From Wikipedia, the free encyclopedia
Seni (Jawi: سني) merupakan julat yang berlainan untuk kelakuan atau kegiatan manusia dan produk dihasilkan dari perilaku begitu. Rencana ini menumpukan perkara terutamanya seni visual termasuklah penciptaan imej atau objek dalam lapangan bidang seperti seni lukis, seni arca, pembuatan percetakan, fotografi dan media visual yang lain. Pada masa kini, seni merupakan luahan daya kreatif manusia yang paling dikenali dan dianggap sebagai keunggulan daya cipta manusia. Walaupun begitu, seni sukar ditakrifkan disebabkan setiap seniman mempunyai aturan dan sekatan tersendiri bagi setiap hasil kerja mereka. Seni boleh dikatakan sebagai proses dan hasil dari pemilihan saluran medium, untuk menyampaikan sama ada kepercayaan, idea, rasa, atau perasaan dalam bentuk terbaik untuk saluran tersebut.
article ini ditulis seperti penonjolan peribadi atau karangan pendapat bukannya perihal berbentuk ensiklopedia. |
Seni sukar ditakrifkan, sebagaimana ia sukar dinilaikan, disebabkan setiap artis memilih peraturan dan tata rajah tersendiri untuk menentukan karyanya. Masih boleh dikatakan bahawa seni adalah proses dan hasil pemilihan medium, set aturan untuk penggunaan medium tersebut, dan set nilai yang menentukan apa yang berhak di gambarkan melalui medium tersebut, agar dapat menyampaikan kepercayaan, idea, rasa, perasaan dalam bentuk paling berkesan bagi medium tersebut. Walaupun, banyak artis terikut artis dahulu, dan sebagainya. Beberapa garis panduan telah muncul untuk menetapkan bagaimana menggambarkan idea tertentu melalui simbol dan bentuk (seperti pokok selasih sebagai kekasih).
Setiap orang mempunyai pendapat tersendiri mengenai apa yang boleh dianggap seni; sebagai contoh, adakah seseorang itu boleh menghasilkan seni, sekiranya ia tidak bertujuan sebagai hasil seni. Adakah seni merupakan bentuk luahan seseorang? Adakah hasil seni dianggap seni hanya apabila ia sempurna?
Pengertian seni dalam bahasa Melayu memiliki riwayat peristilahannya sendiri yang tidak sederhana, baik dipandang dari segi terminologi mahupun etimologinya. Hal ini mula-nya disebabkan oleh ketiadaan padanan istilah yang cocok dalam bahasa Melayu untuk konsep art dalam bahasa Inggris atau kunst dalam bahasa Belanda.
Asal mula kata seni dalam bahasa Melayu umum tidak begitu jelas dan memiliki banyak teori, di antaranya adalah:
Para penterjemah karya-karya Barat di Hindia Timur Belanda pada awal abad ke-20 ada menemukan seberapa permasalahan dalam memadankan konsep-konsep Barat yang didapati hampir sukar diungkapkan dalam peristilahan bahasa Melayu termasuklah seni: meskipun gejala kesenian telah ada sebelumnya serta istilah padanannya dapat digali dari kosakata dalam bahasa-bahasa dituturi Nusantara, seperti kata kagunan dalam bahasa Jawa dan kabinangkitan dalam bahasa Sunda. Istilah kunst dalam kamus Belanda-Melayu (Klinkert atau Mayer atau Badings yang terbit pada penghujung abad ke-19 atau permulaan abad ke-20) diterjemahkan menjadi hikmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian dan ketukangan.[4] Kamus Umum Bahasa Indonesia (terbit pertama kali 1953) oleh Purwadarminta ditengarai ialah kamus yang merekam kata seni dengan makna yang baru untuk pertama kalinya. Meskipun Purwadarminta bukanlah yang mula-mula menggunakan istilah "seni" dan "seni rupa", tetapi hal ini membuat polemik di kalangan seniman karena seakan-akan menimbulkan ketimpangan persepsi antara seni di Indonesia dan seni di Barat.[5][6] Tambahan pula, pemadanan kata "seni" untuk art atau kunst sesungguhnya terdengar sangat ganjil pada ketika itu memandangkan kata "seni" hanya sering digunakan pada konteks air seni yang merupakan penghalusan istilah untuk kencing sebelum abad ke-19.[7] Sedangkan, contoh penggunaan kata seni untuk menyebut sesuatu kecil/lembut pada konteks lainnya tidak banyak ditemukan.
