Dalam eklesiologi dan teologi Kristen, rasul atau apostel, yang secara kolektif disebut para rasul atau rasul-rasul Yesus dan terkhusus merujuk pada Kedua Belas Rasul, adalah murid-murid utama Yesus, tokoh sentral dalam agama Kristen. Semasa Yesus hidup dan berkarya pada abad pertama Masehi, para rasul adalah pengikut-pengikut terdekatnya. Di kemudian hari, pengikut-pengikut terdekat ini menjadi narasumber utama Kabar Baik yang diwartakan Yesus.
Bagian dari seri tentang |
Kekristenan |
---|
Portal Kristen |
Meskipun tradisi Kristen kerap menyebutkan bahwa para rasul berjumlah dua belas orang, para penulis Injil mencatat orang yang sama dengan nama yang berbeda sehingga ada nama rasul yang disebut dalam satu Injil tetapi tidak terdapat dalam injil-injil lain. Peristiwa penetapan kedua belas rasul oleh Yesus diriwayatkan dalam ketiga Injil Sinoptik. Sesudah kebangkitannya, Yesus menyampaikan Amanat Agung kepada sebelas orang rasul (Yudas Iskariot sudah wafat kala itu), yakni amanat untuk mewartakan ajaran-ajarannya kepada segala bangsa. Peristiwa ini lazim disebut pengutusan para rasul.
Selain kedua belas rasul, Paulus dalam Gereja perdana juga kerap disebut rasul karena diajar dan diutus secara langsung oleh Kristus melalui suatu penglihatan dalam perjalanannya menuju kota Damaskus (Kisah Para Rasul 9:4–5). Paulus sendiri juga menyebut dirinya sebagai rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi[1] Menurut sebuah tradisi Kristen Timur yang bersumber dari Injil Lukas, terdapat pula ketujuh puluh rasul (ketujuh puluh murid menurut denominasi Kristen lainnya) yang terlibat dalam karya pelayanan Yesus.
Kurun waktu perkembangan agama Kristen semasa hidup para rasul disebut zaman apostolik.[2] Pada abad pertama Masehi, para rasul membentuk jemaat-jemaat di seantero wilayah Kekaisaran Romawi, bahkan menurut tradisi Kristen, juga di kawasan-kawasan lain di Timur Tengah, Afrika, dan India.
Etimologi
Istilah "rasul" berasal dari kata Arab, رَسُوْلٌ (rasūl), dan digunakan dalam Alkitab bahasa Indonesia sebagai padanan kata Yunani, ἀπόστολος (apóstolos; jamak: Απόστολοι, apóstoloi). Kata ἀπόστολος terbentuk oleh pengimbuhan awalan ἀπό- (apó-), yang berarti "dari", pada kata dasar στέλλω (stéllō), yang berarti "aku kirim" atau "aku berangkatkan", dan mula-mula berarti "utusan" atau "duta". Kendati demikian, makna kata apóstolos lebih dalam dari sekadar "utusan", dan lebih dekat dengan makna kata "delegasi" atau "perutusan".[3] Menurut Leksikon Perjanjian Baru Yunani-Inggris, kata apóstolos digunakan oleh umat Kristen sebagai padanan kata Ibrani, שָלִיחַ (syaliakh). Di kemudian hari, makna gerejawi dari kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi missio, cikal bakal dari kata "misionaris" dalam bahasa Indonesia.
Latar belakang
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, para rasul rata-rata memiliki nama Ibrani, kendati beberapa di antaranya memiliki nama Yunani. Banyak orang Yahudi kala itu memiliki nama Latin atau Yunani sekaligus nama Ibrani.[4]
Markus 6:7–13 meriwayatkan bahwa mula-mula Yesus mengutus mereka berangkat berpasang-pasangan (bdk. Matius 10:5–42, Lukas 9:1–6) ke kota-kota di Galilea. Menurut nas ini, mereka diamanatkan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan.[3] Mereka juga diwanti-wanti agar "jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju", dan jika ada mana-mana tempat yang menolak mereka, maka mereka harus keluar dari tempat itu sambil mengebaskan debu dari kaki mereka. Tindakan mengebaskan debu dari kaki ini diartikan oleh para ahli kajian Alkitab sebagai gerakan ancaman pengabaian (Miller 26). Amanat untuk hanya membawa tongkat (dalam Injil Matius dan Injil Lukas, mereka bahkan dilarang membawa tongkat) adakalanya dipakai oleh denominasi-denominasi Kristen yang masih melestarikan suksesi rasuli sebagai dasar bagi tindakan para uskup membawa tongkat jabatan.
Injil-Injil meriwayatkan bahwa kedua belas rasul di kemudian hari diutus untuk mewartakan Injil kepada "segala bangsa",[5] baik kepada orang Yahudi maupun orang non-Yahudi.[6] Paulus menegaskan tentang betapa pentingnya peran para rasul dalam Gereja dengan menyatakan bahwa keluarga Allah dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Efesus 2:19–20).
