Remove ads
turnamen sepak bola Eropa Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Liga Champions UEFA (disingkat UCL, bahasa Inggris: UEFA Champions League) atau Liga Champions Eropa (LCE) yang sebelumnya bernama Piala Eropa (European Cup) adalah sebuah kompetisi sepak bola antarklub oleh UEFA dan diikuti oleh klub dari liga atau divisi tertinggi Eropa. Kompetisi ini merupakan salah satu turnamen paling bergengsi di dunia dan kompetisi antarklub paling bergengsi di sepak bola Eropa, yang hanya diikuti oleh juara liga nasional (dan juga juara kedua untuk beberapa negara) dari setiap asosiasi nasional anggota UEFA. Final UCL adalah acara yang paling banyak ditonton di seluruh dunia setiap tahunnya. Final musim 2012–13 merupakan yang paling banyak ditonton, dengan jumlah mencapai 360 juta penonton televisi.[1] Sejak tahun 2015, Final UCL digelar pada hari Sabtu minggu pertama bulan Juni pada tahun ganjil dan Sabtu minggu terakhir bulan Mei pada tahun genap.
Mulai digelar | 1955 (menggunakan format terkini sejak 1992) |
---|---|
Wilayah | Eropa (UEFA) |
Jumlah tim | 36 (babak Fase Liga) 79, 80 atau 81 (total) |
Kualifikasi untuk | Piala Super UEFA Piala Dunia Antarklub FIFA Piala Interkontinental FIFA |
Kompetisi terkait | Liga Eropa UEFA (tingkat ke 2) Liga Konferensi Eropa UEFA (tingkat ke 3) |
Juara bertahan | Real Madrid (gelar ke-15) |
Tim tersukses | Real Madrid (15 gelar) |
Televisi penyiar | Daftar penyiar |
Situs web | uefa.com |
Liga Champions UEFA 2024–2025 |
Diperkenalkan sejak 1992, kompetisi ini menggantikan Piala Champions Eropa atau disebut sebagai Piala Eropa, yang telah bergulir sejak 1955, dengan menambahkan babak penyisihan grup ke dalam kompetisi dan memungkinkan masuknya beberapa klub dari beberapa negara tertentu.[2]
Real Madrid merupakan klub tersukses sepanjang sejarah kompetisi ini, dengan 15 kali meraih gelar juara, termasuk lima gelar juara berturut-turut pada sepuluh edisi awal kompetisi ini.[3]
Real Madrid adalah juara bertahan setelah menang 2–0 atas Borussia Dortmund pada pertandingan final Liga Champions UEFA 2024.[4]
Pertama kali juara dua liga Eropa bertemu adalah pada apa yang dijuluki Kejuaraan Dunia 1895, saat juara Inggris Sunderland mengalahkan juara Skotlandia Hearts 5–3. Turnamen pan-Eropa pertama adalah Challenge Cup, kompetisi antar klub di Kekaisaran Austro-Hungaria. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1900, juara Belgia, Belanda, dan Swiss yang merupakan satu-satunya liga yang ada di benua Eropa pada saat itu, berpartisipasi dalam Coupe Van der Straeten Ponthoz, sehingga dijuluki sebagai "kejuaraan klub benua". oleh surat kabar lokal.
Piala Mitropa sebuah kompetisi yang meniru Piala Tantangan, dibuat pada tahun 1927, sebuah ide dari Austria Hugo Meisl dan dimainkan antara klub-klub Eropa Tengah. Pada tahun 1930, Coupe des Nations (Prancis: Nations Cup), upaya pertama untuk membuat piala untuk klub juara nasional Eropa, dimainkan dan diselenggarakan oleh klub Swiss Servette. Diadakan di Jenewa, acara ini mempertemukan sepuluh juara dari seluruh benua. Turnamen ini dimenangkan oleh Újpest FC dari Hungaria. Negara-negara Eropa Latin bersatu untuk membentuk Piala Latin pada tahun 1949.
Setelah menerima laporan dari jurnalisnya tentang Kejuaraan Juara Amerika Selatan yang sangat sukses pada tahun 1948, Gabriel Hanot, editor L'Équipe mulai mengusulkan pembuatan turnamen berskala benua. Dalam wawancara, Jacques Ferran (salah satu pendiri Piala Champions Eropa bersama dengan Gabriel Hanot) mengatakan bahwa Kejuaraan Champions Amerika Selatan adalah inspirasi untuk Piala Champions Eropa. Setelah Stan Cullis mendeklarasikan Wolverhampton Wanderers F.C. sebagai "Champions of the World" setelah serangkaian pertandingan persahabatan yang sukses pada tahun 1950-an, khususnya kemenangan persahabatan 3–2 melawan Budapest Honvéd FC, Hanot akhirnya berhasil meyakinkan UEFA untuk mempraktikkan turnamen semacam itu. Itu disusun di Paris pada tahun 1955 sebagai Piala Champions
Kejuaraan ini pertama kali dicetuskan oleh salah satu majalah olahraga Prancis. Trofi berbentuk piala yang dijuluki "The Big Ears" (Telinga Besar) dan trofi pertama berbeda dengan yang sekarang diperebutkan (dibuat oleh Stadellman). Piala yang diperebutkan sekarang adalah edisi ke-6. Pada awalnya kejuaraan memperebutkan piala bernama Piala Juara Klub Eropa (European Champion Clubs Cup), yang biasanya disingkat menjadi Piala Eropa (European Cup, dan berbeda dari Piala Eropa seperti yang dikenal di Indonesia sekarang ini yang merujuk kepada Piala Kejuaraan Eropa). Kejuaraan ini dimulai pada musim 1955/56 dengan menggunakan sistem gugur dua leg, yaitu setiap tim bermain dua pertandingan, satu tandang dan satu di kandang, dan tim dengan skor rata-rata tertinggi maju ke babak berikutnya. Hanya tim-tim juara liga di masing-masing negara, ditambah dengan pemegang juara pada saat itu, yang berhak ikut ajang kompetisi ini.
