Loading AI tools
politisi Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah (sebelumnya bergelar Ir. Haji Gusti Khairul Saleh; lahir 5 Januari 1964 ) adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sejak 2019 mewakili daerah pemilihan Kalimantan Selatan I. Ia juga dikenal sebagai Sultan Banjar dan Bupati Banjar dari 2005 hingga 2015.[1][2][2]
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Khairul Saleh | |
---|---|
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia | |
Mulai menjabat 1 Oktober 2019 | |
Daerah pemilihan | Kalimantan Selatan I |
Bupati Banjar ke-16 | |
Masa jabatan 2005–2015 | |
Wakil | Hatim Salman Ahmad Fauzan Saleh |
Informasi pribadi | |
Lahir | 5 Januari 1964 Tabalong, Kalimantan Selatan, Indonesia |
Partai politik | PAN |
Suami/istri | Raudatul Jannah |
Anak | 2 |
Almamater | Universitas Lambung Mangkurat |
Sunting kotak info • L • B |
Sultan Banjar | |
---|---|
Berkuasa | 2010 – sekarang |
Penobatan sebagai Raja Muda | 24 Juli 2010 |
Ayah | Gusti Jumri |
Agama | Islam |
Selain menjabat sebagai bupati, Sultan H. Khairul Saleh dilantik sebagai Ketua ICMI Orwil di Kalimantan Selatan oleh Ketua Presidium ICMI Pusat pada 2015.[3][4][5] Sebelumnya, ia juga menjabat sebagai Bupati Kabupaten Banjar sejak tahun 2005 (berpasangan dengan Hatim Salman) setelah memenangkan Pilkada Banjar tahun itu dan menjabat selama lima tahun.[6][7] Ia menjabat sebagai Bupati Banjar sejak tahun 2005 (berpasangan dengan Hatim Salman) setelah memenangkan Pilkada Banjar tahun itu dan menjabat selama 5 tahun.[8] Kemudian, Khairul Saleh mencalonkan kembali menjadi Bupati Banjar dan berpasangan dengan Ahmad Fauzan Saleh dalam Pilkada Banjar 2010. Khairul terpilih kembali menjadi Bupati Banjar untuk masa jabatan 2010-2015.
Pada pelantikannya sebagai Bupati Banjar untuk kedua kalinya, Khairul Saleh dilantik dengan nama yang berbeda. Pada periode pertama ia menggunakan nama H. Khairul Saleh, dan pada periode kedua, nama resminya menjadi Pangeran H. Khairul Saleh. Hal ini menyusul terpilihnya dia sebagai Raja Muda Banjar pada Musyawarah Tinggi Adat Kesultanan Banjar. Ia dianugerahi gelar Pangeran oleh pemangku adat yang berasal dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.[9][10] Sejak 25 November 2012, bersamaan dengan Milad Kesultanan Banjar ke-508, namanya menjadi Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tasim Billah.[11][12]
Khairul Saleh menyelesaikan pendidikan menengah atas di STMN Banjarmasin pada tahun 1982. Selanjutnya, ia mengambil program sarjana di Jurusan Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dan mendapat gelar sarjana pada tahun 1989.[1] Kemudian, ia mengambil program pascasarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI, Jakarta dan mendapatkan gelar magister pada tahun 1998.[2] Khairul Saleh merintis karier politiknya di birokrat pemerintahan. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum (2001-2002), kemudian naik menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (2002-2005).[2][3][4] Penggagas program “Senyum Pelangi” ini pada bulan Februari 2015 lalu resmi melamar sebagai Calon Gubernur Kalsel periode 2016-2021 mendatang.[5][6][7]
