Remove ads
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Dalam Buddhisme, kammaṭṭhāna (Pali) secara harfiah berarti tempat bekerja. Arti aslinya adalah pekerjaan seseorang (bertani, berdagang, memelihara ternak, dan lain sebagainya), tetapi arti ini telah berkembang menjadi beberapa penggunaan berbeda namun terkait, semuanya berkaitan dengan meditasi Buddhis.
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme Theravāda |
---|
Buddhisme |
Arti paling mendasarnya adalah sebagai kata untuk merujuk pada meditasi, dengan meditasi menjadi pekerjaan utama para biksu. Di Burma, praktisi meditasi senior dikenal sebagai "kammaṭṭhānācariya" (guru meditasi). Tradisi Hutan Thailand menamakan dirinya Tradisi Hutan Kammaṭṭhāna mengacu pada praktik meditasi mereka di hutan.
Dalam literatur Pali, sebelum komentar Pali pasca-kanonis, istilah kammaṭṭhāna hanya muncul dalam beberapa diskursus (sutta) dan kemudian dalam konteks "pekerjaan" atau "perdagangan."[a]
Buddhaghosa menggunakan istilah kammaṭṭhāna untuk merujuk pada masing-masing dari empat puluh objek meditasi yang dirangkumnya. Objek-objek tersebut tercantum dalam bab ketiga kitab Visuddhimagga, yang sebagian berasal dari Tripitaka Pāli. Dalam pengertian ini, kammaṭṭhāna dapat dipahami sebagai "pekerjaan" dalam arti "hal-hal yang menyibukkan batin", atau sebagai "tempat kerja" dalam arti "tempat-tempat untuk memfokuskan batin selama melakukan meditasi". Dalam seluruh terjemahannya terhadap Visuddhimagga, Ñāṇamoli menerjemahkan istilah ini secara sederhana sebagai "subjek meditasi".[1]
Kasiṇa (Pali) merujuk pada kategorisasi objek visual dasar meditasi yang digunakan dalam Buddhisme Theravāda. Objek-objek tersebut dijelaskan dalam Tripitaka Pali dan diringkas dalam kitab ringkasan meditasi Visuddhimagga yang terkenal sebagai kammaṭṭhāna dan menjadi fokus batin setiap kali perhatian teralih.[2] Meditasi kasiṇa adalah salah satu jenis meditasi samatha-vipassanā yang paling umum, dimaksudkan untuk menenangkan batin praktisi dan menciptakan landasan bagi praktik meditasi selanjutnya.
Kitab Visuddhimagga menekankan pentingnya meditasi kasiṇa.[3] Menurut seorang biksu-cendekiawan Amerika, Ṭhānissaro Bhikkhu, "kitab tersebut kemudian mencoba untuk memasukkan semua metode meditasi lainnya ke dalam 'cetakan' praktik kasiṇa sehingga mereka [metode-metode tersebut] juga menimbulkan tanda-tanda tandingan, tetapi bahkan dengan pengakuannya sendiri, meditasi napas tidak cocok dengan 'cetakan' tersebut."[3] Ia berpendapat bahwa dengan menekankan meditasi kasiṇa, kitab Visuddhimagga menyimpang dari fokus pada jhāna dalam Tripitaka Pali. Pernyataan Bhikkhu Thanissaro ini menunjukkan bahwa apa yang dimaksud dengan "jhāna dalam kitab komentar adalah sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang dimaksud dalam Kanon."[3]
Meskipun praktik kasiṇa dikaitkan dengan aliran Theravāda, tampaknya praktik ini lebih dikenal secara luas di antara berbagai aliran Buddhisme di India pada suatu waktu. Asaṅga merujuk pada kasiṇa di bagian Samāhitabhūmi dari Yogācārabhūmi-Śāstra karyanya.[4] Uppalavaṇṇā, salah satu murid perempuan utama Sang Buddha, terkenal mencapai tingkat Arahat dengan meditasi menggunakan kasiṇa api (tejo) sebagai objek meditasinya.[5][6][7]
Dari empat puluh objek yang dimeditasikan sebagai kammaṭṭhāna, sepuluh yang pertama adalah kasiṇa yang dijelaskan sebagai 'hal-hal yang dapat dilihat secara langsung'. Hal ini dijelaskan dalam Visuddhimagga, dan juga disebutkan dalam Tipitaka Pali.[8] Sepuluh kasiṇa tersebut adalah kasiṇa:
Kasiṇa biasanya digambarkan sebagai cakram berwarna, dengan warna, sifat, dimensi, dan media tertentu yang sering ditentukan menurut jenis kasiṇa. Kasiṇa tanah, misalnya, merupakan cakram berwarna merah kecokelatan yang dibentuk dengan menyebarkan tanah atau lempung (atau medium lain yang menghasilkan warna dan tekstur serupa) pada layar kanvas atau bahan pendukung lainnya.