Meskipun tidak diutus sebagai rasul pada masa hidup Yesus, Paulus, pria Yahudi asal Tarsus yang bernama asli Saulus, mengaku diutus secara khusus oleh Yesus yang sudah bangkit, dan dihormati sebagai "rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi" (Roma 11:13) karena karya pewartaan Injil yang dilakukannya selepas bertobat. Dalam surat-suratnya kepada jemaat-jemaat Kristen di seluruh kawasan Syam, Paulus tidak membatasi pemakaian sebutan "rasul" bagi kedua belas murid utama Yesus saja, dan kerap menyebut pembimbingnya, Barnabas, sebagai rasul.[2] Pemakaian istilah rasul sebagai sebutan khusus bagi kedua belas murid utama Yesus muncul dalam Kitab Wahyu.[7]
Pada abad ke-2 Masehi, hubungan dekat dengan para rasul dihargai sebagai dasar kewenangan. Gereja-Gereja yang didirikan oleh seorang rasul disebut takhta rasuli. Surat-surat Paulus dijadikan bagian dari Kitab Suci Perjanjian Baru, dan empat kitab Injil sahih diyakini sebagai karya tulis para rasul, demikian pula karya-karya tulis lain dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Berbagai karya tulis Kristen di luar Kitab Suci Perjanjian Baru dinisbahkan kepada para rasul, misalnya Didake (taklimat) dan Constitutiones Apostolorum (ketetapan para rasul). Para uskup merunut garis suksesi mereka sampai pada salah seorang dari antara para rasul, yang konon berangkat menyebar dari Yerusalem dan membentuk paguyuban-paguyuban Kristen di mana-mana. Menurut tradisi, para uskup mewarisi kewenangan mereka dari kedua belas rasul melalui suksesi rasuli.[2] Bapa-bapa Gereja terdahulu yang dipercaya sebagai orang-orang dekat para rasul diberi sebutan Bapa Rasuli, misalnya Paus Klemens I, yang diyakini sebagai orang dekat Santo Petrus. Syahadat Para Rasul, yang populer di Gereja Barat, diyakini sebagai syahadat yang dirumuskan sendiri oleh para rasul.
Narasi Alkitab
Panggilan Yesus
Ketiga Injil sinoptik meriwayatkan peristiwa pemanggilan murid-murid tertentu. Injil Matius hanya meriwayatkan peristiwa pemanggilan Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Ketiga Injil sinoptik meriwayatkan bahwa keempat murid ini dipanggil segera sesudah Yesus kembali dari padang gurun, tempat ia dicobai iblis.
Meskipun Yesus hanya mengajak dengan kalimat singkat, keempat-empatnya serta-merta menurut dan langsung menelantarkan jala mereka. Menurut pandangan tradisional, tindakan menuruti panggilan secara serta-merta ini adalah salah satu bukti dari kuasa ilahi Yesus, meskipun tidak dinyatakan demikian dalam Injil. Menurut pandangan lain, orang-orang yang serta-merta menuruti panggilan Yesus adalah kawan-kawan lamanya, sebagaimana yang tersirat dalam Injil Yohanes, bahwasanya Petrus (Simon) dan Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis, dan mulai mengikuti Yesus segera sesudah Yesus dibaptis.
Dengan mengekstrapolasi tindakan penelantaran jala yang dilakukan Simon dan Andreas, William F. Albright dan Charles C. Mann menyimpulkan bahwa Matius hendak menegaskan betapa pentingnya tindakan melepas ikatan-ikatan duniawi pada saat memeluk agama Kristen, karena profesi nelayan adalah profesi yang menguntungkan, kendati perlu modal awal yang besar, dan tindakan meninggalkan segala hal yang berkaitan dengan profesi itu sudah tentu merupakan suatu pengorbanan besar. Tindakan Simon dan Andreas meninggalkan benda yang secara efektif merupakan harta duniawi utama mereka di kemudian hari dijadikan suri teladan oleh para zahid Kristen.
Matius meriwayatkan pertemuan Yesus dengan Yakobus dan Yohanes, dua orang adik-beradik yang juga berprofesi sebagai nelayan, tak lama sesudah merekrut Simon dan Andreas. Matius dan Markus menerangkan bahwa Yakobus dan Yohanes adalah putra-putra Zebedeus. Lukas menambahi keterangan Matius dan Markus dengan penjelasan bahwa Yakobus dan Yohanes adalah rekan-rekan sekerja Simon dan Andreas dalam satu kelompok nelayan yang sama. Matius meriwayatkan bahwa ketika berjumpa dengan Yesus, Yakobus dan Yohanes sedang sibuk menisik jala mereka, tetapi tanpa ragu-ragu menuruti ajakan Yesus untuk menjadi pengikutnya.
