Remove ads
kota di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia From Wikipedia, the free encyclopedia
Bandar Pontianak merupakan sebuah kota yang terdapat di Kalimantan Barat, Indonesia.Kota ini juga dikenali sebagai Kota Khatulistiwa kerana terletak di atas garisan Khatulistiwa iaitu di atas kedudukan 0º0' N, 109º20' E dengan suhu mencecah 22.9 °C sehingga 31.05 °C dan mendapat 3,000 mm - 4,000 mm hujan setiap tahun.
Pontianak | |
---|---|
Transkripsi Other | |
• Jawi | ڤونتيانق |
• Bahasa Cina | 坤甸市 |
Nama panggilan: Khuntien (坤甸), Kota Khatulistiwa | |
Cogan kata: Pontianak Kota Bersinar | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Barat |
Rencana ini memerlukan kemas kini dalam Bahasa Melayu piawai Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Kota ini berkeluasan 107.82 km2 dengan penduduknya berjumlah 526,600 orang pada tahun 2000.
Di antara etnik yang terdapat di sini ialah Melayu, Cina, Dayak, dan etnik minoriti yang lain. Islam merangkumi 65% daripada agamanya diikuti Buddha (23.2%), Kristian (6.8%), Hindu (0.4 %), dan agama lain(4,6%).
Bahasa yang digunakan ialah Bahasa Indonesia yang digunakan secara meluas manakala bahasa tempatan juga digunakan seperti Bahasa Melayu, Teochew, Hakka, dan Dayak.
Dikisahkan bahawa ketika Syarif Abdurrahman Al-Qadri pertama kali mendirikan Kota Pontianak, ia dan rombongannya sering diganggu oleh hantu pontianak ketika menyusuri Sungai Kapuas yang merupakan pintu gerbang Kota Pontianak dari arah laut cina selatan. Maka untuk mengusir hantu pontianak tersebut, ditembakkannya dengan menggunakan meriam. Sekaligus di mana peluru meriam itu jatuh, maka di situlah akan didirikan kesultanan.
Maka peluru meriam itu jatuh melepasi simpang tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini lebih dikenal sebagai kawasan Beting-Kampung Dalam Bugis-Pontianak Timur. Itulah asal nama Kota Pontianak. Nama Pontianak sendiri diambil dari nama hantu pontianak yang sering mengganggu Syarif Abdurrahman Al-Qadri. Syarif Abdurrahman Al-Qadri sendiri akhirnya menjadi Sultan Kesultanan Pontianak yang pertama (sekitar abad 17).
Kini Keraton Qadriah dan Masjid Jami' Sultan Syarif Abdurrahman masih berdiri dengan kokoh di kawasan Beting dan Kampung Dalam Bugis-Pontianak Timur, sebagai lambang kejayaan Kesultanan Melayu Pontianak-Kalimantan Barat-Indonesia.
Sejarah pendirian kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, VJ. Verth dalam bukunya Borneos Wester Afdeling, yang isinya sedikit berbeda dari versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat saat ini.
Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Betawi. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman, putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut sebagai Al Habib Husin), setelah meninggalkan kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Di wilayah Banjarmasin ia menikah dengan adik sultan. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup modal untuk mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya, kemudian ia mulai melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Dengan bantuan Sultan Pasir, Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat Bangka, juga kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Passir. Abdurrahman menjadi seorang kaya dan kemudian mencuba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan sungai Landak dan kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur dan Pontianak berdiri.
