From Wikipedia, the free encyclopedia
Pertempuran Sekigahara (関ヶ原の戦い , sekigahara no tatakai) ialah pertempuran yang berlaku tanggal 15 September 1600 menurut kalender lunar (21 Oktober 1600 menurut takwim Gregorius) di Sekigahara, daerah Fuwa, Wilayah Mino, Jepun.
Pertempuran Sekigahara | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Lukisan zaman Edo yang menggambarkan pertempuran Sekigahara. | |||||||||
| |||||||||
Pihak yang terlibat | |||||||||
Pasukan Barat Toyotomi Hideyori | Pasukan Timur Tokugawa Ieyasu | ||||||||
Komandan dan pemimpin | |||||||||
Ishida MitsunariMōri TerumotoKobayakawa HideakiUkita HideieChōsokabe MorichikaShimazu Yoshihiro | Tokugawa Ieyasu | ||||||||
Kekuatan | |||||||||
104.000 (ada pelbagai penjelasan tentang jumlah) | 82.000 (ada pelbagai penjelasan tentang jumlah) | ||||||||
Kerugian dan korban | |||||||||
Tidak jelas | Tidak jelas |
Pertempuran melibatkan pihak yang dipimpin Tokugawa Ieyasu melawan pihak Ishida Mitsunari sehubungan perebutan kekuasaan sesudah mangkatnya Toyotomi Hideyosyi. Pertempuran dimenangi oleh pihak Tokugawa Ieyasu yang melancarkan pembentukkan Kesyogunan Tokugawa.
Dendam akibat Pertempuran Sekigahara berperanan melahirkan gerakan menggulingkan pemerintahan Kesyogunan Edo dalam abad ke-19 yang bermula dari wilayah han Satsuma dan Chōshū.
Pihak yang bertikaian dalam pertempuran ini terbahagi kepada kubu Tokugawa (Pasukan utara) dan kubu pennyokong puak Toyotomi (Pasukan Barat). Puak Toyotomi sendiri tidak memihak mana-mana pihak yang bertikai dan tidak ambil bahagian dalam pertempuran.
Setelah pertempuran selesai, kekuasaan tentera cenderung berjaya dikuasai pihak Tokugawa sehingga Pertempuran Sekigahara juga terkenal dengan sebutan Tenka wakeme no tatakai (天下分け目の戦い , pertempuran yang menentukan pemimpin Jepun).
Pada detik terjadinya pertempuran, masih belum digunakan istilah Pasukan Barat dan Pasukan Timur. Kedua-dua istilah tersebut baru digunakan para sejarawan di kemudian hari untuk menyebut mengenai kedua-dua belah pihak yang bertikaian.
Pemerintah Toyotomi yang berhasil menjadi pemersatu Jepun menyangkal keberadaan pertentangan tajam antara puak bersenjata bentukan pemerintah dan pihak birokrat yang terdiri daripada pejabat tinggi pengatur kegiatan beragama, ekonomi dan pemerintahan. Puak bersenjata terdiri daripada komandan tentera pro puak Toyotomi yang pernah diturunkan ke garis depan perang penaklukan Joseon. Bentrokan langsung antar puak bersenjata dan pihak birokrat dapat dicegah oleh Toyotomi Hideyoshi dan adik kandungnya yang bernama Toyotomi Hidenaga.
Pertentangan menjadi semakin panas setelah pasukan ditarik mundur dari Joseon dan mangkatnya Toyotomi Hidenaga di tahun 1591. Di akhir hayatnya, Toyotomi Hideyoshi mengambil sumpah setia para pengikut loyal yang terdiri daripada dewan lima menteri dan lima orang pelaksana pentadbiran untuk membantu pemerintahan yang dipimpin Toyotomi Hideyori. Pertentangan di kalangan tentera pengikut Hideyoshi mencuat ke permukaan sejak mangkatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan Ogos 1598 di Istana Fushimi.
Tokugawa Ieyasu merupakan salah satu anggota dewan lima menteri yang menjadi tokoh yang sangat berpengaruh. Ieyasu mengatur pembahagian wilayah untuk para daimyo berikut nilai kokudaka untuk setiap wilayah. Ieyasu juga menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para daimyo yang berlaku di zaman pemerintahan Hideyoshi. Maeda Toshiie yang bertentangan dengan Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan Ieyasu.
Setelah Maeda Toshiie mangkat di bulan Mac tahun berikutnya (1599), bentrokan bersenjata terjadi antara puak birokrat pimpinan Ishida Mitsunari dan puak bersenjata pimpinan kelompok Katō Kiyomasa, Fukushima Masanori dan 7 komandan tentera. Ishida Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Ieyasu dan dituduh Ieyasu bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari lalu dipecat sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah di Istana Sawayama.
Ada pendapat yang meragukan cerita Ishida Mitsunari yang kabur bersembunyi di rumah kediaman Ieyasu, kerana peristiwa ini tidak disokong bukti sejarah yang kuat.
Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya kerjaya politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan dari Istana Osaka.
Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan cara memanfaatkan pertentangan antara puak tentera dan puak birokrat di dalam pemerintahan Toyotomi yang semakin melemah.
Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa Ieyasu yang didalangi Maeda Toshinaga (putra pewaris Maeda Toshiie), anggota dewan lima pelaksana pemerintahan yang terdiri daripada Asano Nagamasa, Ōno Harunaga dan Hijikata Katsuhisa ikut menjadi tersangka sehingga dipecat dan dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang dibawah perintah Ieyasu berusaha menangkap Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan. Atas tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu kandungnya Hōshun-in (Matsu) kepada Ieyasu untuk disandera.
Memasuki tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya Fujita Nobuyoshi (mantan pengikut puak Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu penguasa Aizu yang dituduh telah memperkuat diri secara tentera. Ieyasu juga memperingatkan kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan menyerang Kyoto sekaligus meminta Kagekatsu untuk datang ke Kyoto untuk menjelaskan duduk persoalan.
Penasehat Kagekatsu yang bernama Naoe Kanetsugu menolak tuduhan Ieyasu, tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang kedudukan Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di Aizu.
Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan Ōtani Yoshitsugu, anggota dewan pelaksana pentadbiran Mashida Nagamori dan Ankokuji Ekei. Kelompok Mitsunari mendapat sokongan tentera pasukan Mōri Terumoto yang bersama-sama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera isteri dan anak-anak para daimyo pengikut Ieyasu sebelum mengangkat senjata melawan pasukan Ieyasu.
Ieyasu menyedari pergerakan tentera Mitsunari sewaktu berada di Oyama (provinsi Shimotsuke) berdasarkan laporan pengikutnya yang bernama Torii Mototada yang tinggal di Istana Fushimi. Ieyasu yang sedang dalam perjalanan untuk menakluki Uesugi Kagekatsu di Aizu segera membatalkan rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini dikenal sebagai Perundingan Oyama. Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri daripada pasukan Ieyasu, tapi sebahagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus menyokong Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke arah barat untuk kembali ke Kyoto.
Penjelasan lain mengatakan penakluki Uesugi Kagekatsu semata-mata digunakan Tokugawa Ieyasu sebagai alasan untuk dapat bentrok dengan pasukan Mitsunari. Daerah Kinai sengaja dibiarkan tidak terjaga untuk mengundang pergerakan pasukan Mitsunari. Istana Fushimi sengaja ditinggalkan pasukan Ieyasu dan hanya dijaga pasukan Torii Mototada untuk memancing penyerangan pasukan Mitsunari.
Pihak yang saling berhadapan dalam Pertempuran Sekigahara tidak boleh dengan mudah dibahagi dua menjadi Pasukan Timur yang terdiri daripada pasukan Tokugawa dan Pasukan Barat ialah pasukan Toyotomi. Ada pendapat yang mengatakan Pasukan Timur justeru terdiri daripada pasukan biasa di bawah pemerintah Toyotomi, sedangkan Pasukan Barat justru merupakan pasukan pemberontak. Keberadaan Pasukan Barat hampir-hampir tidak diketahui oleh tokoh-tokoh penting dalam pemerintahan Hideyori. Beberapa pejabat tinggi yang tidak setuju dengan pergerakan Pasukan Barat juga mengambil sikap pura-pura tidak tahu.
Pada tanggal 2 Julai 1600, Ishida Mitsunari memujuk Ōtani Yoshitsugu yang bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.
Pada hari berikutnya (12 Julai), Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori dan Ankokuji Ekei mengadakan pertemuan rahasia di Istana Sawayama. Dalam pertemuan antara lain disepakati permohonan untuk menunjuk Mōri Terumoto sebagai panglima tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan yang bermaksud bergabung dengan Pasukan Timur. Gerakan pasukan Chōsokabe Morichika dan Nabeshima Katsushige menjadi terhenti sehingga akhirnya tidak jadi bergabung dengan Pasukan Timur.
Pada tanggal 17 Julai, Mitsunari menyatakan perang terhadap Ieyasu dengan mengepung Istana Fushimi yang dijaga pengikut Ieyasu bernama Torii Mototada. Mitsunari mengeluarkan peringatan kepada Mototada agar menyerah. Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal 19 Julai. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Ukita Hideie dan Shimazu Yoshihiro. Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada tanggal 1 Ogos.
Selanjutnya, saki-baki kekuatan tentera Tokugawa seperti Istana Tanabe di provinsi Tango, Istana Anotsu dan Istana Matsusaka di provinsi Ise, secara berturut-turut semuanya berjaya direbut pasukan Mitsunari di bulan Ogos 1600. Mitsunari yang berniat menyerang provinsi Mino memindahkan markas pasukannya dari Istana Sawayama ke Istana Ōgaki pada tanggal 10 Ogos.
Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui jalur Tōkaido tanpa dipimpin Tokugawa Ieyasu yang sedang berada di Edo. Fukushima Masanori dan Ikeda Terumasa yang berada di garis depan pimpinan Pasukan Timur berhasil menakluki Istana Gifu yang dikuasai Oda Hidenobu (Sanbōshi) pada tanggal 23 Ogos. Ieyasu sedang berada di Edo mengirimkan surat kepada para daimyo. Ieyasu memanfaatkan Tōdō Takatora dan Kuroda Nagamasa untuk memujuk daimyo yang setia pada Toyotomi agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu, Ieyasu dengan segan memimpin sekitar 30 000 tentera melalui jalur Tōkaido menuju Osaka.
Putra ketiga Ieyasu yang bernama Tokugawa Hidetada diserahi tugas memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri daripada 38 000 tentera. Hidetada sedang membawa pasukan melewati jalur Nakasendō berusaha menakluki Istana Ueda yang dipertahankan oleh Sanada Masayuki tapi gagal. Pasukan Hidetada yang mendapat perlawanan daripada pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima hukuman daripada Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum boleh menghadap Ieyasu.
Para bawahan Tokugawa Hidetada seperti daimyo wilayah han Ōgo bernama Makino Yasunari dihukum kurungan kerana dituduh bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa tahun kemudian.
Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang dipimpin sendiri oleh Ieyasu, pasukan inti Tokugawa memerlukan waktu terlalu lama untuk menghadapi Sanada Masayuki yang hanya memiliki sedikit tentera. Pendapat lain yang dapat dipercayai mengatakan Ieyasu menggunakan strategi tidak menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang dimilikinya tetap utuh agar boleh digunakan di kemudian hari.
Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang. Pada awalnya, Hidetada menerima perintah daripada Ieyasu untuk menakluki Istana Ueda di provinsi Shinshu. Perintah menyerang Shinshu dibatalkan oleh Ieyasu setelah mendengar berita jatuhnya Istana Gifu. Tokugawa Ieyasu mengeluarkan perintah yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi Mino pada tanggal 29 Ogos tapi pada waktu itu sungai Tonegawa sedang banjir sehingga perjalanan utusan yang membawa pesanan daripada Ieyasu menjadi terhambat. Utusan dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal 9 September, sehingga keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.
Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempuran (14 September 1600).
Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama Shima Sakon mengusulkan agar sebahagian pasukan Mitsunari mengambil kedudukan di sekitar tempat mengalirnya sungai Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabiskannya. Peristiwa ini disebut Pertempuran Sungai Kuise.
Ishida Mitsunari dan pimpinan Pasukan Barat terpancing keluar menuju Sekigahara ketika sedang mempertahankan Istana Ōgaki akibat desas-desus yang disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke Osaka." Ada kelainan pendapat tentang kebenaran Ieyasu perlu menyebar desas-desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya kerana pertahanan Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.
( S Menghantar pasukan ke Sekigahara, ×T Membelot daripada Pasukan Barat kepada Pasukan Timur)
Pasukan Timur | Komandan tentera | Kokudaka | Pasukan Barat | Komandan tentera | Kokudaka |
Tokugawa Ieyasu | 2 550 000 S | Mōri Terumoto | 1 205 000 | ||
Maeda Toshinaga | 830 000 | Uesugi Kagekatsu | 1 200 000 | ||
Date Masamune | 580 000 | Ukita Hideie | 570 000 S | ||
Katō Kiyomasa | 245 000 | Shimazu Yoshihiro | 560 000 S | ||
Fukushima Masanori | 200 000 S | Kobayakawa Hideaki | 357 000 ×T | ||
Hosokawa Tadaoki | 180 000 S | Ishida Mitsunari | 194 000 S | ||
Asano Kichinaga | 160 000 S | Konishi Yukinaga | 200 000 S | ||
Ikeda Terumasa | 152 000 S | Mashita Nagamori | 200 000 | ||
Koroda Nagamasa | 180 000 S | Ogawa Suketada | 70 000 ×T | ||
Katō Yoshiakira | 100 000 S | Ōtani Yoshitsugu | 50 000 S | ||
Tanaka Yoshimasa | 100 000 S | Wakisaka Yasuharu | 33 000 ×T | ||
Tōdō Takatora | 80 000 S | Ankokuji Ekei | 60 000 S | ||
Mogami Yoshiaki | 240 000 | Satake Yoshinobu | 544 000 | ||
Yamauchi Kazutoyo | 69 000 S | Oda Hidenobu | 135 000 | ||
Hachisuka Yoshishige | 177 000 | Chōsokabe Morichika | 220 000 S | ||
Honda Tadakatsu | 100 000 S | Kutsuki Mototsuna | 10 000 ×T | ||
Terazawa Hirotaka | 80 000 S | Akaza Naoyasu | 20 000 ×T | ||
Ikoma Kazumasa | 150 000 S | Kikkawa Hiroie | 142 000 ×T | ||
Ii Naomasa | 120 000 S | Natsuka Masaie | 50 000 | ||
Matsudaira Tadayoshi | 100 000 S | Mōri Hidemoto | 200 000 S | ||
Tsutsui Sadatsugu | 200 000 S | Toda Katsushige | 10 000 S |
Pada tanggal 15 September 1600, kedua-dua belah pihak Pasukan Barat dan Pasukan Timur saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah Jepun" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepun, kubu Pasukan Timur tediri daripada 74 000 tentera dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82 000 tentera. Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan jumlah lebih dari 150 000 tentera.
Penasehat tentera dari Jerman bernama Klemens Wilhelm Jacob Meckel yang didatangkan pemerintah Jepun zaman Meiji mengatakan Pertempuran Sekigahara pasti dimenangkan oleh Pasukan Barat setelah melihat peta formasi pasukan di Sekigahara. Pasukan Timur dalam keadaan terkepung dan kemenangan Pasukan Barat sudah di depan mata jika melihat kedudukan pasukan Mitsunari di gunung Sasao, pasukan Ukita Hideie di gunung Temma, pasukan Kobayakawa Hideaki di gunung Matsuo, dan garis pertahanan pasukan Mōri Hidemoto di gunung Nangū.
Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di samping kiri dan samping kanan tidak boleh kelihatan. Fukushima Masanori yang ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak boleh memutuskan saat tepat melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak boleh melihat situasi kerana tebalnya kabut.
Kedua-dua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat kabut menipis, Ii Naomasa dan pasukan kecil pimpinan Matsudaira Tadayoshi yang berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan utama Pasukan Timur di bahagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung maju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin Tadayoshi secara tiba-tiba menembak ke arah gugus pasukan Ukita Hideie yang merupakan kekuatan utama Pasukan Barat. Tembakan yang dilepaskan Matsudaira Tadayoshi menandai dimulainya Pertempuran Sekigahara.
Pasukan Ukita yang dijadikan sasaran juga langsung balas menembak. Sekigahara menjadi medan pertempuran sengit. Pasukan Fukushima yang terdiri daripada 6 000 tentera dan pasukan Ukita yang terdiri daripada 17 000 tentera saling mendesak dan berbunuhan tanpa boleh maju walau selangkah pun.
Pasukan Kuroda Nagamasa yang terdiri daripada 5 400 tentera dan pasukan Hosokawa Tadaoki yang terdiri daripada 5 100 pasukan secara bersama-sama mengincar pasukan Ishida Mitsunari dan membuka serangan besar - besaran. Pasukan Shima Sakon dan Gamō Satoie yang berada di pihak Ishida Mitsunari juga bertarung dengan gagah berani, musuh yang menyerang pasti dipukul mundur. Ōta Gyūichi yang mengalami sendiri pertempuran sengit Sekigahara menulis sebagai berikut: "Kawan dan lawan saling dorong, suara teriakan ditengah letusan senapan dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang, asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak boleh memperlainkan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi miring, pedang ditebas ke sana ke mari."