Riwayat Matius ini paralel dengan riwayat Markus dan Lukas, tetapi Matius menyiratkan bahwa Yakobus dan Yohanes juga meninggalkan ayah mereka (karena ayah mereka saat itu berada di atas perahu yang mereka tinggalkan). Menurut Warren Carter, riwayat ini memperlihatkan pandangan Matius bahwasanya Yesus adalah salah satu tokoh yang menolak tatanan kemasyarakatan tradisional yang bersifat patriarkis, tatanan yang menjadikan ayah sebagai penguasa anak-anaknya. Kendati demikian, kebanyakan ahli menafsirkan bahwa Matius hanya sekadar ingin menampilkan Yakobus dan Yohanes sebagai pengikut-pengikut yang lebih berbakti dibanding Simon dan Andreas.
Ketiga Injil sinoptik meriwayatkan pula bahwa ketika sedang mengajar, Yesus melihat seorang pemungut cukai sedang duduk di rumah cukai, lalu mengajaknya menjadi murid. Si pemungut cukai, yang disebut dengan nama Matius dalam Matius 9:9 dan dengan nama Lewi dalam Markus 2:14 serta Lukas 5:27, menyatakan kesediaannya dan mengundang Yesus untuk bersantap bersama handai tolannya. Para pemungut cukai dipandang sebagai orang-orang bejat dalam masyarakat Yahudi, sehingga kaum Farisi mempertanyakan kepatutan perilaku Yesus yang mau saja diundang bersantap bersama-sama dengan orang-orang bereputasi buruk itu. Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan kalimatnya yang terkenal, "bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Markus 2:17).
Penetapan Kedua Belas Rasul
Penetapan Kedua Belas Rasul merupakan sebuah peristiwa dalam pelayanan Yesus yang muncul dalam ketiga Injil Sinoptik. Peristiwa ini menceritakan pemanggilan awal Kedua Belas Rasul di antara para murid Yesus.[8][9]
Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.
Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.
Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
Nama | Keterangan | Injil Matius | Injil Markus | Injil Lukas | Injil Yohanes | Kisah Para Rasul | Surat Yudas | Surat Yakobus |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Simon, Petrus | saudara kandung Andreas | 10:2; | 3:16; | 6:14; | 1:35-42; | |||
Andreas | Saudara kandung Simon Petrus, murid Yohanes Pembaptis | 10:2; | 3:18; | 1:35-42; 6:14; | ||||
Yakobus | Saudara kandung Yohanes, putra pasangan Zebedeus dan Salome, Boanerges, anak guruh, kemenakan Yusuf dan Maria, saudara sepupu Yesus | 10:2; 20:20; 27:56; | 3:17; 15:40; 16:1; | 6:14; | 19:25; | |||
Yohanes | Saudara kandung Yakobus, putra pasangan Zebedeus dan Salome, Boanerges, anak guruh, kemenakan Yusuf dan Maria, saudara sepupu Yesus | 10:2; 20:20; 27:56; | 3:17; 15:40; 16:1; | 6:14; | 19:25; | |||
Filipus | Asal Betsaida yang di Galilea | 10:3; | 3:18; | 6:14; | 1:44; 12:21; | |||
Bartolomeus, Natanael | 10:3; | 3:18; | 6:14; | 1:43-51; | ||||
Matius, Lewi | Putra Alfeus; saudara tiri Yesus, Yakobus Muda, Yudas, dan Simon; anak tiri Maria | 10:3; 27:56; | 2:14; 3:16,18; 6:3; 15:40,47; | 5:27; 6:14-15; 24:18; | 1:13; 4:36; | |||
Tomas | Didimus atau "si kembar" | 10:3; | 3:18; | 6:15; | ||||
Yakobus Muda | Saudara seayah Yesus, saudara kandung Tadeus dan Simon, saudara tiri Matius, anak tiri Alfeus | 10:3; 27:56; | 2:14; 3:16,18; 6:3; 15:40,47; | 5:27; 6:14-15; 24:18; | 1:13; 4:36; | 1:1; | ||
Tadeus, Lebeus, Yudas, Yehuda | Saudara seayah Yesus, saudara kandung Yakobus dan Simon, saudara tiri Matius, anak tiri Alfeus | 10:3; 13:55; | 3:18; 6:3; | 6:16; | 1:1; | |||
Simon orang Zelot | Saudara seayah Yesus, saudara kandung Yakobus dan Tadeus, saudara tiri Matius, anak tiri Alfeus | 10:4; 13:55; | 3:18; 6:3; | 6:15; | ||||
Yudas Iskariot | Si pengkhianat | 10:4; | 3:19; | 6:16; | ||||
Matias | Murid Yohanes Pembaptis, pengganti Yudas Iskariot | 1:35-42; | 1:20-26; |
Nama Kedua Belas Rasul dalam Alkitab
Nama-nama para rasul dalam Kitab Suci Perjanjian Baru (Markus 3:13–19, Matius 10:1–4, Lukas 6:12–16, dan Kisah Para Rasul 1:13) menunjukkan bahwa semua rasul berjenis kelamin laki-laki. Keempat injil kanonik dan kitab Kisah Para Rasul memperkenalkan kedua belas rasul dengan nama-nama yang berbeda-beda. Berbeda dari Injil Matius dan Injil Markus, Injil Lukas mencantumkan nama "Yudas bin Yakobus" sebagai ganti nama "Tadeus". Berbeda dari ketiga Injil Sinoptik, Injil Yohanes tidak memuat daftar nama kedua belas rasul secara eksplisit. Kendati tetap menyebut mereka sebagai "kedua belas murid" (Yohanes 6:67–71), Injil Yohanes tidak memuat banyak penjabaran mengenai mereka, dan tidak menyebut semua nama mereka. Injil Yohanes juga membedakan penggunaan istilah "rasul" dan "murid".
