Kalimantan Selatan
provinsi di Pulau Kalimantan, Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
provinsi di Pulau Kalimantan, Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang berada di pulau Kalimantan, Indonesia. Sejak 16 Maret 2022, ibu kota provinsi ini resmi dipindah ke Kota Banjarbaru untuk menggantikan Kota Banjarmasin.[13] Provinsi ini merupakan rumah bagi etnis Banjar dan memiliki luas 38.744,00 km²[14] dengan populasi pada akhir tahun 2023 berjumlah 4.234.214 jiwa,[3] dan wilayah administrasi terbagi menjadi 11 kabupaten dan 2 kota.[15]
Kalimantan Selatan | |
---|---|
Transkripsi bahasa Banjar | |
Julukan: Bumi Lambung Mangkurat | |
Motto: | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU No. 8 Tahun 2022[1] |
Hari jadi | 14 Agustus 1950 (sebagai Kalimantan) 7 Desember 1956 (sebagai Kalimantan Selatan)[1] |
Ibu kota | Kota Banjarbaru |
Kota besar lainnya | Kota Banjarmasin |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Roy Rizali Anwar (Plh.) |
• Wakil Gubernur | Lowong |
• Sekretaris Daerah | Roy Rizali Anwar |
• Ketua DPRD | Supian HK |
Luas | |
• Total | 38.744,00 km2 (14,959,14 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 4.266.342 |
• Kepadatan | 113/km2 (290/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | |
• Bahasa | |
• IPM | 74,66 (2023) tinggi[11] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | 70xxx-72xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID-KS |
Pelat kendaraan | DA |
Kode Kemendagri | 63 |
Kode BPS | 63 |
DAU | Rp 1.215.803.040.000,- (2020)[12] |
Lagu daerah | |
Rumah adat | Rumah Bubungan Tinggi |
Senjata tradisional | |
Flora resmi | Kasturi |
Fauna resmi | Bekantan |
Situs web | www |
DPRD Kalimantan Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya Provinsi Kalimantan, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan gubernur Dokter Moerjani.
Secara historis wilayah Kalimantan Selatan mula-mula dibentuk merupakan wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan (dengan Residen Mohammad Hanafiah) di dalam Provinsi Kalimantan itu sendiri.[16]
Kawasan Kalimantan Selatan pernah dikuasai oleh tiga dinasti kerajaan secara berturut-turut, yakni Kerajaan Negara Dipa yang kemudian diteruskan oleh Kerajaan Negara Daha dan diteruskan lagi oleh Kesultanan Banjar.[17] Pada tanggal 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Kalimantan sebagai salah satu dari delapan provinsi di wilayah Indonesia.[18] Gubernur pertama untuk Provinsi Kalimantan ialah Pangeran Mohammad Noor.[19] ia menjabat sampai dibuatnya Perjanjian Linggarjati.
Sejarah pemerintahan di Kalimantan Selatan juga diwarnai dengan terbentuknya organisasi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV di Mojokerto, Jawa Timur yang mempersatukan kekuatan dan pejuang asal Kalimantan yang berada di Jawa. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati menyebabkan Kalimantan terpisah dari Republik Indonesia. Dalam keadaan ini pemimpin ALRI IV mengambil langkah untuk kedaulatan Kalimantan sebagai bagian wilayah Indonesia, melalui suatu proklamasi yang ditandatangani oleh Gubernur ALRI Hasan Basry di Kandangan 17 Mei 1949 yang isinya menyatakan bahwa rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan memaklumkan berdirinya pemerintahan Gubernur tentara ALRI yang melingkupi seluruh wilayah Kalimantan Selatan (dan tengah). Wilayah itu dinyatakan sebagai bagian dari wilayah RI sesuai Proklamasi kemerdekaaan 17 Agustus 1945. Upaya yang dilakukan dianggap sebagai upaya tandingan atas dibentuknya Dewan Banjar oleh Belanda"
Menyusul kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan kehidupan pemerintahan di daerah juga mengalamai penataaan. Provinsi Kalimantan pada masa itu terdiri atas 3 (tiga) karesidenan yaitu Karesidenan Kalimantan Barat, Karesidenan Kalimantan Selatan dan Karesidenan Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan, kemudian dipecah menjadi 3 provinsi, masing-masing Kalimantan Barat, Timur dan Selatan yang dituangkan dalam UU No. 25 Tahun 1956.
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 1957, sebagian besar daerah sebelah barat dan utara wilayah Kalimantan Selatan dijadikan Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan UU No. 27 Tahun 1959 memisahkan bagian utara dari daerah Kabupaten Kotabaru dan memasukkan wilayah itu ke dalam kekuasaan Provinsi Kalimantan Timur. Sejak saat itu Provinsi Kalimantan Selatan tidak lagi mengalami perubahan wilayah, dan tetap seperti adanya. Adapun UU No.25 Tahun 1956 yang merupakan dasar pembentukan Provinsi Kalimantan Selatan kemudian diperbaharui dengan UU No. 10 Tahun 1957 dan UU No. 27 Tahun 1959 dan terakhir UU No. 8 Tahun 2022.