Piala Eropa pertama berlangsung pada musim 1955–56 . Enam belas tim berpartisipasi (beberapa atas undangan): AC Milan (Italia), AGF Aarhus (Denmark), Anderlecht (Belgia), Djurgården IF Fotboll (Swedia), Gwardia Warszawa (Polandia), Hibernian (Skotlandia), FK Partizan (Yugoslavia), PSV Eindhoven (Belanda), Rapid Wien (Austria), Real Madrid (Spanyol), Rot-Weiss Essen (Jerman Barat), Saarbrücken (Saar), Servette (Swiss), Sporting CP (Portugal), Stade de Reims (Prancis), dan Vörös Lobogó ( Hongaria).
Pertandingan Piala Eropa pertama berlangsung pada 4 September 1955, dan berakhir imbang 3–3 antara Sporting CP dan FK Partizan. Gol pertama dalam sejarah Piala Eropa dicetak oleh João Baptista Martins dari Sporting CP. Final perdana berlangsung di Parc des Princes antara Stade de Reims dan Real Madrid pada 13 Juni 1956. Skuad Spanyol bangkit dari ketertinggalan untuk menang 4–3 berkat gol dari Alfredo Di Stéfano dan Marquitos, serta dua gol dari Héctor Rial. Real Madrid berhasil mempertahankan trofi musim depan di stadion kandang mereka, Stadion Santiago Bernabéu melawan Fiorentina. Setelah babak pertama tanpa gol, Real Madrid mencetak dua gol dalam enam menit untuk mengalahkan Italia. Pada tahun 1958, AC Milan gagal memanfaatkan setelah unggul dua kali, hanya untuk disamakan oleh Real Madrid. Final, yang diadakan di Stadion Heysel berlanjut ke perpanjangan waktu di mana Francisco Gento mencetak gol kemenangan untuk memungkinkan Real Madrid mempertahankan gelar untuk musim ketiga berturut-turut. Dalam pertandingan ulang final pertama, Real Madrid menghadapi Stade Reims di Neckarstadion untuk final 1959, dan menang 2–0. Sisi Jerman Barat Eintracht Frankfurt menjadi tim pertama yang tidak berkompetisi di piala Latin untuk mencapai final Piala Eropa. Final 1960 memegang rekor gol terbanyak, dengan Real Madrid mengalahkan Eintracht Frankfurt 7–3 di Hampden Park, berkat empat gol Ferenc Puskás dan hattrick Alfredo Di Stéfano. Ini adalah gelar kelima berturut-turut Real Madrid, rekor yang masih berdiri sampai sekarang.
Kekuasaan Real Madrid berakhir pada musim 1960–61 saat rival sengit Barcelona melengserkan mereka di babak pertama. Barcelona dikalahkan di final oleh tim Portugal Benfica 3–2 di Stadion Wankdorf. Diperkuat oleh Eusébio, Benfica mengalahkan Real Madrid 5–3 di Stadion Olimpiade di Amsterdam dan mempertahankan gelar untuk musim kedua berturut-turut. Benfica ingin mengulangi kesuksesan Real Madrid di tahun 1950-an setelah mencapai acara pameran Piala Eropa 1962–63, tetapi dua gol dari José Altafini Brasil-Italia di Stadion Wembley memberikan rampasan kepada Milan, membuat trofi tersebut meninggalkan Semenanjung Iberia untuk pertama kalinya. Inter Milan mengalahkan Real Madrid yang menua 3–1 di Ernst-Happel-Stadion untuk memenangkan musim 1963–64 dan meniru kesuksesan rival lokal mereka. Gelar bertahan di Milan selama tahun ketiga berturut-turut setelah Inter mengalahkan Benfica 1-0 di kandang mereka, San Siro. Di bawah kepemimpinan Jock Stein, klub Skotlandia Celtic mengalahkan Inter Milan 2–1 di final tahun 1967 untuk menjadi klub Inggris pertama yang memenangkan Piala Eropa. Para pemain Celtic pada hari itu, yang semuanya lahir dalam jarak 30 mil (48 km) dari Glasgow, kemudian dikenal sebagai "Lisbon Lions".
Musim 1967-68 melihat Manchester United menjadi tim Inggris pertama yang memenangkan Piala Eropa, mengalahkan pemenang dua kali Benfica 4-1 di final. Final ini terjadi 10 tahun setelah Tragedi Munchen 1958, yang merenggut nyawa delapan pemain United dan membuat manajer mereka, Matt Busby berjuang untuk hidupnya. Pada musim 1968-69, Ajax menjadi tim Belanda pertama yang mencapai final Piala Eropa, tetapi mereka dikalahkan 4-1 oleh AC Milan, yang merebut Piala Eropa kedua mereka, dengan Pierino Prati mencetak hattrick.
Musim 1969-70 melihat pemenang kompetisi Belanda pertama, Feyenoord Rotterdam menyingkirkan juara bertahan, Milan di babak kedua sebelum mengalahkan Celtic di final. Pada musim 1970-71 Ajax memenangkan gelar, mengalahkan tim Yunani Panathinaikos FC di final. Musim melihat sejumlah perubahan, dengan adu penalti diperkenalkan, dan aturan gol tandang diubah sehingga akan digunakan di semua babak kecuali final. Itu juga pertama kalinya tim Yunani mencapai final, serta musim pertama Real Madrid gagal lolos, setelah finis keenam di La Liga musim sebelumnya. Ajax kemudian memenangkan kompetisi tiga tahun berturut-turut (1971 hingga 1973), yang ditiru FC Bayern Munich dari tahun 1974 hingga 1976, sebelum Liverpool F.C. memenangkan dua gelar pertama mereka pada tahun 1977 dan 1978.
