Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Kali Angke

sungai di Provinsi Jawa Barat, Banten dan Jakarta Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Kali Angkemap
Remove ads

Kali Angke atau Cikeumeuh adalah nama sebuah sungai di Jakarta, Indonesia. Sungai sepanjang 91,25 kilometer (56,70 mi) ini berhulu di daerah Bogor, melintasi wilayah Jawa Barat,[4] Banten dan Jakarta sampai bermuara di Laut Jawa dekat Muara Angke, Jakarta Barat[5] serta melalui Cengkareng Drain.[6]

Fakta Singkat Angke Cikeumeuh, Lokasi ...
Thumb
Kali Angke ("K. Angke") sebelah kiri atas pada Peta Tata Air Jakarta (2012)
Thumb
Kali Angke melintasi Perigi Baru, Tangerang, Banten 2009
Remove ads

Etimologi

Nama Kali Angke diberikan setelah terjadinya peristiwa pembantaian etnis Tionghoa selama tiga hari oleh VOC di Batavia pada tanggal 9 Oktober 1740.[butuh rujukan] Angke sendiri sebenarnya berasal dari dialek Hokkian, yang berarti Kali Merah.[butuh rujukan] Dikatakan akibat peristiwa tersebut warna sungai berubah menjadi merah oleh darah etnis Tionghoa. Sejak itu namanya berubah menjadi Kali Angke.[butuh rujukan]

Pendapat yang lain beranggapan bahwa nama Angke berasal dari perkataan Hokkian ang kee dengan arti yang lain, yaitu 'sungai yang kerap banjir'. Di samping itu, diketahui pula adanya tokoh bernama Ratu Bagus Angke yang tinggal di dekat sungai ini kira-kira pada akhir abad-16, atau sekitar 150 tahun sebelum kejadian pembantaian besar-besaran di atas, yang mengisyaratkan kemungkinan bahwa nama Angke telah dikenal orang setidaknya pada saat itu atau bahkan pada waktu yang sebelumnya.[7]

Remove ads

Hidrologi

Sungai dengan panjang 91,25 kilometer (56,70 mi) ini berhulu di Kelurahan Menteng dan Cilendek Timur di Kota Bogor, Jawa Barat. Sungai ini selanjutnya melewati wilayah Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan bermuara di Jakarta Utara di wilayah Muara Angke. Sungai ini tidak pernah kering selama musim kemarau, karena berhulu langsung di wilayah yang banyak berhujan di daerah Bogor, sebagaimana Kali Pesanggrahan dan Ciliwung. Curah hujan harian rata-rata sebesar 132 mm, dan debit puncak 290 m³.[6]

Seperti yang dicerminkan oleh namanya, setiap musim hujan Kali Angke meluap dan menimbulkan banjir, khususnya pada hari-hari dengan curah hujan yang tinggi. Daerah langganan banjir Kali Angke ini di antaranya adalah Pinang, Cipondoh, Ciledug, Joglo, Kembangan, Rawa Buaya, Duri Kosambi, dan Cengkareng.[8][9][10]

Remove ads

Daerah Aliran Sungai

Kali Angke merupakan aliran utama dalam sistem daerah aliran sungai yaitu DAS Angke (DAS Angke Pesanggrahan) yang memiliki luas daerah tangkapan air mencapai 509,3 km2 (196,6 sq mi) yang melingkupi beberapa wilayah di tiga provinsi yaitu; (dari hulu ke hilir) Jawa Barat (Kota Bogor dan Kabupaten Bogor), Banten (Kota Tangerang Selatan dan Tangerang) serta DKI Jakarta (Kota Jakarta Barat dan Jakarta Utara). DAS Angke diapit oleh beberapa DAS lain yang sama-sama bermuara di Laut Jawa. Bagian timur, berbatasan dengan DAS Ciliwung (zona hulu Ciliwung), DAS Krukut (zona tengah hingga hilir). Bagian Barat berbatasan dengan DAS Cisadane.[1]

Pengelolaan DAS

Dalam pengelolaan daerah aliran sungai terkait konservasi, DAS Angke masuk ke dalam wilayah kerja BPDAS Citarum-Ciliwung yang merupakan unit pelaksana teknis pada Ditjen PDASHL dibawah Kementerian Lingkungan Hidup.[11] Sedangkan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air, DAS Angke merupakan bagian dari satuan wilayah sungai yaitu WS Ciliwung-Cisadane[12] dibawah otoritas BBWS Ciliwung-Cisadane.[3]

Degradasi DAS

Perubahan tutupan lahan dapat sangat memengaruhi hidrologi DAS dan kualitas air. Urbanisasi dan pembangunan dapat meningkatkan tutupan lahan kedap air, menyebabkan lebih banyak air mengalir di permukaan daripada meresap ke dalam tanah. Hal ini dapat mengurangi pengisian ulang air tanah dan aliran dasar sungai, atau aliran yang terjadi selama musim kemarau. Deforestasi dan pembukaan lahan pertanian di kawasan hulu seringkali disertai dengan peningkatan erosi tanah dan beban sedimen di kawasan hilir.[13][14][15] Jenis penggunaan lahan lainnya berkaitan dengan pencemaran air, misalnya, pertanian yang dapat meningkatkan beban pestisida dan nutrisi (nitrogen dan fosfor) dari pupuk. Urbanisasi dan industrialisasi di dalam DAS dapat menyebabkan kontaminasi dari berbagai macam bahan kimia yang digunakan di rumah tangga dan industri.[16]

Thumb
Lukisan peta Benteng Angke
Remove ads

Tempat bersejarah

Thumb
Peta pertahanan Angke

Benteng Angke dibangun oleh Vereenigde Oostindische Compagnie di pinggir Kali Angke di sebelah barat kota Jakarta pada tahun 1657[17] pada pertemuan Kali Mookervaart dan Kali Angke.[18] Nama benteng ini sering ditulis dalam berbagai bentuk: Anké, Anckee, Anke, Ankee.[19]

Geografi

Sungai ini mengalir di wilayah barat daya pulau Jawa yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[20] Suhu rata-rata setahun sekitar 27 °C. Bulan panas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 30 °C, and terdingin Mei, sekitar 26 °C.[21] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3674 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm, dan yang terendah September, rata-rata 87 mm.[22]

Remove ads

Ekologi

Flora yang tumbuh di tepian sungai ini di antaranya adalah rengas (Gluta renghas), pandan kapur (Pandanus tectorius), bambu tali (Bambusa vulgaris), putat (Planchonia valida), pulai (Alstonia scholaris), kecapi (Sandoricum koetjape), waru (Hibiscus tiliaceus) dan sebagainya.

Lihat pula

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads