Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Kitab 1 Samuel (disingkat 1 Samuel; akronim 1Sam.) merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kitab-kitab sejarah pada Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani, kitab ini menjadi bagian dari kitab kolektif yang bernama "Kitab Samuel", yang merupakan bagian dari narasi sejarah Israel kuno yang termasuk dalam kelompok Nevi'im, atau yang lebih tepatnya kelompok nabi-nabi awal. Dalam Alkitab Terjemahan Lama, kitab ini disebut "Kitab Semuel yang Pertama".
|
|||||
Nama "Samuel" merujuk pada tokoh Samuel bin Elkana, hakim Israel terakhir dan nabi yang mengurapi Raja Saul dan Raja Daud. Nama tersebut pada pangkalnya merupakan serapan dari bahasa Ibrani: שְׁמוּאֵל (Syemu'el), yang merupakan gabungan dari "kata tak diketahui" dan kata Ibrani אֵל (el, har. "Allah/Tuhan"). Sebagian pakar percaya bahwa "kata tak diketahui" adalah kata שָׁמַע (syama, har. "mendengar"), sehingga memberikan arti "Allah mendengarkan". Sedangkan yang lain berpendapat kata itu adalah kata שֵׁם (syem, har. "nama"), sehingga memberi arti "nama-Nya ialah Allah".[1]
Kitab 1 Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-Hakim kepada zaman Raja-Raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud pada masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul. Kitab ini dimulai dengan kelahiran nabi Samuel[2] dan panggilan Allah kepadanya ketika masih kecil. Kisah Tabut Perjanjian kemudian memuat sejarah penindasan orang Israel oleh orang Filistin, yang menyebabkan Samuel mengurapi Saul sebagai raja pertama Kerajaan Israel. Namun, Saul terbukti tidak layak sebagai raja dan Allah beralih memilih Daud, yang mengalahkan musuh-musuh Israel, serta akhirnya membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem dalam Kitab 2 Samuel, di mana Allah kemudian menjanjikan Daud dan penerusnya suatu dinasti yang tidak berkesudahan.[3]
Amanat kitab 1 Samuel, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1 Samuel 2:30 ketika Tuhan berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam kitab ini terlihat beberapa nuansa yang berbeda mengenai pembentukan kerajaan Israel. TUHAN Israel telah dipandang sebagai Raja bagi orang Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1 Samuel 2:7–10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Hana yang mandul mengucapkan janji kepada Allah semesta alam bahwa jika ia dikarunia seorang anak laki-laki, anak itu akan diserahkannya sebagai pelayan Allah. Janji itu disampaikan di depan Tabut Perjanjian yang saat itu berada di Silo. Eli, imam di tempat itu, memberkati Hana dan ketika putra Hana, Samuel sudah lahir dan disapih, anak itu dipercayakan kepada Eli sebagai seorang "Nazir Allah" – satu dari dua orang Nazir Allah, selain Simson, yang dinyatakan dalam Alkitab. Kedua putra Eli, Hofni dan Pinehas, ternyata tidak layak menjadi imam dan kemudian terbunuh dalam Pertempuran Afek, tetapi Samuel kecil tumbuh besar "di hadapan Tuhan."
Orang Filistin merebut Tabut Perjanjian dalam pertempuran di Afek dan membawanya ke kuil Dagon, dewa mereka, yang kemudian harus mengakui kebesaran Yahweh (Tuhan). Tuhan menimpahkan tulah kepada orang Filistin, yang menyebabkan mereka mengembalikan Tabut itu ke wilayah Israel, tetapi tabut itu tidak dituntun oleh Tuhan kembali ke Silo, melainkan ke wilayah Yehuda-Benyamin. Ketika orang Filistin menyerang orang Israel yang berkumpul di Mizpa di daerah Benyamin, Samuel meminta pertolongan Yahweh, sehingga orang Filistin dikalahkan telak di Eben-Haezer, dan orang Israel mendapatkan wilayah mereka kembali.
