Trans TV
Jaringan televisi di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia yang dimiliki oleh Trans Media. Berkantor pusat di Gedung Trans TV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan dan memiliki moto Milik Kita Bersama, konsep tayangnya tidak banyak berbeda dengan televisi swasta lainnya. Direktur Utama Trans TV saat ini adalah Atiek Nur Wahyuni yang juga merupakan Direktur Utama Trans7.
Trans TV | |
---|---|
![]() Logo saat ini sejak 15 Desember 2013 | |
Jenis | Jaringan televisi |
Negara | Indonesia |
Wilayah siaran | Nasional |
Afiliasi | Cartoon Network (2016–2018) CNN Indonesia (2015–sekarang) |
Kantor pusat | Gedung Trans Media, Jl. Kapten Tendean Kav 12-14 A, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Indonesia |
Slogan | Hadir Penuh Inspirasi |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Pemilik |
|
Perusahaan induk | CT Corp |
Saluran seinduk |
|
Diluncurkan | 15 Desember 2001 |
Pendiri | Chairul Tanjung Ishadi S.K.[1] |
Ketersediaan | |
Terestrial | |
Digital Virtual | 20 HD[2] |
Media streaming | |
20 detik | Tonton langsung |
CubMu | Tonton langsung |
Seven Hub | Tonton langsung |
www |
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Kemunculan
Inisiatif untuk mendirikan Trans TV sudah ada dalam pikiran Chairul Tanjung (CT) pada awal 1990-an, dengan saat itu mengajak Direktur utama TVRI, Ishadi S.K. untuk bekerjasama. Walaupun demikian, Ishadi menolaknya karena pemerintah pada saat itu tidak memberikan izin bagi keduanya untuk mewujudkan hal tersebut.[1] Konon, inisiatif tersebut muncul ketika CT mengambilalih sebuah studio yang terlilit kredit macet di Jakarta dari Bank Exim (sekarang Bank Mandiri) dan berusaha memanfaatkannya.[3] Rencana besar CT baru terwujud ketika bersama 4 televisi swasta lain (DVN TV, MTI TV, PRTV dan GIB), pada 12 Oktober 1999 Trans TV berhasil menjadi pemenang seleksi pendirian televisi baru dari Departemen Penerangan. Dengan proposal konsep dan manajemen yang tertata serta hubungan baik dengan pengambil kebijakan, Trans TV berhasil mendapatkan izin tersebut.[3]
Pada 25 Oktober 1999, izin prinsip pendirian untuk Trans TV diberikan, bernomor 798/MP/PM/1999,[4] dan kemudian pada 23 Desember 1999 PT Televisi Transformasi Indonesia resmi didirikan di Jakarta.[5] Nama "Transformasi" (disingkat dengan nama Trans) dipilih setelah melalui serangkaian diskusi,[6] sebagai harapan agar televisi baru ini bisa menjadi yang terdepan di Indonesia.[1] Selain itu, dengan nama yang melekat padanya, diharapkan Trans TV mampu "mentransformasi" Indonesia ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan.[6] Hingga 2001, Trans TV melakukan beberapa persiapan seperti membangun stasiun relai di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, dan Medan, ditambah dengan menyiapkan dana lebih dari Rp 75 miliar dan menjalin kerja sama dengan perusahaan Prancis dan Inggris serta konsultan Australia.[7][8] Pelatihan juga dilakukan pada karyawannya yang masih belum memiliki pengalaman di TVRI, tempat Ishadi dahulu bekerja.[9] Hal ini karena hampir 250 karyawan awalnya memiliki latar belakang fresh graduate yang direkrut dari seleksi pada 70.000 orang.[6]
