Loading AI tools
jenis aksara untuk menuliskan sebuah bahasa Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Aksara Brahmi (IAST: Brāhmī, /ˈbrɑːmi/; 𑀩𑁆𑀭𑀸𑀳𑁆𑀫𑀻; ISO: Brāhmī) adalah aksara yang berkembang pada pertengahan milenium pertama sebelum Masehi, adalah aksara India Kuno tertua yang dikenal, dengan kemungkinan pengecualian aksara Indus yang sukar dipecahkan.[2] Aksara Brahmi, berjenis abugida, tumbuh di anak benua India dan menggunakan sistem diakritik untuk melambangkan perubahan bunyi vokal pada sistem konsonan. Aksara ini terus berkembang dan diturunkan sebagai rumpun Brahmi, yang terus digunakan hingga saat ini di Asia Selatan dan Tenggara.[3][4][5]
Aksara Brāhmī | |
---|---|
Jenis aksara | |
Bahasa | Bahasa Tamil, Sanskerta, Prakerta, Saka, dan bahasa Tokharia |
Periode | Abad ke-4 atau ke-3 SM[1][a] hingga abad ke-5 M |
Arah penulisan | Kiri ke kanan |
Aksara terkait | |
Silsilah | Abjad Proto-Sinai
|
Aksara turunan | Aksara Gupta dan banyak lagi aksara turunan |
Aksara kerabat | Aksara Kharosthi |
ISO 15924 | |
ISO 15924 | Brah, 300 , Brahmi |
Pengkodean Unicode | |
Nama Unicode | Brahmi |
Rentang Unicode | U+11000–U+1107F |
[a] Klaim terbaru mengenai fragmen prasasti tertua dalam pecahan tembikar masih dipertentangkan, lihat Aksara Brahmi#Sejarah
[b] Asal muasal aksara Brahmi dari aksara Semit tidak mesti disetujui oleh ahli paleografi | |
Prasasti beraksara Brahmi yang paling awal dan terkenal adalah maklumat-maklumat Asoka yang ditemukan di wilayah India tengah-utara, yang dipahat di atas batu dan berasal dari tahun 250-232 SM. Upaya memecahkan teka-teki aksara ini telah berhasil untuk pertama kalinya pada tahun 1836 oleh sarjana Norwegia, Christian Lassen, menggunakan koin dwibahasa Yunani-Brahmi dari raja-raja Indo-Yunani Agathokles dan Pantaleon untuk mengidentifikasi huruf-huruf Brahmi dengan benar.[6] Aksara itu kemudian diuraikan seluruhnya pada tahun 1837 oleh James Prinsep, seorang arkeolog, filolog, dan pegawai Perusahaan Hindia Timur Britania, atas bantuan Alexander Cunningham.[7] Asal mula aksara ini masih diperdebatkan, dengan sebagian besar sarjana menyatakan bahwa aksara ini berasal dari oleh satu atau lebih aksara Semit kontemporer, sementara yang lain menganggap bahwa aksara ini berasal dari aksara Indus yang jauh lebih tua dan sukar ditafsirkan, yang bertumbuh dari Peradaban Lembah Indus.[8][9]
Dalam bahasa Inggris, aksara Brahmi sering kali disebut secara tak resmi sebagai aksara pin-man,[10] yaitu aksara "sketsa garis". Bahkan aksara ini memiliki banyak julukan,[11] hingga 1880-an, Albert Étienne Jean Baptiste Terrien de Lacouperie, berdasarkan pengamatan oleh Gabriel Devéria, menyebutnya sebagai aksara Brahmi, pertama kalinya dalam daftar aksara yang disebutkan pada Lalitawistara. Oleh karena itu, nama Brahmi diadopsi dalam karya Georg Bühler yang sangat berpengaruh, berasal dari varian "Brahma". [12] Aksara Gupta yang muncul pada abad ke-5 terkadang disebut "Brahmi Akhir".
Aksara Brahmi mengalami diversifikasi menjadi banyak ragam lokal yang dikelompokkan menjadi satu sebagai rumpun aksara Brahmi. Belasan aksara modern yang digunakan di seluruh Asia Selatan diturunkan dari Brahmi, dan menjadikannya salah satu tradisi penulisan paling berpengaruh di dunia.[13] Sebuah survei telah menemukan 198 aksara yang diturunkan dari aksara Brahmi[14] Aksara ini dikaitkan dengan angka Brahmi, yang pada akhirnya mengilhami bentuk grafis untuk sistem bilangan Hindu-Arab yang sekarang digunakan di hampir seluruh belahan dunia. [15]
Aksara Brahmi disebutkan dalam naskah-naskah India kuno baik dari Hindu, Jainisme, dan Buddha, termasuk terjemahannya dalam bahasa Tionghoa.[17][18] Sebagai contoh, Lipisala samdarshana parivarta mencatat 64 lipi (aksara), dengan aksara Brahmi masuk dalam urutan pertama. Lalitawistara Sūtra menuliskan bahwa Siddhartha muda, calon Buddha Gautama (~500 SM), menguasai ilmu filologi, aksara Brahmi, dan aksara-aksara lain dari Brahmana Lipikāra dan Deva Vidyāiṃha saat menjalani pendidikannya.[19]
Daftar 18 aksara kuno India juga ditemukan dalam kitab-kitab Jaina, seperti Sutra Pannavana (abad ke-2 SM) dan Sutra Samavayanga (abad ke-3 SM).[20][21] Aksara yang disebutkan dalam kitab-kitab tersebut mencakup Brahmi pada no. 1 dan Kharosthi pada no. 4 tetapi juga Javanaliya (mungkin alfabet Yunani) dan ada aksara lain yang tidak ditemukan dalam daftar aksara pada kitab-kitab Buddha.[21]
Meski aksara Kharosthi benar-benar diyakini diturunkan dari abjad Aram, asal usul aksara Brahmi sangat kurang jelas. Salomon meninjau teori yang telah muncul pada tahun 1998,[3] sedangkan Falk memberikan ikhtisarnya pada tahun 1993.[22]
Teori-teori awal menyebutkan bahwa aksara Brahmi diturunkan dari aksara piktograf-akrofonik menurut model hieroglif Mesir. Namun, gagasan tersebut sudah tidak bisa dipercaya lagi, karena aksara itu "murni imajinatif dan spekulatif".[18] Gagasan serupa juga mencoba mengaitkan aksara Brahmi dengan aksara Indus, tetapi akhirnya juga tidak terbukti, dan terbentur fakta bahwa aksara Indus sampai hari ini masih sukar dipecahkan.
Asal usul aksara Semit (abjad Fenisia dan abjad Aram) telah diusulkan oleh beberapa sarjana sejak terbitnya publikasi Albrecht Weber (1856) dan On the origin of the Indian Brahma alphabet karya Georg Bühler tahun 1895.[23][4] Ide-ide Bühler telah berpengaruh besar, meskipun karya mengenai subjek tersebut terbit pada tahun 1895, ia telah mampu mengidentifikasi tidak kurang dari lima teori yang terus diperdebatkan tentang asal usul aksara Brahmi, yang satu mengemukakan bahwa aksara tersebut asli pribumi dan yang lain diturunkan dari model Semit. [24]
Poin yang paling diperdebatkan tentang asal muasal aksara Brahmi adalah apakah aksara itu murni dibuat pribumi atau diserap atau diturunkan dari aksara yang berasal dari luar India. Goyal (1979)[25] mencatat bahwa mayoritas yang mendukung bahwa 'aksara Brahmi diciptakan sendiri oleh pribumi' adalah cendekiawan India, sedangkan 'teori aksara Semit' didukung "hampir semua" cendekiawan Barat, dan Salomon menyatakan setuju dengan Goyal bahwa telah ada "prasangka kaum nasionalis" dan "prasangka kaum imperialis" dalam perdebatan tersebut.[26] Meskipun demikian, pandangan bahwa 'Brahmi diciptakan oleh penduduk asli' telah lazim di kalangan sarjana Inggris yang menulis sebelum Bühler: Tulisan Alexander Cunningham, salah satu pendukung teori ini yang paling awal, menunjukkan bahwa pada masa itu, penduduk asli adalah pilihan cendekiawan Inggris yang menentang "teori Barat" yang disukai oleh cendekiawan Eropa daratan.[24] Cunningham dalam seminal Corpus Inscriptionum Indicarum tahun 1877 menganggap bahwa huruf-huruf Brahmi berasal dari piktograf yang didasarkan pada bentuk tubuh manusia,[27] tetapi Bühler menulis tahun 1891, bahwa Cunningham mempertimbangkan asal-usul aksara tersebut dengan tidak teliti.