Khairul Saleh, lahir dari pasangan H. Pangeran Jumbri dan Hj. Kartinah.[4] Ia merupakan salah satu keturunan dari silsilah Kesultanan Banjar di bawah Pangeran Jumberi.[13] Sejak masa kanak-kanak, ia dikenal sebagai anak yang santun dan cerdas. Jika sedang bertanya, tidak tuntas hanya dengan satu jawaban, tetapi akan berangkai dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Hingga ketika dewasa sifat keingintahuan tersebut terbawa dan menjadi salah satu ciri khas yang dimilikinya. Khairul Saleh lahir dari kalangan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Salah satu nilai yang dianut oleh keluarganya dan masyarakat Banjar adalah “Adat Basandi Syara dan Syara Basandi Kitabullah” yang relatif sama dengan prinsip masyarakat Minang Sumatera Barat, di mana antara budaya dengan agama tidak dapat dipisahkan, budaya menjadi subordinat dari agama.[14]
Khairul Saleh diangkat menjadi Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kalimantan Selatan periode 2013-2016 setelah secara resmi dipilih dalam MUSWIL IV ICMI Kalsel yang berlangsung pada 14 Desember 2013 di Gedung Rektorat IAIN Antasari, Banjarmasin. Ia terpilih setelah tim formatur pemilihan calon Ketua ICMI Kalsel yang terdiri atas dirinya sendiri, Dr. Prof. H. Ahmad Fauzi Aseri, Prof. Dr. Asmaji Darmawi, Drs. H. Gerilyansyah Basrindo, dan dr. H. Hasan Zain menggelar rapat khusus dan memutuskan namanya sebagai ketua berikutnya.[29] Ketua Presidium DPP ICMI Prof. Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim mengapresiasi penetapan Khairul Saleh sebagai Ketua Orwil ICMI Kalsel. Marwah menilai, sosok Khairul Saleh tepat untuk dijadikan Ketua Orwil ICMI Kalsel. Selain memiliki intelektualitas dan peran sosial kemasyarakatan di berbagai organisasi sosial, Khairul Saleh dinilai sebagai sosok pemimpin yang mudah diterima semua kalangan.[25]
Berdasarkan sejarah, Kerajaan Banjar berada di bumi nusantara sekitar tahun 1400-1520 dan menjadi Kesultanan Banjar tahun 1526-1905.[30] Kesultanan Banjar dipimpin dan diperintah oleh Sultan Sulaiman (1801–1825), selanjutnya digantikan oleh Sultan Adam (1825-1967). Selama hidupnya, Sultan Sulaiman yang bermakam di Karang Intan Kabupaten Banjar menikahi lima orang perempuan, yaitu Nyai Ratna atau Ratu Intan Sari (permaisuri), kemudian Nyai Cina, Nyai Argi, Nyai Unangan dan Nyai Kumala Sari.[14] Dari kelima isterinya, Sultan Sulaiman memperolah 18 keturunan, beberapa di antaranya anak lelaki (putera/pangeran), terdiri dari Pangeran (kini Sultan) Adam, Pangeran Husin, Pangeran Perbatasari, Pangeran Musa, Pangeran Ahmad, Pangeran Hasan, Pangeran Jamain, Pangeran Tahmid, dan Pangeran Singosari.[14] Pangeran Singa-Sarie ini memiliki tanah badatu/pelungguh/apanage di banua Wayau, Tanjung, Tabalong. Dalam tahun 1860 Pangeran Singa-Sarie memiliki seorang putera bernama Pangeran Ibrahim yang menikah dengan Ratu Salma (adik Sultan Tamjdidillah 2 bin Sultan Muda Abdur Rahman).[31]
Menurut Drs. H. Asli Noor Arief, ketika terjadinya Perang Banjar, keluarga Kesultanan Banjar terpencar ke berbagai daerah. Pangeran Antasari yang terdesak di Banjarmasin dan Martapura memindahan markas Kesultanan Banjar dari kawasan Tabalong ke Puruk Cahu, Kalimantan Tengah. Ketika di Puruk Cahu, Pangeran Antasari mencari keturunan/zuriyat Kesultanan Banjar. Lalu bertemu dengan Pangeran H. Abubakar yang merupakan anak dari Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman, dia merupakan seorang ulama yang ditokohkan oleh masyarakat Tabalong saat itu dan kini makamnya berada di Marindi Tabalong dan sering diziarahi orang. Pangeran Abubakar memiliki anak bernama Gusti Umar, yang juga memiliki anak bernama Gusti Jumri (kini Pangeran Jumri). Gusti Jumri adalah ayah dari Pangeran (kini Sultan) H. Khairul Saleh. Dengan melihat garis keturunan ini, maka dapat dikatakan bahwa Sultan Khairul Saleh adalah trah dari Sultan Sulaiman.
