Loading AI tools
universitas di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Akronim: UIN Syahid, lebih dikenal dengan nama UIN Jakarta) (bahasa Arab: جامعة شريف هداية الله الإسلامية الحكومية جاكرتا dan bahasa Inggris: Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta) adalah sebuah perguruan tinggi negeri berbasis keislaman dan umum di Indonesia yang mulanya bernama Akademi Dinas Ilmu Agama. Kampus ini memiliki dua fakultas tertua, yaitu Fakultas Tarbiah dan Fakultas Adab yang masih berdiri sampai saat ini. Gedung-gedung kampus berdiri di Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, di mana lokasi tersebut merupakan cikal bakal keberadaan kampus Universitas Indonesia sebelum dipindahkan ke Kota Depok, Jawa Barat. Meski mayoritas fakultas berada di Kota Tangerang Selatan, sebagian dari Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, yakni Pendidikan Profesi Guru berlokasi di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Meskipun menggunakan istilah "Jakarta" pada penamaannya, letak universitas ini bukan di Jakarta, melainkan terletak di sebelah barat daya dari provinsi tersebut yang secara administratif berada di Banten.
Kontributor utama artikel ini tampaknya memiliki hubungan dekat dengan subjek. |
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta | |
---|---|
Informasi | |
Nama sebelumnya | Sekolah Tinggi Islam (1940–1957) Akademi Dinas Ilmu Agama (1957–1960) Institut Agama Islam Negeri Al-Jamiah Al-Hukumiah (1960–1963) Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (1963–2002) |
Moto | Innovation, Green, Humanity |
Moto dalam bahasa Indonesia | Inovasi, Hijau, Humaniora |
Jenis | Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri |
Didirikan | 1 Juni 1957 |
Lembaga induk | Kementerian Agama Republik Indonesia |
Afiliasi | Islam |
Rektor | Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. |
Staf akademik | ± 1.435 |
Jumlah mahasiswa | ± 34.182 |
Alamat | Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Cempaka Putih, Ciputat Timur , , , 6.3066928°S 106.756146°E |
Kampus | Urban, 78,7 ha |
Bahasa | |
Warna | Biru |
Nama julukan | UIN Syahid/UIN Jakarta |
Situs web | www |
Sejarah pembentukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berawal dari didirikannya Sekolah Tinggi Islam (STI) pada tahun 1940, yang kemudian berubah menjadi Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) tahun 1957-1960, kemudian menjadi bagian dari fakultas IAIN al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah tahun 1960-1963, hingga memperoleh kewenangan yang lebih luas sebagai IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1963-2002, dan mengalami perubahan nama menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2002-sekarang. Dibentuknya ADIA (1 Juni 1957), diperingati sebagai hari jadi universitas ini.[1]
Pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002. Lembaga pendidikan ini hadir seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern. Hal ini telah mulai berkembang, termasuk pada masa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Dr. Satiman Wirjosandjojo yang merupakan seorang Muslim terpelajar, sempat melakukan sejumlah usaha terkait pembentukan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi berasaskan Islam. Hal ini kemudian tidak terlaksana karena berbagai hambatan yang dilakukan oleh Belanda saat masa penjajahan.[2]
Pada tahun 1940 di Padang, Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI). Namun demikian, STI kemudian berhenti beroperasi pada tahun 1942, seiring pendudukan oleh Jepang. Jepang kemudian menjanjikan agar suatu lembaga pendidikan tinggi agama dapat dibentuk di Jakarta. Hal ini menjadi landasan pendirian yayasan, dimana Mohammad Hatta bertindak sebagai ketua yayasan, dengan didampingi oleh Mohammad Natsir yang menjadi sekretaris.
Yayasan tersebut lalu mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1945. Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir menjadi pemimpin STI. Pendirian STI juga didukung oleh beberapa tokoh, termasuk Mohammad Hatta, Abdul Wahid Hasjim, Mas Mansur, Fathurrahman Kafrawi, dan Farid Ma'ruf. Setahun berselang, STI dipindahkan ke Yogyakarta, pada saat ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. STI kemudian mengalami perkembangan positif, yang diikuti dengan perubahan nama STI menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) pada 22 Maret 1948. Hingga tahun 1948, UII memiliki empat buah fakultas, yakni Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pendidikan.
