Hizkia (bahasa Ibrani: חִזְקִיָּ֫הוּ atau יְחִזְקִיָּ֫הוּ, bahasa Yunani: Ἐζεκίας, Ezekias, dalam Septuaginta; bahasa Latin: Ezechias; 739-687 SM) yang artinya "YHVH adalah kekuatanku" adalah raja kerajaan Yehuda (memerintah 729 SM sampai 687 SM) yang ke-14 dan anak dari Raja Ahas (2 Raja-raja18:1) Ia berumur 25 tahun pada waktu ia menjadi raja dan 29 tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Abi anak Zakharia[1] atau Abia.[2] Ia mulai memerintah pada tahun ke-3 zaman Hosea bin Ela, raja Israel.
Fakta Singkat Hizkia (Hizqiyyahu ben Ahaz), Berkuasa ...
Hizkia (Hizqiyyahu ben Ahaz)
Raja Yehuda (Melekh Yehudah)
Berkuasa
Pemerintahan bersama dengan Ahas 729, Memerintah sendiri 716 – 697 SM bersama Manasye 697 - 687
Hizkia menyaksikan pengasingan paksa Kerajaan Israel Utara oleh Kerajaan Asyur pada tahun 721 SM (menurut sejarah di bawah pimpinan Sargon II). Dia menjadi raja Yehuda selama invasi dan pengepungan Yerusalem oleh Sanherib pada 700 SM. Ia diharuskan membayar upeti. Alkitab mencatat bahwa pengepungan dihentikan oleh Tuhan dengan membunuh tentara-tentara Sanherib sebanyak 185.000 orang. (2 Raja-raja19:35)
Hizkia adalah seorang raja yang kuat dan secara internasional diakui bijaksana. Di dalam soal politik luar negerinya ia berhadapan dengan persoalan, apakah ia harus menggabungkan diri pada Asyur ataukah pada Mesir. Setelah ia bersikap netral selama 10 tahun, kemudian ia menggabungkan dirinya pada suatu persekutuan yang memusuhi Asyur pada tahun 712 di bawah pimpinan Asydod. Tepat pada waktunya ia dapat mengundurkan diri. Pada tahun 702 ia menggabungkan diri pada Mesir untuk melawan Asyur dan dikalahkan oleh Sanherib di dekat Elteko. Ia diharuskan membayar upeti. Hizkia lalu memperkuat Yerusalem (Yesaya 22:10) memperkuat persediaan air kota dengan membangun terowongan untuk mengalirkan air ke kolam Siloam. Politik dalam negerinya ditandai suatu pembaharuan religius dengan menghancurkan kebaktian di bukit, tugu peringatan Asyera, bahkan kebaktian ular tembaga Arad (Nehustan). Nabi Yesaya bernubuat pada zamannya.
Pada tahun pertama pemerintahannya, dalam bulan yang pertama, ia membuka pintu-pintu rumah TUHAN dan memperbaikinya. Memulihkan rumah Tuhan dan ibadah (dalam 2 Tawarikh 29:1–31:21).
Menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, meremukkan tugu-tugu berhala, menebang tiang-tiang berhala dan menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa,[3] sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan (2 Raja–raja 18:4).
Meterai LMLK, pada pegangan bejana penyimpanan, digali dari lapisan tanah pada zaman raja Sanherib, menunjukkan penggunaan sampai tahun ke-29 pemerintahan Hizkia[4]
Bullae dari dokumen bersegel, sebagian milik Hizkia sendiri,[5] sisanya milik hamba-hambanya (ah-bah-deem dalam bahasa Ibrani, ayin-bet-dalet-yod-mem; "para abdi"), semua dari pasar barang antik.
Pada tahun 2015 Eilat Mazar menemukan sebuah bulla yang memuat tulisan dalam huruf Ibrani kuno לחזקיהו [בן] אחז מלך יהדה[6] yang dapat diterjemahkan sebagai "Milik Hizkiyahu [putra] Ahas raja Yehuda."[7] Ini adalah pertama kalinya cetakan meterai seorang raja Israel atau Yehuda ditemukan dalam suatu ekskavasi arkeologi ilmiah.[8] Bulla itu ditemukan pada waktu penggalian di daerah Ofel di Yerusalem.[9][10] Adanya bulla ini membuat para sarjana meyakini bahwa pada zaman kerajaan Yehuda sudah ada sistem administrasi yang memadai.[11]
Pada tahun 2018 Mazar mempublikasikan suatu laporan mengenai penemuan suatu bulla yang menurutnya mungkin milik nabi Yesaya. Fragmen meterai itu terdiri dari 3 bagian, di mana bagian atas adalah gambar, bagian tengah memuat jelas nama "Yesayahu" (Yesaya), baris bawah terdapat tiga huruf "n-b-y" yang dapat bermakna "nabi"; jadi seluruhnya teks itu dapat dibaca: "Milik Yesaya [sang] nabi". Bulla itu ditemukan sekitar 3 meter dari tempat penemuan bulla Raja Hizkia tahun 2015 di bekas istana, sehingga mengingat dekatnya hubungan pribadi antara nabi Yesaya, sebagai penasihat, dan raja Hizkia dapat mengindikasikan adanya surat menyurat di antara mereka.[12]
Saluran air ini digali sepanjang 533 meter (1750 kaki) menembus batu karang padat [13] untuk menyalurkan air bagi kota Yerusalem dari mata air Gihon yang terletak di luar tembok kota, ke kolam Siloam di dalam tembok kota. Prasasti yang ditemukan di terowongan Siloam sekarang disimpan di Istanbul Archeological Museum. Dalam terowongan Siloam ditemukan prasasti untuk memperingati bertemunya dua tim penggali yang mulai dari sisi berlawanan di dalamnya.[13] Prasasti ini dianggap sebagai salah satu inskripsi Ibrani yang paling penting yang pernah ditemukan,[13] Finkelstein dan Mazar menyebut terowongan ini sebagai contoh kekuatan pemerintahan di Yerusalem pada zaman itu.
William G. Dever menemukan bukti arkeologi dari pembersihan berhala pada zaman Hizkia, antara lain dari penggalian bekas-bekas ruang pemujaan utama dalam kuil di kota Arad, salah satu kota benteng di Yudea, yang dengan sengaja dan cermat dibongkar, "meja altar dan massebot" dikuburkan "di bawah lantai plaster dari lapisan (stratum) ke-8" dari akhir abad ke-8 SM. Dever menyimpulkan bahwa "pembongkaran kuil dengan disengaja dan pendirian bangunan pengganti pada zaman Hizkia merupakan fakta arkeologis. Tidak ada alasan untuk dipandang skeptis."[14]
Pada ukiran Lakhis (Lachish Relief) terdapat catatan Asyur bahwa tahun pengepungan kota Lakhis oleh Sanherib adalah sama dengan tahun 701 SM menurut perhitungan para arkeolog.[15] Di sana digambarkan peperangan dan jatuhnya kota Lakhis, termasuk para pemanah Asyur berbaris naik satu tangga darurat dan orang-orang Yahudi ditusuk dengan tombak secara bertumpuk. “Ukiran pada bongkahan batu” ini ditemukan di istana Asyur di Niniwe “asalnya membentuk satu kesatuan karya berukuran 8 kaki (2,7 meter)...tingginya dan 80 kaki (27 meter)... panjangnya, yang disusun mengelilingi ruangan”.[13] Pengunjung “akan sangat terkesan bukan saja oleh kehebatan karya seni itu sendiri tetapi juga kekuatan mesin perang Asyur.”[13]
Prisma Sanherib ditemukan terkubur dalam landasan istana Niniwe. Ditulis dalam huruf paku kuneiform, dengan bentuk tulisan Mesopotamia pada zamannya. Prisma ini mencatat kemenangan atas 46 kota kuat [16] dan “tidak terhitung tempat-tempat kecil,” termasuk pengepungan Yerusalem di mana hanya ditulis bahwa Sanherib “mengurungnya... seperti burung dalam sangkar,”[13] selanjutnya memaksa mendapatkan upeti besar untuknya. Tidak ada keterangan kejatuhan Yerusalem (berbeda dengan kota-kota lain) maupun gagalnya Sanherib merebut Yerusalem. Dalam sejarah Asyur, “[prisma semacam itu] dimaksudkan untuk dibaca raja berikutnya, sehingga tidak pernah dilaporkan kekalahan atau hal buruk tentang raja”.[17] Dapat dimengerti, bahwa tidak ada tulisan yang menguatkan catatan Alkitab tentang kekalahan Sanherib dalam peninggalan orang Asyur.[17]
Dalam Kitab 2 Raja-raja ditulis bahwa Hizkia membayar upeti sebanyak 300 talenta perak, sedangkan di dalam Prisma Sanherib dicatat 800 talenta.[13] “Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan cara penimbangan talenta perak di Asyur dan Israel, atau karena orang Asyur memang dikenal suka membesar-besarkan angka”.[13]
Sejarawan Yahudi-Romawi Flavius Yosefus mencatat bahwa sakitnya Hizkia terjadi beberapa saat setelah serangan Sanherib, pada tahun ke-14 pemerintahannya, dan kemudian Hizkia hidup sampai usia 54 tahun setelah memerintah 29 tahun. Ia juga menulis bahwa ketika sakit, Hizkia belum mempunyai anak.[18]
Ada tradisi Yahudi bahwa kemenangan atas orang Asyur dan pulihnya Hizkia dari sakit terjadi pada malam pertama Perayaan Paskah.
