Perang Banjar
artikel daftar Wikimedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Perang Banjar[2][3][4][5] atau Perang Banjar-Barito atau Perang Kalimantan Selatan[6] adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda di Kerajaan Banjar[7] yang berlangsung hampir setengah abad (1859–1906), sehingga menjadikannya perang terlama di Nusantara.[8] Jika dilihat coraknya, perlawanan dapat dibedakan antara perlawanan ofensif yang berlangsung dalam waktu relatif pendek (1859–1863),[9][10] dan perlawanan defensif yang mengisi yang mengisi seluruh perjuangan selanjutnya (1863–1905/06).[11][12]
Perang Banjar | |||||
---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Kampanye Militer Kerajaan Belanda | |||||
![]() Kapal uap Celebes berperang melawan benteng rakit apung yang disebut Kotamara dikemudikan orang Dayak pada tanggal 6 Agustus 1859 di pulau Kanamit, sungai Barito. | |||||
| |||||
Pihak terlibat | |||||
Kerajaan Belanda Kesultanan Banjar (pro-Belanda) | Kesultanan Banjar | ||||
Tokoh dan pemimpin | |||||
Korban | |||||
|
|
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1761–1801[13]) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe), tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon (kini Sri Langka).[2][6][14][15][16]
Strategi Perang
Ringkasan
Perspektif
Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan. Semangat perlawanan dari persatuan rakyat Banjar dan Dayak diikat dengan relasi kekeluargaan dan kekerabatan melalui ikatan pernikahan. Ikatan tersebut melahirkan status pegustian dan temenggung yang menjadi sarana pemersatu dan solidaritas Banjar-Dayak menghadapi Belanda.[17]
Pangeran Antasari juga menggalang kerja sama dengan Kesultanan Kutai Kertanegara melalui kerabatnya di Tenggarong. Pangeran Antasari menyurati pangeran-pangeran lainnya dari Kutai seperti Pangeran Nata Kusuma, Pangeran Anom, dan Kerta. Mereka semua adalah mata rantai penyelundupan senjata api dari Kutai ke Tanah Dusun (Banjar). Namun, ketika Perang Banjar dilanjutkan oleh keturunan Pangeran Antasari, Sultan Kutai Aji Muhammad Sulaiman tidak merespons positif permintaan bantuan dari Pangeran Perbatasari. Bahkan, Pangeran Perbatasari diserahkan kepada Belanda pada 1885.[17]
Benteng-benteng pertahanan yang terkenal di hulu dan hilir Teweh:
- Benteng Gunung Sulit
- Benteng Guyu
- Benteng Bayan Begok
- Benteng Liang Umbung
- Benteng Pangin
- Benteng Takko, dekat perbatasan Kutai
- Benteng Bamunan
- Benteng Terumbang
Tokoh-Tokoh Hebat
- Tokoh Rakyat Banjar:
- Pangeran Hidayatullah
- Pangeran Antasari
- Aling
- Tumenggung Antaludin – Pemimpin Benteng Gunung Madang
- Tumenggung Surapati
- Pambakal Sulil
- Tumenggung Singapati
- Raden Mas Warga Nata
- Mas Anom
- Demang Lehman
- Panglima Bukhari
- Tumenggung Jalil – Pemimpin Benteng Tundakan – Baruh Bahinu
- Panembahan Muhammad Sa'id
- Panglima Batur
- Panglima Umbung
- Panglima Wangkang
- Penghulu Muda
- Penghulu Rasyid
- Penghulu Suhasin
- Raden Djaija – Kepala Pulau Petak Hilir
- Tagab Obang
- Pambakal Sulil – Pemimpin Perjuangan Di Sungai Kapuas Murung
- Muhammad Seman
- Kiai Suta Kara – Pemimpin Benteng Martagiri-Tapin
- Suta Karsa – Pemimpin Benteng Pamaton Tatas Muning
- Pangeran Tjitra Kasoema – Pemimpin benteng Gunung Jabuk
- Pangeran Singa Terbang alias Goestie Tapa- pemimpin benteng Tamiang Layang-Telang
- Kiai Raksapati- pemimpin benteng Gunung Pamaton
- Toemenggoong Aria Pattie – Kepala Dusun Hilir)
- Temenggung Karta Pata – Pemimpin Benteng Terumbang, Hilir Teweh
- Ratu Zaleha
- Wulan Jihad – Pejuang Wanita Dayak Kenyah
- Tumenggung Gamar
- Pangeran Miradipa – Pemimpin Benteng Tundakan-Baruh Bahinu
- Pangeran Syarif Umar bin Zein Bahasyim (Adik lpar Pangeran Hidayatullah) – Gugur Dalam Pertempuran Paringin
- Tumenggung Naro
- Haji Buyasin (Hadji Boeijasin)[18]
- Temenggung Kiai Tjakra Wati – pemimpin benteng Gunung Madang
- Galuh Sarinah – isteri Kiai Tjakra Wati
- Aji Pangeran Kusumanegara – Raja Cantung-Buntar Laut
- Panglima Unggis, dimakamkan di desa Ketapang – Gunung Timang – Barito Utara.