Istilah "seni rupa", "seni musik", "seni teater", "seni sastera" dll. dalam bahasa Melayu Nusantara ditengarai memperlihatkan gejala adverbial. Gejala ini menunjukkan kata-kata penting (rupa, musik, tari, sastera) hanya sekadar kata keterangan (adverb) untuk kata seni. Keutamaan pada istilah-istilah itu terletak pada kata "seni"-nya. Istilah "seni" sendiri dalam bahasa Melayu Nusantara tidak membawa sifat kebendaan, walaupun merupakan kata benda abstrak. Dengan demikian, semua ungkapan seni punya kedudukan sejajar. Seni menjadi istilah yang 'terbuka'. Ungkapan seni bahkan tidak dibatasi pada seni rupa, seni tari, seni musik, dan seni teater saja (dikenal menampilkan ungkapan pribadi). Deretan istilah ini bisa diperpanjang dengan seni keris, seni batik, seni ronggeng (dan sebagainya) yang dikenal sebagai kesenian di dunia tradisi. Maka, kata seni tidak memiliki bentuk dan merupakan kondisi mental yang bisa berwujud banyak hal selama memiliki gejala seni. Gejala tersebut membuat pengertian seni dalam bahasa Melayu Nusantara lebih dekat kepada estetika.[8][6] Oleh sebab ini, terdapat banyak kesulitan dalam menyeimbangkan perkembangan wacana seni di alam-alam Melayu dan Barat, misalkan seni tari jika diterjemahkan secara formal menjadi dance art tidak akan masuk akal bagi pemakai bahasa Inggris, juga seperti seni ukir, seni musik, dsj. Bahasa Inggris dan beberapa bahasa lain juga membedakan antara istilah art dan (the) arts.
Istilah seni kemungkinan besar ditemukan—atau lebih tepatnya dimaknai ulang—oleh S. Sudjojono melalui Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang kala itu sangat giat mencari padanan istilah asar ke dalam bahasa lazim dipakai pelajar di Hindia Belanda pada saat itu. Istilah baru yang juga diperkenalkan antara lain seni lukis, lukisan, pelukis, lukisan kanvas, pematung, seni rupa, cukilan, alam benda, potret diri, watak, sanggar, sketsa, etsa, seniman, telanjang dan lain-lain. Sementara itu, istilah seniman (untuk menyebut pelaku seni) muncul pada akhir 1930-an di dalam tulisan-tulisan S Sudjojono mengenai seni lukis Indonesia. S Sudjojono mengakui bahwa istilah ”seniman” ini pertama kali diusulkan oleh Ki Mangunsarkoro—mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.[9][10] Tulisan-tulisan S.Sudjojono juga membantu istilah-istilah tersebut semakin populer, khususnya buku Seni lukis, kesenian, dan seniman yang terbit pertama kali 1946.
Beberapa pakar dan filsuf memiliki pengertian sendiri tentang seni, di antaranya dijelaskan pada alinea di bawah ini[11].
jmpl|Cetakan tangan di Gua Pettakere di Situs Prasejarah Leang-Leang, Maros. Setidaknya diperkirakan berusia 39.900 tahun. Bentuk kesenian tertua yang ditemukan adalah seni rupa, yang meliputi penciptaan gambar atau benda yang sekarang digolongkan menjadi lukisan, patung, cetakan, fotografi dan media rupa lainnya.[12] Bentuk seni seperti patung, lukisan gua, lukisan batu, dan petroglif dari zaman Paleolitikum Akhir telah ada sejak dari 40.000 tahun yang lalu. Lukisan gua di Sulawesi disebut sebagai salah satu artefak seni tertua di dunia.[13] Akan tetapi, makna sesungguhnya dari seni tersebut masih dalam perdebatan karena kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang menghasilkannya. Di gua Lubang Jeriji Saleh, Kalimantan Timur, para arkeolog menemukan gambar serupa binatang sapi yang ditegaskan sebagai karya seni figuratif tertua di dunia, diperkirakan berasal dari 40 ribu hingga 52 ribu tahun lalu (periode Paleolitik Atas dan akhir zaman es), lebih tua 5000 tahun dari penemuan sebelumnya di Sulawesi.[14] Benda seni yang disebut tertua lainnya berasal dari gua di Afrika Selatan, berusia 75.000 tahun, berbentuk rangkaian cangkang keong kecil-kecil yang dilubangi.[15] Wadah yang kemungkinan untuk tempat cat juga ditemukan dengan usia 100.000 tahun. Cangkang kerang dengan goresan oleh Homo erectus yang ditemukan tahun 2014 dipercaya berasal dari 430.000 dan 540.000 tahun yang lalu.[16]