Mayoritas sarjana meyakini bahwa aksara Brahmi kemungkinan berasal dari atau dipengaruhi oleh model aksara Semit, dengan aksara Aram sebagai calon induk aksara tersebut.[2] Namun, masalah ini sukar dipecahkan seutuhnya karena minimnya bukti tulisan dan perbandingan yang tidak dijelaskan terkait abjad Aram, aksara Kharosthi, dan Brahmi.[28] Meskipun aksara Brahmi dan Kharosthi memiliki banyak fitur umum, tetapi perbedaan antara aksara Kharosthi dan Brahmi "jauh lebih besar daripada kesamaannya," dan "perbedaan keseluruhan antara keduanya membuat koneksi pengembangan linear langsung tidak mungkin", begitu kata Richard Salomon.[18]
Terlepas dari asal-usulnya, banyak penulis menyepakati bahwa perbedaan antara aksara India, turunan-turunannya, dan pengaruh-pengaruhnya adalah signifikan. Tingkat perkembangan aksara Brahmi di India baik dalam bentuk grafis maupun struktural sangat luas. Juga, telah diterima secara luas bahwa teori tata bahasa Weda mungkin memiliki pengaruh kuat pada perkembangan ini. Sejumlah penulis – baik Barat maupun India – menyatakan bahwa aksara Brahmi diserap atau terilhami dari aksara Semit, dan diciptakan dalam waktu yang amat singkat selama masa pemerintahan Asoka dan kemudian digunakan secara luas dalam prasasti-prasasti Asoka.[28] Sebaliknya, ada beberapa penulis menolak gagasan yang diciptakan oleh asing itu.[29][30]
Bruce Trigger mengakui bahwa aksara Brahmi kemungkinan diturunkan dari abjad Aram tetapi dengan pengembangan lokal yang cukup besar tetapi tidak ada bukti umum langsung yang menyatakan hal itu.[31] Menurut Trigger, pada zaman kuno, aksara Brahmi telah digunakan sebelum tugu batu Asoka dibuat, setidaknya pada abad ke-4 atau ke-5 SM di Sri Lanka dan India, sementara aksara Kharosthi hanya digunakan di barat laut Asia Selatan (wilayah timur Afganistan modern dan sekitar negara tetangga Pakistan) dalam waktu yang tak lama hingga akhirnya punah. Menurut Salomon, bukti adanya aksara Kharosthi ditemukan paling banyak dalam naskah-naskah Buddhis dan catatan orang-orang dari zaman dinasti Indo-Yunani, Indo-Skithia, Indo-Parthia, dan Kushana. Aksara Kharosthi kemungkinan besar sudah tak lagi digunakan pada sekitar abad ke-3 Masehi.[18]
Justeson dan Stephens mengusulkan bahwa vokal dalam aksara Brahmi dan Kharosthi berkembang melalui transmisi abjad Semit melalui pembacaan per huruf. Orang yang belajar alfabet Semit akan melafalkan bunyi-bunyi bahasa dengan menggabungkan konsonan dengan vokal tanpa tanda, misalnya /kə/, /kʰə/, /gə/. Bila aksara ini digunakan dalam bahasa lain, suku-suku kata ini dianggap sebagai satu lambang suara. Mereka juga menerima gagasan bahwa aksara Brahmi dibuat berdasarkan model aksara Semit Utara.[32]
Banyak cendekiawan mengaitkan asal usul aksara Brahmi dengan model aksara Semit, khususnya aksara Aram.[23] Penjelasan bagaimana hal ini dapat terjadi, aksara Semit dan kronologi sejarahnya telah menjadi bahan perdebatan. Bühler mengikuti teori Max Weber, mengaitkannya dengan abjad Fenisia dan mengusulkan bahwa aksara ini diserap dari awal abad ke-8 SM.[34] Usulan keterkaitan aksara ini dengan aksara Semit Selatan, cabang yang kurang menonjol dari rumpun aksara Semit, terkadang diusulkan tetapi belum diterima secara luas.[35] Akhirnya, hipotesis abjad Aram sebagai induk dari aksara Brahmi lebih disukai karena kedekatan geografisnya dengan anak benua India. Pengaruhnya mungkin terjadi karena bahasa Aram adalah bahasa resmi Kekaisaran Akhemeniyah. Namun hipotesis ini masih menjadi tanda tanya, mengapa dua aksara yang bentuknya sangat berbeda, Kharosthi dan Brahmi, diturunkan dari abjad Aram yang sama. Penjelasan yang mungkin bisa menjawab hal itu adalah Asoka menciptakan sendiri aksara resmi kekaisaran untuk maklumat-maklumatnya, tetapi tidak ada bukti yang mendukung dugaan tersebut.[36]
Menurut hipotesis Semit yang digagas Bühler pada tahun 1898, prasasti Brahmi tertua diturunkan dari abjad Fenisia.[37][catatan 1] Salomon menganggap bahwa pendapat Bühler adalah "pembenaran historis, geografis, dan kronologi sejarah yang lemah untuk purwarupa abjad Fenisia". Penemuan bukti-bukti tertulis telah dilakukan untuk menjawab teori Bühler, seperti penemuan 6 buah prasasti Maurya yang ditulis dalam abjad Aram, dan darinya dapat disimpulkan bahwa pendapat Bühler tentang abjad Fenisia sangat lemah. Mungkin juga, abjad Aram, yang hampir pasti merupakan induk dari aksara Kharosthi, mungkin menjadi landasan penciptaan aksara Brahmi. Namun sayangnya, sampai saat ini belum ada kejelasan mengapa orang India kuno menciptakan dua aksara yang sangat berbeda.[36]
Menurut Bühler, abjad Brahmi menambahkan simbol suara tertentu yang tidak ditemukan dalam bahasa-bahasa berumpun Semit, serta menghapus simbol-simbol suara dalam abjad Aram yang tidak ditemukan dalam bahasa Prakerta. Sebagai contoh, bahasa Aram sama sekali tidak memiliki konsonan tarik-belakang (retrofleks) seperti yang ada dalam bahasa Prakerta, seperti ḍ. Dalam aksara Brahmi, simbol konsonan retrofleks dan non-retrofleks secara grafis terlihat sangat mirip, seolah-olah keduanya diturunkan dari satu purwarupa huruf. (Lihat aksara Tibet untuk perkembangan selanjutnya.) Abjad Aram tidak mengenal konsonan aspirat Brahmi (kh, th, dll.), sedangkan aksara Brahmi tidak mengenal konsonan emfatis Aram (q, ṭ, ṣ), dan hal ini dapat dibuktikan bahwa huruf-huruf emfatis Aram ini kemudian dijadikan sebagai huruf aspirat Brahmi: huruf Aram q digunakan untuk huruf Brahmi kh, huruf Aram ṭ (Θ) untuk huruf Brahmi th (ʘ), dll. Karena huruf Aram tidak mengenal konsonan labial henti emfatis p, huruf Brahmi tampaknya telah membagi bunyi tersebut menjadi dua: hal ini terbukti bahwa huruf Brahmi p dan ph secara grafis sangat mirip, seolah-olah diturunkan dari satu huruf Aram p. Bühler juga menemukan adanya turunan sistematis untuk konsonan aspirat lainnya, ch, jh, ph, bh, dan dh, seperti adanya penambahan lengkung atau kait pada huruf (diyakini diturunkan dari h, ), sementara d dan ṭ (jangan dikelurukan dengan emfatis Semit ṭ) diturunkan dari bentuk belakang dari dh dan ṭh. [39]
Tabel di bawah ini mencantumkan hubungan antara abjad Brahmi dan Semit Utara.[40] [41]
Fenisia | Aram | Pengucapan | Brahmi | Pengucapan |
---|---|---|---|---|
tidak dilambangkan | a | |||
b [b] | ba | |||
g [ɡ] | ga | |||
d [d] | dha | |||
h [h], M.L. | ha | |||
w [w], M.L. | va | |||
z [z] | ja | |||
ḥ [ħ] | gha | |||
ṭ [tˤ] | tha | |||
y [j], M.L. | ya | |||
k [k] | ka | |||
l [l] | la | |||
m [m] | ma | |||
n [n] | na | |||
s [s] | ṣa | |||
ʿ [ʕ], M.L. | e | |||
p [p] | pa | |||
ṣ [sˤ] | ca | |||
q [q] | kha | |||
r [r] | ra | |||
š [ʃ] | śa | |||
t [t] | ta | |||
Bühler menyatakan bahwa baik abjad Fenisia maupun Brahmi memiliki tiga konsonan desis (sibilan), tetapi karena urutan abjadnya hilang, hubungan di antara ketiganya menjadi tidak jelas. Bühler mampu mencocokkan bentuk huruf Brahmi dengan seluruh 22 huruf Semit Utara, dan mampu melihat kemiripannya dengan jelas. Ia menekankan kepada kekongruenan fonetis sebagai pedoman penentuan asal huruf, misalnya mengaitkan c dengan tsade bukannya kaph , sebagaimana usulan oleh pendahulunya.