Pada tahun 1982–83 Hamburger SV mematahkan dominasi Inggris. Liverpool FC mendapatkannya kembali pada 1983-84 sebelum Juventus F.C.(1984–85); FC Steaua București (1985–86); FC Porto (1986–87); PSV Eindhoven (1987–88); AC Milan (2); FK Crvena Zvezda; dan FC Barcelona menjadi juara sebelum kompetisi tersebut dirumuskan kembali menjadi Liga Champions UEFA.
"Sihir... sihir di atas segalanya. Ketika Anda mendengar lagu itu, Anda langsung terpikat."
Lagu kebangsaan UEFA Champions League, secara resmi berjudul hanya sebagai "Liga Champions", ditulis oleh Tony Britten, dan merupakan adaptasi dari lagu tahun 1727 karya Georg Friedrich Handel, Zadok the Priest (salah satu Lagu Penobatannya). UEFA menugaskan Britten pada tahun 1992 untuk mengaransemen lagu kebangsaan, dan karya tersebut dibawakan oleh Royal Philharmonic Orchestra London dan dinyanyikan oleh Academy of St. Martin in the Fields. Menyatakan bahwa "lagu kebangsaan sekarang hampir sama ikoniknya dengan trofi", situs web resmi UEFA menambahkan lagu itu "dikenal membuat hati banyak pesepakbola top dunia berkibar".
Paduan suara berisi tiga bahasa resmi yang digunakan oleh UEFA: Inggris, Jerman, dan Prancis. Momen klimaks diatur ke seruan 'Die Meister! Mati Besten! Les Grandes Équipes! Sang Juara!’. Paduan suara lagu kebangsaan dimainkan sebelum setiap pertandingan Liga Champions UEFA saat kedua tim berbaris, serta di awal dan akhir siaran televisi dari pertandingan tersebut. Selain lagu kebangsaan, ada juga musik masuk yang berisi bagian dari lagu kebangsaan itu sendiri yang dimainkan saat tim memasuki lapangan. Lagu kebangsaan lengkapnya berdurasi sekitar tiga menit, dan memiliki dua bait pendek dan bagian reffrein.
Versi vokal khusus telah dibawakan secara langsung di final Liga Champions dengan lirik dalam bahasa lain, berubah menjadi bahasa negara tuan rumah untuk paduan suara. Versi ini dibawakan oleh Andrea Bocelli (Italia) (Roma 2009, Milan 2016 dan Cardiff 2017), Juan Diego Flores (Spanyol) (Madrid 2010), All Angels (Wembley 2011), Jonas Kaufmann dan David Garrett (Munich 2012), dan Mariza (Lisbon 2014). Di final 2013 di Stadion Wembley, bagian refrein dimainkan dua kali. Di final 2018 dan 2019 , yang masing-masing diadakan di Kyiv dan Madrid, versi instrumental dari paduan suara dimainkan, oleh 2Cellos (2018) dan Asturia Girls (2019). Lagu ini telah dirilis secara komersial dalam versi aslinya di iTunes dan Spotify dengan judul Tema Champions League. Pada tahun 2018, komposer Hans Zimmer melakukan remix lagu tersebut dengan rapper Vince Staples untuk video game EA Sports FIFA 19, yang juga ditampilkan dalam cuplikan pengungkapan game tersebut.
Format dan namanya kemudian diganti pada musim 1992/93. Mulai saat itu, kejuaraan mempunyai tiga babak kualifikasi, satu babak kompetisi grup (tim-tim bermain dalam bentuk "tandang-kandang" seperti kompetisi reguler), dan kemudian empat babak final dengan sistem gugur. Semua babak kualifikasi dan pertandingan dengan sistem gugur dilangsungkan dengan dua leg, kecuali pertandingan final yang merupakan pertandingan tunggal yang diselenggarakan di sebuah tempat yang telah ditentukan oleh UEFA.
Liga Champions UEFA dimulai dengan penyisihan grup round-robin ganda yang terdiri dari 32 tim, yang sejak musim 2009-10 didahului oleh dua 'aliran' kualifikasi untuk tim yang tidak menerima entri langsung ke turnamen tersebut. Dua aliran dibagi antara tim yang memenuhi syarat berdasarkan menjadi juara liga, dan mereka yang memenuhi syarat berdasarkan finis kedua atau ketiga dalam kejuaraan nasional mereka.
Jumlah tim yang setiap asosiasi masuk ke Liga Champions UEFA didasarkan pada koefisien UEFA dari asosiasi anggota. Koefisien ini dihasilkan oleh hasil klub yang mewakili masing-masing asosiasi selama lima musim Liga Champions, Piala UEFA/Liga Europa, dan Liga Konferensi Eropa UEFA sebelumnya. Semakin tinggi koefisien asosiasi, semakin banyak tim yang mewakili asosiasi di Liga Champions, dan semakin sedikit babak kualifikasi yang harus diikuti oleh tim asosiasi tersebut.
Empat dari enam tempat kualifikasi yang tersisa diberikan kepada pemenang turnamen kualifikasi enam putaran antara 43 atau 44 juara nasional yang tersisa, di mana juara dari asosiasi dengan koefisien lebih tinggi menerima bye untuk putaran selanjutnya. Dua lainnya diberikan kepada pemenang turnamen kualifikasi tiga putaran antara 10-11 klub dari asosiasi peringkat 5–6 hingga 15, yang lolos berdasarkan finis kedua atau ketiga di liga nasional masing-masing.