Fakultas Agama UII kemudian dipisahkan dari UII, dan dibentuk Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Pada saat itu, Departemen Agama memerlukan sejumlah tenaga fungsional sehingga perguruan tinggi agama Islam dipandang perlu untuk dibentuk. Pendirian PTAIN merujuk kepada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950. PTAIN dimaksudkan sebagai lembaga pengajaran Islam tingkat tinggi, sekaligus menjadi pusat ilmu agama Islam. Peraturan Pemerintah tersebut juga menetapkan 26 September 1950 sebagai hari jadi PTAIN. Pada 1951, terdapat 67 orang mahasiswa dalam tiga jurusan, yakni Jurusan Tarbiyah, Jurusan Qadla (Syariah), dan Jurusan Dakwah. PTAIN dipimpin oleh K.H.R. Muhammad Adnan.
Beberapa mata kuliah yang diajarkan pada periode tersebut meliputi beberapa hal, termasuk Bahasa Arab, Pengantar Ilmu Agama, Fiqih, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadits, Ilmu Kalam, Filsafat, Mantiq, Akhlaq, Tasawuf, Perbandingan Agama, Dakwah, Tarikh Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Ilmu Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Jiwa, Pengantar Hukum, Asas-asas Hukum Publik dan Privat, Etnologi, Sosiologi, dan Ekonomi. Setelah kelulusan, mahasiswa mendapatkan gelar Bachelor of Art (B.A.) bagi mereka yang lulus Bakaloreat dan Doktorandus (Drs.) untuk mahasiswa yang lulus tingkat Doktoral. Komposisi tersebut menjadi kajian utama perguruan tinggi Islam yang terus berlanjut sampai masa-masa berikutnya. Gelar akademik yang ditawarkan juga tetap digunakan sampai periode 1980-an.[3]
Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1957 oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Hal ini seiring dengan kebutuhan akan tenaga fungsional yang menajar ilmu agama Islam. Dengan dibentuknya ADIA, para pegawai negeri dapat memperoleh pendidikan akademi dan semi-akademi yang mampu mengajarkan ilmu agama Islam di berbagai tingkat dan lembaga pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam dua tingkat, yakni semi-akademi selama tiga tahun, yang diikuti dengan tingkat akademi selama dua tahun, sehingga total masa studi berlangsung untuk lima tahun.
Terdapat tiga buah jurusan dalam ADIA, yakni Pendidikan Agama, Bahasa Arab, dan Da'wah wal Irsyad yang dikenal sebagai jurusan khusus Imam Tentara. Kurikulum yang dipergunakan tidak memiliki perbedaan signifikan bila dibandingkan dengan kurikulum yang digunakan pada PTAIN lainnya, dengan penambahan materi terkait para tenaga fungsional. ADIA dipimpin oleh Prof. Dr. H. Mahmoed Joenoes yang menjabat sebagai dekan, dengan didampingi oleh Wakil Dekan Prof. Dr. H. Bustami Abdul Gani.
Mahasiswa yang dapat masuk dan berkuliah di ADIA hanyalah mereka yang sedang ditugaskan untuk belajar. Para calon mahasiswa merupakan pegawai atau guru agama yang berada dalam lingkungan Departemen Agama. Beberapa mahasiswa lain merupakan perwakilan berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itu, ADIA ditunjang pengelolaan dan penyediaan anggarannya oleh Jawatan Pendidikan Agama (Japenda) sebagai bagian dari Departemen Agama Republik Indonesia. Japenda bertugas dalam hal pengelolaan madrasah dan persiapan para tenaga pendidik Islam untuk sekolah umum.