Awalnya, Trans TV direncanakan akan bersiaran perdana pada 1 Januari 2001[10] dan 18 Juni 2001, tetapi baru pada 22 Oktober 2001 siaran percobaannya dapat dimulai yang saat itu hanya berupa test card dan dengan cakupan siar yang terbatas di wilayah Jabodetabek. Tiga hari kemudian, siaran percobaannya ditingkatkan dengan menayangkan beberapa acara, terutama program Trans Tune In, yang merupakan acara perkenalan televisi baru ini yang dikemas dengan gaya kuis diiringi penyangan video klip, ditambah perluasan siarannya ke Bandung. Selain acara Trans Tune In yang merupakan produksi pertama Trans TV, juga disiarkan acara lain seperti Jelajah yang merupakan acara features dan laga sepakbola La Liga. Memasuki 1 Desember 2001, acara Trans Tune In digantikan oleh acara Transvaganza, yang merupakan acara perkenalan program-program yang akan disiarkan Trans TV kedepannya. Acara dalam siaran percobaannya kemudian ditambah dengan menayangkan film-film Barat, dan kuis Tebak Harga.[11] Trans TV kemudian resmi mengudara secara nasional pada tanggal 15 Desember 2001,[12] lewat sebuah acara grand launching dan tayangan live perdananya "Takbir Akbar Nasional" pukul 18:30 WIB.[13]
Awalnya, Trans TV berencana berkantor di Kebon Jeruk, Jakarta, agar bisa berbagi lokasi dengan pemancar RCTI. Namun, setelah disurvei oleh Ishadi S.K. dan Alex Kumara, di sana tidak ada lahan yang cocok. Akhirnya, Trans TV menempati sebuah gedung yang lahannya dibeli dari PT Barata Indonesia, yang awalnya lahan itu untuk membangun hotel di bagian depan dan apartemen di bagian belakang.[14] Kini, tidak hanya menjadi pusat operasional Trans TV, lokasi di Jl. Tendean tersebut juga menjadi pusat operasional CT Corp.
Kesuksesan Trans TV
Target acara Trans TV saat awal bersiaran adalah hiburan umum, dengan titik berat di bidang kebudayaan, IPTEK dan olahraga, dengan fokus pasar pada masyarakat kelas menengah ke atas.[15] Pada saat didirikan, diperkirakan Trans TV memakan investasi awal yang mencapai Rp 400-500 miliar.[6][16][17][18] Komposisi programnya mulanya 50-50% lokal dan asing, yang kemudian berubah menjadi 70-30% di tahun berikutnya.[19] Siarannya awalnya hanya berlangsung selama beberapa jam perhari, yang kemudian ditingkatkan menjadi 18 jam pada 1 Maret 2002 yang menandakan Trans TV bersiaran penuh, dan menjadi 20 jam pada September 2002.[12] Saat ini, Trans TV telah mengudara selama 24 jam sehari.
Dalam perkembangannya, dibanding 4 televisi baru lain yang beroperasi pada saat yang sama (Lativi, Global TV, Metro TV dan TV7), Trans TV hingga 2003 merupakan yang paling bagus kinerjanya. Hal ini karena program-programnya, pada umumnya merupakan buatan sendiri (in-house), ditambah program film Barat box office,[20] sehingga dianggap berbeda dari televisi berbasis hiburan yang didominasi sinetron saat itu.[21] Sebenarnya, awalnya program-program Trans TV lebih mengandalkan out-house, namun karena strategi ini dianggap tidak menguntungkan, Trans TV mencoba memproduksi programnya sendiri yang rupanya sukses.[3] Diperkirakan, pada akhir 2005, sekitar 67% program Trans TV merupakan acara in-house.[19] Beberapa program in-house Trans TV yang cukup memikat pemirsa, seperti Dunia Lain, Extravaganza, Cantik Indonesia, Wisata Kuliner, dan berbagai program lainnya. Kesuksesan Trans TV juga dibantu oleh sejumlah program sitkom seperti Bajaj Bajuri yang pernah cukup populer. Dalam suatu wawancara di tahun 2003, Ishadi mengungkapkan bahwa selain pemograman, kesuksesan Trans TV juga dipengaruhi faktor lain seperti manajemen berbasis good corporate governance, investasi, dan sumber daya manusia yang berusia muda.[20]
