Loading AI tools
ritual inisiasi dalam kekristenan Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Baptis[1] atau permandian[2] adalah salah satu bentuk ritual untuk memurnikan atau menyucikan diri, yang dijalankan terutama oleh agama Kristen, dan juga dikenal dalam agama-agama lain, seperti Mandaeisme, Sikhisme, dan beberapa sekte kuno agama Yahudi.
Kata "baptis" berasal dari nomina bergender netral dalam bahasa Yunani Koine, βάπτισμα (báptisma), yang sebenarnya merupakan praktik neologisme dalam Perjanjian Baru saat itu. Kata tersebut sepadan dengan kata βᾰπτῐσμός (baptismós), yang secara harfiah berarti "pembasuhan" atau "pencelupan", tetapi juga digunakan dalam terjemahan naskah Yahudi dalam bahasa Yunani, seperti Septuaginta, untuk merujuk pada ritual pembasuhan Yahudi.[3][4] Kedua kata tersebut berakar dari verba βᾰπτῐ́ζω (baptízō), yang secara harfiah berarti "membasuh" atau "mencelupkan", tetapi dapat digunakan dalam artian ritual pembasuhan Yahudi dan juga dalam artian baptis. Demikian kata tersebut berasal dari kata βάπτω (báptō) yang berarti "mencelup" atau "menenggelamkan".[5]
Dalam Kekristenan, baptis dikenal sebagai salah satu sakramen (atau ordinansi dalam beberapa denominasi) untuk inisiasi Kisten sekaligus "menjadi anak-anak Allah".[6] Beberapa pemahaman Kristen menganggap bahwa baptis merupakan suatu kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, tetapi beberapa penulis seperti Ulrich Zwingli (1484–1531) menyangkal pemahaman tersebut.[7]
Baptis Kristen hampir selalu menggunakan media air dalam rangka memperingati peristiwa Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis,[8][9][10][11] meskipun cara pembaptisan dengan air tersebut berbeda-beda tergantung tata liturgi masing-masing denominasi.[12] Kemudian, kemartiran juga telah dianggap sebagai suatu bentuk pembaptisan sejak zaman Gereja perdana, yang dikenal dengan istilah "baptis darah". Baptis ini diyakini menjadi pintu keselamatan bagi para martir yang belum sempat menerima baptis air. Selain itu, Gereja Katolik juga mengakui "baptis rindu", yaitu para katekumen/calon baptis yang meninggal sebelum pembaptisan (dengan air) tetapi memiliki kerinduan akan baptis, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih telah terjamin keselamatannya.[13][14]
Beberapa kali, Alkitab mencatat hubungan antara baptis air dan baptis Roh Kudus.
"Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus."
Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang – demikian kata-Nya – "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."
"Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."
Rasul Paulus dalam Surat Roma melukiskan baptis sebagai demikian.
Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptis dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Baptis dalam Kekristenan hampir selalu menggunakan media (disebut materia dalam Gereja Katolik) air. Penggunaan air tersebut dimaksudkan dalam rangka memperingati Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis dengan air di Sungai Yordan.
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,...
Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.... Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."
Cara baptis dengan air tersebut bergantung pada denominasi gerejanya. Beberapa cara pembaptisan yang paling umum dilakukan ialah baptis percik (aspersio), baptis tuang (affusio), baptis celup (immersio), dan baptis selam (summersio).[15][16][17] Baptis percik menggambarkan pembersihan diri dari dosa seperti yang disebutkan pada Mazmur 51:9.[18][19] baptis tuang menggambarkan tindakan "pengurapan", terutama gambaran akan pencurahan Roh Kudus atas orang-orang beriman.[19] Sementara itu, baptis celup dan baptis tuang menggambarkan penguburan dan kebangkitan orang mati yang percaya kepada Kristus.[20]
Dalam Gereja Katolik Roma, Ritus Latin menggunakan baptis tuang dan Ritus Timur menggunakan baptis celup atau selam. Gereja Ortodoks umumnya menggunakan baptis celup, sementara Gereja Anglikan menggunakan baptis celup atau baptis tuang. Gereja Protestan memiliki cara yang sangat beragam, masing-masing menurut denominasinya.