Injil Matius[10] | Injil Markus[11] | Injil Lukas[12] | Injil Yohanes | Kisah Para Rasul[13] |
---|---|---|---|---|
Simon ("yang disebut Petrus") | Simon ("yang diberi-Nya nama Petrus") | Simon ("yang juga diberi-Nya nama Petrus") | Simon Petrus[14]; Simon ("anak Yohanes");[15] Kefas ("artinya: Petrus")[16] | Petrus |
Andreas ("saudaranya [Simon]") | Andreas | Andreas ("saudara Simon") | Andreas ("saudara Simon Petrus")[17] | Andreas |
Yakobus ("anak Zebedeus") | Yakobus ("anak Zebedeus, yang [salah satu dari] keduanya diberi-Nya nama Boanerges") | Yakobus | Salah satu dari "anak-anak Zebedeus"[18] | Yakobus |
Yohanes ("saudaranya [Yakobus]") | Yohanes ("saudara Yakobus, yang [salah satu dari] keduanya diberi-Nya nama Boanerges") | Yohanes | Salah satu dari "anak-anak Zebedeus";[18] "murid yang dikasihi Yesus" (masih diperdebatkan)[19] | Yohanes |
Filipus | Filipus | Filipus | Filipus[20] | Filipus |
Bartolomeus | Bartolomeus | Bartolomeus | Natanael ("dari Kana yang di Galilea")[21][18] | Bartolomeus |
Tomas | Tomas | Tomas | Tomas ("yang disebut Didimus")[22] | Tomas |
Matius ("pemungut cukai") | Matius | Matius | Tidak disebutkan | Matius |
Yakobus ("anak Alfeus") | Yakobus ("anak Alfeus") | Yakobus ("anak Alfeus") | Tidak disebutkan | Yakobus ("bin Alfeus") |
Tadeus (kadang disebut "Lebeus" atau "Yudas orang Zelot" dalam beberapa terjemahan)[23] | Tadeus | Yudas ("anak Yakobus", kadang disebut "Yudas saudara Yakobus" dalam beberapa terjemahan) | Yudas ("yang bukan Iskariot")[24] | Yudas ("bin Yakobus", kadang disebut "Yudas saudara Yakobus" dalam beberapa terjemahan) |
Simon ("orang Zelot"; disebut juga "Simon orang Kanani" dalam terjemahan lain) | Simon ("orang Zelot"; disebut juga "Simon orang Kanani" dalam terjemahan lain) | Simon ("yang disebut orang Zelot") | tidak disebutkan | Simon ("orang Zelot") |
Yudas Iskariot | Yudas Iskariot | Yudas Iskariot | Yudas Iskariot ("anak Simon");[25] Yudas ("anak Simon Iskariot")[14] | Digantikan oleh Matias |
Pengganti Yudas
Yudas Iskariot mengkhianati Yesus, lantas bunuh diri lantaran merasa bersalah sebelum peristiwa kebangkitan Yesus dengan cara gantung diri (lihat Matius 27:5), sehingga jumlah para rasul berkurang menjadi sebelas orang. Setelah Yesus naik ke surga, dan selagi menanti-nanti turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus, Petrus memberi anjuran kepada saudara-saudara bahwa:
...Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. Dahulu ia termasuk bilangan kami, dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini... Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur, "Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya" dan "Biarlah jabatannya diambil orang lain". Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.