Selain kriteria olahraga, klub mana pun harus memiliki lisensi dari asosiasi nasionalnya untuk berpartisipasi di Liga Champions. Untuk mendapatkan lisensi, klub harus memenuhi persyaratan stadion, infrastruktur, dan keuangan tertentu. Pada 2005–06, Liverpool dan Artmedia Bratislava menjadi tim pertama yang mencapai babak penyisihan grup Liga Champions setelah bermain di ketiga babak kualifikasi. Real Madrid dan Barcelona memegang rekor penampilan terbanyak di fase grup lolos 25 kali, diikuti Porto dan Bayern Munchen 24 kali requirements.
Antara 1999 dan 2008, tidak ada perbedaan antara juara dan non-juara di kualifikasi. 16 tim peringkat teratas yang tersebar di liga domestik terbesar lolos langsung ke babak penyisihan grup turnamen. Sebelum ini, tiga babak kualifikasi sistem gugur awal memangkas tim yang tersisa, dengan tim memulai di babak yang berbeda.
Pengecualian untuk sistem kualifikasi Eropa yang biasa terjadi pada tahun 2005, setelah Liverpool memenangkan Liga Champions tahun sebelumnya, tetapi tidak finis di tempat kualifikasi Liga Champions di Liga Premier Inggris musim itu. UEFA memberikan dispensasi khusus bagi Liverpool untuk masuk Liga Champions, memberi Inggris lima kualifikasi. UEFA kemudian memutuskan bahwa juara bertahan lolos ke kompetisi tahun berikutnya terlepas dari penempatan liga domestik mereka. Namun, untuk liga-liga dengan empat peserta di Liga Champions, ini berarti, jika pemenang Liga Champions berada di luar empat besar liga domestiknya, itu akan lolos dengan mengorbankan tim urutan keempat di liga. Hingga 2015–16, tidak ada asosiasi yang dapat memiliki lebih dari empat peserta di Liga Champions. Pada Mei 2012, Tottenham Hotspur finis keempat di Liga Premier 2011–12, unggul dua tingkat dari Chelsea, tetapi gagal lolos ke Liga Champions UEFA 2012–13, setelah Chelsea memenangkan final 2012. Tottenham diturunkan ke Liga Eropa UEFA 2012–13.
Pada Mei 2013, diputuskan bahwa, mulai dari musim 2015–16 (dan berlanjut setidaknya selama siklus tiga tahun hingga musim 2017–18), pemenang Liga Eropa UEFA musim sebelumnya akan lolos ke UEFA Champions League. Liga, setidaknya memasuki babak play-off, dan memasuki babak penyisihan grup jika tempat yang disediakan untuk pemegang gelar Liga Champions tidak digunakan. Batas sebelumnya dari maksimal empat tim per asosiasi dinaikkan menjadi lima, yang berarti bahwa tim urutan keempat dari salah satu dari tiga peringkat teratas asosiasi hanya harus dipindahkan ke Liga Europa UEFA jika juara Liga Champions dan Liga Europa berasal dari asosiasi itu dan keduanya finis di luar empat besar liga domestik mereka.
Pada tahun 2007, Michel Platini selaku presiden UEFA saat itu mengusulkan mengambil satu tempat dari tiga liga dengan empat peserta dan mengalokasikannya untuk pemenang piala negara tersebut. Proposal ini ditolak dalam pemungutan suara pada pertemuan Dewan Strategi UEFA. Namun, dalam pertemuan yang sama, disepakati bahwa tim urutan ketiga di tiga liga teratas akan menerima kualifikasi otomatis untuk babak penyisihan grup, daripada masuk ke babak kualifikasi ketiga, sedangkan tim urutan keempat akan memasuki babak play-putaran off untuk non-juara, menjamin lawan dari salah satu dari 15 liga teratas di Eropa. Ini adalah bagian dari rencana Platini untuk menambah jumlah tim yang lolos langsung ke babak grup, sekaligus menambah jumlah tim dari negara berperingkat lebih rendah di babak grup.
Pada 2012, Arsene Wenger menyebut kualifikasi Liga Champions dengan finis di empat besar Liga Utama Inggris sebagai "Trofi Tempat ke-4". Ungkapan itu muncul setelah konferensi pra-pertandingan ketika dia ditanyai tentang kurangnya trofi Arsenal setelah tersingkir dari Piala FA. Dia berkata "Trofi pertama adalah finis di empat besar". Di RUPS Arsenal 2012, Wenger juga dikutip mengatakan: "Bagi saya ada lima trofi setiap musim: Liga Premier, Liga Champions, yang ketiga adalah lolos ke Liga Champions ..."
Turnamen dimulai dengan penyisihan grup yang terdiri dari 32 tim, dibagi menjadi delapan grup yang terdiri dari empat tim. Pengundian untuk menentukan tim mana yang masuk ke setiap grup diunggulkan berdasarkan performa tim di kompetisi UEFA dan tidak ada grup yang boleh berisi lebih dari satu klub dari setiap negara. Setiap tim memainkan enam pertandingan penyisihan grup, bertemu dengan tiga tim lainnya di kandang dan tandang grupnya dalam format round-robin. Tim pemenang dan runner-up dari masing-masing grup kemudian maju ke babak berikutnya. Tim urutan ketiga memasuki Liga Eropa UEFA.
Untuk tahap selanjutnya yaitu babak 16 besar, tim pemenang dari satu grup bermain melawan runner-up dari grup lain dan tim dari asosiasi yang sama tidak boleh diundi satu sama lain. Dari perempat final dan seterusnya, pengundian sepenuhnya acak tanpa perlindungan asosiasi.