Pada Juli 2003, pendapatan Trans TV sudah mencapai Rp 40 miliar, hampir cukup untuk menutup biaya operasionalnya per bulan, yang artinya adalah 1/2 dari pendapatan Indosiar dan 2 kali dari pendapatan TPI di bulan tersebut,[22][23] dan menempatkannya di posisi keempat dari 10 jaringan televisi swasta yang ada.[20] Dengan keberhasilan itu, maka di tahun kedua operasionalnya, Trans TV sudah memperoleh titik impas-nya.[24] Bahkan, pada 2006-2007, Trans TV berhasil menanjak menjadi televisi papan atas (peringkat 1-2), dan pendapatannya mencapai Rp 1 triliun menyaingi para pemain lama.[25] Trans TV pun menjadi "batu loncatan" CT demi mengembangkan sayapnya di industri penyiaran nasional dengan membeli mayoritas saham TV7 (ditambah rumor terdahulu akan mengakuisisi jaringan televisi lainnya),[26][27] dan merupakan satu dari sedikit jaringan televisi di Indonesia yang tidak pernah beralih kepemilikan sejak berdiri. Selain CT dan Ishadi, pihak lain yang dianggap berperan dalam kemajuan Trans TV seperti Riza Primadi,[28] Alex Kumara (yang sudah malang-melintang di industri penyiaran nasional),[8] dan kemudian terkhususnya Wishnutama (yang dikenal cukup baik dalam menjadikan Trans TV unggul dalam program-program in-house yang segar).[29]
Penurunan
Namun, tampaknya setelah Wishnutama pergi (bersama sejumlah karyawan Trans TV, untuk membentuk jaringan televisi baru bernama NET.),[30] Trans TV mulai mengalami penurunan. Awalnya, Trans TV cukup populer beberapa saat dengan program Yuk Keep Smile (dahulu Yuk Kita Sahur) dengan ikon utamanya Caisar dan berbagai goyangnya, seperti "goyang oplosan" dan selanjutnya "goyang Caesar"-nya (walaupun sering mendapat kritik),[31][32] namun pada akhirnya Trans TV harus "tersandung" acaranya tersebut karena pada akhir Juni 2014, acara ini dihentikan oleh KPI karena melecehkan seorang legenda seni, Benyamin Sueb.[33]
Sejak saat itu, rating Trans TV merosot dan tidak lagi berjaya, kalah pamor dari jaringan televisi lain yang mengandalkan sinetron (kecuali untuk saat-saat tertentu, seperti Piala Dunia FIFA 2018 yang membuatnya bisa meraih rating No. 1; dan saat pernah menyiarkan drama Korea The World of the Married).[34][35][36] Untuk mengembalikan posisinya, Trans TV sempat mencoba berbagai cara, seperti dengan kembali menggandeng MD Entertainment dalam penayangan programnya,[37] menghidupkan kembali Bioskop Trans TV, drama Korea dan animasi,[38] yang sayangnya belum menemui hasil yang memuaskan. Program Trans TV kemudian menjadi lebih banyak berisi gosip selebritis seperti Rumpi (No Secret), Pagi-Pagi Ambyar, Brownis dan berbagai program lainnya.[39][40] Usaha sejak akhir 2021 pun dengan membuat beberapa perubahan besar di bidang pemograman (dengan program seperti Indonesia Mencari Bakat musim kelima,[41] kuis Dream Box Indonesia[42] dan serial web WeTV), nampak masih belum mengembalikan Trans TV ke kejayaannya dahulu.
Identitas
Ringkasan
Perspektif
Logo
Logo Trans TV awalnya berbentuk batu berlian belah ketupat berdasarkan persegi yang digayakan, dengan tulisan TRANS di tengah-tengah (dengan font Optima) dan huruf T dan V masing-masing di atas dan bawah membentuk segitiga siku-siku sama kaki. Logo on air-nya berwarna abu-abu, sedangkan logo perusahaannya memakai warna biru yang sempat mengalami beberapa perubahan minor. Trans TV menjadi televisi pertama di Indonesia yang menggunakan logo abu-abu sebagai logo on air dan saat jeda iklan/komersial. Kilau berlian dianggap simbol dari refleksi kehidupan dan adat istiadat masyarakat seluruh Indonesia, dan juga simbol keabadian; sedangkan huruf serif mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.[43][44]
Pada 15 Desember 2013, seiring dengan ulang tahun ke-12 Trans Media, logo Trans TV mengalami perombakan total dari sebelumnya. Tidak lagi berbentuk simbol, logo kali ini hanya berupa tulisan "TRɅNSTV" yang digayakan pada huruf A, di mana A tersebut (juga) diinterpretasikan sebagai sebuah berlian (sebenarnya logo "berlian A" tersebut sudah diperkenalkan sejak pertengahan 2011). Logo dengan simbol "Diamond A" di tengah kata Trans TV merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta kepemimpinan yang kuat.
