Remove ads
peradaban kuno dan kawasan bersejarah di kawasan selatan Mesopotamia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Sumer adalah peradaban tertua yang diketahui saat ini, berlokasi di selatan kawasan bersejarah Mesopotamia (sekarang Irak Selatan-Tengah), muncul pada Zaman Tembaga dan Zaman Perunggu Awal antara milenium keenam sampai milenium kelima SM. Seperti tetangganya, Elam, Sumer merupakan salah satu bijana peradaban, bersama-sama dengan Mesir, lembah sungai Sindu, Erligang di lembah sungai Kuning, Karal-Supe, dan Mesoamerika. Para petani Sumer yang berdiam di sepanjang lembah sungai Tigris dan Efrat membudidayakan tanaman bulir-buliran maupun tanaman-tanaman pangan lainnya secara besar-besaran. Kelebihan hasil panen memampukan mereka untuk mendirikan permukiman-permukiman setara kota. Sastra tertua di dunia yang diketahui saat ini berasal dari kota-kota Sumer, yaitu Uruk dan Jamdat Nasir, dan diperkirakan tercipta dalam rentang waktu sekitar tahun 3350 hingga sekitar tahun 2500 SM yang menyusul kurun waktu purwaleka sekitar tahun 4000 hingga sekitar tahun 2500 SM.
| |
Jangkauan geografis | Mesopotamia, Timur Dekat, Timur Tengah |
---|---|
Periode | Zaman Batu Muda Akhir, Zaman Perunggu Madya |
Tanggal | Sekitar tahun 5500 hingga sekitar tahun 1800 SM |
Didahului oleh | Babak Ubaid |
Diikuti oleh | Kemaharajaan Akad |
Istilah "Sumer" (bahasa Akadː 𒋗𒈨𒊒, šumeru)[5] berasal dari sebutan masyarakat Akad untuk "orang Sumer", masyarakat kuno penutur bahasa rumpun Nonsemit yang mendiami kawasan selatan Mesopotamia.[6][7][8][9][10] Di dalam peninggalan-peninggalan tertulis, orang Sumer menyebut negeri mereka dengan nama "Kengir", "negeri tuan-tuan mulia" (bahasa Sumerː 𒆠𒂗𒄀, ki-en-gi(-r), negeri + tuan-tuan + mulia), dan menyebut bahasa mereka dengan nama "Emegir" (bahasa Sumerː 𒅴𒂠, eme-g̃ir, atau 𒅴𒄀 eme-gi15).[6][11][12]
Asal-usul orang Sumeria tidak diketahui, tetapi mereka menyebut diri sebagai "Yang Hitam Kepalanya" atau "Orang Kepala Hitam"[6][13][14][15] (bahasa Sumerː 𒊕𒈪, sag̃-gíg, kepala + hitam, atau 𒊕𒈪𒂵, sag̃-gíg-ga, secara fonetis /saŋ ɡi ɡa/, kepala + hitam + penanda relatif).[1][2][3][4] Sebagai contoh, Raja Sumer yang bernama Syulgi membanggakan diri sebagai "raja empat tepas dunia, penggembala orang kepala hitam".[16] Orang Akad juga menyebut orang Sumer sebagai "orang kepala hitam", atau ṣalmat-qaqqadi dalam bahasa Akad yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Semit.[2][3]
Orang Akad, masyarakat penutur bahasa rumpun Semit Timur yang kelak menaklukkan negara-negara kota orang Sumer, adalah pihak yang memberi Sumer nama bersejarahnya yang utama, tetapi pertumbuhkembangan fonologis istilah šumerû tidak diketahui secara pasti.[17] Istilah Šinʿar (שִׁנְעָר) dalam bahasa Ibrani, Sngr dalam bahasa Mesir, dan Šanhar(a) dalam bahasa Het, yang sama-sama merujuk kepada kawasan selatan Mesopotamia, mungkin saja merupakan ragam barat dari istilah Sumer.[17]
Kebanyakan sejarawan menduga bahwa negeri Sumer pertama kali dihuni secara permanen pada rentang waktu sekitar tahun 5500 sampai sekitar tahun 3300 SM oleh suatu masyarakat Asia Barat yang menuturkan bahasa Sumer (merujuk kepada nama-nama kota, sungai, pekerjaan dasar, dan lain-lain sebagai bukti), salah satu bahasa isolat aglutinatif yang tergolong ke dalam rumpun Nonsemit maupun rumpun Non-India-Eropa.[18][19][20][21][22]
