Universitas Indonesia Bandung (UI Bandung) adalah gabungan fakultas yang berada di Kota Bandung yang bernaung di bawah Universitas Indonesia (UI) yang berpusat di Jakarta di mana pada tanggal 2 Februari 1950 dialihkan dari Nederlandsch Indië Civil Administratie - NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) kepada Pemerintah RI sebagai kelanjutan dari Universiteit van Indonesie te Bandoeng.
- Artikel ini adalah tentang salah satu periode sejarah Institut Teknologi Bandung dalam kurun waktu 1950 – 1959 sebagai kelanjutan secara simultan sejak berdirinya Technische Hoogeschool te Bandoeng, Bandung Kogyo Daigaku, Sekolah Tinggi Teknik Bandung, Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie, Universiteit van Indonesie te Bandoeng, hingga menjadi Universitas Indonesia Bandung. Untuk informasi tentang fakultas lain dalam Universitas Indonesia di Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Makassar, lihat sejarah Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, dan Universitas Hasanuddin.
Fakta Singkat Didirikan, Kampus ...
Tutup
Dengan ditandatanganinya soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) Indonesia oleh Belanda berdasarkan Konferensi Meja Bundar (23 Agustus - 2 November 1949) dan dibentuknya RIS pada tanggal 27 Desember 1949, maka ditetapkanlah Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1950 tanggal 23 Januari 1950 tentang Perguruan Tinggi yang berlaku sejak tanggal diumumkan yaitu 30 Januari 1950, di mana Pasal 1 UU Darurat tersebut menyatakan bahwa:
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia Serikat diwajibkan mengambil segala tindakan dalam waktu sependek-pendeknya dengan, jika perlu, menyimpang dari segenap peraturan-peraturan yang berlaku untuk "Universiteit van Indonesie" seperti "Hoger Onderwijs Ordonnantie 1946"; (Staatsblad van Nederlands Indie 1947 No.47), dan "Universiteitsreglement 1946" (Staatsblad van Nederlands Indie 1947 No.170), masing-masing dengan perubahan-perubahannya, dan dari segenap "Huishoudelijke Reglementen" dari segala fakulteit, agar Perguruan Tinggi itu dapat memenuhi aliran-aliran nasional Republik Indonesia Serikat.
Sebelumnya Pemerintah Indonesia telah membentuk Panitia Persiapan Negara (PPN) yang bertugas antara lain untuk mempersiapkan pengambilalihan lembaga perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh NICA.[1]:30 Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1950 itu dibentuklah Balai Perguruan Tinggi RIS yang merupakan peleburan antara Balai Perguruan Tinggi RI (didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945 di Jakarta meliputi Perguruan Tinggi Kedokteran dan Perguruan Tinggi Hukum/Kesusasteraan dengan pengantar bahasa Indonesia) dan Universiteit van Indonesie (terdiri dari 9 fakultas dengan pengantar bahasa Belanda). Beberapa varian nama institusi tersebut adalah Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia Serikat, Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia, atau Universiteit van de Republiek Indonesië. Untuk selanjutnya tanggal 2 Februari 1950 dianggap sebagai tanggal lahir Universiteit Indonesia.
Dari pidato Dekan Fakultas Prof. Ir. H. Vlugter pada Dies Natalis der Faculteit van Technische Wetenschap tanggal 18 Oktober 1950 di Kampus Ganesha Bandung, nama yang dipakai adalah "Fakultet Pengetahuan Teknik dari Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia" – bukan "Universiteit Indonesia". Demikian juga dalam pidato pada Dies Natalis der Faculteit van Technische Wetenschap tanggal 18 Oktober 1951, dengan variasi "Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia" ada pula "Universiteit van de Republiek Indonesië".