Ketika pertempuran sudah berlangsung lebih daripada dua jam, Ishida Mitsunari membuat isyarat asap untuk memanggil gugus pasukan yang belum juga turut bertempur. Mistunari mengirim utusan untuk mengajak pasukan Shimazu untuk ikut bertempur, tapi Shimazu menolak untuk bertempur. Hal ini dilakukan agar pasukan Shimazu tidak banyak menelan korban jiwa. Mōri Terumoto juga tidak boleh ikut bertempur akibat dihalangi di jalan oleh Kikkawa Hiroie dan terpaksa balik ke tanah asalnya. Ieyasu sebelumnya sudah melakukan perundingan rahasia dengan Hiroie yang dijanjikan untuk memperoleh wilayah kekuasaan puak Mōri.
Kobayakawa Hideaki yang berada di pihak Pasukan Barat sudah diam-diam bersekongkol dengan Ieyasu, tapi sampai lepas tengah hari masih bersikap ragu-ragu dan pasukan Hideaki cuma diam saja. Tokugawa Ieyasu menjadi hilang kesabaran dan memerintahkan pasukannya untuk menembak ke kedudukan pasukan Hideaki di gunung Matsuo. Kobayakawa Hideaki yang masih ragu-ragu akhirnya memutuskan untuk turun gunung dan bertempur untuk pihak Ieyasu.
Pasukan Kobayakawa Hideaki menggempur sayap kanan gugusan pasukan Ōtani Yoshitsugu. Walaupun sudah bersekongkol dengan Ieyasu, Wakisaka Yasuharu, Ogawa Suketada, Akaza Naoyasu dan Kutsuki Mototsuna yang masih menunggu situasi jalannya pertempuran, akhirnya membelot ke kubu Pasukan Timur. Akibat aksi pembelotan demi pembelotan ke kubu Pasukan Timur, hasil akhir pertempuran Sekigahara yang seharusnya dimenangkan Pasukan Barat berubah dimenangkan Pasukan Timur.
Kobayakawa Hideaki hanya berdiri di gunung Matsuo pada saat pasukannya menyerang pasukan Mitsunari,dan sama sekali tidak ikut perang.
Di tengah keadaan Pasukan Barat yang mulai tercerai-berai, pasukan yang dipimpin Shimazu Yoshihiro berusaha mundur dengan memotong garis depan menerobos pasukan Ieyasu sambil terus menerus melepaskan tembakan ke arah gugus tempur Ieyasu. Pasukan Fukushima menjadi ketakutan melihat kenekatan pasukan Shimazu yang mundur memotong garis depan. Ii Naomasa dan Matsudaira Tadayoshi berusaha mengejar pasukan Shimazu, tapi malah tertembak dan luka-luka. Kuda yang sedang ditunggangi Honda Tadakatsu tertembak sehingga Tadakatsu jatuh dan menderita luka-luka.
Pada akhirnya, pasukan Shimazu berhasil mundur walaupun menderita korban tewas seperti Shimazu Toyohisa dan Ata Moriatsu dan pasukan yang tersisa jumlahnya tinggal sekitar 80 tentera. Shimazu Yoshihiro boleh lulus lantaran penyamaran Ata Moriatsu yang mengenakan mantel tempur (jinbaori) milik Yoshihiro yang dihadiahkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Moriatsu bertempur mati-matian dengan lawan yang menyangkanya sebagai Shimazu Yoshihiro, hingga sadar pasti tewas dan melakukan seppuku. Gugus tempur Pasukan Barat yang lain juga berhasil dihancurkan atau lari tercerai-berai.
Pertempuran Sekigahara tidak hanya terbatas di provinsi Mino, melainkan juga meluas ke daerah-daerah lain. Sebelum dan sesudah Sekigahara, di berbagai daerah di seluruh Jepun seperti di Tohoku, Hokuriku, Kinai, Kyushu terjadi bentrokan bersenjata yang dapat disebut perang proxy antara daimyo penyokong Pasukan Timur dan daimyo penyokong Pasukan Barat.