Masalah yang dialami oleh penurunan langsung dari abjad Fenisia adalah kurangnya bukti kontak historis dengan bangsa Fenisia pada periode itu.[36] Bühler memberi keterangan bahwa penyerapan huruf-huruf Brahmi bermula jauh lebih dahulu dari bukti paling awal yang diketahui, kira-kira 800 SM, sezaman dengan bentuk guratan abjad Fenisia yang ia cocokkan. Bühler mengutip praktik penulisan lebih modern dari aksara Brahmi yang secara informal tidak menyediakan diakritik vokal sebagai kemungkinan kelanjutan dari tahapan mirip abjad saat pengembangan aksara ini.[34]
Hipotesis Semit yang paling lemah mirip dengan pandangan difusi trans-budaya oleh Gnanadesikan tentang pengembangan aksara Brahmi dan Kharosthi, yang ide representasi suara alfabetisnya dipelajari dari orang Persia yang menuturkan bahasa Aram, tetapi aksaranya adalah sebuah pengembangan baru yang disesuaikan dengan fonologi Prakerta.[43]
Bukti lain terkait dengan pengaruh Persia adalah proposal Hultzsch pada tahun 1925 bahwa kata bahasa Prakerta/Sanskerta untuk "menulis", lipi, mirip dengan kata dalam bahasa Persia Kuno dipi, yang diyakini merupakan kata serapan.[44][45] Beberapa maklumat Asoka yang ditemukan di wilayah yang dekat dengan kekaisaran Persia menggunakan dipi sebagai kata bahasa Prakerta untuk "menulis", tetapi kata lipi muncul di tempat lain, dan persebaran geografis kosakata ini telah lama menyebar, setidaknya kembali ke masa Bühler, sebagai penanda bahwa bentuk standar lipi muncul karena perubahan yang menjauh dari pengaruh Persia. Dipi dalam kata bahasa Persia sendiri dianggap sebagai kata serapan bahasa Elam.[46]
Buku Falk yang terbit tahun 1993, Schrift im Alten Indien, berisi mengenai studi definitif terkait tulis-menulis di India kuno.[47][48] Bagian mengenai asal usul aksara Brahmi [22] menampilkan tinjauan luas literatur kala itu. Namun, Falk juga menyusun gagasannya sendiri. Seperti halnya beberapa penulis lain, Falk menganggap bahwa sistem penulisan Brahmi didasarkan dari aksara Kharosthi, yang diturunkan dari abjad Aram. Saat tulisan itu dibuat, maklumat-maklumat Asoka adalah fragmen tertua dari aksara Brahmi yang dapat dipercaya, dan ia merasakan bahwa ada "perkembangan bahasa dari gaya linguistik yang tak teratur menjadi serba terasah"[49] dari waktu ke waktu, dan menunjukkan bahwa aksara tersebut telah dikembangkan.[22][50] Falk juga menyimpang dari teori arus utama bahwa abjad Yunani sebagai salah satu penyumbang yang signifikan dalam pengembangan aksara Brahmi. Sayang sekali, Salomon tidak setuju dengan pendapat Falk, dan setelah menunjukkan bukti metodologi yang sangat berbeda antara notasi vokal Brahmi dan Yunani, ia menyatakan "sangat diragukan kalau Brahmi menurunkan konsep dasar dari purwarupa Yunani". [51] Lebih lanjut, tambah Salomon, dalam "pengertian terbatas, Brahmi dapat dikatakan diturunkan dari Kharosthi, tetapi terkait bentuk-bentuk hurufnya, perbedaan antara kedua aksara India itu jauh lebih banyak daripada kesamaannya". [52]
Falk juga memperkirakan asal usul aksara Kharosthi tidak lebih dari 325 SM, berdasarkan adanya usulan pengaitan terhadap penaklukan Yunani.[53] Salomon mempertanyakan argumen Falk tentang waktu penciptaan aksara Kharosthi dan menulis bahwa "sangat spekulatif dan bukan merupakan alasan kuat terkait waktu penciptaan aksara Kharosthi yang cukup lambat. Justru pendapat yang lebih kuat adalah bahwa kita sampai saat ini tidak memiliki spesimen aksara yang lebih tua daripada maklumat Asoka, maupun bukti langsung dari tahap-tahap perantara dalam perkembangannya. Akan tetapi, bukan berarti bentuk-bentuk awal semacam itu tidak ada, setidaknya kalau itu ada, bukti itu tidak bertahan lama, mungkin saja karena bukti itu tidak digunakan untuk tujuan monumental sebelum Asoka".[50]
Tidak seperti Bühler, Falk tidak memberikan rincian mana dan bagaimanakah purwarupa huruf dugaan yang dikaitkan dengan tiap huruf Brahmi. Lebih lanjut, kata Salomon, Falk mengakui bahwa ada penyimpangan fonetis dan diakritik dalam aksara Brahmi yang tidak ditemukan dalam dugaan sumber aksara Kharosthi. Falk mencoba menjelaskan penyimpangan ini dengan menghidupkan lagi hipotesis pengaruh Yunani, sebuah hipotesis yang sebelumnya tidak disukai.[50][57]
Hartmut Scharfe, dalam ulasannya tentang aksara Kharosthi dan Brahmi pada tahun 2002, sependapat dengan pertanyaan Salomon terhadap proposal Falk, dan menyatakan, "pola analisis fonemik bahasa Sanskerta yang telah dikaji oleh para sarjana Weda lebih dekat dengan aksara Brahmi daripada alfabet Yunani".[9]
Teori pribumi India seperti keterkaitan aksara Brahmi dengan aksara Indus didukung oleh beberapa sarjana dan penulis Barat dan India. Kemiripan aksara Brahmi dengan aksara Indus telah dikaji oleh para sarjana Eropa awal seperti arkeolog John Marshall [58] dan Assyriolog Stephen Langdon,[59] dan kemudian turun-temurun hingga para sarjana dan penulis antara lain ilmuwan komputer Subhash Kak, Indologis Jerman Georg Feuerstein, guru agama Hindu Amerika David Frawley, arkeolog Inggris Raymond Allchin, dan antropolog sosial Jack Goody.[60][61][62]
Raymond Allchin mengakui bahwa ada pendapat yang dengan tegas menentang gagasan bahwa aksara Brahmi diserap dari abjad Semit karena keseluruhan struktur dan konsepnya sangat berbeda. Dia menganggap bahwa asal usul aksara Brahmi kemungkinan adalah aksara Indus sebagai pendahulunya.[63] Namun, Allchin dan Erdosy kemudian pada tahun 1995 menyanggah bahwa masih belum memiliki bukti yang lengkap untuk menjawab hal tersebut.[64] G.R. Hunter dalam bukunya, The Script of Harappa dan Mohenjodaro and Its Connection with Other Scripts (1934) juga mengajukan bahwa aksara Brahmi diturunkan dari aksara Indus, yang memiliki kecocokan lebih banyak daripada abjad Aram dalam perkiraannya.[65]
Subhash Kak menyatakan tidak setuju dengan asal usul aksara Brahmi dari abjad Semit,[66] alih-alih menyatakan bahwa hubungan antara dunia India dan Semit sebelum berkembangnya abjad Semit diakui sebagai proses yang terbalik.[67] Namun, kronologi yang dipaparkan dan adanya gagasan tradisi melek huruf yang turun-temurun ditentang oleh sebagian besar akademisi yang mendukung teori pribumi. Bukti kontinuitas antara aksara Indus dan Brahmi juga terlihat dalam kemiripan grafis aksara Brahmi dan Indus akhir, dengan sepuluh ligatur yang paling banyak muncul ternyata cocok dengan bentuk salah satu dari sepuluh glif dalam aksara Brahmi.[68] Ada anggapan bukti kontinuitas dalam penggunaan angka Brahmi.[69] Dukungan terkait kontinuitas aksara ini berasal dari analisis statistik keterkaitan yang dilakukan oleh Das.[70] Salomon menganggap kesamaan grafis antara huruf-huruf tersebut merupakan bukti yang tidak cukup untuk menghubungkan aksara Indus dan Brahmi tanpa mengetahui nilai-nilai fonetis dari aksara Indus, meskipun ia menemukan kesamaan dalam peracikan dan modifikasi tanda diakritis yang cukup "menarik." Namun, ia mengakui bahwa masih terlalu dini untuk menjelaskan dan mengevaluasinya karena kesenjangan kronologis yang besar antara kedua aksara itu dan sejauh ini sifat aksara Indus yang sukar dipecahkan.[71]
Hambatan terhadap teori ini adalah kurangnya bukti tertulis selama milenium tersebut dan antara runtuhnya Peradaban Lembah Indus sekitar 1500 SM hingga hadirnya aksara Brahmi tertulis pada abad ke-3 atau ke-4 SM. Iravathan Mahadevan menegaskan bahwa kalau seseorang menganggap aksara Indus punah pada tahun 1500 SM dan aksara Brahmi muncul pada tahun 500 SM, artinya terjadi kekosongan sistem penulisan selama seribu tahun.[72] Sayangnya, teka-teki tulisan beraksara Indus belum bisa dipecahkan maknanya secara valid, yang membuat teori berdasarkan pemecahan teka-teki ini menjadi lemah. Hubungan yang menjanjikan antara aksara Indus dan tradisi penulisan selanjutnya dituangkan dalam simbol grafiti megalitik dari budaya megalitikum India Selatan, yang kemungkinan tumpang-tindih dengan inventaris huruf-huruf Indus dan terus dipergunakan melalui penampilan aksara Brahmi dan aksara Brahmi Tamil hingga abad ke-3 Masehi. Grafiti ini biasanya muncul sendiri-sendiri, meski terkadang dapat ditemukan dalam satu kelompok dengan dua atau tiga gambar, dan kemungkinan dianggap sebagai simbol sebuah keluarga, trah, atau agama.[73] Pada tahun 1935, CL Fábri mengajukan bahwa simbol-simbol yang ditemukan pada koin Maurya adalah sisa-sisa aksara Indus yang selamat dari keruntuhan peradaban Lembah Indus.[74] Iravatham Mahadevan, ahli tafsir terkemuka aksara Tamil-Brahmi dan Indus, telah mendukung gagasan bahwa kedua tradisi semiotik tersebut mungkin terus berkesinambungan dengan aksara Indus, tetapi terkait dengan Brahmi, ia dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak percaya teori itu "sama sekali".