Logo "berlian A" tersebut terdiri dari berbagai warna dengan makna dan filosofi khusus.
- Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus melambangkan optimisme masyarakat Indonesia.
- Warna hijau menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa.
- Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang andal dan memiliki harapan tinggi.
- Warna ungu menggambarkan keagungan dan kecantikan budaya dan seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa.
Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di dalamnya, menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa dipahami makna dari logo baru Trans TV ini menjadi tanda yang menyuarakan sebuah semangat dan perjuangan untuk mencapai keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa mendatang.
- Logo pertama Trans TV saat siaran percobaan yang dipakai dari 10 November hingga 15 Desember 2001. Selanjutnya logo ini dipakai sebagai logo perusahaan hingga 15 Desember 2006.
- Logo Trans TV yang dipakai di layar kaca televisi, digunakan sebagai logo on-air dan jeda iklan/komersial dari 10 November 2001 hingga 15 Desember 2013.
- Logo kedua Trans TV yang dipakai di layar kaca sebagai station identification dan closing credit dari 15 Desember 2001 hingga 15 Desember 2005, juga digunakan sebagai logo on-air pada program berita Kupas Tuntas dari 2001 hingga 2002 dengan posisi logo berada di kanan bawah (sebelum CNN Indonesia dan CNBC Indonesia).
- Logo ini adalah penyegaran dari logo pertama dan logo kedua, yang dipakai untuk promosi program, juga digunakan sebagai station identification dan closing credit dari 15 Desember 2005 hingga 15 Desember 2013.
- Logo ketiga Trans TV yang digunakan sebagai logo on-air, juga digunakan dengan versi abu-abu saat jeda iklan/komersial dari 15 Desember 2013 hingga sekarang.
Slogan
- Milik Kita Bersama (2001-sekarang)
- The Hottest TV Channel (2004-2005)
- Setia Menemani (2022-2024, sekunder)
- Hadir Penuh Inspirasi (2025-sekarang, sekunder)
Slogan spesial HUT
- Setahun Melangkah (2002)
- 2 Tahun Melangkah (2003)
- Gemilang 3 Tahun (2004)
- Trans Four You (2005)
- Penta5 (2006, dibaca: "pentas lima")
- Trans Bi6, Indonesia Big (2007, bersama Trans7)
- Trans 7uara, Indonesia Juara (2008, bersama Trans7)
- Trans 8isa, Indonesia Bisa! (2009, bersama Trans7)
- Trans 9emilang, Indonesia Gemilang (2010, bersama Trans7)
- Trans Untuk Indonesia (2011-2013, bersama Trans7)
- Karya Gemilang (2014, bersama Trans7)
- Inspirasi Negeri (2015, bersama Trans7)
- 15 You (2016, bersama Trans7)
- #terbangbersama (2017, bersama Trans7)
- Sweet 17 (2018, bersama Trans7)
- Boom 18/Miracle 18 (2019, bersama Trans7)
- 19 Universe (2020, bersama Trans7)
- 2 Dekade: Bertransformasi dan Berkarya Untuk Indonesia (2021, bersama Trans7, CNN Indonesia, dan CNBC Indonesia)
- 21 In One (2022, bersama Trans7, CNN Indonesia, dan CNBC Indonesia)
- Power Up (2023, bersama Trans7, CNN Indonesia, dan CNBC Indonesia)
- Semangat Baru (2024, bersama Trans7, CNN Indonesia, dan CNBC Indonesia)
Acara
Pada akhir tahun 2017, Transmedia melalui Trans TV untuk pertama kalinya menjadi pemegang hak siar ajang pesta sepakbola terbesar di dunia, yakni Piala Dunia, dalam hal ini FIFA World Cup Russia 2018 di Rusia bersama Trans7 (untuk siaran free-to-air UHF, analog dan digital) dan Transvision (televisi berlangganan). Selain itu, Trans TV dalam wadah Trans Soccer, pernah memiliki hak siar atas ajang sepak bola bergengsi Eropa La Liga (tayang bersama Trans7) dan FA Cup sepanjang musim 2012-13 berkat kerja sama dengan pemilik lisensi Fox Sports.
Penyiar
Jaringan siaran
Ringkasan
Perspektif
Hingga saat ini, Trans TV didukung oleh 50 stasiun pemancar,[45] semuanya dimiliki oleh Trans TV. Berikut ini adalah stasiun afiliasi dan pemancar Trans TV (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Komdigi.[46]
Nama Jaringan | Nama Stasiun | Daerah | Frekuensi Digital (DVB-T2)[47] | Nama Multiplexing Digital (DVB-T2)[48] |
---|---|---|---|---|
PT Televisi Transformasi Indonesia | Trans TV | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 40 UHF | Trans TV Jakarta |
PT Trans TV Sukabumi Mamuju | Trans TV Sukabumi | Sukabumi | 44 UHF | Trans TV Sukabumi |
Trans TV Mamuju | Mamuju | 37 UHF | RCTI Mamuju | |
PT Trans TV Pekanbaru Padang | Trans TV Pekanbaru | Pekanbaru | 33 UHF | Trans TV Pekanbaru |
Trans TV Padang | Padang, Pariaman, Batusangkar, Tanah Datar | 39 UHF | antv Padang, Tanah Datar dan Solok | |
PT Trans TV Bukittinggi Gorontalo | Trans TV Bukittinggi | Bukittinggi, Padang Panjang | ||
Trans TV Gorontalo | Gorontalo | 31 UHF | Trans TV Gorontalo, Boliyohuto, Kwandang dan Tilamuta | |
PT Trans TV Tegal Malang | Trans TV Tegal | Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | 45 UHF | Trans TV Tegal |
Trans TV Malang | Malang, Batu | 40 UHF | Trans TV Malang | |
PT Trans TV Palangkaraya Palu | Trans TV Palangkaraya | Palangkaraya | 42 UHF | Trans TV Palangkaraya |
Trans TV Palu | Palu | 38 UHF | SCTV Palu | |
PT Trans TV Balikpapan | Trans TV Balikpapan | Balikpapan | 44 UHF | Trans7 Balikpapan |
Trans TV Kupang | Kupang | 35 UHF | RCTI Kupang | |
PT Trans TV Sumedang Pangkalpinang | Trans TV Majalengka | Majalengka, Sumedang | 43 UHF | Trans TV Sumedang |
Trans TV Pangkalpinang | Pangkal Pinang | 39 UHF | MetroTV Pangkalpinang | |
PT Trans TV Ambon Ternate | Trans TV Ambon | Ambon | 45 UHF | tvOne Ambon |
Trans TV Ternate | Ternate | 40 UHF | Trans TV Ternate dan Jailolo | |
PT Trans TV Denpasar Banjarmasin | Trans TV Denpasar | Kota Denpasar[49] | 42 UHF | antv Bukit Bakung, Wanagiri, Ularan, Gilimanuk, Kintamani, dan Lempuyang |
Singaraja[49] | ||||
Trans TV Banjarmasin | Banjarmasin, Martapura, Marabahan[50] | 36 UHF | Trans7 Banjarmasin | |
PT Trans TV Yogyakarta Bandung | Trans TV Yogyakarta | Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates, Klaten[51] | 44 UHF | Trans TV Yogyakarta |
Trans TV Bandung | Bandung, Cimahi, Padalarang | Trans TV Bandung | ||
Cianjur Selatan | 48 UHF | Trans TV Cianjur Selatan | ||
PT Trans TV Semarang Makassar | Trans TV Semarang | Semarang, Kendal, Ungaran, Demak, Jepara, Kudus, Salatiga[52] | 42 UHF | Trans TV Semarang |
Trans TV Makassar | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajenel | 34 UHF | MetroTV Makassar | |
PT Trans TV Surabaya Jayapura | Trans TV Surabaya | Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | 44 UHF | Trans TV Surabaya |
Trans TV Jayapura | Jayapura | 34 UHF | Trans7 Jayapura | |
PT Trans TV Jambi Lampung | Trans TV Jambi | Jambi | 32 UHF | Trans TV Jambi |
Trans TV Lampung | Bandar Lampung, Kota Metro | 36 UHF | antv Bandar Lampung | |
PT Trans TV Pontianak Manado | Trans TV Pontianak | Pontianak, Mempawah, Kubu Raya, Singkawang | 41 UHF | Trans TV Pontianak |
Trans TV Manado | Manado, Minahasa, Tondano | 35 UHF | Trans TV Manado | |
PT Trans TV Mataram Samarinda | Trans TV Mataram | Mataram, Lombok Tengah | 38 UHF | SCTV Mataram dan SCTV Lombok Tengah |
Trans TV Samarinda | Samarinda, Tenggarong | 31 UHF | Trans7 Samarinda | |
PT Trans TV Batam Kendari | Trans TV Batam | Batam, Tanjung Balai Karimun | 46 UHF | Trans TV Batam |
Trans TV Kendari | Kendari | 39 UHF | MetroTV Kendari | |
PT Trans TV Aceh | Trans TV Aceh | Banda Aceh | 32 UHF | Trans7 Banda Aceh |
PT Trans TV Medan Palembang | Trans TV Medan | Medan, Binjai, Deli Serdang, Tebingtinggi[53] | 31 UHF | Trans7 Medan |
Trans TV Pematangsiantar | Pematang Siantar, Simalungun, Tanjungbalai | 38 UHF | Trans7 Pematangsiantar | |
Trans TV Palembang | Palembang, Ogan Komering Ilir | 35 UHF | Trans7 Palembang, Trans7 Lempuing (Ogan Komering Ilir) dan Trans7 Tulung Selapan (Ogan Komering Ilir) | |
PT Trans TV Bengkulu Jember | Trans TV Bengkulu | Bengkulu | 31 UHF | Indosiar Bengkulu |
Trans TV Jember | Jember | 48 UHF | Trans TV Jember | |
PT Trans TV Cirebon Kediri | Trans TV Cirebon | Cirebon, Indramayu | 41 UHF | Trans TV Cirebon |
Trans TV Kediri | Kediri, Pare, Nganjuk, Jombang, Blitar, Tulungagung | 45 UHF | Trans TV Kediri | |
PT Trans TV Purwokerto Situbondo | Trans TV Purwokerto | Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap[54] | 40 UHF | Trans TV Purwokerto |
Trans TV Situbondo | Situbondo | |||
PT Trans TV Manokwari Kendari | Trans TV Manokwari | Manokwari | 34 UHF | SCTV Manokwari |
PT Trans TV Madiun Garut | Trans TV Madiun | Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo | 28 UHF | Trans TV Madiun |
Trans TV Garut | Garut | 40 UHF | Trans TV Garut | |
PT Trans TV Banten Kaltara | Trans TV Serang | Cilegon, Serang | 44 UHF | Trans TV Cilegon |
Trans TV Pandeglang | Pandeglang | 43 UHF | Trans TV Pandeglang | |
Trans TV Tarakan | Tarakan, Tanjungselor | 27 UHF | Trans7 Tarakan | |
PT Trans TV Tomohon | Trans TV Tomohon | Tomohon | 35 UHF | Trans TV Tomohon |
PT Trans TV Tasikmalaya | Trans TV Tasikmalaya | Tasikmalaya, Ciamis | 42 UHF | Trans TV Tasikmalaya |
PT Trans TV Lhokseumawe | Trans TV Lhokseumawe | Lhokseumawe | 38 UHF | Trans7 Lhokseumawe |
PT Trans TV Bireuen | Trans TV Bireuen | Bireuen | 37 UHF | Trans7 Bireuen |
PT Trans TV Sibolga | Trans TV Sibolga | Sibolga, Pandan | 39 UHF | Trans7 Sibolga |
Baubau | ||||
Kolaka | ||||
Palopo | ||||
Luwuk, Banggai | ||||
Blora | 28 UHF | TVRI Jawa Tengah (TVRI Semanggi) | ||
Nunukan | 28 UHF | Trans7 Nunukan | ||
Rantau Prapat | 39 UHF | Trans7 Rantau Prapat | ||
Arga Makmur | 31 UHF | Indosiar Bengkulu | ||
Tanah Grogot | 37 UHF | Trans7 Tanah Grogot | ||
Tanjung Redeb | 34 UHF | Trans7 Tanjung Redeb | ||
Kandangan, Rantau, Amuntai, Barabai | 35 UHF | Trans7 Kandangan | ||
Padangsidempuan | 38 UHF | Trans7 Padangsidempuan | ||
Meulaboh | Trans7 Meulaboh | |||
Siborongborong | 47 UHF | Trans7 Siborongborong | ||
Pamekasan | 39 UHF | MetroTV Pamekasan | ||
Kabupaten Sorong Selatan, Kota Sorong | 28 UHF | TVRI Papua Barat (TVRI Haimaran) |
Keterangan: yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relay dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.
Manajemen
Daftar direktur utama
No. | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Ishadi Soetopo Kartosapoetro | 1999 | 2008 |
2 | Wishnutama | 2008 | 2012 |
3 | Chairul Tanjung | 2012 | 2013 |
4 | Atiek Nur Wahyuni | 2013 | sekarang |
Direksi saat ini
No. | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | Atiek Nur Wahyuni | Direktur Utama |
2 | Direktur Penjualan dan Pemasaran | |
3 | Warnedy | Direktur Keuangan dan Sumber Daya |
4 | Latif Harnoko | Direktur Operasional [55] |
Komisaris saat ini
No. | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | Chairul Tanjung | Komisaris Utama |
2 | Ishadi Soetopo Kartosapoetro | Komisaris |
Kontroversi
Ringkasan
Perspektif
Perselisihan dengan TPI di Purwokerto
Trans TV pernah mengajukan permohonan untuk mengudara di Purwokerto menggunakan kanal 43 UHF (647,25 MHz) karena sejak hampir sekitar setahun masyarakat di sekitar Purwokerto tidak dapat menikmati layanan Trans TV, tetapi kanal tersebut digunakan untuk TPI (sekarang MNCTV) berdasarkan surat izin No. 00781311-000SU/202006 yang berlaku sampai 31 Januari 2007.
Sebelumnya, Trans TV berani menyediakan layanan televisi bagi masyarakat di sekitar Purwokerto setelah memperoleh izin dari Gubernur Jawa Tengah tentang perluasan jangkauan siaran Trans TV di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Tegal (6 Januari 2003). Surat persetujuan serupa sebelumnya juga telah diberikan secara berturut-turut oleh Bupati Banyumas (20 November 2002) dan Bupati Purbalingga (27 November 2002).
Pada tahun 2005, Kepala Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Semarang mendapati bahwa kanal 43 UHF di Purwokerto ternyata digunakan oleh Trans TV berdasarkan hasil monitoring langsung yang diadakan di Purwokerto pada tanggal 20 September 2005.
Hal tersebut membuat Trans TV mendapat peringatan dari Dirjen Postel pada 21 April 2006 karena Trans TV tidak memiliki izin resmi untuk mengudara di wilayah Purwokerto dan sekitarnya. Namun, pada waktu itu Trans TV masih mengudara di Purwokerto menggunakan kanal yang sama (43 UHF), sehingga masyarakat di sana tidak dapat menerima Trans TV dan TPI dengan gambar yang jelas.
Kemudian pada September 2007, Dirjen Postel memberi peringatan final untuk Trans TV karena Trans TV masih bersiaran di Purwokerto menggunakan kanal yang sama yang sebelumnya telah diberikan kepada TPI oleh Ditjen Postel. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan penertiban frekuensi secara nasional.[56]
Pelanggaran Iklan
Trans TV beserta dua televisi swasta lainnya ditegur keras oleh KPI pusat dikarenakan menyelipkan iklan niaga ke tayangan Adzan Maghrib. Hingga dikenakan sanksi dan peringatan pada tanggal 4 Agustus 2011, dan dikenakan surat no.538/K/KPI/08/11 terkait pelanggaran iklan.[57] Tidak hanya itu saja, Trans TV merupakan salah satu dari 11 stasiun televisi yang ditegur KPI perihal pelanggaran iklan kampanye dalam Pemilu 2014.[58]
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.