Pada tahun 1778 kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan dipimpin oleh Willem Ardinpola. Kolonial Belanda saat itu dan menempati daerah di seberang keraton kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal.[1]
Pada tanggal 5 Juli 1779 Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo lstana Kadariah Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asistent Resident Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak.[1]
Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati Pontianak) mendirikan Plaatselijk Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk Fonds kemudian berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepun di Pontianak.[1]
Berdasarkan besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus 1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan menetapkan status Pontianak sebagai stadsgemeente. R. Soepardan ditunjuk menjadi syahkota atau pemimpin kota saat itu. Jabatan Soepardan berakhir pada awal tahun 1948 dan kemudian digantikan oleh Ads. Hidayat.[1]
Pembentukan stadsgerneente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak
diubah dan digantikan dengan Undang-undang Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No. 40/1949/KP. Dalam undang-undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak dan membentuk Pemerintah kota Pontianak, sedangkan perwakilan rakyat disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak. Walikota pertama ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Pontianak adalah Rohana Muthalib.[1]
Sesuai dengan perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953, bentuk Pemerintahan Landschap Gemeente, ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pada masa ini urusan pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan Pemerintahan Daerah.[1]
Pemerintah Kota Praja Pontianak diubah dengan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No.6 Tahun 1959 dan Penetapan Presiden No.5 Tahun 1960, Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 1964 dan Undang-undang No. 18 Tahun 1965, maka berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR Kota Praja Pontianak No. 021/KPTS/DPRD-GR/65 tanggal 31 Desember 1965, nama Kota Praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya Pontianak, kemudian dengan Undang-undang No.5 Tahun 1974, nama Kotamadya Pontianak berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak.[1]
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah merubah sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan Pemerintah Kota Pontianak, sebutan kota Potianak diubah kemudian menjadi Kota Pontianak.[1]
Kota Pontianak dipimpin oleh seorang walikota. Hingga kini Kota Pontianak pernah dipimpin oleh:[1]
No. | Nama | Status Wilayah | Tahun Pemerintahan |
1 | R. Soepardan | Syahkota Pontianak | 1947-1948 |
2 | Ads. Hidayat | Burgemester Pontianak | 1948-1950 |
3 | Ny. Rohana Muthalib | Burgemester Pontianak | 1950-1953 |
4 | Soemartoyo | Kotapraja | 1953-1957 |
5 | A. Muis Amin | Kotapraja/Kotamadya Pontianak | 1957-1967 |
6 | Siswoyo | Kotamadya Pontianak | 1967-1973 |
7 | Muhammad Barir ,SH. | Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak | 1973-1978 |
8 | T.B. Hisny Halir | Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak | 1978-1983 |
9 | H. A. Majid Hasan | Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak | 1983-1993 |
10 | R.A. Siregar, S.Sos | Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak | 1993-1999 |
11 | dr. H. Buchary Abdul Rahman | Kota Pontianak | 1999-2008 |
12 | Sutarmidji, M.Hum | Kota Pontianak | 2008-2018 |
13 | Edi Rusdi Kamtono | Kota Pontianak | 2018-2023 |
Struktur tanah kota merupakan lapisan tanah gambut bekas endapan Lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu tinggi (28-32 °C dan siang hari 30 °C).
Rata–rata kelembaban nisbi dalam daerah Kota Pontianak maksimum 99,58% dan minimum 53% dengan rata–rata penyinaran matahari minimum 53% dan maksimum 73%.[2]
Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3000–4000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari.[2]
Secara administratif, kota Pontianak dibagi atas beberapa kecamatan, yaitu: Pontianak Selatan, Pontianak Timur, Pontianak Barat, Pontianak Utara, Pontianak Kota dan Pontianak Tenggara.
Jumlah penduduk tetap Kota Pontianak tahun 2006 hasil Proyeksi yang menggunakan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006 dan Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 510.687 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 256.750 jiwa dan penduduk perempuan 253.937 jiwa.
Sedangkan dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk kota Pontianak berjumlah 464.534 jiwa, hal ini berarti bahwa telah terjadi peningkatan penduduk selama 4 (empat) tahun terakhir (tahun 2000- 2004), yaitu sebesar 1,76 persen pertahunnya.
Suku bangsa penduduk Kota Pontianak terdiri dari Dayak, Tionghoa, Melayu, Bugis, Suku Jawa, Suku Madura dan lainnya. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam (65%), Buddha dan kepercayaan Kong Hu Cu (23,2%), Protestan (4%), Katolik (2,8%), Hindu (0,4%) dan lainnya.
Penduduk sebagian besar memahami bahasa Indonesia dan bahasa ibu masing-masing yakni bahasa Melayu, bahasa Tiociu, bahasa Khek dan berbagai variasi bahasa Dayak.
Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kota Pontianak yang telah terdata selama tahun 2005 adalah 34 perusahaan. Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan industri tersebut berjumlah 3.300 orang yang terdiri dari pekerja produksi 2.700 orang dan pekerja lainnya atau administrasi 600 orang. Perusahaan industri besar atau sedang yang terletak di Kecamatan Pontianak Utara menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu 2.952 orang.
Nilai keluaran yang dihasilkan dari perusahaan industri besar atau sedang adalah sebesar 1,51 triliun rupiah, dimana perusahaan industri besar atau sedang yang berada di Kecamatan Pontianak Utara yang didominasi oleh perusahaan industri karet, sedangkan nilai keluaran yang terkecil berasal dari perusahaan yang terdapat di Kecamatan Pontianak Kota, senilai 2,85 milyar rupiah.