Ada cerita yang didasarkan bukti kuat bahwa penghancuran puak Uesugi akibat dijelek-jelekkan oleh Hori Hideharu yang berada di pihak Pasukan Timur, tapi dokumen yang ditemukan belakangan ini justru membuktikan bahwa Hideharu berada di pihak Pasukan Barat.
Dalam mengawasi pergerakan pasukan Ishida Mitsunari, Ieyasu mengeluarkan perintah untuk kepada Yūki Hideyasu sebagai kekuatan utama dalam mengawasi Uesugi Kagekatsu, dibantu oleh para daimyo yang mempunyai wilayah yang bertetangga dengan wilayah Kagekatsu seperti Mogami Yoshiaki, Hori Hideharu dan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang ingin wilayah yang dekat dengan laut melihat kesempatan emas untuk merebut wilayah kekuasaan Uesugi menyusun rencana penyerangan bekerja sama dengan Date Masamune. Pengikut setia puak Uesugi seperti Naoe Kanetsugu yang mendengar rencana ini mengambil keputusan untuk menyerang lebih dulu daripada diserang. Pada tanggal 9 September 1600, kekuatan Naoe Kanetsugu yang datang dari arah Yonezawa berhasil mendesak masuk ke dalam wilayah Mogami dan beberapa hari kemudian berhasil mengepung Istana Yamagata yang merupakan tempat kediaman Mogami Yoshiaki.
Setelah kemenangan Tokugawa Ieyasu dalam Sekigahara, Date Masamune yang berada di bawah Pasukan Timur mendapat tambahan wilayah sebanyak 7 daerah yang bernilai 1 000 000 koku. Ieyasu memang menjanjikan 1 000 000 koku bagi daimyo yang hendak berpihak kepadanya dalam Sekigahara. Istana Shiraishi yang merupakan wilayah kekuasaan Uesugi kemudian juga diserang dan dikuasai oleh pasukan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang panik akibat serangan mendadak daripada pasukan Uesugi segera meminta bantuan pasukan kepada Date Masamune. Di kalangan pengikut Date Masamune seperti Katakura Kagetsuna berpendapat pasukan Uesugi yang sudah kelelahan bertempur dengan pasukan Mogami dapat ditaklukkan dengan mudah dan wilayah Yamagata dapat dikuasai tanpa bersusah payah.
Date Masamune perlu menolong puak Mogami kerana kehancuran puak Mogami akan membuat Uesugi Kagekatsu menjadi ancaman langsung bagi Masamune. Pada tanggal 17 September 1600 Date Masamune menunjuk panglima tertinggi Rusu Masakage untuk menyerang pasukan Naoe Kanetsugu. Ada juga pendapat yang mengatakan Date Masamune kuatir dengan nasib ibunya yang berada di Istana Yamagata disandera oleh Mogami Yoshiaki.
Lantaran pasukan tambahan daripada Masamune, pasukan pengikut Sakenobe Hidetsuna yang berada di pihak Mogami bertempur gagah berani melawan pasukan Naoe Kanetsugu. Pertempuran menjadi berlangsung seimbang. Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu hanya dengan sedikit tentera ternyata tidak boleh juga ditaklukkan oleh Kanetsugu. Setelah hasil Pertempuran Sekigahara diketahui oleh kubu kedua-dua belah pihak pada tanggal 29 September, pertempuran secara cepat dimenangkan pasukan Mogami Yoshiaki.
Naoe Kanetsugu segera memerintahkan pasukannya untuk mundur dengan Maeda Toshimasu berada di bahagian paling belakang. Mogami Yoshiaki segera memerintahkan pasukannya untuk mengejar sekaligus memimpin sendiri penyerangan besar-besaran. Pengejaran ini berubah menjadi pertempuran yang kacau balau, topi baja yang dikenakan Mogami Yoshiaki sempat tertembak dan harus bersusah payah melarikan diri sementara pasukan Mogami Yoshiyasu (putra Yoshiaki) terus melakukan pengejaran. Pada tanggal 4 Oktober, pasukan Kanetsugu berhasil kembali dengan selamat di Istana Yonezawa.
Maeda Toshinaga yang merasa harus menyokong penyerangan terhadap Uesugi Kanetsugi berangkat dari Kanazawa pada tanggal 26 Julai 1600. Memasuki bulan Ogos, Yamaguchi Munenaga yang bertahan di dalam Istana Daishōji berhasil dikepung oleh pasukan Maeda Toshinaga dan jatuh pada tanggal 3 Ogos. Istana Kitanojō yang dijaga Aoki Kazunori juga sudah berhasil dikepung, tapi akhirnya pasukan Toshinaga terpaksa mundur dengan tergesa-gesa akibat kabar bohong tentang pasukan Ōtani Yoshitsugu yang datang menyerang dari belakang. Kabar bohong ini konon disebarkan sendiri oleh Yoshitsugu.