Kesultanan Banjar di bawah kepemimpinan Pangeran H. Khairul Saleh mulai menunjukkan eksistensinya kembali sejak tahun 2010,[32] berlandaskan Permendagri No. 39 tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton, dan Lembaga Adat dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah. Tugas melestarikan lembaga keraton, adat-istiadat, budaya, dan sejenisnya ini dibebankan kepada kepala daerah dan masyarakat.[14] Lewat wewenang tersebut, Khairul Saleh menjalin silaturahmi dengan tokoh-tokoh raja dan sultan se-Nusantara melalui berbagai forum komunikasi kekerabatan guna melestarikan kebudayaan masing-masing daerah di Indonesia. Kegiatan ini tak hanya lingkup nasional bahkan bersifat internasional.[4]
Pada tahun 1992, Khairul Saleh mengawali kariernya dalam politik melalui birokrasi Kota Banjarmasin dengan mendaftarkan diri menjadi Calon Pegawai Negara Sipil (CPNS) di Departemen Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin.[33] Setelah diterima dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin, Khairul Saleh diangkat oleh Wali kota Banjarmasin untuk menjadi Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum pada tahun 2001-2002.[2] Melihat kemampuan Khairul Saleh dalam pembangunan infrastruktur Kota Banjarmasin, dengan waktu yang relatif singkat (kurang lebih satu tahun), Wali kota Banjarmasin kemudian mengangkat Khairul Saleh menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin pada tahun 2002 sampai 2005.[34]
Khairul Saleh kemudian diamanahkan oleh Wali kota Banjarmasin (pada masa itu adalah H. Sofyan Arpan) untuk menjadi Kepala Dinas Permukiman dan Prasaran Kota Banjarmasin. Dalam upaya pembangunan pelayanan air bersih, pada tahun 2003-2004, Khairul Saleh mendorong peningkatan kapasitas layanan PDAM dengan membangun Intake Sungai Tabuk berkapasitas 1200 m³/detik. Sementara itu, di Kesultanan Banjar, dengan pertimbangan Dewan Mahkota Kesultanan Banjar, Khairul Saleh yang sejak tahun 2010 bergelar Raja Muda Kesultanan Banjar, berganti gelar menjadi Sultan Banjar. Pergantian gelar tersebut secara resmi dilakukan pada tanggal 25 September 2012.[35]
Pembangunan infrastruktur Kota Banjarmasin yang dilakukan Khairul Saleh selama berkarier di Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin serta jaringan rekan kerja yang luas menjadi faktor signifikan bagi Khairul Saleh untuk akhirnya terpilih menjadi Bupati Banjar. Pada periode pertama ini, Khairul Saleh berpasangan dengan H. Hatim Salman, Lc.[4] Kemudian, Khairul Saleh terpilih kembali menjadi Bupati Banjar untuk periode tahun 2010-2015, berpasangan dengan Drs. H. Ahmad Fauzan Saleh, M. Ag. Setelah menjadi bupati selama dua periode, Khairul Saleh memutuskan untuk maju menjadi calon Gubernur Kalimantan Selatan pada Pemilihan Kepala Daerah 2015.