Banyak tradisi besar dalam seni memiliki akar dari salah satu peradaban besar kuno, yakni Mesir Kuno, Mesopotamia, Persia, India, Tiongkok, Yunani Kuno, Romawi, juga Inka, Maya dan Olmek. Tiap-tiap pusat peradaban awal ini mengembangkan gaya khas dalam keseniannya. Dikarenakan ukuran dan usia peradaban-peradaban tersebut, terdapat lebih banyak karya seni yang terselamatkan dan lebih banyak pengaruh yang disebarluaskan kepada budaya-budaya yang datang kemudian. Sebagian dari peradaban tersebut bahkan memiliki catatan terawal bagaimana seniman bekerja. Sebagai contoh, seni zaman Yunani melihat pemujaan bentuk tubuh manusia dan pengembangan keterampilan yang berimbang untuk menunjukkan proporsi otot, ketenangan, kecantikan, dan anatomi yang tepat.[17]
Dalam seni peradaban Bizantium dan Abad Pertengahan Barat, banyak seni berfokus pada ekspresi subjek tentang budaya Alkitab dan keagamaan, dan menggunakan gaya yang menunjukkan kemuliaan yang lebih tinggi bagi dunia surgawi, seperti penggunaan emas pada latar belakang lukisan, atau kaca dalam mosaik atau jendela, yang juga menyajikan figur-figur dalam bentuk yang ideal, berpola (datar). Namun demikian, tradisi realis klasik bertahan dalam karya-karya kecil Bizantium, dan realisme terus tumbuh dalam seni Katolik Eropa.[18]
Seni Renaisans kemudian berkembang dengan lebih menekankan pada penggambaran realistik dunia bendawi, dan tempat manusia di dalamnya. Hal itu tercermin dari penggambaran jasmani tubuh manusia, dan perkembangan metode sistematis penggambaran jauh-dekat dari sudut pandang grafis untuk mendapatkan kesan ruang tiga dimensi.[19] jmpl|248x248px|Langit-langit kubah Shah Cheragh, Iran, memperlihatkan paduan pola geometris dan kaligrafi dalam arsitektur Timur Tengah. Di Timur, penolakan seni Islami terhadap ikonografi mengakibatkan pengutamaan pada pola geometris, kaligrafi dan arsitektur.[20] Di Timur jauh, agama juga menguasai gaya dan bentuk kesenian. India dan Tibet memperlihatkan penekanan pada patung lukis dan tarian, sedangkan lukisan agamawi meminjam banyak aturan dari kesenian patung dan cenderung memiliki warna-warna terang yang kontras dengan penekanan pada garis-garis batasnya. Sementara itu, Cina memperlihatkan banyak perkembangan bentuk seni: ukiran giok, kerajinan perunggu, tembikar (termasuk tentara terakota dari Kekaisaran Qin[21]), syair, kaligrafi, musik, lukis, drama, fiksi, dll. Gaya seni Cina sangat beragam dari zaman ke zaman dan masing-masingnya dinamai berdasarkan dinasti yang berkuasa. Jadi, sebagai contoh, lukisan-lukisan dinasti Tang memiliki warna monokromatik dan renggang-renggang, menekankan bentang yang ideal. Akan tetapi, lukisan-lukisan dinasti Ming berwarna-warni dan padat, dan berfokus untuk bercerita dengan pengaturan latar dan komposisi.[22] Jepang juga menamai gaya-gaya dalam kesenian mereka dengan dinasti kekaisaran juga, dan menampakkan banyak pembauran antara gaya kaligrafi dan lukis. Cetak balok kayu menjadi penting di Jepang setelah abad ke-17.[23]
Abad Pencerahan di Barat pada abad ke-18 melihat penggambaran artistik dari sudut kepastian fisik dan rasionalnya, serta visi politik revolusioner dari dunia pasca-monarki, seperti penggambaran Blake tentang Newton sebagai geometer ilahi[24], atau lukisan-lukisan propaganda David. Hal ini menyebabkan penolakan Romantisisme demi gambar-gambar dari sisi emosional dan individualitas manusianya, dicontohkan dalam novel-novel Goethe. Kemudian penghujung abad ke-19 memunculkan sejumlah gerakan artistik, seperti seni akademik, simbolisme, impresionisme, dan fauvisme.[25][26]