Babak penyisihan grup dimainkan dari bulan September hingga Desember, sedangkan babak sistem gugur dimulai pada bulan Februari. Pertandingan knock-out dimainkan dalam format dua kaki, dengan pengecualian final. Final biasanya diadakan dalam dua minggu terakhir bulan Mei, atau di awal bulan Juni, yang telah terjadi dalam tiga tahun ganjil berturut-turut sejak 2015. Pada musim 2019-20, karena pandemi COVID-19 turnamen diskors selama lima bulan. Akibatnya, format sisa turnamen untuk sementara diubah, dengan perempat final dan semi final dimainkan sebagai pertandingan sistem gugur pertandingan tunggal di tempat netral di Lisbon, Portugal pada musim panas dengan final berlangsung pada 23 Agustus.
Berikut ini adalah daftar akses default.[6][7]
Tim yang masuk di babak ini | Tim maju dari babak sebelumnya | ||
---|---|---|---|
Babak penyisihan
(4 tim) |
|
||
Babak kualifikasi pertama
(34 tim) |
|
| |
Babak kualifikasi kedua | Jalur Juara
(20 tim) |
|
|
Jalur Liga
(6 tim) |
|
||
Babak kualifikasi ketiga | Jalur Juara
(12 tim) |
|
|
Jalur Liga
(8 tim) |
• 3 runner-up dari asosiasi 7–9
• 2 tim urutan ketiga dari asosiasi 5–6
|
| |
Putaran play-off | Jalur Juara
(8 tim) |
|
|
Jalur Liga
(4 tim) |
| ||
Babak grup
(32 tim) |
|
| |
Fase gugur
(16 tim) |
|
Perubahan akan dilakukan pada daftar akses di atas jika pemegang gelar Liga Champions atau Liga Europa lolos ke turnamen melalui liga domestik mereka.
Tim yang masuk di babak ini | Tim maju dari babak sebelumnya | ||
---|---|---|---|
Babak kualifikasi pertama
(32 tim) |
| ||
Babak kualifikasi kedua | Jalur Juara
(24 tim) |
|
|
Jalur Liga
(6 tim) |
|
||
Babak kualifikasi ketiga | Jalur Juara
(12 tim) |
| |
Jalur Liga
(8 tim) |
• 3 runner-up dari asosiasi 7–9
|
| |
Babak play-off | Jalur Juara
(10 tim) |
|
|
Jalur Liga
(4 tim) |
| ||
Babak grup
(36 tim) |
|
| |
Real Madrid telah menjuarai kompetisi ini empat belas kali dan menjadi yang terbanyak di seluruh Eropa. Tim-tim yang paling sukses berikutnya adalah AC Milan (7 kali juara), Liverpool dan Bayern München (6 kali juara), Barcelona (5 kali juara), Ajax (4 kali juara), Manchester United dan Inter Milan (3 kali juara).
Pada tahun 1991, UEFA meminta mitra komersialnya, Acara Televisi dan Pemasaran Media (TEAM), untuk membantu merek Liga Champions. Hal ini menghasilkan lagu kebangsaan, "warna rumah" hitam putih atau perak dan logo, dan "bola bintang". Bola bintang diciptakan oleh Design Bridge, sebuah perusahaan yang berbasis di London yang dipilih oleh TEAM setelah sebuah kompetisi [9] TEAM memberikan perhatian khusus terhadap detail bagaimana warna dan bola bintang digambarkan pada pertandingan. Menurut TEAM, "Terlepas dari apakah Anda seorang penonton di Moskow atau Milan, Anda akan selalu melihat bahan ganti stadion yang sama, upacara pembukaan yang sama yang menampilkan upacara lingkaran tengah 'starball', dan mendengar Lagu Kebangsaan Liga Champions UEFA yang sama". Berdasarkan penelitian yang dilakukan, TEAM menyimpulkan bahwa pada tahun 1999, "logo starball telah mencapai tingkat pengenalan sebesar 94 persen di kalangan penggemar"
5 klub telah menjuarai lima kali secara keseluruhan atau tiga kali juara berturut-turut, sehingga dapat memakai lencana kehormatan dengan logo Liga Champions dan jumlah gelar yang diraih di lengan kiri, yang diterapkan sejak musim 2000–2001:
Dalam 19 musim terakhir, hanya ada satu tim yang berhasil mempertahankan gelar juara Liga Champions (saat itu format dan namanya masih Piala Champions) selama dua musim berturut-turut, yaitu AC Milan yang kala itu masih berpredikat The Dream Team. Lalu, setelah diubah formatnya menjadi Liga Champions, satu-satunya tim yang berhasil mempertahankan gelar juaranya hanya Real Madrid pada edisi Liga Champions UEFA 2016–2017 setelah berhasil menundukkan Juara Liga Italia, Juventus dengan skor 4-1.
Hanya ada 3 tim yang berhasil meraih final Liga Champions secara 3 kali berturut-turut sejak berganti format pada 1992, yaitu AC Milan (1993, 1994 (Juara), dan 1995), Juventus (1996 (Juara), 1997, dan 1998) dan Real Madrid yang memenangkannya secara berturut-turut di tahun 2016, 2017, dan 2018.
Pada akhir musim 2004–05 terjadi masalah. Liverpool yang juara Liga Champions pada musim itu berhak lolos langsung ke babak penyisihan musim depan, namun Liverpool di liga domestik ada di peringkat lima. Everton yang merupakan peringkat 4 mengajukan protes, sehingga Liverpool dan Everton tetap ikut Liga Champions musim depan (Everton lewat kualifikasi) dan Inggris pun punya lima tim ke Liga Champions (terbanyak dalam satu negara).
Selain Inggris, hal serupa juga terjadi di Spanyol. Pada musim 2015–16, sebanyak 5 tim dari La Liga mengikuti kompetisi Liga Champions. Dalam hal ini, Sevilla yang merupakan juara bertahan Liga Eropa musim 2014–15 berhak lolos otomatis ke fase grup Liga Champions dikarenakan Barcelona (juara bertahan Liga Champions) juga menjadi juara Liga Spanyol di akhir musim 2014–15. Selain kedua tim di atas, tim-tim asal Spanyol lainnya yang lolos ke Liga Champions adalah Real Madrid (runner-up liga domestik), Atletico Madrid (posisi ketiga), dan Valencia (posisi keempat).