Kalimantan Selatan secara geografis terletak di bagian tenggara pulau Kalimantan.[20] Kawasan di Kalimantan Selatan terbagi menjadi kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur.[butuh rujukan] Sementara wilayah Kalimantan Selatan dari arah tenggara hingga ke perbatasan Provinsi Kalimantan Timur di utara merupakan kawasan pegunungan yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus.[21]
Kalimantan Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar. Kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah.
Kehutanan: Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha) Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll[22]
Provinsi Kalimantan Selatan dipimpin oleh seorang gubernur yang dipilih dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah juga berperan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010.
Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukan subordinat, masing-masing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Sejak tanggal 14 Agustus 2011, aktivitas pemerintahan Kalimantan Selatan berpindah dari Kota Banjarmasin ke Kota Banjarbaru.
No. | Gubernur | Mulai jabatan | Akhir jabatan | Wakil Gubernur | ||
---|---|---|---|---|---|---|
(11) | Sahbirin Noor | 25 Agustus 2021 | Petahana | Muhidin |
DPRD Kalimantan Selatan beranggotakan 55 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Kalimantan Selatan terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Kalimantan Selatan yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 9 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Banjarmasin, Yohanes Ether Binti, di Ruang Paripurna Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.[23][24][25][26] Komposisi anggota DPRD Kalimantan Selatan periode 2019-2024 terdiri dari 10 partai politik dimana Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 12 kursi.
Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 11 kabupaten, 2 kota, 153 kecamatan, 144 kelurahan dan 1.864 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 3.930.251 jiwa dengan total luas wilayah 38.744,23 km².[28][29]
No. | Kode Kemendagri |
Kabupaten/Kota | Ibukota | Luas Wilayah (km2) |
Penduduk (jiwa) |
2017 | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kecamatan | Kelurahan | Desa | ||||||
1 | 63.11 | Kab. Balangan | Paringin | 1.878,30 | 125.288 | 8 | 3 | 154 |
2 | 63.03 | Kab. Banjar | Martapura | 4.668,00 | 542.204 | 20 | 13 | 277 |
3 | 63.04 | Kab. Barito Kuala | Marabahan | 2.996,46 | 309.749 | 17 | 6 | 195 |
4 | 63.06 | Kab. Hulu Sungai Selatan | Kota Kandangan | 1.804,94 | 221.200 | 11 | 4 | 144 |
5 | 63.07 | Kab. Hulu Sungai Tengah | Barabai | 1.472,00 | 250.782 | 11 | 8 | 161 |
6 | 63.08 | Kab. Hulu Sungai Utara | Amuntai | 892,70 | 221.557 | 10 | 5 | 214 |
7 | 63.02 | Kab. Kotabaru | Kotabaru | 9.482,73 | 318.853 | 21 | 4 | 198 |
8 | 63.09 | Kab. Tabalong | Tanjung | 3.766,97 | 238.000 | 12 | 10 | 121 |
9 | 63.10 | Kab. Tanah Bumbu | Batulicin | 5.006,96 | 310.309 | 10 | 5 | 144 |
10 | 63.01 | Kab. Tanah Laut | Pelaihari | 3.631,35 | 344.730 | 11 | 5 | 130 |
11 | 63.05 | Kab. Tapin | Rantau | 2.700,82 | 178.841 | 12 | 9 | 126 |
12 | 63.72 | Kota Banjarbaru | - | 371,00 | 221.735 | 5 | 20 | - |
13 | 63.71 | Kota Banjarmasin | - | 72,00 | 647.003 | 5 | 52 | - |
TOTAL | 38.744,23 | 3.930.251 | 153 | 144 | 1864 |
Beberapa Suku Bangsa yang terdapat di Kalimantan Selatan, yaitu :[30]
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Kalimantan Selatan selengkapnya :[30]
[31]
No | Suku | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Banjar | 2.686.627 | 74,34% |
2 | Jawa | 524.276 | 14,51% |
3 | Bugis | 101.727 | 2,81% |
4 | Dayak | 80.708 | 2,23% |
5 | Madura | 53.002 | 1,47% |
6 | Mandar | 39.841 | 1,10% |
7 | Sunda | 24.577 | 0,68% |
8 | Sasak, NTB | 14.012 | 0,39% |
9 | Tionghoa | 13.000 | 0,36% |
10 | Batak | 12.408 | 0,34% |
11 | Bali | 11.966 | 0,33% |
12 | NTT | 6.314 | 0,18% |
13 | Makassar | 6.099 | 0,17% |
14 | Arab | 4.448 | 0,12% |
15 | Palembang | 4.434 | 0,12% |
16 | Melayu | 3.681 | 0,10% |
17 | Lampung | 2.473 | 0,07% |
18 | Betawi | 1.971 | 0,05% |
19 | Maluku | 1.731 | 0,05% |
20 | Minangkabau | 1.718 | 0,05% |
21 | Minahasa | 1.660 | 0,05% |
22 | Papua | 1.085 | 0,03% |
Suku-suku lainnya | 16.219 | 0,45% | |
Total | 3.613.992 | 100,00% |
Bahasa yang digunakan dalam keseharian oleh suku Banjar sebagai bahasa ibu dan sebagai lingua franca bagi masyarakat Kalimantan Selatan umumnya adalah Bahasa Banjar yang memiliki dua dialek besar, yakni dialek Banjar Kuala[32] dan dialek Banjar Hulu.[33] Kawasan penutur asli dialek Banjar Kuala meliputi Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Tanah Laut. Selain itu, sebagian penduduk di Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Barito Kuala juga menuturkan dialek Banjar Kuala.[34] Sedangkan kawasan penutur dialek Banjar Hulu terdiri dari Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong.