Dalam tempo sepuluh tahun, beberapa perkembangan ditunjukkan oleh PTAIN, antara lain dengan peningkatan jumlah mahasiswa dan perluasan materi pembelajaran. Beberapa mahasiswa juga berasal dari sejumlah negara di Asia Tenggara, antara lain Malaysia, Singapura, dan Brunei. Dengan berkembangnya lembaga pendidikan ini, ADIA dan PTAIN dilebur menjadi suatu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri, yang dikuatkan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1960, yang ditandatangani pada 24 Agustus 1960. Pada saat yang sama, lembaga ini mengalami perubahan nama menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jami'ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. Peresmian IAIN dilakukan di Gedung Kepatihan Yogyakarta oleh K.H. M. Wahib Wahab selaku Menteri Agama. Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo menjadi rektor pertama IAIN.
Kedua lembaga tersebut kembali dipisahkan setelah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1963 ditetapkan. Hal ini disusul dengan penetapan dua IAIN di Indonesia, yakni IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatulah di Jakarta, berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 49 Tahun 1963, tertanggal 25 Februari 1963.
Nama Syarif Hidayatullah diambil dari nama asli Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo, sembilan penyiar Islam di Pulau Jawa. Syarif Hidayatullah (1448–1568) merupakan putra Nyai Rara Santang, putri Prabu Siliwangi dari Pajajaran, yang menikah dengan Syarif Abdullah, penguasa di salah satu wilayah Mesir. Syarif Hidayatullah memiliki banyak gelar, termasuk gelar Sunan Gunung Jati setelah ia meninggal dunia dan dimakamkan di Cirebon. Syarif Hidayatullah dikenal sebagai salah satu Walisongo yang memiliki peran ganda, yakni sebagai penguasa, setelah berhasil menguasai Sunda Kelapa atas pasukan Portugis, sekaligus sebagai seorang ulama yang menyiarkan ajaran agama.
Dalam melakukan dakwah, ia menggunakan pendekatan tukar pikiran secara personal dengan toleransi, ataupun juga dengan cara debat apabila orang tersebut cenderung secara jelas-jelasan menentang konsep Islam. Pendekatan ini diklaim efektif dalam menarik simpati masyarakat, di samping juga dengan sikap sosialnya yang tinggi dengan banyak memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.[4]
Syarif Hidayatullah tidak bersikap frontal terhadap agama, kepercayaan, dan adat istiadat penduduk setempat. Sebaliknya, ia memperlihatkan keindahan dan kesederhanaan Islam. Yang dilakukannya adalah menunjukkan kelebihan Islam dan persamaan derajat di antara sesama manusia. Dalam rangka membina keberagaman masyarakat dari berbagai etnis, ia menjalin ikatan perkawinan dengan adik Bupati Banten, putri Kaunganten (1475), Ibu Maulana Hasanuddin; seorang putri Cina, Ong Tien, pada tahun 1481 (tidak memperoleh keturunan); putri Arab bernama Syarifah Bagdad, ibu dari Pangeran Jaya Kelana dan Pengeran Brata Kelana, dan Nyi Tepasari dari Majapahit, ibu dari Ratu Winahon dan Pangeran Pasarean. Syarif Hidayatullah memiliki peranan yang besar dalam pengukuhan Islam di Sunda Kelapa, yang di kemudian hari ia memberikan nama Jayakarta dan diubah nama kota tersebut menjadi Batavia oleh Kompeni Belanda. Penamaan IAIN Jakarta dengan Syarif Hidayatullah antara lain bertujuan menghargai jasa sekaligus menjadikannya sebagai sumber inspirasi bagi pengembangannya di masa yang akan datang.[5]
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam tertua di Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dipandang sebagai "Jendela Islam di Indonesia", sekaligus sebagai simbol kemajuan dalam pembangunan sosial, secara khusus dalam hal sosial-keagamaan.[6] Hal tersebut mendorong IAIN untuk kemudian berkembang dan berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah. Pada saat Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, menjabat sebagai pimpinan lembaga, IAIN mengalami penambahan program studi, dengan penambahan jurusan Psikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah. Fakultas Syariah juga mengalami penambahan jurusan dengan dimulainya Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam sejak tahun akademik 1998–1999. IAIN juga membuka program studi Agrobisnis dan Teknik Informatika, sebagai hasil kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Program studi Manajemen dan Akutansi kemudian juga mulai dibuka pada tahun 2002. Pada tahun 2001, IAIN mengalami penambahan fakultas, yakni Fakultas Psikologi dan Dirasat Islamiyah yang memiliki kerja sama dengan Universitas Al-Azhar, Mesir.