- Panglima Sogo, yang turut menenggelamkan kapal Onrust milik Belanda 26 Desember 1859 di Lewu Lutung Tuwur – makamnya di desa Malawaken, Teweh Tengah – Barito Utara.
- Panglima Batu Balot (Tumenggung Marha Lahew) – panglima wanita yang pernah menyerang Fort Muara Teweh tahun 1864–1865, makamnya di desa Malawaken (Teluk Mayang), Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara.
- Dammung Sayu – kepala suku Dayak Maanyan Kampung Magantis
- Patih Gangsarmas – kepala suku Dayak Taboyan
- Gusti Buasan – Pejuang Dari Desa Marindi – Haruai – Tabalong
- Gusti Berakit (Berkek) – Cucu Pangeran Antasari
- Amir – Pejuang Suku Aceh
- Yusuf – Pejuang Suku Aceh
- Pangeran Perbatasari
- Pangeran Muhammad Aminullah, menantu Pangeran Prabu Anom
- Antung Durrahman
- Gusti Atjil
- Kiai Sari Kodaton – Kepala Distrik Margasari
- Haji Butaher Amuntai
- Tagap Kundi Sampit
- Tumenggung Djidan
- Putri Bulan
- Aluh Idut
- Habib Ali bin Abdullah Alaydrus – Pemimpin Arab Kalimantan Barat
- Panglima Mat Narung dari Putussibau
- Panglima Wangkang
- Tamanggung Awan
- Tumenggung Silam
- Tamanggung Balere
- Tamanggung Ecut
- Raden Sahidar
- Raden Timbang
- Panglima Kumis Baja
- H.M.Amin
- Panglima Bitik Bahe (dari Lanjas)
- Damang Luntung (dari Pendreh)
- Damang Laju (dari Jingah)
- Tamanggung Danom
- Tamanggung Angis (dari Montallat)
- Raden Joyo
- Panglima Inti
- Upeng
- Tamanggung Jadam (dari Sungai Teweh)
- Panglima Bahi
- Tamanggung Lawas (dari Sungai Lahei)
- Pambakal Melinkan dari lanskap Karau.[19]
- GoESTI OMAR.
- GoESTI LAUN.
- Toemenggoeng Mangkoe Sarie
- Tommongong GENTING
- Tommongong TOENDAM (zoon van het hoofd der Kapoers).
- Hadjie MATARIP
- Tewoeng, Singa atau kepala kampung Sanger-Wassi dan Djaär
- DJOERAGAN KAOET alias RADEN DJAJA ANOEM[20][21]
- Sambang (Sultan Koening)[22][23]
- Raden Naun gelar Raden Mas Jaya Kusuma
- Basah gelar Temenggung Mangku Negara
- Pangeran Wiera Anta Kesoema alias Radhen Hassan – anak angkat Demang Lehman
- Pangeran Mas Nata Widjaja, sepupu Pangeran Djaija Pamenang
- Tokoh Pihak Kolonial Belanda:
- Augustus Johannes Andresen
- George Frederik Willem Borel
- Karel Cornelis Bunnik
- F.P. Cavaljé
- P.P.H. van Ham
- Karel van der Heijden
- Christiaan Antoon Jeekel
- H.L. Kilian
- Franz Lodewijk Ferdinand Karel von Pestel
- Evert Willem Pfeiffer
- Joost Hendrik Romswinckel
- Charles de Roy van Zuydewijn
- C.E. Uhlenbeck
- Gustave Verspijck
- Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege
- Jacobus Agustinus Vetter
- Stephanus Johannes Boers
- Pangeran Djaija Pamenang – Regent Martapura
- Radhen Adipati Danoe Redjo – Regent Amuntai
- Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara – Kepala distrik Pulau Petak
- Pangeran Syarif Muhammad Taha bin Pangeran Syarif Ali Alaydrus – HOOFD VAN BATOE LITJIN.[24][25]
- Pangeran Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali Alaydrus – HOOFD VAN BATOE LITJIN.
- Soeto Ono – Kepala distrik Sihoeng
- Toemenggoeng Djaja Kartie – Kepala distrik Patai
- Haji Kuwit
- Kiai Ranga Nitie
- Tumenggung Silam
- Demang Sylvanus
- Pangeran Muda Arifinbillah,raja Cengal, Manunggul, Bangkalaan
- Raja Pagatan.
Medan Perang
Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Termasuk di daerah sungai Barito.[26]
Akhir Perang
Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat, perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20.
Akibat Perang
- Bidang politik.
- Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
- Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
- Bidang ekonomi
- Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.
Referensi
Pranala Luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.