Oleh karena itu, antara peristiwa kenaikan Yesus dan hari raya Pentakosta, rasul-rasul yang tersisa memilih rasul yang kedua belas dengan cara membuang undi, cara tradisional bangsa Israel untuk mencari tahu kehendak Allah (lihat Amsal 16:33). Undi jatuh pada Matias.[26]
Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus tampaknya merujuk kepada kedua belas rasul untuk pertama kalinya:
Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas, dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya, Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
Paulus, rasul bangsa-bangsa bukan Yahudi
Kendati bukan salah seorang dari kedua belas murid utama Yesus, dalam surat-suratnya, Paulus menyebut dirinya sebagai seorang "rasul" yang "lahir sebelum waktunya" (misalnya dalam Roma 1:1 dan 1 Korintus 15:8). Paulus dipanggil menjadi rasul secara langsung oleh Yesus yang sudah bangkit dalam suatu penglihatan ketika Paulus sedang menempuh jalan menuju Damaskus (Kisah Para Rasul 9:1–9). Bersama Barnabas, Paulus diberi peran menjadi rasul dalam Gereja Perdana (Kisah Para Rasul 13:2). Ia menyebut dirinya sendiri sebagai "rasul bangsa-bangsa bukan Yahudi" (Roma 11:13).
Catholic Encyclopedia menerangkan bahwa "serta-merta tampak jelas bahwasanya dalam lingkup pemahaman Kristen, setiap orang yang diutus Allah, atau diutus Kristus, kepada umat manusia dapat disebut 'rasul'", dengan demikian telah terjadi perluasan cakupan makna kata "rasul" sehingga tidak lagi semata-mata berarti kedua belas murid utama Yesus sebagaimana maknanya yang mula-mula.[3]
Karena Paulus mengaku menerima Injil melalui wahyu dari Yesus Kristus sesudah wafat dan kebangkitannya[27] (alih-alih sebelum wafat dan kebangkitan Yesus sebagaimana kedua belas rasul), ia sering kali harus menegaskan kewenangan rasulinya (1 Korintus 9:1) dan memaklumkan bahwa ia telah bertemu dan ditetapkan menjadi rasul oleh Yesus dalam perjalanannya menuju kota Damaskus.
Menurut Paulus, Yakobus, Petrus, dan Yohanes menyambut baik keberadaannya selaku orang yang diutus Tuhan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi (khususnya orang-orang yang tidak bersunat), malah statusnya selaku rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi disetarakan dengan status Petrus selaku rasul bagi bangsa Yahudi (khususnya orang-orang yang bersunat).[28] Paulus mengaku bahwa, "Yakobus, Kefas, dan Yohanes, yakni orang-orang yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat, dan mereka kepada orang-orang yang bersunat" (Galatia 2:9).
Kendati ditetapkan Tuhan menjadi rasul melalui peristiwa ajaib, Paulus menganggap dirinya lebih rendah daripada rasul-rasul lain, karena ia adalah mantan penyaniaya umat Kristen (1 Korintus 15:9). Lagi pula kedua belas rasul sendiri tidak membatasi karya misi mereka suatu menjadi suatu kegiatan dakwah yang ditujukan bagi umat Yahudi saja, karena Kornelius, seorang perwira pasukan Romawi, dikenal sebagai orang non-Yahudi pertama yang memeluk agama Kristen serta dibaptis oleh Petrus, dan Amanat Agung yang disampaikan Yesus pascakebangkitannya jelas-jelas berisi perintah kepada kedua belas rasul untuk mewartakan injil kepada "segala bangsa".
Akhir hayat
Menurut tradisi Kristen, kedua belas rasul, sesudah Matias terpilih menggantikan Yudas, gugur sebagai martir, kecuali Yohanes yang bertahan hidup sampai lanjut usia. Hanya kematian Yakobus bin Zebedeus yang diriwayatkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.[29]
Matius 27:5 meriwayatkan bahwa Yudas Iskariot melemparkan uang perak, yang diterimanya sebagai upah mengkhianati Yesus, ke dalam kenisah, lalu gantung diri. Kisah Para Rasul 1:18 meriwayatkan bahwa Yudas membeli sebidang lahan, lalu "jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar".
Menurut sejarawan abad ke-18, Edward Gibbon, umat Kristen Perdana (paruh kedua abad ke-2 sampai paruh pertama abad ke-3) meyakini bahwa hanya Petrus, Paulus, dan Yakobus bin Zebedeus yang gugur sebagai martir.[30] Klaim-klaim tentang kemartiran rasul-rasul selebihnya, bahkan seluruh klaim tentang kemartiran para rasul, tidak didasarkan atas bukti sejarah maupun bukti alkitabiah.[31][32]
Makam para rasul
Banyak gereja yang mengaku menyimpan relikui para rasul, banyak di antaranya berlokasi di Italia.[34]
- Andreas: disemayamkan di dalam Gereja Katedral Santo Andreas, Patras, Yunani.
- Bartolomeus: disemayamkan di dalam Basilika Benevento, Italia, atau di Basilika Santo Bartolomeus di Pulau, Roma, Italia.
- Filipus: disemayamkan di dalam Gereja Para Rasul Kudus, Roma, atau di Hierapolis, dekat Denizli, Turki.[35]
- Matias: disemayamkan di dalam Biara Tarekat Benediktin Santo Matias di Trier, Rheinland-Pfalz, Jerman.