Di tengah jalan, Maeda Toshinaga membagi pasukannya menjadi dua. Setengah pasukannya dihantar untuk menyerang Niwa Nagashige yang bertahan di dalam Istana Komatsu. Pada tanggal 9 Ogos 1600, pasukan Nagashige yang sebelumnya sudah tercerai berai akibat serangan mendadak kembali dihantam oleh pasukan inti Toshinaga sehingga korban jatuh dalam jumlah besar di pihak Nagashige. Niwa Nagashige akhirnya menawarkan perdamaian dan menyerahkan Istana Komatsu. Toshinaga yang berhasil pulang ke Kanazawa segera menyusun kembali pasukannya dengan tergesa-gesa dan baru berhasil berangkat dari Kanazawa pada tanggal 12 September 1600 sehingga pada akhirnya tidak berhasil sampai di Sekigahara.
Kyōgoku Takatsugu yang berada di kubu Pasukan Timur tidak berhasil mempertahankan Istana Ōtsu dan diasingkan sebagai pendeta di kuil Onjōji, Gunung Kōya.
Hosokawa Tadaoki ketika sedang pergi berperang menitipkan Istana Tanabe di provinsi Tango kepada Hosokawa Yūsai yang hanya ditemani 500 tentera. Pasukan Barat yang dipimpin panglima tertinggi Onogi Shigekatsu (penguasa Istana Fukuchiyama) mengepung Istana Tanabe dengan lebih daripada 15 000 tentera daripada pasangan bapa dan anak Koide Yoshimasa-Koide Hidemasa dan Akamatsu Hirohide. Pertempuran berlangsung seimbang tapi tidak berlangsung habis-habisan kerana beberapa orang komandan kubu Pasukan Barat seperti Tani Morimoto pernah berguru kepada Hosokawa Yūsai yang terkenal pakar dalam seni menulis Kadō.
Keadaan pertempuran kemudian tidak lagi menguntungkan pihak Pasukan Timur, sehingga satu-satunya pilihan Hosokawa Yūsai ialah gugur secara terhormat daripada ditaklukkan musuh. Buku berisi ilmu rahsia seni menulis Kadō yang disebut Kokindenju sudah diputuskan untuk diwariskan semuanya kepada murid yang bernama Hachijōnomiya Toshihitoshinnō. Khabar ini diteruskan oleh Hachijonomiya kepada maharaja Goyōzei yang merasa takut akan kehilangan Hosokawa Yūsai. maharaja mengeluarkan perintah kepada pihak Pasukan Barat agar menghentikan penyerangan ke Istana Tanabe. Pasukan Barat tidak mahu menghentikan penyerangan begitu saja, lagipula Yūsai juga menolak untuk menyerahkan Istana Tanabe. Pada tanggal 12 September 1600, baginda maharaja mengirim tiga orang utusan peribadi yang bernama Nakanoin Michikatsu, Karasuma Mitsuhiro dan Sanjūnishi Sanuki ke Istana Tanabe. Hosokawa Yūsai akhirnya menerima usulan damai dan menyerahkan Istana Tanabe kepada Onogi Shigekatsu pada tanggal 18 September 1600.
Sehabis mengusir Hosokawa Yūsai dari Istana Tanabe, Onogi Shigekatsu mendengar kabar kekalahan Pasukan Barat di Sekigahara. Shigekatsu segera pulang melarikan diri ke Istana Fukuchiyama. Tidak lama kemudian Istana Fukuchiyama dikepung oleh pasukan Hosokawa Tadaoki yang baru saja menang perang dan pasukan Tani Morimoto yang membelot ke kubu Pasukan Timur. Shigekatsu memohon agar nyawanya diampuni, tapi akhirnya terpaksa melakukan bunuh diri pada tanggal 18 November 1600.