Ketika Samuel berusia tua, ia mengangkat putra-putranya, Yoel dan Abia sebagai hakim-hakim, tetapi mereka tidak becus, sehingga umat meminta seorang raja atas mereka. Allah mengarahkan Samuel untuk memenuhi permintaan umat meskipun umat diberitahu hal-hal buruk yang akan menyertai pemilihan tersebut, dan mengurapi Saul dari suku Benyamin menjadi raja. Saul mengalahkan musuh-musuh Israel, tetapi berbuat dosa terhadap Yahweh.
Yahweh menyuruh Samuel untuk mengurapi Daud dari suku Yehuda di Bethlehem sebagai raja pengganti, dan Daud masuk ke dalam istana Saul sebagai pembawa senjata dan pemain kecapi. Putra, sekaligus ahli waris, Saul, Yonatan bersahabat erat dengan Daud dan mengakuinya sebagai raja yang sah. Saul berniat membunuh Daud, tetapi Daud melarikan diri ke padang gurun, di mana ia menjadi pahlawan orang Ibrani, sampai saat Saul dan Yonatan dibunuh dalam Pertempuran di Gunung Gilboa.
Menurut perikop 14b dan 15a dalam traktat Bava Basra dari Talmud, kitab ini ditulis oleh Samuel sampai dengan 1 Samuel 25, yang mencatat kematian Samuel, dan sisanya ditulis oleh nabi Gad dan Natan.[5] Para sarjana kritis dari abad ke-19 mendebatkan ide ini. Martin Noth pada tahun 1943 mengemukakan teori bahwa Kitab Samuel disusun oleh seorang pengarang sebagai bagian dari catatan sejarah Israel, yaitu kelompok "Sejarah Deuteronomistis" yang terdiri dari Kitab Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, Kitab Samuel dan Raja-raja),[6] yang merupakan susunan sejarah teologis bangsa Israel dan dimaksudkan untuk menjelaskan hukum Allah untuk Israel di bawah bimbingan para nabi.[7] Meskipun ide Noth bahwa seluruh catatan sejarah ditulis oleh satu orang telah banyak ditinggalkan, garis besar teorinya diterima oleh banyak sarjana.[8]
Pemikiran modern dewasa ini berpendapat bahwa seluruh Sejarah Deuteronomistis ditulis dengan menggabungkan sejumlah teks-teks terpisah yang berasal dari berbagai zaman.[9][10] Pandangan paling populer sekarang adalah bahwa Sejarah Deuteronomis ini awalnya ditulis pada zaman raja Hizkia (abad ke-8 SM); sebagian besar edisi awal berasal dari zaman cucunya, Yosia pada akhir abad ke-7 SM, dan bagian-bagian selanjutnya ditambahkan selama periode Pembuangan ke Babilonia (abad ke-6) dan karya ini kemudian diselesaikan pada sekitar tahun 550 SM.[11] Diduga masih ada penyuntingan setelahnya, misalnya "seperempat syikal perak" yang ditawarkan oleh hamba Saul kepada Samuel pada 1 Samuel 9 dianggap merujuk kepada zaman Persia atau Helenistik (abad ke-4 SM).[12]
Para pengarang dan penyunting pada abad ke-6 diduga mengambil bahan-bahan dari sumber-sumber yang lebih kuno, termasuk (tapi tidak terbatas pada) "naratif Tabut Perjanjian" (1 Samuel 4:1–7:1 dan mungkin sebagian 2 Samuel 6), "riwayat Saul" (bagian-bagian 1 Samuel 9–11 dan 13–14), "riwayat naiknya Daud" (1 Samuel 16:14-2 Samuel 5:10), dan "kisah penggantian tahta" (2 Samuel 9–20 dan 1 Raja-raja 1–2).[13] Kisah yang paling tua, mengenai Tabut Perjanjian, malah lebih tua dari zaman Daud.[14]
Sumber-sumber yang digunakan oleh para penulis dalam menyusun Kitab 1 Samuel diduga meliputi:[15]
Judul perikop dalam Kitab 1 Samuel menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut.
Kitab Samuel merupakan evalusi teologis terhadap jabatan raja secara umum dan keturunan raja, terutama Daud, secara khusus.[18] Tema utama kitab ini diperkenalkan dalam puisi pembukaan ("Nyanyian Hana"): (1), kekuasaan mutlak Yahweh, Allah Israel; (2), pergantian keberuntungan manusia; dan (3), jabatan raja.[19] Tema-tema ini dinyatakan dalam riwayat tiga tokoh utama: Samuel, Saul dan Daud.