- Matius: disemayamkan di dalam Katedral Salerno, Salerno, Italia.
- Paulus: relikui disemayamkan di Basilika Santo Paulus Luar Kota di Roma.
- Petrus: disemayamkan di dalam Basilika Santo Petrus, Kota Vatikan, Roma, Italia.
- Simon: disemayamkan di dalam Basilika Santo Petrus di Roma, di bawah altar Santo Yosef, bersama-sama dengan relikui Yudas Tadeus.
- Yakobus bin Alfeus: disemayamkan di dalam Katedral Santo Yakobus di Yerusalem atau di dalam Gereja Para Rasul Kudus di Roma.
- Tomas: disemayamkan di dalam Basilika Santo Tomas Rasul di Ortona, Abruzzo, Italia, atau di Basilika San Thome di Madras, India.
- Yakobus bin Zebedeus: disemayamkan di dalam Gereja Katedral Santiago de Compostela, Spanyol.
- Yohanes: disemayamkan di dalam Basilika Santo Yohanes, Efesus, Turki.
- Yudas Iskariot: sisa-sisa jenazah terdapat di Hakal Dama, dekat Lembah Hinom, Yerusalem, Israel.
- Yudas Tadeus: disemayamkan di dalam Basilika Santo Petrus, di bawah altar Santo Yosef, bersama-sama dengan relikui Simon; dua potong tulangnya tersimpan di Tempat Suci Nasional Santo Yudas di Chicago, Illinois, Amerika Serikat.
Rasul-rasul lain dalam Perjanjian Baru
Rasul laki-laki
Orang yang disebut rasul | Dalam Kitab Suci | Keterangan |
---|---|---|
Barnabas | Kisah Para Rasul 14:14 | — |
Andronikus dan Yunias | Roma 16:7 | Paulus menyebutkan bahwa Andronikus dan Yunias adalah "orang-orang yang terpandang di antara para rasul." Pernyataan ini memiliki dua tafsiran tradisional sebagai berikut:
Jika tafsiran pertama yang benar, maka mungkin saja Paulus sedang menyebut-nyebut tentang keberadaan seorang rasul perempuan[37][38] - nama Yunani ini (Iounian) tertulis dalam bentuk akusatifnya sehingga dapat berarti Yunia (nama perempuan) maupun Yunias (nama laki-laki).[39] Naskah-naskah terkemudian menambahkan penekanan-penekanan tertentu agar membuatnya berarti Yunias saja. Kendati demikian, "Yunia" adalah nama yang lumrah, sementara "Yunias" tidak demikian,[38] dan kedua-duanya dipakai dalam berbagai karya terjemahan Alkitab. Jika tafsiran kedua yang benar, maka Paulus mungkin hanya sekadar menyebut-nyebut ketokohan dua orang yang sudah dikenal baik di kalangan para rasul. Secara historis, nyaris mustahil menentukan bentuk mana yang tepat. Belakangan ini, tafsiran kedua telah dibela dari perspektif ilmiah oleh Daniel Wallace dan Michael Burer.[40] |
Silas | 1 Tesalonika 1:1, 1 Tesalonika 2:6 | Disebut sebagai rasul bersama-sama dengan Timotius dan Paulus. Ia juga menjalankan fungsi rasul selaku kawan seperjalanan Paulus dalam perjalanan misi Paulus yang kedua (Kisah Para Rasul 15:40). |
Timotius | 1 Tesalonika 1:1, 1 Tesalonika 2:6 | Timotius disebut rasul bersama-sama dengan Silas dan Paulus, tetapi dalam 2 Korintus 1:1, ia hanya disebut sebagai "saudara" sementara Paulus menyebut diri sendiri "seorang rasul Kristus". Timotius menjalankan berbagai tugas rasul mengikuti amanat Paulus dalam surat pertama dan surat kedua kepada Timotius, kendati dalam surat-surat lain, Paulus menyebutnya sebagai "anakku" dalam iman . |
Apolos | 1 Korintus 4:9 | Terbilang di antara "kami, rasul-rasul", bersama-sama dengan Paulus dan Kefas (Petrus). (lihat pula 1 Korintus 4:6, 1 Korintus 3:22, dan 1 Korintus 3:4–6) |
Rasul perempuan
Dalam Lukas 10:38–42, Maria, saudari Lazarus, dibanding-bandingkan dengan saudarinya, Marta, yang "sibuk mengurus berbagai hal-hal remeh" manakala menjamu Yesus di kediaman mereka, sementara Maria memilih "bagian yang terbaik," yakni duduk mendengarkan petuah-petuah Sang Guru. Yohanes menyebutnya sebagai perempuan "yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya" (Yohanes 11:2). Dalam Injil Lukas diriwayatkan bahwa seorang "perempuan berdosa" yang tidak disebutkan namanya pernah meminyaki kaki Jesus di rumah seorang alim Farisi. Dalam cerita-cerita rakyat Katolik pada Abad Pertengahan, Maria, saudari Lazarus, dianggap sebagai orang yang sama dengan Maria Magdalena.