Rumusan baptis yang paling umum adalah rumusan yang menyertakan rumusan Tritunggal, "Dalam nama Bapa dan Anak/Putra dan Roh Kudus". Hal ini sesuai dengan perintah Yesus sendiri, yang dicatat dalam Injil Matius.[21]
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Menurut tradisi, cara baptis, apapun bentuknya itu, umumnya dilakukan sebanyak tiga kali mengikuti tiga pribadi Tritunggal dalam rumusan baptis yang menggunakan rumusan Tritunggal. Misalnya ketika baptis tuang, pemimpin gereja menuangkan air ke dahi ketika menyebutkan kata "Bapa", kemudian "Putra", dan terakhir "Roh Kudus". Baptis semacam ini disebut "baptis Tritunggal".[15]
Beberapa denominasi gereja yang nontrinitarian (tidak mengakui Tritunggal) seperti aliran Pentakosta Keesaan menggunakan rumusan "Dalam nama Yesus Kristus" atau "Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang adalah Yesus Kristus". Denominasi tersebut mengambil rujukan pada baptis Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:38–39; 10:44–48 dan baptis Paulus pada Kisah Para Rasul 19:1–8.
Bagi yang menggunakan rumusan Tritunggal dalam pembaptisan, rumusan selain itu atau rumusan yang diberi penambahan atau pengurangan, misalnya rumusan yang digunakan oleh aliran nontrinitarian, umumnya dianggap tidak sah/valid dan baptisnya juga ikut menjadi tidak valid. Argumentasinya adalah rumusan dari Injil Matius adalah "perintah" Yesus, sementara baptis Petrus dan Paulus tidak mengabaikan konsep Tritunggal, tetapi malah masih menunjukkan kehadiran Allah Tritunggal: Orang-orang yang telah percaya kepada Bapa kemudian diperkenalkan kepada Putra/Anak dan dikaruniakan Roh Kudus.[22]
Beberapa denominasi arus utama, seperti Gereja Katolik Roma,[23] Gereja Ortodoks Timur,[24] dan Gereja-Gereja Ortodoks Oriental,[25] serta beberapa aliran Gereja Protestan, antara lain, Persekutuan Anglikan,[26] Gereja Lutheran,[27] Gereja Presbiterian,[28] Kongregasional,[29] dan Gereja Metodis,[30] mempraktikkan baptis bayi. Meskipun denominasi-denominasi yang mempraktikkan baptis bayi tidak benar-benar sepakat mengenai alasan dipraktikkannya baptis tersebut, mereka umumnya sepakat pada salah satu atau beberapa dari alasan utama berikut, yaitu:
Sementara itu, beberapa denominasi lain, seperti Gereja Advent, aliran Pentakostalisme, Gereja Baptis, dan Gereja Anabaptis, hanya melakukan baptis dewasa bagi orang-orang yang telah mampu mengaku iman secara sadar. Denominasi-denominasi tersebut menolak baptis bayi yang mereka anggap tidak diajarkan secara jelas di dalam Alkitab. Biasanya, gereja-gereja yang mempraktikkan baptis dewasa juga mempraktikkan baptis selam.
Terdapat beberapa bentuk istilah baptis Kristen lain selain baptis air.
Baptis Roh Kudus merupakan kepercayaan bagi beberapa kalangan bahwa Roh Kudus "dicurahkan" kepada manusia, seperti pada peristiwa Pentakosta, agar Roh Kudus senantiasa mendorong manusia berbuat baik.[31] Bagi gereja-gereja beraliran Pentakostalisme, baptis Roh Kudus diidentikkan dengan pencurahan Roh Kudus ke atas seseorang sehingga dia mampu berbahasa Roh seperti yang diilhamkan oleh Roh Kudus.[32]
Selain pada peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2:1–13, konsep baptis Roh Kudus juga merujuk pada khotbah Yohanes Pembaptis dalam Matius 3:11 dan Markus 1:8 yang menyebutkan bahwa Yesus akan "membaptis dengan Roh Kudus".
Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
"Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”
Baptis api merupakan kepercayaan bagi beberapa kalangan yang utamanya didasarkan pada Matius 3:11. Sebagian umat beriman percaya bahwa baptis api sama halnya dengan baptis Roh Kudus yang merupakan "pencurahan Roh Kudus", sebagian lagi percaya bahwa baptis api merupakan penderitaan yang mendatangkan penyucian dosa, sementara sebagian lainnya percaya bahwa baptis api menjadi gambaran api neraka dan penghukuman kekal.[33]
Baptis rindu merupakan doktrin beberapa gereja, terutama Gereja Katolik, yang menjelaskan perkara orang-orang yang meninggal sebelum sempat dibaptis dengan air. Katekumen Gereja Katolik menyatakan, "Bagi para katekumen yang mati sebelum pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima baptis, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu." (KGK §1259)[34]
Baptis darah adalah doktrin yang menyatakan bahwa seorang Kristen dapat memperoleh rahmat pembenaran, yang biasanya dapat diperoleh melalui baptis air, melalui kemartiran tanpa perlu menerima baptis air tersebut.