Bentuk lain dari teori pribumi adalah bahwa aksara Brahmi diciptakan ex nihilo, betul-betul lepas dari pengaruh abjad Semit atau aksara Indus, meskipun Salomon berpendapat bahwa teori ini sepenuhnya spekulatif. [75]
Pāṇini (abad ke 6 hingga 4 SM) menggunakan lipi, kata India untuk "aksara" dalam karya tulisnya yang mengupas tata bahasa Sanskerta, Astadhyayi. Menurut Scharfe, dua kata lipi dan libi diserap dari dipi Persia Lama, yang kemudian diserap dari kata bahasa Sumeria dup.[45][76] Untuk menggambarkan maklumatnya sendiri, Asoka menggunakan kata Lipī, yang sekarang secara umum diterjemahkan sebagai "tulisan" atau "prasasti". Diperkirakan kata lipi, termasuk juga ditulis dipi dalam dua tugu batu dalam versi aksara Kharosthi,[catatan 3] berasal kata bahasa Persia Kuno dipî, juga berarti "prasasti", yang digunakan misalnya oleh Darius I dalam prasasti Behistun-nya,[catatan 4] sehingga kata tersebut dianggap serapan.[77][78][79]
Scharfe menambahkan dalam tinjauannya bahwa bukti terbaik adalah tidak ada aksara yang digunakan atau pernah dikenal di India, selain aksara dari wilayah barat laut yang dikuasai Persia tempat bahasa Aram dipertuturkan, sebelum sekitar 300 SM karena tradisi India "masih menekankan warisan budaya dan sastra lisan."[45]
Megastenes, utusan Yunani untuk Maurya di India Timur Laut hanya seperempat abad sebelum Asoka, membuat berita bahwa dirinya berada di antara orang-orang yang tidak memiliki hukum tertulis, yang bahkan bodoh menulis, dan mengatur semuanya dengan ingatan.[80] Ini telah ditafsirkan dengan beragam dan kontroversial oleh banyak penulis. Ludo Rocher hampir sepenuhnya menganggap Megastenes tidak dapat diandalkan, mempertanyakan kata-kata yang digunakan oleh informan Megastenes dan interpretasi Megastenes tentang mereka. [81] Timmer menganggap bahwa ada kesalahpahaman bahwa orang-orang Maurya buta huruf "berdasarkan fakta bahwa Megastenes dengan tepat mengamati bahwa hukum diatur secara tidak tertulis dan tradisi lisan memainkan peranan yang sangat penting di India." [82]
Beberapa pendukung teori pribumi[siapa?] mempertanyakan keandalan dan interpretasi komentar yang dibuat oleh Megastenes (seperti dikutip oleh Strabo dalam Geographica XV.i.53). Pertama, pengamatan kemungkinan berada dalam lingkup Kerajaan "Sandrakottos" (Candragupta). Kedua menurut Strabo (Strab. XV.i.39), Megastenes disebutkan sudah mencatat bahwa hal tersebut sudah menjadi kebiasaan umum bagi kasta "filsuf" di India (mungkin Brahmana) untuk menyerahkan "sesuatu yang bermanfaat dan mereka telah berkomitmen untuk menulisnya" kepada raja,[83] tetapi perincian ini tidak muncul dalam kutipan Megasthenes oleh Arrianos dan Diodoros Sikolos.[84][85] Implikasi penulisan pada hakikatnya juga tidak sepenuhnya dijelaskan dalam bahasa Yunani sebagaimana istilah συντάξῃ (serumpun dengan kata bahasa Inggris syntax) dapat dibaca sebagai "komposisi" atau "susunan" umum, daripada komposisi tertulis dalam bentuk khusus. Nearkhos sempat mencatat beberapa dekade sebelumnya, mengenai penggunaan kain katun untuk menulis di India Utara. Para ahli Indologi berspekulasi dengan berbagai cara bahwa ini mungkin antara aksara Kharosthi atau abjad Aram. Salomon menganggap bukti dari sumber-sumber Yunani tidak dapat ditarik kesimpulannya.[86] Strabo sendiri mencatat inkonsistensi terkait penggunaan tulisan di India (XV.i.67).
Kenneth Norman (2005) menyatakan bahwa aksara Brahmi kemungkinan dibuat jauh sebelum pemerintahan Asoka:[87]
Jack Goody (1987) juga menganggap bahwa India kuno mungkin sudah memiliki "budaya tulis-menulis yang sangat kuno" bersama dengan tradisi lisan dalam menyusun dan menyebarluaskan pengetahuan, karena karya sastra Weda terlalu luas, konsisten, dan rumit untuk dibuat, dihafalkan, disimpan, disebarluaskan, maupun dilestarikan tanpa sistem tertulis.[89][90]
Terkait pendapat tersebut, dimungkinkan tidak ada sistem tulisan apa pun termasuk Brahmi pada periode Weda, mengingat kuantitas dan kualitas literatur Weda, dibagi. Bila Falk (1993) tidak setuju dengan Goody,[91] Walter Ong dan John Hartley (2012) setuju, bahwa tidak mesti didasarkan atas kesulitan melestarikan nyanyian Weda secara lisan, tetapi bahwa sangat sukar tata bahasa Panini disusun.[92] Johannes Bronkhorst (2002) memilih netral; ia menganggap bahwa antara bahwa Weda mungkin bisa dinyanyikan turun-temurun secara lisan, tetapi pengembangan tata bahasa Sanskerta oleh Panini sudah mengandalkan tulisan (hal ini konsisten dengan perkembangan penulisan India pada abad ke-4 SM).[47]
Tulisan mengenai asal usul nama "Brahmi" telah termuat dalam sejarah dan legenda. Beberapa sutra Jain seperti Sutra Vyakhya Pragyapti, Sutra Samvayanga, dan Sutra Pragyapna menyertakan daftar 18 aksara yang telah digunakan dan diketahui oleh para guru Jain sebelum Mahawira lahir, dengan aksara Brahmi (bambhī dalam bahasa Prakerta asli) menjadi nomor urut 1 dalam daftar tersebut. Namun, aksara ini justru tidak ada dalam daftar 18 aksara pada versi yang masih bertahan dari sutra Jain berikutnya, yaitu Vishesha Avashyaka dan Kalpa Sutra. Mitologi Jain menceritakan bahwa 18 aksara diajarkan oleh Tirthankara pertama, Rishabhanatha, kepada putrinya Brahmi, ia menekankan aksara Brahmi sebagai aksara utama kala ia mengajari orang lain, sehingga nama Brahmi untuk aksara tersebut berasal dari namanya.[93]
Ada tulisan Buddha Tionghoa yang dibuat pada abad ke-6 Masehi mengkaitkan penciptaan aksara itu dengan Dewa Brahma, meskipun Monier Monier-Williams, Sylvain Lévi dan yang lainnya mengira bahwa nama Brahmi mungkin diberikan karena aksara itu ditatah oleh para Brahmana.[94][95]
Kata Brahmi muncul dalam tulisan-tulisan India kuno dalam artian yang berlainan. Dengan merujuk pada kaidah penulisan bahasa Sanskerta, kata itu adalah bentuk feminin yang secara harfiah berarti "Brahma" atau "energi feminin dari Brahman".[96] Dalam naskah lain seperti Mahabharata, kata itu merujuk pada dewi, terutama untuk Saraswati, dewi yang merupakan simbol dari kekuatan feminin dan aspek pengetahuan — sakti — dari Brahma.[97]
Prasasti beraksara Brahmi paling awal yang diketahui dituliskan dalam bahasa Prakerta, berasal dari abad ke-3 hingga pertama SM, termasuk di antaranya maklumat-maklumat Asoka, k. 250 SM.[98] Bahasa Prakerta ini menjadi bahasa yang banyak digunakan dalam prasasti yang ditemukan di anak benua India hingga sekitar abad ke-1 Masehi.[98] Prasasti berbahasa Sanskerta yang dituliskan dalam aksara Brahmi berasal dari abad ke-1 SM, seperti sejumlah prasasti yang ditemukan di Ayodhya, Ghosundi, dan Hathibada (keduanya dekat Chittorgarh).[99][catatan 5] Prasasti kuno juga telah ditemukan di banyak situs bersejarah India Utara dan Tengah, terkadang di India Selatan, dituliskan dalam campuran bahasa Sanskerta-Prakerta.[catatan 6] Dengan teknik modern, prasasti ini kemungkinan dibuat antara abad ke-1 dan ke-4 Masehi.[102][103] Aksara Brahmi banyak dipahatkan/dituliskan pada pilar, dinding kuil, pelat logam, tanah liat, uang koin, kristal, dan naskah-naskah lembaran.[104][103]
