Kisah Para Rasul 13 (disingkat Kis 13) adalah pasal ketiga belas Kitab Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ditulis oleh Lukas, seorang Kristen yang merupakan teman seperjalanan Rasul Paulus.[1][2]
Fakta Singkat Kitab, Kategori ...
Tutup
Perjalanan Paulus dan Barnabas diyakini terjadi sekitar tahun 47-48 M.[3]
Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam pasal ini terjadi di beberapa tempat mengikuti perjalanan Saulus (Paulus) dan Barnabas antara lain pulau Siprus dan wilayah Anatolia (Asia kecil)
Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):
- Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu:
- Barnabas dan
- Simeon yang disebut Niger, dan
- Lukius orang Kirene, dan
- Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan
- Saulus. (TB)[4]
Ada dugaan bahwa Lukius sama dengan yang disebut dalam Roma 16:21, atau sama dengan Lukas, penulis kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.[5]
- Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka." (TB)[6]
Orang Kristen yang dipenuhi dengan Roh sangat peka terhadap komunikasi Roh ketika berdoa dan berpuasa (lihat Matius 6:16). Mungkin komunikasi dari Roh Kudus ini datang melalui ucapan nubuat (bandingkan Kisah Para Rasul 13:1). Paulus dan Barnabas dipanggil untuk mengabarkan Injil dan mereka diutus oleh gereja di Antiokhia. Sifat dari tugas mereka diterangkan dalam Kisah Para Rasul 9:15; 13:5; 22:14–15,21; 26:16–18.
- 1) Paulus dan Barnabas dipanggil untuk memberitakan Injil, membawa orang kepada suatu hubungan yang menyelamatkan dengan Kristus. Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa para utusan gerejawi di Perjanjian Baru diutus untuk melakukan pekerjaan sosial atau politis, yaitu, menyebarkan Injil dan mendirikan gereja-gereja dengan memulai berbagai kegiatan sosial dan politis yang terorganisasi untuk kepentingan populasi kekaisaran Romawi. Tujuan penugasan mereka adalah menuntun orang kepada Kristus (Kisah Para Rasul 16:31; 20:21), membebaskan mereka dari kuasa Iblis (Kisah Para Rasul 26:18), mendatangkan Roh Kudus atas mereka (Kisah Para Rasul 19:6) dan menetapkan mereka dalam gereja-gereja. Di dalam orang-orang Kristen yang baru ini Roh Kudus datang untuk tinggal dan menyatakan diri-Nya lewat kasih; Dia memberikan karunia-karunia rohani (1 Korintus 12:1–13:13) serta mengubah batin mereka supaya kehidupan mereka memuliakan Juruselamat yang hidup.
- 2) Utusan-utusan Injil dewasa ini harus memiliki kegiatan pokok yang sama: menjadi pelayan dan saksi Injil, membawa orang kepada Kristus dengan membebaskan mereka dari kekuasaan Iblis (Kisah Para Rasul 26:18), menjadikan mereka murid-murid Tuhan, mendorong mereka untuk menerima Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya (Kisah Para Rasul 2:38; 8:17), serta mengajar mereka untuk menaati segala sesuatu yang diperintahkan oleh Kristus (Matius 28:19–20). Di samping itu harus ada tanda-tanda ajaib dan mukjizat-mukjizat, penyembuhan orang sakit, dan kelepasan untuk mereka yang ditindas oleh setan (Kisah Para Rasul 2:43; 4:30; 8:7; 10:38; Markus 16:17–18). Akan tetapi, tugas utama pemberitaan Injil juga harus termasuk tindakan-tindakan kasih dan kemurahan yang bersifat pribadi kepada mereka yang membutuhkan (bandingkan Galatia 2:10). Dengan cara ini, semua yang terpanggil untuk bersaksi tentang Injil akan mencontoh pelayanan Yesus (lihat Lukas 9:2).[7]
- Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.[8]
Pasal ini memulaikan gerakan misionaris yang besar "hingga ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8). Prinsip-prinsip misionaris yang digambarkan dalam pasal ini (Kisah Para Rasul 13:1-52) merupakan pola bagi semua gereja yang mengutus misionaris.
- 1) Kegiatan misioner dimulaikan oleh Roh Kudus lewat para pemimpin rohani yang mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, sambil mencari Dia dengan doa dan puasa (Kisah Para Rasul 13:2).
- 2) Gereja harus peka terhadap bimbingan, pelayanan nubuat dan kegiatan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 13:2).
- 3) Misionaris yang diutus harus pergi dengan panggilan dan kehendak Roh Kudus yang khusus (Kisah Para Rasul 13:2).
- 4) Dengan doa dan berpuasa, sambil senantiasa berusaha agar selaras dengan kehendak Roh Kudus (Kis 13:3–4), gereja meneguhkan bahwa Allah telah memanggil beberapa orang untuk pekerjaan misi. Sasarannya ialah agar gereja hanya mengutus mereka yang dikehendaki oleh Roh Kudus.
- 5) Dengan penumpangan tangan dan pengutusan para misionaris, gereja menunjukkan komitmennya untuk mendukung dan mendorong mereka yang pergi. Tanggung jawab dari gereja yang mengutus mencakup hal mengirim mereka dengan kasih dan dengan cara yang layak di hadapan Allah (3Yoh 1:6) berdoa untuk mereka (Kisah Para Rasul 13:3; Ef 6:18–19) serta memberikan sokongan keuangan (Luk 10:7; 3Yoh 1:6–8), termasuk persembahan kasih bagi kebutuhan mereka (Filipi 4:10,14–18). Para misionaris dianggap sebagai perluasan dari tujuan, kepedulian dan tugas dari gereja yang mengutus; dengan demikian gereja menjadi orang yang "mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk kebenaran" (3Yoh 1:8; bandingkan Filipi 1:5).
- 6) Mereka yang diutus sebagai misionaris harus bersedia untuk mempertaruhkan nyawanya demi nama Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 15:26).[7]
- Melihat apa yang telah terjadi itu, percayalah gubernur (Sergius Paulus) itu; ia takjub oleh ajaran Tuhan. (TB)[9]
Sergius Paulus dicatat sebagai gubernur Romawi pertama yang percaya kepada Yesus Kristus.[10]
- [Paulus berkata:] "Dan dari keturunannyalah (Daud), sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus." (TB)[17]
Rujukan: Yesus anak (keturunan) Daud: Matius 1:1; Juruselamat Matius 1:21
- [Paulus berkata:] "telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini." (TB)[18]
Referensi silang: Mazmur 2:7; Matius 3:17; Ibrani 1:5; 5:5