Pada tanggal 21 November 2001, Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama mengeluarkan rekomendasi pemerintah dalam bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB) agar IAIN dapat berubah menjadi UIN. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas kemudian merekomendasikan pembukaan 12 program studi, baik eksakta maupun sosial, yakni (secara alfabetis):
Rancangan Keputusan Presiden terkait perubahan bentuk dari IAIN menjadi UIN juga mendapatkan rekomendasi dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Dirjen Anggaran pada Departemen Keuangan, masing-masing pada Januari dan Februari 2002. Pada tanggal 20 Mei 2002, Presiden menandatangani Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002, tentang Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peresmian terkait perubahan bentuk dari IAIN menjadi UIN berlangsung pada 8 Juni 2002, bersamaan dengan pelaksanaan Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9, serta pemancangan tiang pertama untuk Kampus UIN Jakarta yang didukung dalam hal pendanaan oleh Islamic Development Bank (IDB). UIN Jakarta juga membuka satu fakultas baru, yakni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dengan program studi Kesehatan Masyarakat. Hal ini disetujui oleh Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama, masing-masing pada April dan Mei 2004. UIN Jakarta merayakan Golden Anniversary pada 1 Juni 2007, seiring 50 tahun pendirian lembaga pendidikan ini.
Peluncuran lambang baru Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta diresmikan pada 21 Agustus 2008 berdasarkan hasil kesepakatan rapat senat universitas.[7] Sebelumnya, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan logo lama ketika masih menjadi Institut Agama Islam Negeri dengan mengubah nama pada tulisan di pita kuning pada lambangnya dengan "UIN Syarif Hidayatullah Jakarta". Lambang baru ini mengandung empat karakter, di antaranya keislaman, keilmuan, keindonesiaan, dan globalisme. Elemen dan komponen warna dari lambang baru tersebut dijabarkan pada penjelasan sebagai berikut:
Innovation mengandung arti bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki komitmen untuk menginspirasi kecerdasan dan kreativitas untuk menciptakan perubahan melalui pembelajaran, penemuan, dan keterlibatan masyarakat. Menawarkan studi keislaman hingga sains dan teknologi modern dalam perspektif integrasi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memimpin dalam membangun sumber daya insani inovatif, sejalan dengan nilai keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan.
Green mangandung pengertian bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki komitmen untuk menghijaukan masa depan Dengan tekad berkontribusi pada keberlanjutan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memimpin peran hijau melalui inovasi dan kesadaran lingkungan. Menyuarakan kepedulian terhadap alam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan aksi nyata dalam upaya memelihara lingkungan.
Humanity mengandung pengertian bahwa di dalam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, setiap individu menyuarakan keputusan dan berperilaku sehari-hari dengan landasan nilai-nilai kemanusiaan. Semangat tersebut juga mencerminkan keyakinan dan penghargaan terhadap keberagaman serta solidaritas dalam berbagai kelompok.