Salah satu perkembangan baru-baru ini yang terpenting terkait asal usul aksara Brahmi adalah ditemukannya huruf-huruf Brahmi yang tertulis pada pecahan-pecahan tembikar dari kota dagang Anuradhapura di Sri Lanka, yang berasal dari abad ke-6 hingga ke-4 SM.[105] Coningham dkk. pada tahun 1996,[106] menyatakan bahwa aksara yang dituliskan pada prasasti Anuradhapura adalah Brahmi, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Prakerta bukan bahasa berumpun Dravida. Pengurutan spesimen dilakukan dalam rangka membuktikan adanya evolusi perbaikan gaya menulis selama berabad-abad, dan mereka menyimpulkan bahwa aksara Brahmi kemungkinan "terlibat dalam perdagangan" dan bahwa pertumbuhan jaringan perdagangan di Sri Lanka berkaitan dengan hadirnya aksara Brahmi di daerah tersebut. Salomon dalam ulasannya tahun 1998 menyatakan bahwa adanya prasasti Anuradhapura mendukung teori bahwa aksara Brahmi bertumbuh di Asia Selatan sebelum zaman Maurya, dengan penelitian yang mendukung abad ke-4 SM, tetapi masih diragukan apakah prasasti tersebut dituliskan pada pecahan tembikar pada waktu belakangan.[105] Pakar Indologi Harry Falk berpendapat bahwa maklumat-maklumat Asoka mewakili tahap yang lebih tua dari Brahmi, sedangkan bukti paleografis tertentu bahkan termasuk prasasti Anuradhapura yang paling awal kemungkinan muncul belakangan, sehingga pecahan tembikar ini mungkin berasal dari setelah 250 SM.[107]
Baru-baru ini pada tahun 2013, Rajan dan Yatheeskumar menerbitkan publikasinya tentang penggalian di Porunthal dan Kodumanal, Tamil Nadu, tempat ditemukannya banyak prasasti beraksara Brahmi Tamil dan "Brahmi Prakerta".[108] Analisis yang dilakukan dengan stratigrafi digabungkan dengan uji radiokarbon terhadap sampel bulir padi dan arang menunjukkan bahwa prasasti ini muncul pada antara abad ke-6 dan mungkin abad ke-7 SM.[109] Karena masih merupakan terbitan baru, temuan mereka belum dikomentari secara luas dalam literatur. Ahli Indologi Harry Falk telah mengkritik klaim Rajan "sangat minim informasi"; Falk berpendapat bahwa prasasti yang ditemukan tersebut sama sekali tidak menggunakan aksara Brahmi, tetapi disalahartikan sebagai simbol grafiti Megalitikum yang bersifat nonlinguistik, yang digunakan di India Selatan selama beberapa abad selama era pra-literasi.[110]
Selain dari beberapa prasasti dalam bahasa Yunani dan Aram (yang hanya ditemukan pada abad ke-20), Maklumat-maklumat Asoka ditulis dalam aksara Brahmi dan kadang-kadang dalam aksara Kharosthi di barat laut, yang keduanya telah punah sekitar abad ke-4 M, dan belum diuraikan pada saat maklumat ini ditemukan dan diselidiki pada abad ke-19.[112][6]
Pada tahun 1834, upaya untuk mengidentifikasi huruf-huruf Brahmi oleh Rev. J. Stevenson telah dilakukan di Gua Karla (sekitar abad ke-1 M) berdasarkan kemiripan dengan aksara Gupta dari tulisan Samudragupta tentang pilar Allahabad (abad ke-4 M) yang baru saja dipecahkan, tetapi baru dapat dipecahkan dengan baik dalam sepertiganya, sehingga pemecahan aksara Brahmi belum seutuhnya.[113][114]
Upaya mengidentifikasi aksara Brahmi dari abad ke-3 hingga ke-2 SM akhirnya berhasil pada tahun 1836 oleh sarjana Norwegia Christian Lassen, yang menggunakan koin dwibahasa Yunani-Brahmi dari raja Indo-Yunani Agathokles dari Baktria dan kemiripan dengan aksara Pali untuk mengidentifikasi sejumlah huruf-huruf Brahmi dengan benar dan tepat.[6][115] Kecocokan tersebut dapat dibuktikan sebagai berikut:
Keterangan dalam aksara Yunani: ΒΑΣΙΛΕΩΣ / ΑΓΑΘΟΚΛΕΟΥΣ (Basileōs Agathokleous, "Raja Agathokles")
Keterangan dalam aksara Brahmi:𑀭𑀚𑀦𑁂 / 𑀅𑀕𑀣𑀼𑀼𑀓𑁆𑀮𑁂𑀬𑁂𑀲 (Rajane Agathukleyesa, "Raja Agathokle").[116]
James Prinsep, seorang arkeolog, filolog, dan pegawai Perusahaan Hindia Timur Britania, yang turut bekerja bersama Alexander Cunningham, dianggap telah berhasil sepenuhnya menguraikan aksara Brahmi.[6][7] Setelah membenarkan pemecahan pertama oleh Lassen, Prinsep menggunakan koin dwibahasa raja Indo-Yunani Pantaleon untuk menguraikan huruf-huruf lainnya.[115] James Prinsep kemudian menganalisis sejumlah besar prasasti berisi tentang adanya pendanaan pada relief di Stupa Sanchi, dan menemukan banyak sekali kalimat yang berakhir dengan dua huruf Brahmi yang sama: "𑀤𑀦𑀁". Prinsep menebak dengan benar bahwa kata tersebut dibaca sebagai danam, kata dalam bahasa Sanskerta untuk "hadiah", "sumbangan", atau "pendanaan", sehingga terus meningkatkan jumlah huruf yang dikenal.[117] Dengan bantuan Ratna Pala, seorang Sinhala, sarjana bahasa dan ahli bahasa Pali, Prinsep berhasil sepenuhnya menguraikan aksara Brahmi.[118][119][120][121] Dalam hasil penelitian yang diterbitkan pada bulan Maret 1838 Prinsep berhasil menerjemahkan prasasti pada sejumlah besar maklumat batu yang ditemukan di seluruh India, dan sejak saat itu menurut Richard Salomon, aksara Brahmi benar-benar berhasil dipecahkan dengan sempurna.[122][123]
Prasasti Asoka ditemukan di seluruh India dan varian regionalnya telah diteliti. Aksara Bhattiprolu, dengan bukti awal adalah prasasti yang berasal dari beberapa dekade masa pemerintahan Asoka, diyakini berevolusi dari aksara Brahmi yang bertumbuh di India selatan. Bahasa yang digunakan dalam prasasti-prasasti ini adalah bahasa Prakerta, hampir seluruhnya ditemukan pada relik-relik Buddha, meskipun nama-nama diri dalam bahasa Telugu telah diidentifikasi dalam beberapa prasasti. Dua puluh tiga aksara telah diidentifikasi. Huruf ga dan sa mirip dengan aksara Brahmi Maurya, sementara bha dan da mirip dengan aksara Telugu modern.
Aksara Tamil-Brahmi adalah varian dari aksara Brahmi yang digunakan di India Selatan sekitar abad ke-3 SM, khususnya di negara bagian Tamil Nadu dan Kerala. Pada periode yang sama, ada sebuah prasasti yang membuktikan penggunaannya di Sri Lanka. Bahasa yang digunakan di sekitar 70 prasasti Brahmi selatan yang ditemukan pada abad ke-20 telah diidentifikasi sebagai bahasa Prakerta.[55][56]
Dalam bahasa Inggris, banyak reproduksi naskah beraksara Brahmi di Sri Lanka muncul di Epigraphia Zeylanica. Dalam volume pertamanya (1976), banyak prasasti yang berangka tahun dari abad ke-3 hingga ke-2 SM.
Berbeda dengan maklumat-maklumat Asoka, kebanyakan prasasti di Sri Lanka ditemukan di atas gua. Bahasa prasasti Brahmi di Sri Lanka sebagian besar adalah Prakerta meskipun beberapa prasasti Brahmi Tamil juga telah ditemukan, seperti segel Annaicoddai.[124] Contoh-contoh tulisan beraksara Brahmi paling awal yang diterima secara luas ditemukan di Anuradhapura, Sri Lanka.[106]
Prasasti Khuan Luk Pat ditemukan di Thailand dalam aksara Brahmi Tamil. Angka tahunnya tidak dipastikan dan diusulkan berasal dari abad-abad permulaan pada era yang sama.[125] Menurut Frederick Asher, prasasti Brahmi Tamil pada pecahan tembikar telah ditemukan di Quseir al-Qadim dan di Berenike, Mesir yang menunjukkan bahwa telah ada kegiatan perdagangan yang berkembang pada zaman kuno di antara India dan wilayah Laut Merah. Bukti tambahan berupa prasasti Brahmi Tamil juga telah ditemukan di situs purbakala Khor Rori di Oman.[126]
Aksara Brahmi ditulis dari kiri ke kanan, termasuk keturunan-keturunannya. Namun, koin yang ditemukan di Eran menuliskan huruf Brahmi dari kanan ke kiri, seperti dalam abjad Aram. Ragam arah penulisan lainnya juga telah diketahui, meskipun inkonsistensi arah penulisan cukup banyak ditemukan dalam sistem penulisan kuno.[127]
Sebagai abugida, huruf-huruf Brahmi adalah konsonan, sedangkan vokal harus ditulis dengan tanda diakritik yang disebut mātrā dalam bahasa Sanskerta, kecuali ketika kata tersebut diawali dengan huruf vokal (vokal mandiri). Bila karakter diakritik vokal tidak ada, otomatis huruf tersebut memiliki nilai vokal /a/. Karakteristik ini juga mirip dengan Kharosthi, meskipun perlakuan vokalnya berbeda.