Sepuluh berikutnya merupakan objek yang menjijikan (asubha) dan merupakan objek kejijikan/keengganan (paṭikkūla), khususnya 'perhatian/atensi pada pemakaman' (sīvathikā-manasikāra) pada sepuluh tahap pembusukan tubuh manusia yang bertujuan untuk mengembangkan perhatian-penuh pada tubuh (kāyagatāsati). Sepuluh objek tersebut adalah:
Sepuluh objek meditasi berikutnya adalah perenungan (anussati):
Empat objek meditasi selanjutnya adalah 'kediaman brahma', yang merupakan kebajikan dari "alam brahma" (Pāli: brahmaloka):
Empat objek meditasi selanjutnya adalah empat landasan nonmateri/tanpa-bentuk (empat arūpa-āyatana):
Dari lima yang tersisa, satu adalah persepsi rasa jijik terhadap makanan (āhāre paṭikūlasaññā) dan empat terakhir adalah 'empat unsur pokok' (catudhātuvavaṭṭhāna): tanah (pathavī), air (āpo), api (tejo), dan udara (vāyo).
Tabel: Rūpa jhāna | ||||
Cetasika (mental factors) | Jhāna pertama | Jhāna kedua | Jhāna ketiga | Jhāna keempat |
---|---|---|---|---|
Kāma / Akusala dhamma (kualitas indrawi / tidak baik) |
disingkirkan; diredam |
tak muncul | tak muncul | tak muncul |
Pīti (kegembiraan) |
muncul dari pengasingan; meresapi tubuh |
muncul dari samādhi; meresapi tubuh |
memudar (bersama dengan duka) |
tak muncul |
Sukha (kesenangan non-indrawi) |
meresapi tubuh fisik |
disingkirkan (tanpa suka dan duka) | ||
Vitakka ("penempelan awal") |
menyertai jhāna |
manunggal bebas dari vitakka dan vicāra |
tak muncul | tak muncul |
Vicāra ("penempelan terus-menerus") | ||||
Upekkhāsati- pārisuddhi (ketenangan murni, penuh perhatian) |
tak muncul | keyakinan internal | tenang-seimbang; penuh-perhatian |
kemurnian ketenangan dan perhatian-penuh |
Referensi:[10][11][12] |
Menurut Gunaratana, mengikuti Buddhaghosa, karena kesederhanaan pokok bahasannya, keempat jhāna (penyerapan meditatif) dapat dicapai melalui ānāpānasati (perhatian-penuh pada napas) dan sepuluh kasiṇa.[13]
Menurut Gunaratana, subjek meditasi berikut ini hanya mengarah pada "konsentrasi permulaan/akses" (upacāra samādhi) karena kompleksitasnya: merenungi sifat-sifat Buddha, Dhamma, Sangha, moralitas, kemurahan hati, sifat-sifat baik para dewa, kematian, dan Kedamaian (Nirwana); persepsi rasa jijik terhadap makanan; dan analisis terhadap empat unsur.[13]
Penyerapan meditatif dalam jhāna pertama dapat diwujudkan melalui perhatian-penuh pada sepuluh objek menjijikan (asubha) dan perhatian-penuh pada tubuh (kāyagatāsati). Namun, meditasi-meditasi ini tidak dapat melampaui jhāna pertama karena melibatkan faktor mental penempelan-awal (vitakka), yang tidak ada pada jhāna-jhāna yang lebih tinggi.[13]
Penyerapan meditatif dalam tiga jhāna pertama dapat diwujudkan dengan merenungkan tiga brahma-vihāra pertama (cinta kasih, belas kasih, dan simpati). Akan tetapi, meditasi-meditasi ini tidak dapat membantu dalam mencapai jhāna keempat karena perasaan-perasaan menyenangkan yang menyertainya. Sebaliknya, setelah jhāna keempat tercapai, maka brahma-vihāra keempat, yaitu upekkhā, pun muncul.[13]
Setiap kammaṭṭhāna dapat disarankan, khususnya oleh seorang sahabat spiritual (kalyāṇa-mitta), kepada seorang siswa tertentu pada suatu titik tertentu, dengan menilai apa yang terbaik bagi temperamen siswa tersebut dan kondisi batinnya saat itu.[14]
Semua subjek meditasi yang disebutkan di atas dapat menekan Lima Rintangan sehingga memungkinkan seseorang untuk mengejar kebijaksanaan dengan hasil yang baik. Di samping itu, siapa pun dapat secara produktif menerapkan subjek meditasi tertentu sebagai "penawar racun (batin)", misalnya dengan bermeditasi pada pengotor batin untuk menghadapi hawa nafsu, atau bermeditasi pada napas untuk melepaskan pikiran yang mengembara.
Kitab komentar belakangan memberikan pedoman untuk menyarankan subjek meditasi berdasarkan temperamen umum seseorang:
Enam kasiṇa yang bukan warna dan empat landasan nonmateri/tanpa-bentuk cocok untuk semua temperamen.[13]
Kitab Visuddhimagga adalah salah satu kitab dalam literatur Buddhisme yang memberikan rincian eksplisit tentang bagaimana guru spiritual dianggap benar-benar menunjukkan kemampuan supernormal (abhiññā).[15] Rincian eksplisit semacam itu jarang ditemukan dalam literatur Buddhis. Kemampuan seperti terbang di udara, berjalan melewati rintangan berwujud padat, menyelam ke dalam tanah, berjalan di atas air, dan sebagainya dilakukan dengan mengubah satu unsur, seperti tanah, menjadi unsur lain, seperti udara.[16] Seseorang harus menguasai meditasi kasiṇa sebelum dapat melakukannya.[16] Dipa Ma, yang melatih diri dengan panduan dalam kitab Visuddhimagga, dikatakan menunjukkan kemampuan-kemampuan ini.[17]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.