Sejarawan selebihnya menduga bahwa orang Sumer adalah masyarakat Afrika Utara yang bermigrasi dari Sahara Hijau ke Timur Tengah dan bertanggung jawab atas menyebarnya pertanian di Timur Tengah.[23] Sekalipun demikian, bukti-bukti yang bertentangan dengan pandangan tersebut menyiratkan kesan yang kuat bahwa pertanian muncul untuk pertama kalinya di kawasan Hilal Subur.[24] Meskipun tidak secara khusus membahas orang Sumer, Lazaridis dkk. 2016 telah membersitkan dugaan bahwa beberapa kebudayaan di Timur Tengah memiliki sedikit keterkaitan asal-usul dengan Afrika Utara, khususnya kebudayaan Natufi, sesudah memetakan genom tulang-belulang manusia dari petilasan-petilasan kebudayaan Natufi dan kebudayaan Zaman Batu Muda Pratembikar.[24] Analisis kraniometis juga menyiratkan adanya hubungan kekerabatan antara masyarakat Natufi dan masyarakat Afrika Utara.[25]
Beberapa sarjana mengait-ngaitkan orang Sumer dengan orang Huri dan orang Urartu, serta memperkirakan bahwa Kaukasus adalah janabijana mereka.[26][27][28] Pandangan ini tidak berterima umum.[29]
Berdasarkan penyebutan Dilmun sebagai "kota kelahiran negeri Sumer" di dalam legenda-legenda dan karya-karya sastra Sumer, sarjana-sarjana lain menduga bahwa mungkin sekali orang Sumer berasal dari Dilmun, yang diteorikan sama dengan Pulau Bahrain di Teluk Persia.[30][31][32] Di dalam mitologi Sumer, Dilmun juga disebut sebagai persemayaman dewata, misalnya Enki.[33][34] Status Dilmun sebagai janabijana cikal bakal orang Sumer belum dimapankan, tetapi para arkeolog telah menemukan bukti-bukti peradaban di Bahrain, yaitu cakram-cakram khas Mesopotamia.[35]
Masyarakat prasejarah yang mendiami kawasan selatan Mesopotamia sebelum kedatangan orang Sumer diberi sebutan "orang Purwaefrat" atau "orang Ubaid",[36] dan diteorikan tumbuh dari kebudayaan Samara di kawasan utara Mesopotamia.[37][38][39][40] Sekalipun keberadaannya tidak pernah disebut-sebut oleh orang Sumer sendiri, orang Ubaid diperkirakan sebagai daya pemberadab pertama di Sumer oleh para sejarawan modern. Orang Ubaidlah yang menguruk paya-paya untuk digarap, mengembangkan perdagangan, maupun menciptakan berbagai industri, antara lain kriya tenun, kriya kulit samak, kriya logam, kriya lepa, dan kriya termbikar.[36]
Beberapa sarjana menggugat gagasan yang mengatakan bahwa orang Sumer menuturkan semacam bahasa Purwaefrat atau bahasa substratum. Menurut mereka, bahasa Sumer mungkin saja berasal dari masyarakat-masyarakat pemburu dan penangkap ikan yang mendiami daerah paya dan Pesisir Timur Jazirah Arab, dan merupakan bagian dari kebudayaan perkakas batu bermata dua di Jazirah Arab.[41] Juris Zarins meyakini bahwa orang Sumer berdiam di sepanjang pesisir Kawasan Timur Jazirah Arab, yaitu kawasan Teluk Persia sekarang ini, sebelum kawasan tersebut dilamun air pada penghujung Zaman Es.[42]
Peradaban Sumer terbentuk pada babak Uruk (milenium ke-4 SM), yang berlanjut ke babak Jamdat Nasir dan babak Kulawangsa Awal. Eridu, kota orang Sumer yang terletak di pesisir Teluk Persia, diyakini sebagai salah satu kota tertua, tempat mungkin pernah menjadi kancah peleburan tiga kebudayaan berbeda, yaitu kebudayaan petani pedesaan Ubaid yang menghuni pondok-pondok bata lumpur dan mengamalkan ilmu irigasi, kebudayaan penggembala kelana Semit yang tinggal di dalam kemah-kemah hitam dan mengawasi kawanan kambing domba, serta kebudayaan penangkap ikan yang mendiami pondok-pondong gelagah di daerah paya, dan yang mungkin saja merupakan cikal bakal orang Sumer.[43]
Rekam sejarah yang andal Reliable historical records begin with Enmebaragesi (Kulawangsa Awal I). Kedaulatan orang Sumer terus-menerus hilang digerogoti negara-negara Semit dari barat laut. Negeri Sumer ditaklukkan oleh raja-raja Kemaharajaan Akad penurut bahasa rumpun Semit sekitar tahun 2270 SM (menurut kronologi pendek), tetapi bahasa Sumer terus hidup sebagai bahasa keagamaan. Kedaulatan bumiputra Sumer kembali pulih kurang lebih seabad lamanya ketika Kulawangsa Ur ke-3 berkuasa kira-kira dari tahun 2100 sampai 2000 SM, tetapi bahasa Akad juga terus hidup beberapa waktu lamanya.[43]