Pada tahun 1992, UEFA meminta kepada Tony Britten untuk membuat sebuah lagu tema untuk Liga Champions UEFA yang akan dimulai pada bulan Agustus 1992, dan dia kemudian mengadaptasi lagu George Frideric Handel yang berjudul Zadok the Priest.[10][11] Lagu tersebut kemudian dibawakan oleh Chorus of the Academy of St. Martin in the Fields, dengan iringan musik oleh Royal Philharmonic Orchestra.[10] Lirik lagu ini menggunakan tiga bahasa resmi UEFA: Bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.[10] Chorus lagu ini dimainkan sebelum setiap pertandingan Liga Champions UEFA, dan juga sebelum dan sesudah setiap siaran pertandingan di televisi.[10] Lagu tersebut berdurasi kurang lebih tiga menit, dengan dua bait pendek dan chorus. Versi lengkap dari lagu tema ini tidak bisa dibeli atau diunduh secara legal, karena memang tidak pernah dirilis secara komersial.[10]
Kualifikasi untuk Liga Champions ditentukan oleh posisi tim-tim di liga domestik dan melalui sistem kuota; negara-negara yang mempunyai liga domestik yang lebih kuat diberikan lebih banyak tempat. Klub yang bermain di liga domestik yang lebih kuat juga mulai ikut pada babak yang lebih akhir. Misalnya, tiga liga terkuat, menurut peringkat UEFA, akan melihat juara dan runner-upnya langsung masuk ke babak fase grup, dan peringkat ketiga dan keempat masuk pada babak kualifikasi ketiga. Ada pengecualian pada peraturan ini; juara bertahan Liga Champions lolos secara otomatis ke babak grup tanpa tergantung posisi akhirnya di liga domestik. Dalam perputaran kompetisi liga Champion klub-klub bertarung sengit untuk menempati posisi teratas sehingga layak ikut serta kejuaraan ini.
Setiap tahun, tim pemenang dihadirkan dengan European Champion Clubs Cup, piala versi saat ini telah diberikan sejak 1967. Setiap tim yang memenangkan Liga Champions tiga tahun berturut-turut atau lima kali kemenangan berhak untuk mempertahankan penuh replika ukuran trofi (UEFA mempertahankan yang asli setiap saat). Enam klub telah mendapatkan kehormatan ini: Real Madrid, Ajax, Bayern München, AC Milan, Liverpool dan Barcelona.[12] Sejak itu sebagai gantinya klub yang menang tiga tahun berturut-turut atau lima secara keseluruhan menerima lencana peringatan untuk dipakai secara permanen pada seragam mereka.
Trofi saat ini memiliki tinggi 74 cm (29 in) dan terbuat dari perak, dengan berat 11 kg (24 pon). Ini dirancang oleh Jörg Stadelmann, seorang pembuat piala dari Bern, Swiss, setelah aslinya diberikan kepada Real Madrid pada tahun 1966 sebagai pengakuan atas enam gelar mereka hingga saat ini, dan berharga 10.000 franc Swiss.
Pada musim 2012–2013, 40 medali emas diberikan kepada pemenang Liga Champions, dan 40 medali perak untuk peringkat kedua.[13]
Pada tahun 2021–22, jumlah tetap uang hadiah yang dibayarkan kepada klub yang berpartisipasi adalah sebagai berikut.[14]
Ini berarti bahwa, dalam kondisi terbaik, sebuah klub dapat memperoleh hadiah uang sebesar €85.140.000 berdasarkan struktur ini, tidak termasuk bagian dari babak kualifikasi, babak play-off, atau kumpulan pasar.
Sebagian besar pendapatan yang didistribusikan dari Liga Champions UEFA dikaitkan dengan "kumpulan pasar", yang distribusinya ditentukan oleh nilai pasar televisi di setiap negara. Untuk musim 2019-20, Paris Saint-Germain yang menjadi runner-up memperoleh total hampir €126,8 juta yang mana €101,3 juta merupakan hadiah uang, dibandingkan dengan €125,46 juta yang diperoleh Bayern Munchen, yang memenangkan turnamen dan dianugerahi hadiah uang sebesar €112,96 juta.[15]
Seperti Piala Dunia FIFA, Liga Champions UEFA disponsori oleh sekelompok perusahaan multinasional, berbeda dengan sponsor utama tunggal yang biasanya ditemukan di liga papan atas nasional. Ketika Liga Champions dibuat pada tahun 1992, diputuskan bahwa maksimal delapan perusahaan harus diizinkan untuk mensponsori acara tersebut, dengan masing-masing perusahaan dialokasikan empat papan iklan di sekeliling lapangan, serta penempatan logo sebelum dan sesudah. wawancara pasca pertandingan dan sejumlah tiket untuk setiap pertandingan. Ini dikombinasikan dengan kesepakatan untuk memastikan sponsor turnamen diberi prioritas pada iklan televisi selama pertandingan, memastikan bahwa masing-masing sponsor utama turnamen diberi paparan maksimal.
Dari fase sistem gugur 2012–13, UEFA menggunakan penimbunan iklan LED yang dipasang di stadion peserta sistem gugur, termasuk tahap akhir. Dari musim 2015–16 dan seterusnya, UEFA telah menggunakan penimbunan seperti itu dari babak play-off hingga final. Dari siklus 2021–24, UEFA menggunakan augmented reality untuk menawarkan iklan berbasis kawasan; sponsor dimasukkan ke dalam hoarding seperti yang ditunjukkan pada umpan siaran.