Kuroda Josui, Katō Kiyomasa, Nabeshima Naoshige sedang berada di wilayah kekuasaannya masing-masing di Kyushu. Kiyomasa dan Noshige pada awalnya mempertahankan sikap netral, sedangkan Josui berusaha keras membantu Pasukan Timur dengan tanpa ragu-ragu menyumbangkan semua uang dan perbekalan yang disimpan di Istana Nakatsu. Berkat semua yang yang dimilikinya, Kuroda Josui dengan cepat berhasil membentuk pasukan yang terdiri lebih daripada 3 500 ronin.
Sementara itu, Ōtomo Yoshimune dari kubu Pasukan Barat ingin lebih memanaskan pertentangan antara kubu Timur-Barat. Yoshimune yang menerima sokongan daripada Mōri Terumoto merancang untuk merebut kembali provinsi Bungo. Pada tanggal 9 September 1600, Ōtomo Yoshimune menjejakkan kaki di provinsi Bungo yang baru pertama kali dilakukannya sejak diasingkan. Yoshimune yang mengumpulkan bekas pengikutnya menantang pasukan Kuroda Josui untuk bertempur di Ishigakihara (sekarang kota Beppu).
Pada tanggal 13 September 1600, kedua-dua belah pihak terlibat bentrokan bersenjata. Kubu pihak Yoshimune akhirnya menyerah kepada kubu Josui akibat terbunuhnya jeneral pihak Yoshimune. Pada tanggal 15 September 1600, Ōtomo Yoshimune memutuskan untuk menjadi biksu[[[Wikipedia:Penjelasan|Penjelasan diperlukan]]] setelah menyerahkan diri kepada pasukan yang dipimpin Mori Tomonobu yang bertempur untuk kubu pasukan Josui. Katō Kiyomasa yang ketika mendengar berita kemenangan pasukan Josui sedang memimpin balatentera bantuan Josui daripada Kumamoto segera balik arah menyerang wilayah kekuasaan Konishi Yukinaga.
Pasukan Josui terus menyerang dan berturut-turut menakluki istana yang terdapat di Kita Kyushu. Katō Kiyomasa bersama Nabeshima Naoshige kemudian mengepung Istana Yanagawa dan berhasil memaksa Tachibana Muneshige untuk menyerah. Pada waktu itu, Tachibana Muneshige sedang bertahan di dalam Istana Yanagawa setelah terlambat datang di pertempuran Sekigahara. Pasukan gabungan yang dipimpin Josui kemudian merencanakan untuk menyerang provinsi Shimazu. Shimazu Ryūhaku yang ditinggal untuk menjaga wilayah milik Konishi Yukinaga menjadi panik atas ancaman pasukan gabungan yang dipimpin Josui. Ryūhaku mengirim pasukannya untuk memperkuat Kyushu dengan menjadi semakin tegang menanti serangan pasukan gabungan Josui. Penyerangan ke Shimazu yang sudah di depan mata akhirnya dibatalkan setelah ada perintah untuk menghentikan peperangan daripada Tokugawa Ieyasu.
Satake Yoshinobu menjadi ragu-ragu dalam menentukan pihak yang perlu disokong. Yoshinobu sendiri merupakan sahabat Ishida Mitsunari, tapi ayahnya yang bernama Satake Yoshishie menyuruhnya untuk menyokong Pasukan Timur. Pengikut Yoshinobu seperti Tagaya Shigetsune, Yamakawa Asanobu yang memiliki sedikit pasukan, Sōma Yoshitane semuanya menyokong Uesugi Kagekatsu (kubu Pasukan Barat).
Istana pihak Pasukan Barat yang berada di Ise seperti Istana Anotsu tidak luput daripada serangan pasukan Mōri Terumoto yang sedang dalam perjalanan menuju Sekigahara. Penguasa Istana Anotsu yang bernama Tomita Nobutaka menjadi biksu setelah menyerah. Furuta Shigekatsu yang menguasai Istana Matsusaka berhasil mengulur waktu dengan menawarkan perjanjian damai sehingga tidak perlu menyerahkan istana.
Di pasca Pertempuran Sekigahara, Tokugawa Ieyasu menghadiahkan pada daimyo penyokoung kubu Pasukan Timur dengan tambahan wilayah kekuasaan yang luas.
Para daimyo yang bukan merupakan pengikut Tokugawa Ieyasu sebahagian besar diusir ke provinsi-provinsi yang terdapat di sebelah barat Jepun.
Pertempuran Sekigahara masih jarang diangkat sebagai wayang gambar atau drama lipur lara, lantaran pertempuran yang berlangsung singkat namun melibatkan banyak sekali pihak yang bertikaian.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.