Keberadaan orang Sumer sama sekali tidak diketahui pada masa-masa awal perkembangan arkeologi modern. Jules Oppert adalah sarjana pertama yang mencuatkan kata Sumer di dalam sebuah materi kuliah pada tanggal 17 Januari 1869. Ekskavasi-ekskavasi besar pertama di situs kota-kota Sumer adalah ekskavasi tahun 1877 di situs Girsu yang dilakukan arkeolog Ernest de Sarzec dari Prancis, ekskavasi tahun 1889 di situs Nipur yang dilakukan John Punnett Peters dari Universitas Pennsylvania yang berlangsung antara tahun 1889 sampai tahun 1900, dan ekskavasi di situs Syurupak yang dilakukan arkeolog Robert Koldewey dari Jerman antara tahun 1902 sampai 1903. Terbitan karya-karya tulis ilmiah yang menonjol terkait temuan-temuannya adalah "Decouvertes en Chaldée par Ernest de Sarzec" yang diterbitkan Léon Heuzey pada tahun 1884, "Les Inscriptions de Sumer et d'Akkad" yang diterbitkan François Thureau-Dangin pada tahun 1905, dan "Grundzüge der sumerischen Grammatik" mengenai tata bahasa Sumer yang diterbitkan Arno Poebel pada tahun 1923.[44]
Menjelang penghujung milenium ke-4 SM, negeri Sumer terbagi-bagi menjadi banyak negara kota merdeka, ditandai oleh kanal-kanal dan tapal-tapal batas dari batu. Masing-masing negara kota berpusat pada bangunan kuil yang didarmabaktikan kepada dewa atau dewi pelindung tertentu dan diperintah oleh seorang imam pemangku (ensi) atau seorang raja (lugal) yang erat hubungannya dengan upacara-upacara keagamaan negara kota yang bersangkutan.
Orang Sumer adalah seniman-seniman ulung. Artefak-artefak Sumer menampilkan banyak detail dan hiasan, ditatahi batu-batu semimulia yang diimpor dari luar negeri semisal lazuardi, pualam, dan diorit, juga logam-logam mulia semisal emas tempa. Lantaran langka, batu dikhususkan pemanfaatannya untuk pembuatan arca-arca. Bahan baku yang paling mudah didapatkan adalah lempung, itulah sebabnya banyak barang buatan Sumer yang terbuat dari lempung. Logam-logam seperti emas, perak, tembaga, dan perunggu, juga cangkang kerang dan batu permata, dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arca-arca terhalus dan bahan tatahan. Batu-batu berukuran kecil, apapun jenisnya, termasuk batu-batu yang lebih tinggi nilainya seperti lazuardi, pelinggam, dan giok zaitun, dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan cap tabung.
Beberapa di antara mahakarya seni rupa Sumer yang paling terkenal adalah kecapi-kecapi Ur, yang diyakini sebagai alat-alat musik petik tertua di dunia yang masih lestari hingga saat ini. Kecapi-kecapi tersebut ditemukan oleh Leonard Woolley dalam ekskavasi Pekuburan Kerajaan di Ur antara tahun 1922 sampai 1934.
Daerah dataran Tigris-Efrat tidak mengandung mineral maupun ditumbuhi pepohonan. Bangunan-bangunan Sumer terbuat dari bata lempung cembung datar, tidak direkat dengan lepa maupun semen. Bangunan-bangunan bata lempung pada akhirnya akan hancur, oleh sebab itu bangunan-bangunan tersebut secara berkala dirubuhkan, diratakan dengan tanah, dan dibangun ulang di tempat yang sama. Aktivitas bangun ulang yang berlangsung terus-menerus lambat laun menaikkan permukaan tanah di kota-kota, sehingga kawasan perkotaan menjadi lebih tinggi daripada lingkungan di sekitarnya. Bukit-bukit yang dihasilkannya, yang dikenal dengan sebutan tel, dijumpai di seluruh Timur Dekat Kuno.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.