Sejarah seni abad kedua puluh adalah narasi tentang kemungkinan yang tak terbatas dan pencarian standar-standar baru, masing-masing gerakan ditumbangkan secara berurutan oleh yang datang berikutnya. Dengan demikian, ukuran-ukuran impresionisme, ekspresionisme, fauvisme, kubisme, dadaisme, surealisme, dll. tidak dapat dipertahankan jauh melampaui waktu penemuan mereka. Meningkatnya keterhubungan global sepanjang masa ini memperlihatkan pengaruh yang setara dari budaya lain ke dalam kesenian Barat. Dengan demikian, cetakan balok kayu Jepang (dipengaruhi oleh kejurugambaran Renaisans Barat) memiliki pengaruh besar pada impresionisme dan perkembangan selanjutnya. Contoh lainnya, patung-patung Afrika diambil oleh Picasso dan sampai batas tertentu oleh Matisse. Demikian pula, pada abad ke-19 dan ke-20, gagasan-gagasan Barat memiliki dampak besar pada seni di Timur seperti komunisme dan pascamodernisme yang memberikan pengaruh kuat.[27]
Seni memiliki sejumlah besar fungsi yang berbeda sepanjang sejarahnya, sehingga tujuannya sulit untuk diabstraksikan atau dikuantifikasi dengan konsep tunggal apa pun. Namun hal ini tidak menyiratkan bahwa tujuan seni adalah sesuatu yang "kabur", melainkan bahwa seni tercipta dengan memiliki banyak alasan unik dan berbeda. Beberapa kegunaan seni disediakan dalam garis besar berikut. Berbagai tujuan seni dapat dikelompokkan sesuai dengan yang tidak termotivasi, dan yang termotivasi (Lévi-Strauss).[28]
Kegunaan seni yang tidak termotivasi adalah tujuan yang tak terpisahkan dalam proses menjadi manusia, melampaui diri pribadi, atau tidak memenuhi tujuan luar tertentu. Dalam pengertian ini, seni, sebagai daya cipta, adalah sesuatu yang harus dilakukan manusia sesuai dengan kodratnya (yaitu, tidak ada spesies lain yang menciptakan seni), dan karenanya melampaui kegunaan praktis.
Kegunaan seni yang termotivasi mengacu pada tindakan yang disengaja dan sadar dari seniman atau penciptanya. Hal ini mungkin membawa perubahan politik, untuk mengomentari suatu aspek dalam masyarakat, untuk menyampaikan emosi atau suasana hati tertentu, untuk menunjukkan psikologi pribadi, untuk menggambarkan disiplin lain, untuk (dengan seni komersial) menjual produk, atau hanya sekadar bentuk komunikasi.
Fungsi seni yang dijelaskan di atas tidak saling berdiri sendiri-sendiri, karena banyak dari mereka mungkin tumpang tindih. Misalnya, seni untuk tujuan hiburan juga dapat berupaya untuk menjual suatu produk, yaitu film atau permainan video.
Umumnya seni dibahagi menjadi dua cabang besar, yakni seni halus (fine art) dan seni terapan (applied art).
Seni jenis ini tidak memperhatikan unsur praktis. Karya seni rupa murni adalah ungkapan daya cipta pembuatnya. Cabang-cabang seni rupa murni di antaranya adalah[33]:
Seni terapan
Seni jenis ini pula lebih memperhatikan nilai kepraktisan atau kegunaan dari karya seni. Seni rupa terapan seringkali disebut juga dengan desain. Cabang-cabang seni rupa terapan antara lain adalah sebagai berikut:
Terdapat banyak cabang bidang kesenian. Masa kini, seni merujuk kepada seni yang dapat dilihat, terutamanya lukisan and ukiran, dan fotografi.
Beberapa bidang seni juga dikenali sebagai seni halus (fine arts), termasuk muzik, penulisan, puisi, tarian, and the teater. Cabang dari kesenian theater adalah perfileman dan animasi, dan terkini, multimedia. Mereka yang bergiat dalam bidang theater dan perfileman biasanya dikenali secara amnya sebagai seniman.
Apabila sesuatu itu dilakukan dengan begitu sempurna, ia juga boleh dianggap seni: kejayaan kejuruteraan seperti Jambatan Golden Gate (Golden Gate Bridge) boleh dianggap sebagai hasil seni. Seni reka juga dianggap sebagai satu gaya kesenian: lihat Menara Eiffel atau katedral Notre Dame. Seni reka adalah gabungan antara seni dan sains. Aturcara komputer juga boleh dianggap seni;
Seni tidak hanya untuk tujuan aesthetik; seni dan pertukangan berkaitan dengan menghasilkan benda berguna kepada seni. seni perdagangan ("komunikiasi visual") menggunakan kaedah artistik untuk menyampaikan maklumat seperti melalui pengiklanan. Kadang-kala orang melihat seni dari benda rawak yang tidak bertujuan sebagai hasil seni; seni sedemikian dikenali sebagai seni jumpa.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.