"Pasangan" (mirip konsepnya dengan aksara Jawa) digunakan untuk menulis gugus konsonan seperti /pr/ atau /rv/. Dalam aksara Dewanagari modern, "pasangan" ditulis di sebelah kanan konsonan yang dimatikan bila memungkinkan ('tiang' pada konsonan yang dimatikan dihilangkan), sedangkan dalam Brahmi pasangan ditulis di bawah huruf yang dimatikan.
Vokal (sandangan swara) dituliskan pada konsonan sebagai tanda diakritis, tetapi vokal mandiri memiliki huruf khusus. Ada tiga vokal "primer" dalam aksara Brahmi Asoka yang memiliki perbedaan panjang-pendek: /a/, /i/, /u/; vokal panjang diturunkan dari dua grafem vokal pendek. Ada empat vokal "sekunder" yang tidak memiliki perbedaan panjang-pendek, /e/, /ai/, /o/, /au/.[128] Akan tetapi perlu diketahui bahwa grafem /ai/ diturunkan dari /e/ dengan cara yang sama dengan perbedaan pendek-panjang dari vokal primer. Hanya ada sembilan tanda diakritis vokal; huruf-huruf yang tidak diberi tanda diakritis akan dibaca dengan vokal /a/. Simbol vokal mandiri untuk /au/ juga tampaknya kurang cukup bukti sejarah awalnya, meskipun memiliki diakritik. Sumber-sumber kuno menunjukkan ada 11 atau 12 vokal yang disebutkan pada permulaan daftar huruf Brahmi pada era Asoka, mungkin menambahkan aṃ atau aḥ.[129] Aksara Brahmi kemudian menyertakan vokal untuk empat konsonan alir silabis, /ṛ/ dan /ḷ/ pendek dan panjang. Sumber-sumber Tionghoa menunjukkan bahwa ini adalah penemuan baru oleh Nagarjuna atau Śarvavarman, seorang menteri Raja Hāla.[130]
Telah diketahui bahwa penggunaan diakritis untuk menandai vokal dalam aksara Brahmi dan Kharosthī, sangat cocok dengan bahasa Prakerta,[131] tetapi karena aksara Brahmi diadaptasi ke bahasa lain, sebuah notasi khusus yang disebut virāma diperkenalkan sebagai pemati konsonan pada kata terakhir sebuah kalimat. Yang membuat aksara Kharoṣṭhī berbeda adalah vokal di awal kalimat menggunakan satu huruf sebagai simbol vokal generik yang diberi diakritik sebagai pembeda, dan vokal panjang tidak dibedakan.
Urutan aksara Brahmi diyakini sama dengan turunan-turunannya, yang didasarkan pada Siksha, teori fonologi tradisional bahasa Sanskerta. Huruf dikelompokkan mulai dari vokal (dimulai dengan a), kemudian daftar lima konsonan berturut-turut velar, palatal, retrofleks, dental, labial, dan diakhiri dengan 4 semivokal, 3 konsonan sibilan, dan satu konsonan celah. Thomas Trautmann menyebutkan bahwa huruf-huruf rumpun aksara Brahmi berdasarkan "pengurutan yang cukup beralasan" ini. [132]
k- | kh- | g- | gh- | ṅ- | c- | ch- | j- | jh- | ñ- | ṭ- | ṭh- | ḍ- | ḍh- | ṇ- | t- | th- | d- | dh- | n- | p- | ph- | b- | bh- | m- | y- | r- | l- | v- | ś- | ṣ- | s- | h- | ḷ- | |
-a | 𑀓 | 𑀔 | 𑀕 | 𑀖 | 𑀗 | 𑀘 | 𑀙 | 𑀚 | 𑀛 | 𑀜 | 𑀝 | 𑀞 | 𑀟 | 𑀠 | 𑀡 | 𑀢 | 𑀣 | 𑀤 | 𑀥 | 𑀦 | 𑀧 | 𑀨 | 𑀩 | 𑀪 | 𑀫 | 𑀬 | 𑀭 | 𑀮 | 𑀯 | 𑀰 | 𑀱 | 𑀲 | 𑀳 | 𑀴 |
-ā | 𑀓𑀸 | 𑀔𑀸 | 𑀕𑀸 | 𑀖𑀸 | 𑀗𑀸 | 𑀘𑀸 | 𑀙𑀸 | 𑀚𑀸 | 𑀛𑀸 | 𑀜𑀸 | 𑀝𑀸 | 𑀞𑀸 | 𑀟𑀸 | 𑀠𑀸 | 𑀡𑀸 | 𑀢𑀸 | 𑀣𑀸 | 𑀤𑀸 | 𑀥𑀸 | 𑀦𑀸 | 𑀧𑀸 | 𑀨𑀸 | 𑀩𑀸 | 𑀪𑀸 | 𑀫𑀸 | 𑀬𑀸 | 𑀭𑀸 | 𑀮𑀸 | 𑀯𑀸 | 𑀰𑀸 | 𑀱𑀸 | 𑀲𑀸 | 𑀳𑀸 | 𑀴𑀸 |
-i | 𑀓𑀺 | 𑀔𑀺 | 𑀕𑀺 | 𑀖𑀺 | 𑀗𑀺 | 𑀘𑀺 | 𑀙𑀺 | 𑀚𑀺 | 𑀛𑀺 | 𑀜𑀺 | 𑀝𑀺 | 𑀞𑀺 | 𑀟𑀺 | 𑀠𑀺 | 𑀡𑀺 | 𑀢𑀺 | 𑀣𑀺 | 𑀤𑀺 | 𑀥𑀺 | 𑀦𑀺 | 𑀧𑀺 | 𑀨𑀺 | 𑀩𑀺 | 𑀪𑀺 | 𑀫𑀺 | 𑀬𑀺 | 𑀭𑀺 | 𑀮𑀺 | 𑀯𑀺 | 𑀰𑀺 | 𑀱𑀺 | 𑀲𑀺 | 𑀳𑀺 | 𑀴𑀺 |
-ī | 𑀓𑀻 | 𑀔𑀻 | 𑀕𑀻 | 𑀖𑀻 | 𑀗𑀻 | 𑀘𑀻 | 𑀙𑀻 | 𑀚𑀻 | 𑀛𑀻 | 𑀜𑀻 | 𑀝𑀻 | 𑀞𑀻 | 𑀟𑀻 | 𑀠𑀻 | 𑀡𑀻 | 𑀢𑀻 | 𑀣𑀻 | 𑀤𑀻 | 𑀥𑀻 | 𑀦𑀻 | 𑀧𑀻 | 𑀨𑀻 | 𑀩𑀻 | 𑀪𑀻 | 𑀫𑀻 | 𑀬𑀻 | 𑀭𑀻 | 𑀮𑀻 | 𑀯𑀻 | 𑀰𑀻 | 𑀱𑀻 | 𑀲𑀻 | 𑀳𑀻 | 𑀴𑀻 |
-u | 𑀓𑀼 | 𑀔𑀼 | 𑀕𑀼 | 𑀖𑀼 | 𑀗𑀼 | 𑀘𑀼 | 𑀙𑀼 | 𑀚𑀼 | 𑀛𑀼 | 𑀜𑀼 | 𑀝𑀼 | 𑀞𑀼 | 𑀟𑀼 | 𑀠𑀼 | 𑀡𑀼 | 𑀢𑀼 | 𑀣𑀼 | 𑀤𑀼 | 𑀥𑀼 | 𑀦𑀼 | 𑀧𑀼 | 𑀨𑀼 | 𑀩𑀼 | 𑀪𑀼 | 𑀫𑀼 | 𑀬𑀼 | 𑀭𑀼 | 𑀮𑀼 | 𑀯𑀼 | 𑀰𑀼 | 𑀱𑀼 | 𑀲𑀼 | 𑀳𑀼 | 𑀴𑀼 |
-ū | 𑀓𑀽 | 𑀔𑀽 | 𑀕𑀽 | 𑀖𑀽 | 𑀗𑀽 | 𑀘𑀽 | 𑀙𑀽 | 𑀚𑀽 | 𑀛𑀽 | 𑀜𑀽 | 𑀝𑀽 | 𑀞𑀽 | 𑀟𑀽 | 𑀠𑀽 | 𑀡 | 𑀢𑀽 | 𑀣𑀽 | 𑀤𑀽 | 𑀥𑀽 | 𑀦𑀽 | 𑀧𑀽 | 𑀨𑀽 | 𑀩𑀽 | 𑀪𑀽 | 𑀫𑀽 | 𑀬𑀽 | 𑀭𑀽 | 𑀮𑀽 | 𑀯𑀽 | 𑀰𑀽 | 𑀱𑀽 | 𑀲𑀽 | 𑀳𑀽 | 𑀴𑀽 |
-e | 𑀓𑁂 | 𑀔𑁂 | 𑀕𑁂 | 𑀖𑁂 | 𑀗𑁂 | 𑀘𑁂 | 𑀙𑁂 | 𑀚𑁂 | 𑀛𑁂 | 𑀜𑁂 | 𑀝𑁂 | 𑀞𑁂 | 𑀟𑁂 | 𑀠𑁂 | 𑀡 | 𑀢𑁂 | 𑀣𑁂 | 𑀤𑁂 | 𑀥𑁂 | 𑀦𑁂 | 𑀧𑁂 | 𑀨𑁂 | 𑀩𑁂 | 𑀪𑁂 | 𑀫𑁂 | 𑀬𑁂 | 𑀭𑁂 | 𑀮𑁂 | 𑀯𑁂 | 𑀰𑁂 | 𑀱𑁂 | 𑀲𑁂 | 𑀳𑁂 | 𑀴𑁂 |
-o | 𑀓𑁄 | 𑀔𑁄 | 𑀕𑁄 | 𑀖𑁄 | 𑀗𑁄 | 𑀘𑁄 | 𑀙𑁄 | 𑀚𑁄 | 𑀛𑁄 | 𑀜𑁄 | 𑀝𑁄 | 𑀞𑁄 | 𑀟𑁄 | 𑀠𑁄 | 𑀡 | 𑀢𑁄 | 𑀣𑁄 | 𑀤𑁄 | 𑀥𑁄 | 𑀦𑁄 | 𑀧𑁄 | 𑀨𑁄 | 𑀩𑁄 | 𑀪𑁄 | 𑀫𑁄 | 𑀬𑁄 | 𑀭𑁄 | 𑀮𑁄 | 𑀯𑁄 | 𑀰𑁄 | 𑀱𑁄 | 𑀲𑁄 | 𑀳𑁄 | 𑀴𑁄 |
Tanda baca[134] dapat dikecualikan dari aturan umum dalam penulisan aksara Brahmi Asoka. Misalnya, spasi yang di antara kata-kata sering ada dalam maklumat pilar Asoka tetapi ada juga yang tidak memakainya. ("Maklumat Pilar Asoka" yang merujuk pada teks-teks pada pilar-pilar batu sering kali bertujuan agar membuatnya mudah dibaca publik.) Penulisan per kata menggunakan spasi tidak digunakan secara konsisten.