Untuk Nilai Tambah Bruto (NTB) yang diperoleh dari seluruh perusahaan industri besar /sedang di Kota Pontianak selama tahun 2005 adalah sebesar 217,57 milyar rupiah dan pajak tak langsung yang diperoleh adalah sebesar 462,78 juta rupiah, sedangkan NTB atas Biaya Faktor yang diperoleh adalah sebesar 217,10 milyar rupiah.
Jumlah unit usaha industri, tenaga kerja, besarnya nilai investasi dan nilai penjualan dari sentra industri kecil jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) terlihat bahwa sentra industri kecil jenis IHPK terbanyak adalah usaha industri makanan ringan yang terpusat di Kelurahan Sungai Bangkong dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak 329 orang, nilai investasinya mencapai 249,50 juta rupiah dan nilai penjualannya sebesar 780,50 juta rupiah. Sedangkan industri anyaman keladi air pada tahun 2005 ini hanya memiliki 16 unit usaha dengan nilai investasi 17,5 juta rupiah dan nilai penjualan 110 juta rupiah yang terletak di Tanjung Hulu, Pontianak Timur.
Pada tahun 2006, jenis tanaman pangan yang hasilnya paling besar adalah ubi kayu, padi, ubi rambat. Penduduk juga bertani sayuran dan lidah buaya. Tanaman buah-buahan yang banyak ada di Kota Pontianak adalah nangka, pisang serta nanas.
Perternakan di kota Pontianak terdiri dari sapi (potong dan perah), kambing, babi dan ayam (ras dan buras).
Perdagangan merupakan salah satu usaha yang berkembang pesat di Kota Pontianak. Perdagangan modern mulai berkembang pada awal tahun 2000 dengan berdirinya Mal Matahari Pontianak di Pontianak Kota. Pusat perbelanjaan modern mulai dibangun di berbagai sudut kota, seperti Mal Pontianak dan Ayani Mega Mall Pontianak (Pontianak Selatan). Berbagai perusahaan retail nasional mulai mendirikan usahanya di Pontianak.
thumb|right|220px|Waterfront Kota Pontianak
thumb|right|220px|Aksi Naga dan Barongsai saat Imlek di Kota Pontianak
Pariwisata Kota Pontianak didukung oleh keanekaragaman budaya penduduk Pontianak, yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa. Suku Dayak memiliki pesta syukur atas kelimpahan panen yang disebut Naik Dango dan masyarakat Tionghoa memiliki kegiatan pesta tahun baru Imlek dan perayaan sembahyang kubur (Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif turis.
Kota Pontianak juga dilintasi oleh garis khatulistiwa yang ditandai dengan Tugu Khatulistiwa di Pontianak Utara. Selain itu kota Pontianak juga memiliki visi menjadikan Pontianak sebagai kota dengan pariwisata sungai.
Pontianak juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Keanekaragaman makanan menjadikan Pontianak sebagai surga kuliner. Makanan yang terkenal antara lain:
Hotel-hotel berbintang yang ada di pusat kota Pontianak adalah:
Kota Pontianak melalui bandar udaranya, Bandar Udara Supadio terhubung dengan beberapa kota besar lain di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Yogyakarta. Selain itu bandara ini juga mempunyai penerbangan internasional langsung dari dan ke luar negeri, yaitu ke Kuching, Sarawak, Malaysia; Kuala Lumpur, Malaysia dan Singapura. Dari Pontianak juga dapat dilayani penerbangan perintis ke berbagai ibukota kabupaten di Kalimantan Barat.
Pelabuhan Pontianak dapat melayani kapal-kapal barang maupun penumpang. Dahulu melalui dermaga ini sering melayani kapal penumpang menuju Jakarta, Ketapang, Landak, Sanggau dan Putussibau.
Sistem transportasi darat Kota Pontianak dilayani oleh minibus angkutan kota yang biasa disebut oplet, taksi dan beberapa rute dilayani oleh bus kota. Sebagian besar rute dalam kota dilayani oleh oplet yang menghubungkan beberapa terminal. Untuk keberangkatan jalan darat ke luar kota dilayani di Terminal Batulayang.
Melalui jalan darat pula dilayani bus antar negara, yakni ke Kuching. Bus ini disediakan oleh berbagai penyedia layanan, termasuk DAMRI. Layanan imigrasi Indonesia-Malaysia dilaksanakan di Entikong, Kabupaten Sanggau.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.