Samuel memenuhi pemerian "nabi seperti Moses" yang dinubuatkan dalam Ulangan 18:15–22: seperti Musa, ia mempunyai kontak langsung dengan Yahweh, bertindak selaku Hakim, dan seorang pemimpin ideal yang tidak pernah berbuat kesalahan.[20] Pembelaan Samuel bagi bangsa Israel terhadap musuh-musuh mereka menunjukkan bahwa mereka tidak membutuhkan raja (yang akan menyebabkan ketimpangan sosial), tetapi bagaimanapun juga umat menuntut seorang raja. Samuel menekankan bahwa raja mereka adalah pemberian Yahweh dan menjelaskan bahwa adanya raja dapat menjadi berkat bukan kutuk jika umat tetap setia kepada Allah mereka. Sebaliknya, kehancuran total kerajaan dan umat akan terjadi jika mereka berpaling kepada kejahatan.[6]
Saul adalah orang pilihan, tinggi, tampan dan "tampak baik",[21] seorang raja yang ditunjuk oleh Yahweh, dan diurapi oleh Samuel, nabi Yahweh, tetapi akhirnya ia ditolak sebagai raja.[22] Saul berbuat dua kesalahan yang membuatnya tidak layak menjadi raja: ia menjalankan persembahan korban menggantikan posisi Samuel (1 Samuel 13:8–14), dan ia gagal melaksanakan pembasmian total orang Amalek sebagaimana diperintahkan oleh Allah (1 Samuel 15).[23]
Salah satu unit utama dalam Kitab Samuel adalah "Riwayat naiknya Daud", dengan tujuan menunjukkan bahwa Daud adalah pengganti Saul yang sah.[24] Naratifnya menekankan bahwa Daud naik tahta secara sah, selalu menghormati "orang yang diurapi Tuhan" (yaitu Saul) dan tidak pernah melaksanakan perebutan tahta dengan kekerasan sekalipun mempunyai beberapa kesempatan.[25]
Dalam edisi-edisi Alkitab kuno sebelum tahun abad ke-16, terutama Alkitab versi Vulgata lama yang meniru Septuaginta, nama-nama untuk kedua Kitab Samuel dan kedua Kitab Raja-raja menggunakan nama yang berbeda. Kitab yang sekarang dikenal sebagai Kitab 1 Samuel dan Kitab 2 Samuel dahulu disebut sebagai Kitab 1 Raja-raja dan Kitab 2 Raja-raja,[26] sedangkan yang sekarang dikenal sebagai Kitab 1 Raja-raja and Kitab 2 Raja-raja dahulu disebut sebagai Kitab 3 Raja-raja dan 4 Raja-raja.[27] Baru pada abad ke-16 (setelah peristiwa Reformasi Protestan), Alkitab Luther dan versi-versi Alkitab Protestan yang menirunya menggunakan pembagian modern yang kemudian dikenal luas dan bahkan akhirnya diterima juga oleh versi Kitab Suci Katolik (yang ditandai dengan perubahan nama kitab pada Nova Vulgata) hingga sekarang. Sejumlah Alkitab masih memelihara pembagian lama, misalnya, Alkitab Douay Rheims.[28]
Lebih lanjut, Kitab 1 dan 2 Samuel pada mulanya (dan hingga saat ini, pada sejumlah versi Alkitab Ibrani) merupakan kitab tunggal yang bernama "Kitab Samuel", tetapi terjemahan bahasa Yunani pertama, yang diproduksi sekitar abad ke-2 SM membaginya menjadi dua. Pembagian ini diteruskan oleh Vulgata, dan kemudian oleh versi-versi Alkitab yang digunakan oleh gereja-gereja Kristen hingga sekarang, dan kemudian dipakai oleh beberapa edisi bahasa Ibrani sekitar awal abad ke-16.[29] Teks Ibrani modern, yang disebut Naskah Masorah, memiliki perbedaan dengan versi bahasa Yunani, dan pemecahannya masih dipelajari sampai sekarang.[30]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.