Remove ads
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia atau hanya Kitab Barukh (disingkat Barukh; akronim Bar.) merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kelompok kitab-kitab kenabian, khususnya dalam kelompok nabi-nabi besar, dan menjadi bagian dari golongan Deuterokanonika pada Perjanjian Lama bagi kanon Kitab Suci Katolik. Kitab ini juga terkadang disebut Kitab 1 Barukh untuk membedakannya dengan kitab atau teks lain yang bernama serupa, yaitu 2 Barukh (Apokalips Barukh Siria), 3 Barukh (Apokalips Barukh Yunani), dan 4 Barukh (Paralipomena Barukh).
|
|||||
Kitab ini juga dianggap kanonik dalam Septuaginta dan pada Perjanjian Lama dalam Alkitab Ortodoks, serta juga dalam versi Theodotion,[1] tetapi Barukh 6, yang disebut juga Surat Nabi Yeremia, terpisah dari Kitab Barukh dan menjadi kitab tersendiri. Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia tidak dianggap kanonik oleh Alkitab Ibrani (Tanakh) dan dianggap sebagai apokrifa dalam kanon Alkitab Protestan.
Nama "Barukh" merujuk pada tokoh Barukh bin Neria, yaitu teman dekat, yang juga menjadi juru tulis dan murid, dari nabi Yeremia yang hidup pada abad ke-6 SM. Nama tersebut diserap dari nama dalam bahasa Ibrani: בָּרוּךְ (barukh), yang secara harfiah berarti "terberkati".
Nama "Surat Nabi Yeremia" diterjemahkan dari nama kitab/bagian kitab ini dalam Alkitab Septuaginta bahasa Yunani Kuno: Ἐπῐστολή Ἰερεμίου (Epistolḗ Ieremíou, har."Epistola Yeremia, Surat Yeremia"), yang merujuk pada tema surat ini yang berbentuk epistola/surat dan tradisi yang menyebutkan bahwa surat ini ditulis oleh Nabi Yeremia.
Surat Nabi Yeremia tercantum dalam Kitab Suci Katolik sebagai bab terakhir dari Kitab Barukh, yakni Barukh 6. Oleh karena itu nama lengkap kitab ini dalam Alkitab Terjemahan Baru adalah "Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia". Menurut prakata (pengantar) dari bab tersebut, surat tersebut dituliskan sendiri oleh Nabi Yeremia kepada orang-orang buangan yang berisi tentang pesan-pesan dari Allah untuk orang-orang tersebut.
Kitab ini menurut tradisi ditulis oleh Barukh sendiri, meskipun tradisi lain juga menyebutkan bahwa pengarang kitab yang sebenarnya adalah Nabi Yeremia. Namun, beberapa akademisi beranggapan bahwa kitab ini tidak ditulis pada masa kedua tokoh tersebut hidup, malahan kitab ini diperkirakan ditulis pada masa atau tak lama setelah masa kaum Makabe.[2]
Judul perikop dalam Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia menurut Alkitab Terjemahan Baru Deuterokanonika oleh LAI dan LBI adalah sebagai berikut.
Dalam Summa Theologiae Bagian III Soal 4 Pasal 4, Pujangga Gereja St. Thomas Aquinas mengutip Barukh 3:38 untuk menegaskan bahwa "Putra Allah mengenakan kodrat manusia untuk memperlihatkan diri-Nya sendiri di hadapan orang-orang, menurut Barukh 3:38: 'Sesudahnya kebijaksanaan tampil di bumi, lalu bergaul di tengah-tengah manusia.'" Ini merupakan bagian dari pembahasannya tentang "cara persatuan di sisi kodrat manusia" (Bagian III Soal 4). Ia mengutip bagian yang sama dari Barukh dalam Bagian III Soal 40 Pasal 1 untuk membantu menjawab "apakah Kristus harus berhubungan dengan orang-orang, atau menjalani hidup yang menyendiri" (Bagian III Soal 40).
Bapa Gereja St. Klemens dari Aleksandria,[4] ca 217 M, mengutip Barukh 3:16–19, merujuk pada bagian tersebut demikian: "Kitab Suci Ilahi, yang berbicara kepada mereka yang mengasihi diri sendiri dan mereka yang sombong, pada suatu bagian mengatakan dengan sangat baik: 'Di manakah para pemimpin sekalian bangsa ... '" (lih. "Kebijaksanaan, milik khusus umat Allah") (Jurgens §410a).
St. Hilarius dari Poitiers,[5] wafat 368 M, juga seorang Bapa Gereja, mengutip bagian yang sama sebagaimana St. Thomas, supra, (Barukh 3:36–38), mengutip "Yeremia", yang mengenainya Jurgens menyatakan: "Barukh adalah sekretaris Yeremia, dan dikutip oleh para Bapa Gereja kebanyakan menggunakan nama Yeremia" (§864n). St. Hilarius menyatakan: "Selain Musa dan Yesaya, dengarlah sekarang untuk yang ketiga kalinya, dan untuk Yeremia, yang mengajarkan hal yang sama, ketika Ia berkata:..." (Jurgens §864).
Barukh 3:38(37) dirujuk dalam Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi yang dihasilkan Konsili Vatikan II.[6]
Barukh 6 dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik §2112[7] sebagai suatu pemaparan untuk menentang penyembahan berhala. Selama masa Diaspora, orang-orang Yahudi meratapi kejatuhan mereka dalam penyembahan berhala, dan penyesalan mereka dicatat dalam Kitab Barukh.
Dalam Gereja Katolik, Barukh 3:9-38 digunakan pada leksionari tradisional Misa dalam liturgi Sabtu Suci di Pekan Suci. Pilihan bacaan yang sama terlihat pula dalam revisi liturgi untuk Vigili Paskah.[8]
Barukh 1:14 – 2:5; 3:1–8 merupakan bacaan liturgis dalam revisi Brevir Katolik Roma[9] untuk Minggu ke-29 Masa Biasa, Ibadat Bacaan Jumat. Topik bacaan tersebut adalah doa dan pengakuan dosa dari seorang peniten.
Kitab Barukh tercantum dalam Artikel VI di 39 Artikel Gereja Inggris.[10] Dalam Leksionari Ofisi Harian untuk Malam Natal, Barukh 4:21–29 dibacakan; pada hari Natal, 4:30–5:9 dibacakan. (Kedua bacaan tersebut dipandang sebagai Nubuat Mesianik dalam tradisi Anglikan)[11]
Dalam Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur Ritus Bizantin, suatu pilihan bacaan dari Kitab Barukh (yang dipandang sebagai perpanjangan dari Kitab Yeremia, dan diumumkan dalam ibadat dengan sebutan "Yeremia") dibacakan sebagai salah satu dari delapan Paroemia (bacaan Perjanjian Lama) saat Liturgi Ilahi Vesperal pada Malam Natal.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.