Pada periode awal Brahmi, tanda baca sangat tidak banyak ditampilkan. Huruf-huruf telah ditulis secara mandiri dengan menggunakan spasi antarkata.
Pada periode pertengahan, penulisan tanda baca mulai dikembangkan. Tanda pisah dan garis horizontal melengkung mulai dipergunakan. Tanda lotus (bunga) tampaknya menandai akhir dari sebuah bab atau wacana, dan tanda lingkaran dimaknai sebagai tanda titik.
Pada akhir periode Brahmi, sistem tanda baca menjadi lebih rumit. Misalnya, ada empat bentuk berbeda dari dua garis miring vertikal (seperti "//") untuk menandai akhir dari penulisan. Terlepas dari semua tanda baca dekoratif yang tersedia selama periode akhir, tanda-tanda itu tetap cukup sederhana dalam prasasti. Alasan yang mungkin adalah bahwa penatahan di atas batu memiliki batasan sedangkan penulisan tidak.
Baums mengidentifikasi tujuh jenis tanda baca berbeda yang diperlukan untuk representasi komputer dari aksara Brahmi:[135]
Aksara Brahmi diklasifikasikan dalam tiga jenis utama, menurut tahapan historis dari evolusinya selama hampir satu milenium:[136]
Aksara Brahmi Asoka (abad ke-3 SM) tampil sebagai aksara yang geometris dengan tampilan yang cukup rapi
Huruf | IAST dan IPA Sanskerta |
Mātrā | IAST dan IPA Sanskerta |
Huruf | IAST dan IPA Sanskerta |
Mātrā | IAST dan IPA Sanskerta |
---|---|---|---|---|---|---|---|
𑀅 | a /ə/ | 𑀓 | ka /kə/ | 𑀆 | ā /aː/ | 𑀓𑀸 | kā /kaː/ |
𑀇 | i /i/ | 𑀓𑀺 | ki /ki/ | 𑀈 | ī /iː/ | 𑀓𑀻 | kī /kiː/ |
𑀉 | u /u/ | 𑀓𑀼 | ku /ku/ | 𑀊 | ū /uː/ | 𑀓𑀽 | kū /kuː/ |
𑀏 | e /eː/ | 𑀓𑁂 | ke /keː/ | 𑀑 | o /oː/ | 𑀓𑁄 | ko /koː/ |
𑀐 | ai /əi/ | 𑀓𑁃 | kai /kəi/ | 𑀒 | au /əu/ | 𑀓𑁅 | kau /kəu/ |
Plosif | Nasal | Semivokal | Frikatif | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Suara → | nirsuara | bersuara | nirsuara | bersuara | ||||||||||||
Aspirasi → | tidak | ya | tidak | ya | tidak | ya | ||||||||||
Velar | 𑀓 | ka /k/ | 𑀔 | kha /kʰ/ | 𑀕 | ga /g/ | 𑀖 | gha /ɡʱ/ | 𑀗 | ṅa /ŋ/ | 𑀳 | ha /ɦ/ | ||||
Palatal | 𑀘 | ca /c/ | 𑀙 | cha /cʰ/ | 𑀚 | ja /ɟ/ | 𑀛 | jha /ɟʱ/ | 𑀜 | ña /ɲ/ | 𑀬 | ya /j/ | 𑀰 | śa /ɕ/ | ||
Retrofleks | 𑀝 | ṭa /ʈ/ | 𑀞 | ṭha /ʈʰ/ | 𑀟 | ḍa /ɖ/ | 𑀠 | ḍha /ɖʱ/ | 𑀡 | ṇa /ɳ/ | 𑀭 | ra /r/ | 𑀱 | ṣa /ʂ/ | ||
Dental | 𑀢 | ta /t̪/ | 𑀣 | tha /t̪ʰ/ | 𑀤 | da /d̪/ | 𑀥 | dha /d̪ʱ/ | 𑀦 | na /n/ | 𑀮 | la /l/ | 𑀲 | sa /s/ | ||
Labial | 𑀧 | pa /p/ | 𑀨 | pha /pʰ/ | 𑀩 | ba /b/ | 𑀪 | bha /bʱ/ | 𑀫 | ma /m/ | 𑀯 | va /w, ʋ/ |
Huruf yang tidak cocok dengan daftar di atas adalah 𑀴 ḷa .
Aksara Brahmi Asoka kini disertakan dalam Standar Unicode pada Oktober 2010 dengan merilis versi 6.0.
Blok Unicode untuk Brahmi adalah U+11000 – U+1107F. Penempatannya berada di dalam Supplementary Multilingual Plane. Pada Agustus 2014 ada dua rupa huruf nonkomersial yang mendukung aksara Brahmi, yaitu Noto Sans Brahmi dikembangkan di bawah pengawasan Google yang mencakup semua huruf,[142] dan Adinatha yang hanya mencakup aksara Brahmi Tamil.[143] Segoe UI Historic, yang terinstal bersama dengan Windows 10, juga menampilkan glif aksara Brahmi.
Kata dalam bahasa Sanskerta untuk Brahmi, ब्राह्मी ( IAST Brāhmī ) dalam aksara Brahmi akan ditampilkan sebagai berikut: 𑀩𑁆𑀭𑀸𑀳𑁆𑀫𑀻 .
Brahmi[1][2] Official Unicode Consortium code chart (PDF) | ||||||||||||||||
0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | A | B | C | D | E | F | |
U+1100x | 𑀀 | 𑀁 | 𑀂 | 𑀃 | 𑀄 | 𑀅 | 𑀆 | 𑀇 | 𑀈 | 𑀉 | 𑀊 | 𑀋 | 𑀌 | 𑀍 | 𑀎 | 𑀏 |
U+1101x | 𑀐 | 𑀑 | 𑀒 | 𑀓 | 𑀔 | 𑀕 | 𑀖 | 𑀗 | 𑀘 | 𑀙 | 𑀚 | 𑀛 | 𑀜 | 𑀝 | 𑀞 | 𑀟 |
U+1102x | 𑀠 | 𑀡 | 𑀢 | 𑀣 | 𑀤 | 𑀥 | 𑀦 | 𑀧 | 𑀨 | 𑀩 | 𑀪 | 𑀫 | 𑀬 | 𑀭 | 𑀮 | 𑀯 |
U+1103x | 𑀰 | 𑀱 | 𑀲 | 𑀳 | 𑀴 | 𑀵 | 𑀶 | 𑀷 | 𑀸 | 𑀹 | 𑀺 | 𑀻 | 𑀼 | 𑀽 | 𑀾 | 𑀿 |
U+1104x | 𑁀 | 𑁁 | 𑁂 | 𑁃 | 𑁄 | 𑁅 | 𑁆 | 𑁇 | 𑁈 | 𑁉 | 𑁊 | 𑁋 | 𑁌 | 𑁍 | ||
U+1105x | 𑁒 | 𑁓 | 𑁔 | 𑁕 | 𑁖 | 𑁗 | 𑁘 | 𑁙 | 𑁚 | 𑁛 | 𑁜 | 𑁝 | 𑁞 | 𑁟 | ||
U+1106x | 𑁠 | 𑁡 | 𑁢 | 𑁣 | 𑁤 | 𑁥 | 𑁦 | 𑁧 | 𑁨 | 𑁩 | 𑁪 | 𑁫 | 𑁬 | 𑁭 | 𑁮 | 𑁯 |
U+1107x | BNJ | |||||||||||||||
Catatan |
Aksara Brahmi digunakan untuk menuliskan prasasti paling terkenal dari India kuno, dimulai dengan Maklumat-maklumat Asoka, sekitar 250 SM.
