Ketapang
From Wikipedia, the free encyclopedia
Ketapang atau talisai (nama botani: Terminalia catappa)[3] merupakan sejenis tumbuhan terdapat di hutan-hutan pantai tropika Asia Tenggara, Australia dan Polinesia.[4]:567-568[5] Pokok-pokoknya juga ditanam di India, Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan.[6] Pokoknya rendang, lekas tumbuh dan membentuk silara bertingkat-tingkat.
Ketapang Talisai | |
---|---|
![]() | |
Pengelasan saintifik | |
Alam: | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
Order: | |
Keluarga: | Combretaceae |
Genus: | Terminalia |
Spesies: | T. catappa |
Nama binomial | |
Terminalia catappa | |
Sinonim | |
Senarai
|
Ketapang digemari malah kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan.
Peristilahan
Nama ketapang (Jawi: کتاڤڠ) seasal beberapa nama setempat Nusantara antara lain:[3]
- bahasa Batak: hatapang
- bahasa Nias: katafa
- bahasa Minangkabau: katapiĕng
- Simeulue: lahapang
- Tim.:[[[Wikipedia:Penjelasan|Penjelasan diperlukan]]] ketapas
- Bug.: atapang
Nama talisai (Jawi: تليساي) digunakan di Sabah[perlu rujukan] dan diturunkan daripada kata akar Bahasa Proto-Melayu-Polinesia *talisay.[7] Nama ini seasal dengan nama-nama talisei, tarisei, salrisé (Sulawesi Utara); tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara); sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku); lisa (Rote); kalis, kris (Papua Barat); dan sebagainya.[3][7]
Botani
Pokoknya besar, ketinggiannya mencapai 40 meter dengan garis pusat batang berukuran sampai 1.5 m; ia rendang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Pokok muda sering ternampak bertingkat-tingkat seperti pagoda, pokok-pokok yang tua dan besar acap kali berakar banir dengan ketinggian sehingga 3 m.[8] Ia tumbuh di kawasan-kawasan pesisir dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dari aras laut yang menerima hujan antara 1 000–3 500 mm setiap tahun, dan tempoh kemarau sehingga 6 bulan.[8]
Daun
Daun-daunnya tumbuh dari tangkai pendek di hujung ranting-ranting pokok. Helai daun berbentuk bujur seperti telur yang lebar di depan dan runcing di pangkal, dengan ukuran 8–38 sentimeter panjang dan 5–19 sm lebar;[4]:566 helai-helai daun di pangkal pokok berbentuk jantung dengan kelenjar di bahagian bawah tulangnya. Permukaan atas helai daun licin, bahagian bawahnya berbulu halus; ia kemerahan jika tua rontok.[8][9] Sebatang pokok ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini biasa tahan menghadapi bulan-bulan yang mengalami cuaca kering.[10]
Bunga dan buah
Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat hujung ranting berukuran 8–25 sm panjang, hijau kuning.[8] Setiap kuntum bunga mempunyai 5 kelopak berbentuk piring atau loceng berwarna putih[9] atau putih krim dengan 4–8 mm lebar. Benang sari dalam 2 lingkaran, lima benang dalam satu cekak.[4]
Buahnya berbentuk bujur dan bersegi atau bersayap sempit di tepinya dengan ukuran 2.5–7 sentimeter panjang dan 4–5.5 sm, ia bertukar warna menjadi kuning kemerahan atau ungu kemerahan apabila masak.[8][9] Buahnya yang memiliki lapisan gabus yang dapat mengapung di air sungai dan laut[9] hingga berbulan-bulan sebelum ia terdampar tumbuh di tempat yang cocok. Buahnya juga disebarkan oleh kelawar.
Manfaat
Kulit kayu dan daun-daunnya menghasilkan pigmen kuning keperangan sampai warna hijau lumut dan mengandungi 11–23% tanin; sementara daun-daunnya mengandung 12 macam tanin yang dapat diurai air,[6] dua-dua dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit, sebagai bahan pewarna hitam, dan juga untuk membuat tinta.[3] Dalam pada itu, pembela ikan hias khususnya ikan cupang (Betta spp.) suka merendamkan daun-daun ketapang kering ke dalam air akuarium kerana dapat memperbaiki kesihatan dan memanjangkan umur ikan.[11] Daun ketapang dapat menurunkan kadar Ph air, menyerap racun dalam air, mencerahkan warna ikan cupang dan juga mengubati luka pada ikan cupang setelah pemijahan. [12]
Kayu terasnya merah bata pucat hingga kecokelat-cokelatan, ringan sampai sedang, BJ-nya berkisar antara 0.465–0.675; cukup keras dan liat, namun tidak begitu awet.[6] Kayu ini dalam perdagangan dikenal sebagai red-brown terminalia, dan digunakan sebagai penutup lantai atau venir.[13] Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuatan perahu dan juga untuk ramuan rumah.[3]
Biji ketapang dapat dimakan mentah atau dimasak, kononnya lebih enak dari biji jauzah, dan digunakan sebagai pengganti biji badam dalam hiasan kuih-muih.[3] Inti bijinya yang kering jemur menghasilkan minyak berwarna kuning hingga setengah dari bobot semula. Minyak ini mengandung asid lemak seperti asid palmitat (55,5%), asid oleat (23,3%), asid linoleat, asid stearat dan asid miristat. Biji kering ini juga mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam asid amino.[6]
Jenis yang sekerabat
Nama ketapang juga digunakan untuk menyebut T. gigantea V.Sl., yang tumbuh di tempat berpaya-paya di Simeulue bagian selatan.[3] Kerabat dekatnya yang mirip ketapang, di antaranya:[8]
- T. littorea, memiliki bulir bunga yang lebih pendek dan begitu juga buahnya (kecil, < 2,5 cm).
- T. glabrata, memiliki tangkai daun yang panjang (1,5–2,5 cm), pangkal helaian daun tidak berbentuk jantung, dan buah yang relatif lebih kecil dan menyegi.
Jenis lain, T. bellirica Roxb. yang dikenal sebagai jaha atau joho lawe (Jw.) menghasilkan buah yang digunakan sebagai bahan jamu, bahan penyamak dan bahan pewarna.[3]
Galeri
- Terminalia catappa - Museum specimen
- Ranting yang gugur daun bersemi kembali
- Daun-daun kemerahan, hampir gugur
- Perawakan
Rujukan
Pautan luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.