Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Harappa
situs arkeologi di Punjab, Pakistan Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi.

Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa.
Pada masa itu, Harappa berpenduduk sekitar 40.000 jiwa, yang dianggap besar pada zamannya.Hubungan peradaban Indus kuno pada saat itu dikenal sebagai mitra dagang dengan peradaban Mesir dan Mesopotamia. Situs kuno kota Harappa berisi reruntuhan kota dari zaman perunggu yang merupakan bagian dari budaya Cemetery H dan peradaban lembah Indus, berpusat di Sindh dan Punjab. Kota ini diperkirakan memiliki penduduk berkisar 23.500 jiwa dan terbesar selama fase Mature Harappa pada tahun 2600 hingga 1900 SM. Dua kota terbesar saat itu, Mohenjodaro dan Harappa muncul sekitar tahun 2600 SM di sepanjang lembah sungai Indus. Artefak batu di lokasi Harappa terbuat dari pasir merah, tanah liat yang dipanggang pada suhu sangat tinggi.
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Peradaban Harappa memiliki akar paling awal pada kebudayaan seperti Mehrgarh, sekitar tahun 6000 SM. Dua kota terbesarnya, Mohenjo-daro dan Harappa, muncul sekitar tahun 2600 SM di sepanjang lembah Sungai Indus di Punjab dan Sindh.[1] Peradaban ini, yang kemungkinan memiliki sistem tulisan, pusat-pusat perkotaan, infrastruktur drainase, serta sistem sosial dan ekonomi yang beragam, ditemukan kembali pada tahun 1920-an setelah dilakukan penggalian di Mohenjo-daro di Sindh dekat Larkana, dan di kota Harappa di Punjab bagian barat, selatan Lahore. Sejumlah situs lain yang membentang dari kaki Pegunungan Himalaya di Punjab Timur, hingga Gujarat di tenggara, dan Balochistan, Pakistan di barat daya, juga telah ditemukan dan diteliti.
Meskipun situs arkeologi di Harappa rusak pada tahun 1857 ketika para insinyur yang membangun jalur kereta api Lahore–Multan menggunakan batu bata dari reruntuhan sebagai alas rel, banyak artefak tetap berhasil ditemukan.
Akibat penurunan permukaan laut, beberapa wilayah ditinggalkan pada periode akhir Harappa. Pada tahap-tahap selanjutnya, peradaban Harappa kehilangan beberapa ciri khasnya seperti sistem tulisan dan teknik hidrolik.[2] Akibatnya, pemukiman di Lembah Sungai Gangga mulai berkembang dan kota-kota di sepanjang Sungai Gangga menjadi lebih menonjol.[2]
Situs-situs paling awal yang dapat dikenali sebagai Harappa diperkirakan berasal dari tahun 3500 SM. Fase awal ini berlangsung hingga sekitar tahun 2600 SM. Fase puncak peradaban terjadi antara tahun 2600 SM hingga 2000 SM, ketika kota-kota besar mencapai masa kejayaannya. Setelah itu, sekitar tahun 2000 SM, peradaban ini mulai mengalami kemunduran secara bertahap hingga sekitar tahun 1400 SM — periode yang biasanya disebut sebagai Harappa Akhir.[3]Tidak ada tanda-tanda bahwa kota-kota Harappa hancur akibat serangan dari luar. Bukti-bukti kuat menunjukkan bahwa penyebabnya bersifat alami. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang kini menjadi Gurun Thar dahulu jauh lebih lembap, dan iklimnya perlahan menjadi semakin kering.[4]
Remove ads
Masyarakat
Orang-orang Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri menjadi tanda tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tak dapat ditelusuri hingga sekarang. Bahasa dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang ditemukan di sana masih belum dapat dipecahkan hingga sekarang. Uniknya di kota tersebut tidak ditemukan bangunan untuk kegiatan religius dan tanda-tanda sistem kasta. Hal ini mengakibatkan para peneliti berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan memiliki filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial).[5]
Remove ads
Kehancuran
Ringkasan
Perspektif
Adanya trauma dan penyakit menular yang terlihat jelas pada kerangka manusia yang diambil dari tiga pemakaman kota Harappa, salah satu kota terbesar di peradaban Indus. Mereka menemukan adanya pertumbuhan karakter masyarakat Indus dan sifat kehancurannya. Hasil yang ditemukan pada orang-orang yang diambil (sampel analisis) dari kuburan ternyata memiliki tingkat tertinggi kekerasan dan penyakit. Tingkat kekerasan berkisar 50 persen pada 10 sampel tengkorak, dan lebih dari 20 persen membuktikan bahwa orang-orang ini terbukti menderita infeksi kusta.
Hasil analisis sangat bertentangan dengan dugaan lama yang menyatakan bahwa peradaban Indus berkembang sebagai masyarakat damai, koperasi dan egaliter, tanpa perbedaan sosial, hierarki, atau perbedaan akses sumber daya dasar. Penduduk kota Harappa diduga menderita kusta selama fase pengembangan perkotaan Indus dan meningkat secara signifikan seiring waktu. Penyakit baru kemudian muncul seperti Tuberkulosis ditemukan pasca urbanisasi, cedera kekerasan (luka tengkorak) juga meningkat seiring waktu. Lingkungan perlahan mulai berubah, jaringan perdagangan semakin tidak terkendali, ketika digabungkan dengan perubahan sosial dan konteks budaya tertentu, maka semua kerjasama yang bertujuan untuk menciptakan situasi aman di semakin tidak bisa dipertahankan. Karena kekerasan dan penyakit meningkat pada level tertinggi, akhirnya manusia meninggalkan peradaban Indus di kota Harappa.
Lihat pula
- Kebudayaan Gandhara
- Kebudayaan Lembah Sungai Indus
- Mohenjo-daro
- Meluhha
- Harappa
- Chanhudaro
- Sindh
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads
