![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/94/Coronavirus._SARS-CoV-2.png/640px-Coronavirus._SARS-CoV-2.png&w=640&q=50)
Vaksin Covid-19 Pfizer–BioNTech
vaksin mRNA melawan COVID-19 dari BioNTech bekerja sama dengan Pfizer / From Wikipedia, the free encyclopedia
Vaksin COVID-19 Pfizer–BioNTech (pINN: tozinameran), atau BNT162b2, dijual dengan merek Comirnaty, adalah sebuah vaksin COVID-19 berbentuk suntikan intramuskular, yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech dan perusahaan obat AS Pfizer. Vaksin ini merupakan vaksin RNA yang berisi mRNA yang telah dimodifikasi, dan menyandikan protein "duri" SARS-CoV-2 yang telah dimutasi, dan dibungkus dalam nanopartikel lipid.[1] BNT162b2 dipilih untuk uji klinis vaksin tahap II dan III, dari dua varian BNT162 yang telah dikembangkan,[2] dan pada akhir 2020 telah mengalami evaluasi interim untuk uji tahap III nya.[3]
Bagian dari seri artikel mengenai |
Pandemi Covid-19 |
---|
![]() |
|
|
Respons internasional
|
Respons medis |
Dampak
|
![]() |
Pada 9 November 2020, Pfizer mengumumkan bahwa analisis sementara hasil uji vaksin yang melibatkan lebih dari 40.000 orang menunjukkan bahwa kandidat vaksin ini tampaknya 90% efektif dalam mencegah infeksi COVID-19 di antara peserta yang mendapat vaksin dan sebelumnya belum terkena infeksi.[4][5][6][7] Vaksin ini terdiri dari dua dosis yang diberikan dengan selang tiga minggu.[3][4][5] Dalam analisis awalnya yang berdasar dari 170 kasus, vaksin ini tidak menunjukkan masalah keselamatan yang berarti, dan menunjukkan keampuhan di berbagai kalangan usia dewasa. Hasil analisis ini belum melalui tinjauan sejawat dari ilmuwan pihak luar,[8] ataupun diterbitkan di jurnal kedokteran. Selain itu, kemampuan vaksin ini untuk mencegah infeksi pada anak-anak, ibu hamil, maupun kelompok dengan imunitas rentan belum diketahui, begitu juga dengan durasi efek imunnya.[5][8][9]
BioNTech adalah pengembang vaksin ini, dan Pfizer berperan menyediakan logistik, membiayai dan mengawasi uji klinis yang dilakukan, dan merupakan mitra pabrikan BTN162b2 di seluruh dunia, kecuali di Tiongkok, di mana lisensi vaksin ini dibeli oleh perusahaan lokal, Fosun.[10][11] Pada November 2020, Pfizer menyebut bahwa 50 juta dosis ditargetkan tersedia pada akhir 2020, dan 1,3 miliar dosis ditargetkan untuk pertengahan 2021.[5] Pfizer telah menyetujui penjualan vaksin berlisensi seharga 3 miliar dolar AS (sekitar 40 triliun rupah) di berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Britania Raya, Jepang, Kanada, dan Peru.[12] Distribusi dan penyimpanan BNT162b2 adalah tantangan besar untuk vaksin ini, karena harus disimpan dalam suhu ultra dingin yaitu −70 °C (jauh dibawah titik beku), sampai beberapa jam sebelum pemakaian.[12] Karena itu, diperkirakan vaksin ini hanya dapat dijangkau negara-negara maju yang memiliki kemampuan logistik untuk transportasi dan penyimpanan ultra dingin. Indonesia telah menyatakan bahwa vaksin ini tidak memungkinkan untuk digunakan di Indonesia, dan India diperkirakan juga tidak memiliki fasilitas untuk distribusi vaksin ini.[13][14]