Pada tahun 2005, Sultan Khairul Saleh berpasangan dengan Tuan Guru H. Hatim Salman, Lc, terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Banjar periode 2005-2010.[36] Keberhasilan Bupati Banjar periode satu ini tampak dalam pengelolaan keuangannya, di mana APBD Banjar menembus angka lebih dari Rp300 miliar dengan PAD (Pendapatan Asli Daerah) mencapai sekitar Rp13,7 miliar. Menurut Dr. Hary Supriadi, SH, MA, salah satu program mengenai upaya Pemkab Banjar mendongkrak PAD dan APBD adalah melalui Gerakan Peningkatan PAD.[37]
Adapun salah satu program Sultan Khairul Saleh selama menjabat sebagai Bupati Banjar periode satu adalah program Sanitasi oleh Masyarakat (Sanimas). Sanimas merupakan program sanitasi dari pemerintah melalui pemberdayaan masyarakat yang berada di lingkungan permukiman padat dan kumuh di perkotaan.[38]
Program PDAM/El-Nino, program tahap III (2004-2005), bertujuan meningkatkan kapasistas suplai air baku menjadi 1.875 lt/det dengan pekerjaan pengadaan dan pemasangan transmisi Ø 800 mm sepanjang 7.800 meter dan pembangunan IPA 500 lt/dt di Sungai Tabuk.[38]
Program ini dirancang sebagai upaya peningkatan komoditas karet di Kabupaten Banjar. Karet sebagai komoditas perkebunan rakyat menjadi sumber daya ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Investor di bidang perkebunan menunjukkan peningkatan yang cukup baik, mengingat luasnya perkebunan karet yang terus berkembang. Rata-rata produksi komoditas karet di Kabupaten Banjar pada lima tahun terakhir (2005-2010) 114.822,23 kwintal per tahun.[39]
Perkembangan kebudayaan ditentukan oleh interaksi tiga pilar utama, yaitu
1) Nilai-nilai seni budaya yang berlaku di masyarakat;
2) Kegiatan yang dilakukan oleh pemangku seni budaya atau tokoh adat; dan
3) Peran pemerintah daerah. Pembentukan Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) merupakan sebuah upaya di bidang seni budaya dan olahraga serta menjadi pilar keempat guna membangun interaksi seni budaya Banjar.
Keberhasilan pembangunan pendidikan di Kabupaten Banjar periode 2005-2010 dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Rasio-Rasio Sekolah serta guru pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Sejak tahun 2008 pemenuhan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBD dapat direalisasikan. Pada tahun 2010 proporsi anggaran pendidikan sudah berkisar lebih dari 30% dari APBD Kabupaten Banjar.
Pembangunan infrasturktur terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Banjar untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dan mobilitas barang dari pusat-pusat produksi ke tempat konsumen. Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjar dari panjang jalan kabupaten mencapai 721,73 km pada tahun 2005 kondisi jalan cukup baik mencapai 98,88 km, tahun 2006 meningkat menjadi 124,55 km, tahun 2007 dan 2008 kondisi jalan yang baik mencapai 153,20 km, sedang tahun 2009 menjadi 360,60 km.
Pada bulan Juni tahun 2010, penghitungan sementara menunjukkan keunggulan pasangan Dua Saleh yang mencapai 85,3 persen.[40] Menurut Manhuri, peluang kemenangan pasangan incumbent ini cukup besar dibanding pesaingnya dan hampir merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjar yang terbagi dalam 19 kecamatan.[40] Contohnya, disebutkan di Kecamatan Martapura Barat bahwa pasangan nomor urut satu, Pribadi Heru Jaya-Nuryadi meraih 1.429 suara sedangkan H. Khairul Saleh dan H. Fauzan Saleh (Dua Saleh) mengantongi 6.23 suara dari total jumlah pemilih sebanyak 12.00 orang.
Tanggal 13 Juni 2010, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Banjar menetapkan pasangan “Dua Saleh” sebagai pemenang Pilkada Banjar dengan perolehan suara sebanyak 172.574 atau 80,34 persen. Dan mengungguli rivalnya, pasangan H. Priadi Heru Jaya-Nurhayadi yang mendapatkan suara sebanyak 41.97 atau 19,66 persen.[41] Ini merupakan sebuah kemenangan mutlak (81%) bagi Khairul Saleh.[42] Atas keberhasilannya menjabat sebagai bupati di periode pertama, masyarakat memercayakannya untuk kembali menjabat sebagai Bupati Banjar untuk periode 2010-2015.[43]
Pada periode kedua kepemimpinannya bersama Dr. H. Ahmad Fauzan Saleh, pembangunan Kabupaten Banjar semakin pesat. Hasil-hasil pembangunan fisik dan non-fisik berjalan pesat dan berhasil mengalami peningkatan dari sebelumnya dilihat dari berbagai indikator.[43] Pembangunan tersebut meliputi kualitas infrastruktur jalan dan jembatan dengan dibangunnya kawasan perdesaan yang dihubungkan oleh jalan-jalan poros desa.[43] Perubahan bahan dasar jembatan yang semula dari kayu ulin, perlahan tetapi pasti kini menjadi kontruksi modern dengan baja maupun beton. Infrastruktur lainnya ialah pembangunan kantor pemerintahan khususnya Kantor Kepala Desa atau disebut juga Kantor Pembakal, mengingat pentingnya pemerintahan Desa sebagai ujung tombak pelayanan Pemerintah Daerah. Selain itu untuk meningkatkan kualitas pelayanan-pelayanan dasar lainnya, H. Khairul Saleh terus memacu dengan meningkatkan kualitas pembangunan puskesmas, poliklinik desa, sekolah, dan prasarana pendidikan lainnya.