Masyarakat Dayak di kawasan selatan Pegunungan Meratus menuturkan bahasa Dayak Meratus (d/h Bahasa Bukit)[4] yang juga termasuk bahasa Melayik, seperti bahasa Banjar. Sedangkan Suku Dayak rumpun Dusun-Maanyan-Lawangan yang menuturkan bahasa Barito Timur mendiami kawasan utara Pegunungan Meratus menuturkan bahasa Dayak Maanyan Warukin,[6] bahasa Dayak Dusun Halong,[7][35] bahasa Dayak Samihin (Dusun Tumbang),[8] bahasa Dayak Deah/Dusun Deyah,[9] bahasa Dayak Lawangan[36] dan bahasa Dayak Abal. Suku Dayak rumpun Biaju yang menuturkan bahasa Barito Barat mendiami aliran sungai Barito menuturkan bahasa ibu antara lain bahasa Dayak Bakumpai[37] dan bahasa Dayak Barangas.[38] Termasuk pula bahasa Dayak Ngaju, bahasa yang berasal dari Kalimantan Tengah digunakan sebagai bahasa liturgi di lingkungan sinode Gereja Kalimantan Evangelis yang berkantor pusat di Kota Banjarmasin.
Islam adalah agama mayoritas yang dianut sekitar 97% masyarakat Kalimantan Selatan. Agama Islam memberi pengaruh kuat pada kebudayaan masyarakat Banjar. Perkembangan Islam di tanah Banjar dimulai seiring dengan sejarah pembentukan entitas Banjar itu sendiri. Islam memang telah berkembang jauh sebelum berdirinya Kerajaan Banjar di Kuin Banjarmasin, meskipun dalam kondisi yang relatif lambat lantaran belum menjadi kekuatan sosial-politik. Kerajaan Banjar menjadi tonggak sejarah pertama perkembangangan Islam di wilayah selatan pulau Kalimantan. Agama lain yang dianut masyarakat Kalimantan Selatan, yaitu Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu serta Kaharingan yang dianut masyarakat di kawasan Pegunungan Meratus.
Berikut adalah data penduduk menurut agama yang dianut tahun 2023.
Nomor | Agama | Jumlah (2023)[3] | % |
---|---|---|---|
1 | Islam | 4.080.743 | 97,02% |
2 | Kristen Protestan | 56.280 | 1,32% |
3 | Hindu (termasuk Kaharingan) | 23.938 | 0,56% |
4 | Kristen Katolik | 23.545 | 0,55% |
5 | Buddha | 12.064 | 0,28% |
6 | Konghucu | 191 | 0,01% |
7 | Lainnya | 9.055 | 0,22% |
Total | 4.205.816 | 100% |
No | Agama | Tempat Ibadah | Jumlah |
---|---|---|---|
1 | Islam | Masjid | 2.609 |
Musala | 7.684 | ||
Jumlah | 10.239 | ||
2 | Kristen Protestan | Gereja Protestan | 158 |
Jumlah | 158 | ||
3 | Kristen Katolik | Gereja Katolik | 90 |
Jumlah | 90 | ||
4 | Hindu | Pura | 100 |
Jumlah | 100 | ||
4 | Buddha | Vihara | 26 |
Jumlah | 26 | ||
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada bulan Februari 2012 tercatat sebanyak 38,20 persen tenaga kerja diserap sektor pertanian. Sektor perdagangan adalah sektor kedua terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 20,59 persen. Status pekerja di Kalimantan Selatan masih didominasi oleh pekerja yang bekerja di sektor informal. Pada Februari 2012 sebanyak 63,20 persen adalah pekerja di sektor informal. Sebagian besar dari pekerja tersebut berstatus berusaha sendiri (19,66 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap (18,92 persen) serta pekerja bebas dan pekerja tak dibayar (24,61 persen). Pekerja di sektor formal tercatat sebanyak 36,80 persen yaitu terdiri dari pekerja dengan status buruh/karyawan (33,35 persen) dan status berusaha dibantu dengan buruh tetap (3,45 persen).[41]
Hasil utama pertanian adalah padi, di samping jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan buah-buahan terdiri dari jeruk, pepaya, pisang, durian, rambutan, kasturi dan langsat.[42] Untuk perkebunan adalah kelapa sawit.