Tujuan dari pembaptisan sendiri adalah bukan untuk Keselamatan (Predestinasi), akan tetapi penyucian hidup dan tanda dari orang tersebut pengikut kristus. Contoh Kasus Salah Seorang penjahat di samping Yesus, ia diselamatkan karena anugerah Allah tanpa melalui proses pembaptisan. "Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."" (Lukas 23:34).[35]
Baptis ulang adalah praktik melakukan pembaptisan terhadap seseorang yang sebelumnya telah dibaptis, biasanya dalam asosiasi dengan sebuah denominasi yang tak mengakui validitas atas baptis sebelumnya. Saat sebuah denominasi membaptis ulang para anggota denominasi lain, hal tersebut menjadi tanda adanya perbedaan signifikan dalam teologi keduanya.
Gereja-gereja yang menerapkan baptis dewasa eksklusif, termasuk Gereja Baptis dan Gereja Kristus, membaptis ulang orang-orang yang dibaptis pada masa bayi karena mereka tak mengesahkan baptis bayi.
Di beberapa gereja tertentu, jika seorang anggota gereja lain mau bergabung dengan gereja tersebut dan pembaptisan anggota tersebut telah memakai rumusan dan cara baptis yang sesuai dengan ketentuan gereja, maka tidak perlu, bahkan di beberapa gereja dilarang, untuk dibaptis ulang, dengan alasan bahwa baptis merupakan salah satu sakramen yang memberikan meterai sakramental yang tidak dapat dihapuskan.[36] Untuk kasus ketika baptis seseorang diragukan keabsahan atau kevalidannya, dapat diberikan baptis bersyarat. Sementara bagi orang yang tidak diragukan keabsahan baptisnya, mereka hanya perku melaksanakan pengakuan iman dan katekisasi di gereja mereka masing-masing.
Umat Mandean memuliakan Nabi Yahya dan mempraktikkan baptis berkala (masbuta) sebagai ritual pemurinian, bukan sebagai ritual inisiasi. Mereka mungkin adalah umat paling awal yang mempraktikkan baptis.[37] Umat Mandean menjalankan baptis pada hari Minggu (Habshaba), dengan mengenakan jubah sakral berwarna putih (rasta). Baptis Mandean dijalankan dengan tiga kali pembenaman diri di dalam air, tiga kali penandaan dengan air pada dahi, dan tiga kali peminuman air. Sang imam (Rabbi) kemudian melepas sebuah cincin dari tumbuhan murad yang dikenakan oleh penerima baptis dan meletakkannya pada dahi anak tersebut. Setelah itu, sang anak melakukan ritual bersalaman (kushta, "tangan kebenaran") dengan sang imam. Pemberkatan terakhir dilakukan dengan imam menumpangkan tangan kanannya ke atas kepala penerima baptis.[38] Air hidup (air yang segar, alami, dan mengalir)[38] adalah suatu keharusan bagi ritual baptis ini, dan oleh karenanya hanya boleh dilakukan di sungai-sungai. Semua sungai tersebut dinamai Yordan (yardena) dan dipercayai dipelihara oleh Dunia Cahaya. Di tepi sungai, dahi pengikut Mandean diurapi dengan minyak wijen (misha) dan para pengikut menerima komuni roti (pihta) dan air. Baptis Mandean dipercaya membuka jalan menuju keselamatan dengan menghubungkannya dengan Dunia Cahaya, serta menjadi pengampunan dosa.[39][40][41]
Ritual baptis umat Setian dikenal sebagai "Lima Meterai", yaitu penerima baptis membenamkan dirinya lima kali di dalam air yang mengalir.[42]
Baptis Yazidi disebut mor kirin (harfiah: "memeteraikan"). Menurut tradisi, anak-anak Yazidi dibaptis dengan air baptis setelah lahir dengan air dari Kaniya Sipî ("Mata Air Putih") di Lalish, Irak. Baptis ini pada intinya dijalankan dengan menuangkan air suci dari mata air tersebut ke atas kepala anak tersebut sebanyak tiga kali.[43][44]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.