Injil Lukas menyebut-nyebut tentang sejumlah orang yang senantiasa mengiringi Yesus dan kedua belas muridnya. Di antara pada pengiring ini ada tiga orang perempuan yang disebutkan namanya, "yaitu Maria yang disebut Magdalena, ... Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka" (Lukas 8:2–3). Pada peristiwa kebangkitan Yesus dalam Injil Lukas, Maria Magdalena dan Yohana adalah dua di antara perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus, hendak membenahi jenazahnya, dan kemudian mengabarkan kepada para rasul dan murid-murid lain bahwa kubur Yesus sudah kosong sekaligus menyampaikan pesan dari "dua orang berpakaian putih berkilau-kilauan". Maria Magdalena adalah murid Yesus yang paling terkenal selain kedua belas rasul. Keterangan mengenai dirinya dalam Injil jauh lebih banyak daripada keterangan mengenai pengikut-pengikut perempuan lainnya. Ada pula sekumpulan besar hikayat dan karya sastra mengenai dirinya.
Para penulis injil selain Lukas memberi keterangan yang berbeda-beda mengenai perempuan-perempuan yang menjadi saksi mata peristiwa penyaliban Yesus dan saksi mata peristiwa kebangkitan Yesus. Markus menambahkan nama Maria ibu Yakobus dan Salome (bukan anak Herodias) sebagai saksi mata penyaliban, dan menambahkan nama Salome sebagai saksi mata kebangkitan. Yohanes menambahkan nama Maria istri Klopas sebagai saksi mata penyaliban.
Tujuh puluh murid
"Ketujuh puluh murid" atau "ketujuh puluh dua murid" (disebut pula "ketujuh puluh rasul" dalam tradisi Kristen Timur) adalah orang-orang yang pertama kali diutus Yesus, sebagaimana yang diriwayatkan dalam Injil Lukas (Lukas 10:1–24). Menurut Injil Lukas, yakni satu-satunya injil yang meriwayatkan keberadaan mereka, Yesus mengutus mereka berangkat berdua-dua dengan mengemban misi khusus.
Di Gereja Barat, lazimnya mereka disebut murid,[41] sementara Gereja Timur menghormati mereka sebagai rasul.[42] Dalam bahasa aslinya, kedua istilah ini bersifat deskriptif; rasul (bahasa Yunani: ἀπόστολος, apostolos) berarti orang yang diutus dengan misi khusus, sementara murid (bahasa Yunani: μαθητής, matetes) berarti orang yang sedang menuntut ilmu, tetapi tradisi Kristen Timur memang berbeda dari tradisi Kristen Barat sehubungan dengan lingkup makna kata rasul dan kata murid.
Para penulis Injil
Injil Matius tidak memuat nama pengarangnya. Embel-embel "menurut Matius" baru ditambahkan pada sekitar abad ke-2.[43][44] Tradisi yang meyakini bahwa Rasul Matius adalah pengarangnya berawal dari pernyataan Papias dari Hierapolis (ca. 100–140), seorang uskup sekaligus Bapa Rasuli, yang dikutip oleh sejarawan Gereja Eusebius (260–340) sebagai berikut: "Matius mengumpulkan wahyu-wahyu (logia, perkataan-perkataan dari atau mengenai Yesus) dalam bahasa Ibrani (Hebraïdi dialektōi), dan tiap-tiap orang menafsirkan (hērmēneusen, mungkin maksudnya 'menerjemahkan') wahyu-wahyu itu semampu mereka."[45][a]
Sekalipun Injil Yohanes tidak memuat nama pengarangnya,[46] tradisi Kristen dari generasi ke generasi menisbahkannya kepada Rasul Yohanes bin Zebedeus, salah seorang dari kedua belas rasul Yesus. Gaya penulisan dan isi injil ini sangat mirip dengan gaya penulisan dan isi ketiga surat Yohanes yang sintas, sehingga para pengulas injil menyatukan keempat-empatnya[47] bersama Kitab Wahyu menjadi kumpulan karya tulis Yohanes, kendati belum tentu semuanya adalah hasil karya satu penulis yang sama.[b]
