktur Pemasaran
Tutup

Komisaris saat ini

Struktur komisaris direksi MNCTV saat ini adalah sebagai berikut:

Informasi lebih lanjut No., Nama ...
No. Nama Jabatan
1 Hary Tanoesoedibjo Komisaris Utama
2 Syafril Nasution Komisaris
3 Noersing
4 Siti Hardijanti Rukmana
5 Dandy Nugroho Rukmana
Tutup

Lihat pula

Catatan

  1. Kemudian dipakai sebagai studio sampai Januari 1995

Referensi

Pranala luar

Wikiwand in your browser!

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.

Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.