Sejarawan Yunani, Herodotus (~ 484 – 425 SM), menuliskan dan mengakui banyaknya korban jiwa dari tentara Asyur saat gagal merebut Yerusalem, yang dianggapnya karena wabah tikus dan ia melihat "bukti" berupa patung peringatan di Pelusium, kota perbatasan Mesir. Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus, setuju dengan tulisan Herodotus.[19] Satu teori mengatakan bahwa kekalahan itu diakibatkan oleh “pecahnya wabah penyakit pes (bubonic plague)”.[17] Para sejarawan ini memastikan tanpa bisa dibantah bahwa Sanherib memang gagal merebut Yerusalem.[19] Kisah peperangan Hizkia dengan Asyur itu juga dianggap satu peristiwa sejarah yang paling jelas dapat dihubungkan dari berbagai sumber.[19]
Ayahnya, Ahas, wafat pada usia 36 tahun,[22] dan jabatannya sebagai raja digantikan oleh Hizkia.[20]
Hizkia meninggal pada usia 54 tahun, dan jabatannya digantikan oleh Manasye, putranya.[23]
Menurut tahun Kerajaan Yehuda
Menurut perhitungan waktu pemerintahan raja Asa, Yosafat dan seterusnya, maka tahun-tahun kehidupan Hizkia dapat dihitung sejak berdirinya Kerajaan Yehuda (mulai dari pecahnya Kerajaan Israel pada tahun 931 SM).
Tahun ke-180 (tahun ke-9 Pekah (raja Israel), tahun ke-7 Yotam (32 tahun), Ahas 11 tahun): Hizkia dilahirkan oleh Abi (atau Abia) anak Zakharia bagi Ahas raja Yehuda.[20]
Tahun ke-189 (tahun ke-17 Pekah, tahun ke-16 Yotam, Hizkia 9 tahun): Yotam (41 tahun, mati. Ahas (20 tahun) anak Yotam menjadi raja dan memerintah atas Yehuda selama 16 tahun.[24]
Tahun ke-193 (tahun ke-20 Pekah, tahun ke-20 Yotam, tahun ke-4 Ahas (24 tahun), Hizkia 13 tahun): Hosea bin Ela mengadakan persepakatan melawan Pekah bin Remalya; dibunuhnyalah dia, kemudian dia menjadi raja menggantikannya.[25]
Tahun ke-201 (tahun ke-12 Ahas (32 tahun), Hizkia 21 tahun): Hosea bin Ela menjadi raja di Samaria atas Israel. Ia memerintah 9 tahun lamanya.[26]
Tahun ke-205 (tahun ke-3 Hosea, tahun ke-16 Ahas): Ahas (36 tahun) mati, maka Hizkia (25 tahun), anak Ahas raja Yehuda menjadi raja. Ia memerintah 29 tahun lamanya.[27] Waktu itu Salmaneser V menjadi raja di Kerajaan Asyur (727-722 SM).[20]
Tahun ke-206 (tahun ke-4 Hosea, tahun ke-1 Hizkia):
Bulan ke-1: Hizkia memperbaiki Bait Allah dan memulihkan ibadah.[28] Pekerjaan ini berlangsung mulai hari ke-1 sampai hari ke-16 bulan pertama.[29]
Bulan ke-2: Dirayakan perayaan Paskah atau hari raya Roti Tidak Beragi.[30] ~726 SM.