Industri di Kalimantan Selatan didominasi oleh industri manufaktur mikro dan kecil, disusul oleh industri manufaktur besar dan sedang.[43] Sampai pada tahun 2010, jumlah unit usaha berjumlah 60.432 unit, meningkat 10,92% dibandingkan pada tahun 2009.[44]
Pertambangan didominasi batu bara, di samping minyak bumi, emas, intan, kaloin, marmer, dan batu-batuan.[42]
Ditinjau kinerjanya pada tahun 2009, perbankan di Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebagai imbas krisis finansial global. Namun beberapa indikator masih mencatat pertumbuhan yang positif. Volume usaha perbankan (asset) Kalsel tumbuh 13,3% dari akhir tahun 2008 sehingga mencapai Rp21,24 triliun. Pertumbuhan asset ini terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit dan DPK.
Dana masyarakat yang dihimpun perbankan Kalsel pada akhir tahun 2009 mencapai Rp18,33 triliun atau tumbuh 13% (y-o-y). seluruh jenis rekening dalam bentuk giro, tabungan, maupun deposito menunjukkan pertumbuhan yang positif yakni masing-masing sebesar 10,51% (y-o-y), 17% (y-o-y), dan 5,86% (y-o-y).
Sementara itu dari sisi penyaluran kredit, pada akhir Desember 2009 jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp13,95 triliun atau tumbuh 16% (y-o-y). pertumbuhan kredit ini terutama ditopang oleh kredit konsumsi dan kredit investasi yang tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 24,81% (y-o-y) dan 30,42% (y-o-y).
Dengan perkembangan tersebut, fungsi intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan yaitu dari 74% pada tahun 2008 menjadi 75,7%. Sementara itu, berkat kerja keras semua pihak yang berwenang, risiko kredit pada tahun 2009 terjaga pada level yang aman yakni dengan rasio NPL sebesar 2,14% lebih rendah dari rasio NPL pada akhir tahun 2008 yang mencapai 4,76%.[45]
Jumlah lembaga perbankan di Kalimantan Selatan terdiri dari 15 bank umum konvensional, 6 bank umum syariah, 24 bank perkreditan rakyat (BPR) serta 1 BPR Syariah, dengan jaringan sebanyak 196 kantor, dan dukungan 123 ATM.[42]
Sektor pariwisata merupakan peluang usaha yang potensial di Kalimantan Selatan karena banyak objek-objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan, baik dari dalam negeri mau pun dari mancanegara.[46]
Kalimantan Selatan memiliki hampir semua jenis objek wisata alam seperti laut, pantai, danau, dan gunung. Selain itu pariwisata Kalimantan Selatan juga banyak menjual budayanya yang khas, seperti Festival Pasar Terapung, Festival Tanglong, dan lain-lain. Disamping wisata alam dan budaya, Kalimantan Selatan juga terkenal dengan wisata kulinernya.
Secara garis besar seni tari dari Kalimantan Selatan adalah dari adat budaya etnis Banjar dan etnis Dayak. Tari Banjar berkembang sejak masa Kesultanan Banjar dan dipengaruhi oleh budaya Jawa dan Melayu, misalnya Tari Japin dan Tari Baksa Kembang
Rumat adat Kalimantan Selatan adalah Rumah Banjar dengan ikon utamanya adalah Bubungan Tinggi.
Setiap kawasan di Kalimantan Selatan, memiliki makanan sebagai ciri-ciri khas daerah, seperti daerah Hulu Sungai Selatan dengan Dodol kandangan dan Ketupat kandangan-nya, Barabai dengan Apam Barabai dan kacang jaruk-nya, Amuntai dengan kuliner Itik Alabio panggang tanpa tulangnya, Martapura dengan kelepon buntut, dan Binuang dengan olahan Sale pisang yang disebut dengan rimpi, Soto Banjar, Sate Itik, Nasi Kuning, dan lain-lain.
Lagu Daerah suku Banjar antara lain:
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Rumah Sakit Sari Mulya
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.