Injil Markus tidak menyebutkan nama penulisnya.[48] Tradisi Kristen Perdana, yang berawal dari karya tulis Papias dari Hierapolis, menisbahkan injil ini kepada Yohanes Markus, pengiring sekaligus penerjemah Rasul Petrus,[49] sehingga injil ini disebut Injil Markus, kendati kebanyakan ahli pada Zaman Modern meragukan bahwa Markus yang menulisnya dan menganggapnya sebagai injil yang tidak diketahui jati diri pengarangnya.[50] Injil ini mungkin sekali ditulis sekitar kurun waktu 66–70, saat berlangsungnya aniaya Kaisar Nero terhadap umat Kristen di Roma atau saat berkobarnya pemberontakan orang Yahudi, yang disiratkan oleh penyebutan mengenai perang di Yudea dan aniaya dalam isinya.[51] Penulis injil ini mengutip berbagai sumber yang sudah ada pada zamannya, seperti kisah-kisah sanggahan terhadap Yesus (Markus 2:1–3:6), perumpamaan-perumpamaan tentang akhir zaman (Markus 4:1–35), dan kumpulan ucapan Yesus (kendati bukan dari Injil Tomas dan mungkin sekali bukan dari sumber Q).[52]
Menurut tradisi Gereja, Lukas, rekan seperjalanan Paulus, adalah penulis Injil Lukas, sekalipun Injil Lukas tidak menyebut nama penulisnya. Kendati pandangan ini sesekali masih dikedepankan, para ahli sepakat bahwa ada banyak kontradiksi antara Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus yang asli.[53][54] Mungkin sekali injil ini disusun pada kurun waktu sekitar tahun 80 sampai tahun 110 M, dan ada bukti yang menunjukkan bahwa injil ini masih terus direvisi sampai pada abad ke-2.[55]
Peninggalan
Pada abad ke-2 M, peninggalan-peninggalan atau hubungan pergaulan dengan para rasul mulai dilihat sebagai suatu bukti kekuasaan dalam Gereja. Gereja-Gereja yang diyakini didirikan oleh salah satu rasul dikenal sebagai takhta apostolik.[2] Para Bapa Gereja mula-mula yang dikaitkan dengan para rasul – seperti Paus Klemens I dengan Santo Petrus – disebut sebagai Bapa Apostolik.
Surat-surat Paulus diterima sebagai kitab dalam Alkitab Kristen, dan dua dari empat Injil kanonik dalam Alkitab disebut-sebut merupakan karangan para rasul, seperti juga kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya. Berbagai teks historis Kristen, seperti Didache dan Konstitusi Apostolik, dikaitkan dengan para rasul.[2] Pengakuan Iman Rasuli (disebut juga Syahadat Para Rasul), yang populer di Gereja Barat, diduga disusun oleh para rasul sendiri.
Uskup Gereja mewarisi garis suksesi mereka dari masing-masing rasul, yang konon menyebar dari Yerusalem dan menmbentuk jemaat-jemaat di seluruh wilayah besar. Para uskup Kristen, berdasarkan tradisi, mengklaim otoritas yang diturunkan, melalui suksesi apostolik, dari Kedua Belas Rasul.[2]
Baca juga
Keterangan
- Eusebius, "Sejarah Gereja" 3.39.14–17, ca. 325 M, Teks Yunani 16: "ταῦτα μὲν οὖν ἱστόρηται τῷ Παπίᾳ περὶ τοῦ Μάρκου· περὶ δὲ τοῦ Ματθαῖου ταῦτ’ εἴρηται· Ματθαῖος μὲν οὖν Ἑβραΐδι διαλέκτῳ τὰ λόγια συνετάξατο, ἡρμήνευσεν δ’ αὐτὰ ὡς ἧν δυνατὸς ἕκαστος. Berbagai versi terjemahan ke dalam bahasa Inggris sudah diterbitkan, terjemahan yang dijadikan rujukan standar adalah hasil karya Philip Schaff, tersedia di CCEL: "Sehubungan dengan Matius ia [Papias] menulis sebagai berikut: 'Maka (963) Matius menuliskan wahyu-wahyu dalam bahasa Ibrani, dan setiap orang menafsirkan semampunya.'(964)" Versi daring memuat pula catatan kaki nomor 963 dan 964 dari Philip Schaff.
Ireneus (wafat ca. 202) juga mengemukakan pernyataan serupa, yang mungkin sekali juga didasarkan atas pernyataan Papias, dalam karya tulisnya yang berjudul Melawan Bidah, Buku III, Bab 1: "Matius juga menghasilkan sebuah injil tertulis di kalangan orang Ibrani dalam dialek mereka sendiri". Baca Bingham, Dwight Jeffrey (1998). Irenaeus' Use of Matthew's Gospel in Adversus Haereses. Traditio exegetica Graeca. 7. Louvain, Belgium: Peeters Publishers. hlm. 64ff. ISBN 9789068319644. - Harris 2006, hlm. 479: "Kebanyakan ahli yakin bahwa memang hanya satu orang saja yang menulis ketiga-tiga karya tulis ini, tetapi orang tersebut tidak boleh disamakan dengan Rasul Yohanes maupun penulis Injil Yohanes."
Rujukan
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
Wikiwand in your browser!
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.