Tahun ke-209 (tahun ke-7 Hosea, tahun ke-4 Hizkia): Salmaneser, raja Asyur, menyerang Samaria dan mengepungnya.[31] ~723 SM
Tahun ke-211 (tahun ke-9 Hosea, tahun ke-6 Hizkia): Samaria direbut sesudah lewat tiga tahun pengepungan.[32] Raja Asyur (=Sargon) mengangkut orang Israel ke dalam pembuangan ke Asyur.[33] ~ 721 SM[34]
Tahun ke-220 (tahun ke-14 Hizkia): (~ 713/712 SM)
Hizkia sakit dan disembuhkan secara ajaib oleh Allah. Dalam Firman Allah yang disampaikan melalui nabi Yesaya, Hizkia ditambah usianya 15 tahun lagi.[35]
Merodakh-Baladan bin Baladan, menjadi raja Babel, dan mengirim utusan membawa surat dan pemberian kepada Hizkia yang pulih dari sakit secara ajaib.[36] (tidak diketahui pasti, antara tahun 721-710 SM atau 703-702 SM)
Tidak diketahui pasti, Esarhadon menjadi raja Asyur; menggantikan Sanherib, ayahnya (dibunuh oleh anak-anaknya Sanherib sendiri, Adramelekh dan Sarezer).[37] (menurut Rawlison ~681 SM?)[34]
Tahun ke-223 (tahun ke-17 Hizkia): Manasye dilahirkan oleh Hefzibah bagi Hizkia (berusia 42 tahun).[23] ~709 SM
Sanherib, raja Asyur, menyerang dan merebut segala kota berkubu negeri Yehuda[39] serta kemudian mengepung Yerusalem, tetapi tiba-tiba tentaranya binasa pada satu malam, dan ia terpaksa kembali ke negerinya.[40] (menurut Rawlinson: ~700 SM?)[34]
Tahun ke-245 (tahun ke-29 Hizkia): Hizkia wafat pada usia 54 tahun, digantikan oleh putranya, Manasye menjadi raja atas Kerajaan Yehuda. Saat itu Manasye berusia 12 tahun.[23] ~687 SM.[41][42]
Pemerintahan bersama
Sejumlah peneliti berpendapat bahwa Hizkia memerintah bersama dengan ayahnya, Ahas, selama 14 tahun, sejak tahun 729 SM. Ia mulai memerintah sendiri, menurut Albright tahun 715 – 687 SM, menurut Thiele 716 – 687 SM, di mana sepuluh tahun terakhir memerintah bersama dengan putranya, Manasye.[41][42]
Matinya Sanherib
Dari catatan Asyur (terutama Daftar Eponim Asyur) diyakini bahwa Sanherib dibunuh pada tahun 681 SM (20 tahun setelah penyerangan ke Yehuda pada tahun 701-700 SM).[43] Surat dari zaman Kekaisaran Babilonia Baru menguatkan catatan Alkitab, bahwa ia dibunuh oleh putra-putranya sendiri dan oleh pakar Assyriolog diakui sebagai riwayat sejarah. Dalam surat itu putra Sanherib, Ardi-Mulishi (=Arda-mulissi), disebutkan membunuh orang-orang yang bermaksud membongkar rencananya, berhasil membunuh ayahnya diperkirakan pada tahun 681 SM.[44] dan kemungkinan besar sama dengan Adramelekh yang disebut dalam Kitab 2 Raja-raja, meskipun nama Sarezer tidak disinggung sama sekali.[13] Para pakar menduga bahwa pembunuhan ini dilakukan karena Sanherib tidak memilih Ardi-Mulishi, melainkan Esarhadon, putranya yang lain menjadi calon penggantinya. Catatan Asyur, Babel dan Ibrani, serta kitab sejarah Yunani karya Berossus memperkuat catatan Alkitab bahwa Esarhadon akhirnya menjadi raja menggantikan Sanherib.
Mazar, Eliat (March/April May/June 2018). "Is This the Prophet Isaiah's Signature?". Biblical Archaeology Review. 44 (2): 64–69. Diakses tanggal 14 March 2018. This seal impression of Isaiah, therefore, is unique, and questions still remain about what it actually says. However, the close relationship between Isaiah and King Hezekiah, as described in the Bible, and the fact the bulla was found next to one bearing the name of Hezekiah seem to leave open the possibility that, despite the difficulties presented by the bulla’s damaged area, this may have been a seal impression of Isaiah the prophet, adviser to King Hezekiah.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)