Sponsor utama turnamen untuk siklus 2021–24 adalah:
Adidas adalah sponsor sekunder dan memasok bola pertandingan resmi—Adidas Finale—dan Macron memasok perlengkapan wasit. Hublot juga merupakan sponsor sekunder sebagai dewan resmi keempat dari kompetisi tersebut.
Klub individu dapat mengenakan kaus dengan iklan. Namun, hanya dua sponsor yang diizinkan per jersey selain dari pabrikan kit, di bagian dada dan lengan kiri. Pengecualian dibuat untuk organisasi nirlaba, yang dapat ditampilkan di bagian depan kaus, digabungkan dengan sponsor utama atau sebagai penggantinya atau di belakang, baik di bawah nomor regu atau di area kerah.
Jika sebuah klub memainkan pertandingan di negara yang membatasi kategori sponsor yang relevan (seperti larangan iklan alkohol Prancis), maka mereka harus menghapus logo tersebut dari kaus mereka. Misalnya, saat Rangers F.C. melawan tim Prancis Auxerre di Liga Champions 1996–97, mereka memakai logo rantai liburan Center Parcs alih-alih sponsor utama mereka, McEwan's Lager (kedua perusahaan pada saat itu adalah anak perusahaan dari Scottish & Newcastle.)
Peringkat | Pemain | Gol | Penampilan | Rasio | Tahun | Klub (Gol/Penampilan) |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Cristiano Ronaldo | 140 | 183 | 0.77 | 2003–2023 | Manchester United (21/59), Real Madrid (105/101), Juventus (14/23) |
2 | Lionel Messi | 129 | 163 | 0.79 | 2005–2023 | Barcelona (120/149), Paris Saint-Germain (9/14) |
3 | Robert Lewandowski | 101 | 125 | 0.81 | 2011– | Borussia Dortmund (17/28), Bayern München (69/78), Barcelona (15/19) |
4 | Karim Benzema | 90 | 152 | 0.59 | 2005–2023 | Lyon (12/19), Real Madrid (78/133) |
5 | Raúl | 71 | 142 | 0.5 | 1995–2011 | Real Madrid (66/130), Schalke 04 (5/12) |
6 | Ruud van Nistelrooy | 56[c] | 73 | 0.77 | 1998–2009 | PSV Eindhoven (8/11), Manchester United (35/43), Real Madrid (13/19) |
7 | Thomas Müller | 55 | 156 | 0.35 | 2009– | Bayern München |
8 | Kylian Mbappé | 50 | 78 | 0.64 | 2016– | Monaco (6/9), Paris Saint-Germain (42/64), Real Madrid (2/5) |
Thierry Henry | 50[d] | 112 | 0.45 | 1997–2012 | Monaco (7/9), Arsenal (35/77), Barcelona (8/26) | |
10 | Alfredo Di Stéfano | 49 | 58 | 0.84 | 1955–1964 | Real Madrid |
11 | Andriy Shevchenko | 48[e] | 100 | 0.48 | 1994–2012 | Dynamo Kyiv (15/26), AC Milan (29/59), Chelsea (4/15) |
Zlatan Ibrahimović | 48[f] | 124 | 0.39 | 2001–2023 | Ajax (6/19), Juventus (3/19), Inter Milan (6/22), Barcelona (4/10), AC Milan (9/20), Paris Saint-Germain (20/33), Manchester United (0/1) | |
13 | Erling Haaland | 46 | 44 | 1.05 | 2019– | Red Bull Salzburg (8/6), Borussia Dortmund (15/13), Manchester City (23/25) |
Eusébio | 46 | 65 | 0.71 | 1961–1974 | Benfica | |
Filippo Inzaghi | 46[g] | 81 | 0.57 | 1997–2012 | Juventus (17/26), AC Milan (29/55) | |
Mohamed Salah | 46[h] | 84 | 0.55 | 2013– | Basel (2/6), Chelsea (0/2), AS Roma (1/7), Liverpool (43/69) | |
17 | Didier Drogba | 44 | 92 | 0.48 | 2003–2015 | Marseille (5/6), Chelsea (36/74), Galatasaray (3/12) |
18 | Neymar | 43 | 81 | 0.53 | 2013–2023 | Barcelona (21/40), Paris Saint-Germain (22/41) |
19 | Alessandro Del Piero | 42[i] | 89 | 0.47 | 1995–2009 | Juventus |
20 | Sergio Agüero | 41[j] | 79 | 0.52 | 2008–2021 | Atlético Madrid (5/14), Manchester City (36/64), Barcelona (0/1) |
21 | Antoine Griezmann | 38[k] | 100 | 0.38 | 2014– | Real Sociedad (0/6), Atlético Madrid (34/78), Barcelona (4/16) |
22 | Ferenc Puskás | 36 | 41 | 0.88 | 1956–1966 | Budapest Honvéd (1/2), Real Madrid (35/39) |
23 | Edinson Cavani | 35 | 70 | 0.5 | 2011–2022 | Napoli (5/8), Paris Saint-Germain (30/54), Manchester United (0/8) |
24 | Gerd Müller | 34 | 35 | 0.97 | 1969–1977 | Bayern München |
Harry Kane | 34 | 48 | 0.71 | 2016– | Tottenham Hotspur (21/32), Bayern München (13/15) | |
26 | Fernando Morientes | 33[l] | 93 | 0.35 | 1997–2009 | Real Madrid (17/58), Monaco (9/12), Liverpool (1/5), Valencia (6/14), Marseille (0/4) |
27 | Arjen Robben | 31[m] | 110 | 0.28 | 2002–2018 | PSV Eindhoven (3/10), Chelsea (2/19), Real Madrid (1/11), Bayern München (25/70) |