Pembangunan terus dilakukan, berbagai prasarana dengan skala cukup besar seperti Gedung Dekranasda, Guest House Sultan Sulaiman, dan melanjutkan pembangunan RSUD Ratu Zalecha sebagai rumah sakit rujukan, pembangunan Gedung Iqra sebagai tempat pengkajian Al-Quran dan syiar Islam, pembangunan Taman Terbuka Hijau atau Alun-alun Ratu Zalecha sebagai salah satu bentuk upaya perbaikan lingkungan hidup dan penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga masyarakat Martapura.
Target nasional seratus hari kerja dalam pembuatan program e-KTP pada masa jabatan Khairul Saleh dapat terpenuhi.[44] Di dalam proses pembuatannya, Bupati Banjar menginstruksikan semua aparat terlibat menangani e-KTP. Khairul Saleh juga membangun Stadion Sepak Bola Demang Lehman yang berstandar nasional. Setelah berdirinya stadion tersebut, Banjar dipercaya untuk menjadi Home Base Barito Putera FC pada pelaksanaan laga Indoneia Super League (ISL) 2013.[43] Peresmian Stadion Demang Lehman dilakukan langsung oleh Sultan Khairul Saleh pada hari Jumat tanggal 18 Januari 2013.[45]
Khairul Saleh memimpin deklarasi menuju Indonesia bersih sampah 2020.[46] Kepedulian Bupati Banjar terhadap lingkungan telah menempatkan Martapura sebagai satu-satunya daerah di Kalimantan Selatan sebagai penerima anugerah tertinggi di bidang lingkungan hidup dari Pemerintah Pusat.[43] Pada masa jabatan Khairul Saleh kota Martapura berhasil meraih anugerah Adipura 2012 untuk kategori kota kecil, penghargaan ini diberikan langsung oleh Presiden RI pada saat peringatan Hari Lingkungan Hidup di Istana Negara tahun 2012.
Setelah Deklarasi Indonesia Bersih Sampah 2020, Khairul Saleh membuat program bertajuk Senyum Pelangi. Program ini mendapat apresiasi dari duta besar Amerika Serikat dan Lembaga Kemanusiaan Internasional United Celebral Palsy (UCP).[47] Program ini adalah program lintas instansi dengan memberikan fasilitas untuk penyandang difabel. Dalam kegiatan terkait program itu, dilakukan pembagian kursi roda untuk penderita Celebral Palsy gratis dengan tujuan untuk dapat meringankan beban para penderita dan keluarga.[48][49]
Untuk mengatasi krisis listrik, Pemkab Banjar menggarap sampah untuk dijadikan listrik. Program ini tidak saja bisa mengatasi krisis listrik, tetapi juga berkontribusi melestarikanlingkungan.[50][51] Kabupaten Banjar tercatat sebagai satu-satunya daerah yang berhasil mengembangkan energi listrik dari limbah sampah menjadi gas metan.[43] Energi listrik dialirkan ke permukiman penduduk di sekitar tempat pemrosesan sampah akhir, yaitu Padang Panjang, Kecamatan Karang Intan secara gratis.