Sebagai bentuk reintegrasi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun akademik 2002/2003 menetapkan nama-nama fakultas dan program studi sebagai berikut: [25]
Nomor | Fakultas | Akronim | Dekan | Program studi dan gelar akademik | Dies natalis | Gedung |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | FITK | Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
1957 | |
2 | Fakultas Adab dan Humaniora | FAH | Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
1957 | |
3 | Fakultas Ushuluddin | FU | Prof. Drs. Ismatu Ropi, M.A., Ph.D. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
1959 | |
4 | Fakultas Syariah dan Hukum | FSH | Dr. Muhammad Maksum, M.A. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
1967 | |
5 | Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi | FDIKOM | Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
1990 | |
6 | Fakultas Dirasat Islamiah | FDI | Dr. Yuli Yasin, M.A. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
2001 | |
7 | Fakultas Psikologi | FPSI | Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
2001 | |
8 | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | FEB | Prof. Dr. Ibnu Qizam, S.E., M.Si., Ak., CA | Program sarjana
Program pascasarjana
|
2002 (sebagai Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial) 2009 (sebagai Fakultas Ekonomi dan Bisnis) |
|
9 | Fakultas Sains dan Teknologi | FST | Husni Teja Sukmana, S.T., M.Sc., Ph.D. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
2002 | |
10 | Fakultas Ilmu Kesehatan | FIKES | Prof. Dr. Zilhadia, M.Si., Apt. | Program sarjana
|
2004 (sebagai Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) 2018 (sebagai Fakultas Ilmu Kesehatan) |
|
11 | Fakultas Kedokteran | FK | Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT., FICS | Program sarjana
|
2004 (sebagai Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) 2018 (sebagai Fakultas Kedokteran) |
|
12 | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik | FISIP | Prof. Dr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si., M.A. | Program sarjana
Program pascasarjana
|
2009 | |
13 | Sekolah Pascasarjana | SPs | Prof. Dr. Zulkifli, M.A. | Program pascasarjana
|
1982 |
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki empat zona kampus yang tersebar di lingkungan civitas akademika. Tiga kampus pertama terletak di Tangerang Selatan, Banten, sedangkan kampus lainnya berada di Depok, Jawa Barat. Kampus I sebagai kampus pusat yang memiliki gedung rektorat di Jalan Ir. H. Djuanda, Cempaka Putih, Ciputat Timur. Kemudian, Kampus II di Jalan Kertamukti. Adapun Kampus III yang dibangun terpisah, yakni Jalan Tarumanegara—gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis—dan Jalan Legoso Raya yang menjadi lokasi bagi gedung baru Fakultas Adab dan Humaniora yang dipisahkan dari Kampus I sejak 2017. Terakhir, Kampus IV atau dikenal sebagai Kampus Bojongsari terletak di Jalan Raya Bojongsari, Bojongsari Baru, Bojongsari, Depok. Berikut merupakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang tersedia di empat kampus di bawah naungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan rumah sakit pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.[27]
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki dua Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) yang dikelola oleh Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Pertama, terletak di Desa Reni Jaya Pamulang. Kedua, terletak di Desa Buaran Serpong.[28]
Sejak tahun akademik 2014/2015, seluruh program studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerapkan kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Penerapan KKNI ini merupakan amanah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012, Permenristekdikti RI Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Pendidikan Tinggi, dan SK Rektor Nomor 10 Tahun 2015, serta Perubahan SK Rektor Nomor 215 Tahun 2016 tentang Perubahan SK Rektor Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pedoman Kurikulum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan mengacu pada KKNI, pengelompokan mata kuliah berdasarkan outcome yang jelas, sehingga diharapkan dapat membentuk sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), keterampilan khusus (practical skills), keterampilan yang dapat dialihkan (transferable skills), dan pembelajaran seumur hidup. Universitas mendorong seluruh program studi agar berpartisipasi dalam asosiasi program studi dan asosiasi bidang keilmuan untuk membahas lebih tajam substansi ilmu untuk dimasukkan ke dalam mata kuliah.[29]
Alumni dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berjasa bagi dunia pendidikan, politik, hukum, agama, dan hiburan di Indonesia antara lain:
Setiap tahun akademik baru, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka pendaftaran calon mahasiswa baru untuk Program Sarjana (S1), Program Magister (S2), dan Program Doktor (S3). Waktu pendaftaran program S1 biasanya dilakukan dari awal Februari sampai awal Juli. Beberapa jalur masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara lain:
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.