Dalam maklumat Rummindei di Lumbini, Nepal, Asoka menjelaskan kunjungannya saat 21 tahun bertakhta, dan menetapkan Lumbini sebagai tempat kelahiran Sang Buddha. Pertama kalinya dalam sejarah, ia juga memberi nama "Sakyamuni" (orang bijak dari Sakya), untuk menyebut Sang Buddha.[144]
Terjemahan | Transliterasi (aksara Brahmi asli) |
Prasasti
(Bahasa Prakerta dalam aksara Brahmi) |
---|---|---|
|
|
Pilar Heliodorus adalah pilar batu yang didirikan sekitar 113 SM di India tengah[146] di Vidisha yang saat ini terletak di dekat Besnagar, oleh Heliodorus, seorang utusan Indo-Yunani dari raja Indo-Yunani Antialcidas di Taxila yang dipersembahkan kepada istana Raja Shunga Bhagabhadra. Secara historis, prasasti ini adalah salah satu prasasti terawal yang diyakini berhubungan dengan Waisnawaisme di India.[147][148][149]
Terjemahan | Transliterasi (aksara Brahmi asli) |
Prasasti (Bahasa Prakerta dalam aksara Brahmi) |
---|---|---|
Patung Garuda, kendaraan Basudewa, Dewa dari para dewa Tiga Sila (langkah kaki) Abadi... untuk meraih surga-Nya: pengendalian diri, amal, kesadaran |
|
|
Aksara Brahmi Pertengahan, disebut juga "Brahmi Kushana" mulai dipergunakan sejak abad pertama hingga abad ke-3 M. Huruf-hurufnya agak membulat daripada pendahulunya, dan memperkenalkan sejumlah variasi bentuk huruf yang signifikan. Beberapa karakter (r̩ dan l̩), dimasukkan sebagai 'vokal', mulai dipergunakan untuk mengakomodasi transkripsi bahasa Sanskerta.[151][152]
Plosif | Nasal | Semivokal | Frikatif | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Suara → | nirsuara | bersuara | nirsuara | bersuara | ||||||||||||
Aspirasi → | tidak | ya | tidak | ya | tidak | ya | ||||||||||
Velar | ka /k/ | kha /kʰ/ | ga /g/ | gha /ɡʱ/ | ṅa /ŋ/ | ha /ɦ/ | ||||||||||
Palatal | ca /c/ | cha /cʰ/ | ja /ɟ/ | jha /ɟʱ/ | ña /ɲ/ | ya /j/ | śa /ɕ/ | |||||||||
Retrofleks | ṭa /ʈ/ | ṭha /ʈʰ/ | ḍa /ɖ/ | ḍha /ɖʱ/ | ṇa /ɳ/ | ra /r/ | ṣa /ʂ/ | |||||||||
Dental | ta /t̪/ | tha /t̪ʰ/ | da /d̪/ | dha /d̪ʱ/ | na /n/ | la /l/ | sa /s/ | |||||||||
Labial | pa /p/ | pha /pʰ/ | ba /b/ | bha /bʱ/ | ma /m/ | va /w, ʋ/ |
Plosif | Nasal | Semivokal | Frikatif | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Suara → | nirsuara | bersuara | nirsuara | bersuara | ||||||||||||
Aspirasi → | tidak | ya | tidak | ya | tidak | ya | ||||||||||
Velar | ka /k/ | kha /kʰ/ | ga /g/ | gha /ɡʱ/ | ṅa /ŋ/ | ha /ɦ/ | ||||||||||
Palatal | ca /c/ | cha /cʰ/ | ja /ɟ/ | jha /ɟʱ/ | ña /ɲ/ | ya /j/ | śa /ɕ/ | |||||||||
Retrofleks | ṭa /ʈ/ | ṭha /ʈʰ/ | ḍa /ɖ/ | ḍha /ɖʱ/ | ṇa /ɳ/ | ra /r/ | ṣa /ʂ/ | |||||||||
Dental | ta /t̪/ | tha /t̪ʰ/ | da /d̪/ | dha /d̪ʱ/ | na /n/ | la /l/ | sa /s/ | |||||||||
Labial | pa /p/ | pha /pʰ/ | ba /b/ | bha /bʱ/ | ma /m/ | va /w, ʋ/ |
Selama kurang lebih satu milenium, aksara Brahmi berkembang menjadi banyak aksara regional dan lokal, umumnya diklasifikasikan menjadi kelompok Selatan yang cenderung kursif dan melengkung dan kelompok Utara yang bersudut-sudut. Seiring waktu, aksara regional tersebut kemudian dijadikan sebagai aksara penulisan bahasa terkait. Aksara Brahmi Utara melahirkan aksara Gupta yang tumbuh pada Kekaisaran Gupta, terkadang juga disebut "Brahmi Baru" (digunakan selama abad ke-5), yang pada gilirannya terdiversifikasi menjadi sejumlah aksara kursif selama Abad Pertengahan, seperti aksara Siddhaṃ (abad ke-6), Śāradā (abad ke-9), dan Dewanagari (abad ke-10).
Aksara Brahmi Selatan menurunkan aksara Grantha (abad ke-6), aksara Vatteluttu (abad ke-8), dan adanya pengaruh masuknya Hindu-Buddha di Asia Tenggara selama abad-abad awal Masehi, juga menurunkan aksara Baybayin di Filipina, aksara Jawa di Indonesia, aksara Khmer di Kamboja, dan aksara Mon Kuno di Burma.
Aksara yang juga tergolong rumpun Brahmi adalah sejumlah aksara Asia Tengah seperti aksara Tibet, aksara Tokharia, dan aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Saka.
Beberapa penulis berpendapat bahwa bentuk huruf dasar dari hangeul dimodelkan pada aksara Phagspa dari Kekaisaran Mongol, yang merupakan turunan dari aksara Tibet, yang juga tergolong rumpun Brahmi.[162][163]
Urutan aksara ini juga mempengaruhi aksara kana Jepang, meskipun asal usul aksara tersebut tidak ada hubungannya.[164]
Evolusi aksara Brahmi, Gupta, dan Dewanagari[137] | |||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
k- | kh- | g- | gh- | ṅ- | c- | ch- | j- | jh- | ñ- | ṭ- | ṭh- | ḍ- | ḍh- | ṇ- | t- | th- | d- | dh- | n- | p- | ph- | b- | bh- | m- | y- | r- | l- | v- | ś- | ṣ- | s- | h- | |
Aksara Brahmi | 𑀓 | 𑀔 | 𑀕 | 𑀖 | 𑀗 | 𑀘 | 𑀙 | 𑀚 | 𑀛 | 𑀜 | 𑀝 | 𑀞 | 𑀟 | 𑀠 | 𑀡 | 𑀢 | 𑀣 | 𑀤 | 𑀥 | 𑀦 | 𑀧 | 𑀨 | 𑀩 | 𑀪 | 𑀫 | 𑀬 | 𑀭 | 𑀮 | 𑀯 | 𑀰 | 𑀱 | 𑀲 | 𑀳 |
Aksara Gupta | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Aksara Dewanagari | कTemplat:Script/doc/id-unk/report | खTemplat:Script/doc/id-unk/report | गTemplat:Script/doc/id-unk/report | घTemplat:Script/doc/id-unk/report | ङTemplat:Script/doc/id-unk/report | चTemplat:Script/doc/id-unk/report | छTemplat:Script/doc/id-unk/report | जTemplat:Script/doc/id-unk/report | झTemplat:Script/doc/id-unk/report | ञTemplat:Script/doc/id-unk/report | टTemplat:Script/doc/id-unk/report | ठTemplat:Script/doc/id-unk/report | डTemplat:Script/doc/id-unk/report | ढTemplat:Script/doc/id-unk/report | णTemplat:Script/doc/id-unk/report | तTemplat:Script/doc/id-unk/report | थTemplat:Script/doc/id-unk/report | दTemplat:Script/doc/id-unk/report | धTemplat:Script/doc/id-unk/report | नTemplat:Script/doc/id-unk/report | पTemplat:Script/doc/id-unk/report | फTemplat:Script/doc/id-unk/report | बTemplat:Script/doc/id-unk/report | भTemplat:Script/doc/id-unk/report | मTemplat:Script/doc/id-unk/report | यTemplat:Script/doc/id-unk/report | रTemplat:Script/doc/id-unk/report | लTemplat:Script/doc/id-unk/report | वTemplat:Script/doc/id-unk/report | शTemplat:Script/doc/id-unk/report | षTemplat:Script/doc/id-unk/report | सTemplat:Script/doc/id-unk/report | हTemplat:Script/doc/id-unk/report |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.