Mendekati akhir masa jabatannya, Khairul Saleh dikategorikan sebagai salah satu dari 46 Bupati dan Wali kota se-Indonesia yang menerima penghargaan Bhakti Koperasi dan UKM, sebagai orang yang dinilai memiliki dedikasi dan komitmen untuk mendorong perkembangan koperasi dan UKM di Indonesia, dari Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Dr. Sjarifuddin Hasan MM, MB.[52] Di awal tahun 2015, Khairul Saleh masih berkarya dengan melantik 3.200 pasukan hijau forum adiwiyata dan memberikan penghargaan kepada masyarakat yang telah berjasa serta peduli lingkungan di Kabupaten Banjar pada acara peringatan hari peduli sampah nasional.[53]
Selama dua periode menjadi Bupati di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (2005-2010 dan 2010-sekarang), Khairul Saleh telah mencatat berbagai prestasi membanggakan.[42] Sederetan penghargaan diraih Kabupaten Banjar ketika dipimpin Khairul Saleh. Di antaranya, meraih Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden RI (2010), dan prestasi sebagai daerah terbaik di bidang perizinan dan penanaman modal berupa anugerah Investment Award (2011, 2012, 2013, 2014) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan E- Procurement (E-Proc) 2013. Penghargaan sebagai Daerah Terbaik di Bidang Jasa Konstruksi berturut-turut pada 2012 dan 2013.
Kabupaten Banjar juga merupakan satu-satunya daerah di Provinsi Kalimantan Selatan yang berhasil meraih supremasi tertinggi di bidang pekerjaan umum. Di samping itu, Banjar meraih penghargaan sebagai Daerah Terbaik I Nasional Bidang Perikanan pada 2014.[54] Khairul Saleh dinobatkan sebagai Kepala Daerah Terbaik Nasional Peduli Lingkungan 2014. Dalam 3 tahun terakhir, Kabupaten yang dipimpinnya meraih penghargaan Adipura sebanyak dua kali. Terakhir, Khairul Saleh, berhasil membawa Kabupaten Banjar memperoleh Adipura Kencana 2014.
Khairul Saleh merupakan suami dari Dra. Hj. Raudlatul Jannah, M. Si serta ayah dari putera bernama H. Gusti Dhia Hidayat (2 November 1992) dan puteri bernama Hj. Gusti Dhia Karima (24 September 1996).[4] Putera pertama dari Khairul Saleh telah menikah dengan Halida R.[55].Istri dari Khaerul Saleh, Raudlatul Jannah merupakan Ketua Dewan Kerajinan Nasionan Daerah (Dekranasda) Kabupaten Banjar. Tidak jauh berbeda dengan Khairul Saleh yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan daerah Banjar, Raudlatul Jannah juga memelopori dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah Banjar melalui kegiatan produksi berbagai macam kerajinan kerakyatan. Atas inisiatifnya ini, Raudlatul menerima Anugerah Upakarti kategori Pengabdian dari Menteri Perindustrian Republik Indonesia pada 15 Oktober 2014.[56]
Putera sulung dari Khairul Saleh, yaitu Gusti Dhia Hidayat, juga bergelut dalam dunia bisnis. Gusti Dhia Hidayat mendapat gelar Sarjana Bisnis Manajemen dari ERC University di Singapura dan Sarjana Bisnis Internasional dari Liberty University di Malaysia. T[36] idak hanya itu, putera Khairul Saleh ini juga merupakan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (periode 2014-2017). Baginya pengusaha tidak hanya berkutat pada dunia usaha untuk mencari keuntungan, namun juga memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan Kabupaten Banjar.
Di dalam Kesultanan Banjar, Gusti D. Hidayat adalah Ketua Bidang Sosial Yayasan Kesultanan Banjar (2010-sekarang). Sedangkan dalam dunia bisnis, Gusti Hidayat merupakan Direktur Utama PT. Nuindo Utama (2009-sekarang).[57] Anak kedua Khairul Saleh, yaitu Gusti Dhia Karima, merupakan remaja perempuan yang memiliki kepedulian sosial terhadap orang-orang kurang mampu di sekitarnya dengan aktif dalam berbagai kegiatan bakti sosial dan pemberdayaan masyarakat.[58] Khairul Saleh mengamalkan nilai-nilai leluhur dan Islam dalam hidupnya.[32] Ia tetap menjaga prinsip-prinsip itu di tengah kesibukannya sebagai Bupati Banjar.[59] Ia pun sering menghadiri berbagai pengajian dan perkumpulan Islam guna menjalin silaturahmi dengan tokoh dan masyarakat sehingga terjalin relasi yang baik dengan seluruh rakyat Kalimantan Selatan.[60]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.