28 | Samuel Eto'o | 30[n] | 78 | 0.38 | 1999–2014 | Real Madrid (0/3), Mallorca (1/5), Barcelona (16/38), Inter Milan (10/23), Chelsea (3/9) |
Wayne Rooney | 30[o] | 85 | 0.35 | 2004–2015 | Manchester United | |
Kaká | 30 | 86 | 0.35 | 2003–2014 | Milan (25/62), Real Madrid (5/24) | |
Francisco Gento | 30 | 89 | 0.34 | 1955–1969 | Real Madrid | |
32 | David Trezeguet | 29[p] | 58 | 0.50 | 1997–2009 | Monaco (4/9), Juventus (25/49) |
Roy Makaay | 29 | 61 | 0.48 | 2000–2007 | Deportivo La Coruña (12/29), Bayern München (17/32) | |
Patrick Kluivert | 29[q] | 71 | 0.41 | 1994–2006 | Ajax (9/22), Barcelona (20/46), PSV Eindhoven (0/3) | |
Edin Džeko | 29 | 75 | 0.39 | 2009–2023 | VfL Wolfsburg (4/6), Manchester City (3/24), Roma (15/25), Inter Milan (7/20) | |
Álvaro Morata | 29 | 86 | 0.34 | 2012– | Real Madrid (4/15), Juventus (15/35), Chelsea (1/7), Atlético Madrid (8/25), AC Milan (1/4) | |
37 | Jean-Pierre Papin | 28 | 37 | 0.76 | 1989–1994 | Marseille (19/21), AC Milan (7/13), Bayern München (2/3) |
Ryan Giggs | 28[r] | 145 | 0.19 | 1993–2014 | Manchester United | |
39 | Sadio Mané | 27 | 64 | 0.42 | 2017–2023 | Liverpool (24/55), Bayern München (3/9) |
Luis Suárez | 27[s] | 73 | 0.37 | 2010–2022 | Ajax (1/13), Barcelona (25/55), Atlético Madrid (1/13) | |
Rivaldo | 27[t] | 73 | 0.37 | 1997–2007 | Barcelona (22/43), AC Milan (2/13), Olympiacos (3/17) | |
Raheem Sterling | 27 | 84 | 0.32 | 2014– | Liverpool (0/6), Manchester City (24/67), Chelsea (3/9), Arsenal (0/2) | |
43 | Mario Gómez | 26[u] | 44 | 0.59 | 2007–2013 | VfB Stuttgart (3/5), Bayern München (23/39) |
Vinícius Júnior | 26 | 61 | 0.43 | 2018– | Real Madrid | |
45 | Mário Jardel | 25[v] | 46 | 0.54 | 1996–2001 | Porto (19/32), Galatasaray (6/14) |
Robin van Persie | 25[w] | 59 | 0.42 | 2002–2014 | Feyenoord (0/2), Arsenal (18/45), Manchester United (7/12) | |
Hernán Crespo | 25[x] | 65 | 0.38 | 1997–2007 | Parma (2/6), Lazio (2/11), Inter Milan (11/23), Chelsea (4/15), AC Milan (6/10) | |
48 | José Altafini | 24 | 28 | 0.86 | 1959–1976 | AC Milan (20/17), Juventus (4/11) |
Marco Simone | 24[y] | 46 | 0.52 | 1989–2001 | AC Milan (15/36), Paris Saint-Germain (3/4), Monaco (6/6) | |
Gabriel Jesus | 24 | 50 | 0.48 | 2017– | Manchester City (20/38), Arsenal (4/12) | |
José Augusto | 24 | 56 | 0.43 | 1960–1969 | Benfica | |
Olivier Giroud | 24[z] | 64 | 0.38 | 2012– | Arsenal (12/29), Chelsea (6/12), AC Milan (6/23) | |
Giovane Élber | 24[aa] | 69 | 0.35 | 1997–2004 | Bayern München (21/60), Lyon (3/9) | |
Marco Reus | 24 | 72 | 0.33 | 2012– | Borussia Dortmund | |
Gonzalo Higuaín | 24[ab] | 83 | 0.29 | 2007–2020 | Real Madrid (8/48), Napoli (4/5), Juventus (12/30) | |
Luís Figo | 24 | 103 | 0.23 | 1997–2009 | Barcelona (7/24), Real Madrid (16/58), Inter Milan (1/21) | |
Ángel Di María | 24 | 111 | 0.22 | 2007– | Benfica (2/15), Real Madrid (8/39), Paris Saint-Germain (14/54), Juventus (0/3) | |
Paul Scholes | 24[ac] | 124 | 0.19 | 1994–2013 | Manchester United | |
Tabel di bawah ini tidak termasuk gol yang dicetak pada tahap kualifikasi.
Mulai edisi 2021-2022, UEFA memperkenalkan penghargaan Pemain Terbaik Liga Champions UEFA.
Juri terdiri dari para pelatih klub yang berpartisipasi dalam babak penyisihan grup kompetisi, serta 55 jurnalis yang dipilih oleh grup European Sports Media (ESM), satu dari setiap asosiasi anggota UEFA.
Pemenang
Musim | Pemain | Klub |
---|---|---|
Pemain Terbaik Liga Champions UEFA Musim Ini | ||
2021–2022 | Karim Benzema | Real Madrid |
2022–2023 | Rodri Hernandez | Manchester City |
2023–2024 | Vinícius Júnior | Real Madrid |
Di musim yang sama, UEFA juga memperkenalkan penghargaan Pemain Muda Terbaik Musim Liga Champions UEFA.
Pemenang
Musim | Pemain | Klub |
---|---|---|
Pemain Muda Terbaik Liga Champions UEFA Musim Ini | ||
2021–2022 | Vinícius Júnior | Real Madrid |
2022–2023 | Khvicha Kvaratskhelia | Napoli |
2023–2024 | Jude Bellingham | Real Madrid |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.