Nama universitas tersebut selama rentang 1950-1959 adalah:
- 2 Februari 1950 - Balai Perguruan Tinggi RIS[1]:31[2]:19 atau Universiteit Indonesia.[2]:19
- Pertengahan tahun 1950 - Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia/Universiteit Indonesia/Universiteit van de Republiek Indonesië[note 1]
- 1952 - Universiteit Indonesia[1]:31
- 1953 - Universitet Indonesia
- Pertengahan tahun 1955 - Universitas Indonesia (Perubahan istilah "universitet" menjadi "universitas" dilaksanakan sesuai UU Nomor 10 Tahun 1955 tentang Pengubahan Nama Universiteit, Universitet, Universitit, Faculteit, Facultet dan Facultit Menjadi Universitas dan Fakultas (11 Juli 1955). Hal ini juga berlaku bagi institusi lain seperti UGM yang sebelumnya bernama Universitit Negeri Gadjah Mada, sementara Unair sendiri sejak berdirinya telah menggunakan nama Universitas Airlangga).
Penyerahan Universiteit van Indonesie dari pihak Belanda kepada Indonesia diikuti perubahan nama dari segenap fakultas dan lembaga yang dimiliki termasuk yang berkedudukan di Bandung, yaitu:
- Fakulteit Pengetahuan Teknik - FT, sebelumnya Faculteit van Technische Wetenschap yang berlokasi di Jl. Ganeća 10 Bandung.
- Fakulteit Ilmu Pasti dan Ilmu Alam - FIPIA, sebelumnya Faculteit van Wiskunde en Natuurwetenschap yang berlokasi di Jl. Tamansari 64 Bandung.
- Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar - BPUG, sebelumnya Universitaire Leergang voor de Opleiding van Tekenleraren yang berlokasi di Jl. Ganeća 10 Bandung.
Demikian juga terhadap lembaga pelatihan/kursus yang terdapat di Kampus Ganesha Bandung yaitu:
- Balai Pendidikan Universiter untuk Penera, sebelumnya Opleiding voor IJker.
- Kursus untuk analis, sebelumnya Opleiding van Chemische Analysten.
- Kursus untuk mendidik pembuat alat dan peniup gelas, sebelumnya Opleiding voor Instrumentmakers en Glasblazers
Selama berada di bawah naungan UI antara tahun 1950-1959 banyak kegiatan tingkat universitas yang diselenggarakan di Kampus Ganesha Bandung, di antaranya adalah:
- Dies Natalis ke-2 Universiteit Indonesia yang diadakan pada hari Sabtu, 2 Februari 1952 yang dihadiri Presiden RI Ir. Soekarno, Pjs. Presiden UI Prof. dr. Wilhelmus Zakaria Johannes dan pejabat lainnya di mana untuk pertama kalinya Dies Natalis UI dirayakan.
- Dies Natalis ke-3 Universitet Indonesia yang diadakan pada hari Senin, 16 Februari 1953 yang dihadiri Presiden RI Ir. Soekarno, Presiden UI Prof. Dr. Mr. Raden Soepomo dan pejabat lainnya.
- Dies Natalis ke-5 Universitas Indonesia yang diadakan pada hari Kamis, 10 Februari 1955 yang dihadiri Presiden RI Ir. Soekarno, Presiden UI Prof. dr. Bahder Djohan dan pejabat lainnya.[3]
- Dies Natalis ke-6 Universitas Indonesia yang diadakan pada hari Kamis, 2 Februari 1956 yang dihadiri Presiden RI Ir. Soekarno, Presiden UI Prof. dr. Bahder Djohan dan pejabat lainnya.[4]
- Dies Natalis ke-7 Universitas Indonesia yang diadakan pada hari Senin, 25 Februari 1957 yang dihadiri Presiden RI Ir. Soekarno, Presiden UI Prof. dr. Bahder Djohan dan pejabat lainnya. Bersamaan dengan acara tersebut, Presiden juga membuka Kongres pertama Dewan/Senat Mahasiswa se Indonesia yang berlangsung pada tanggal 25-28 Februari 1957. Pada kongres pertama ini lahirlah Majelis Mahasiswa Indonesia. Peringatan Dies Natalis kali ini dilaksanakan di dua tempat, sebelumnya pada hari Sabtu, 2 Februari 1957 juga dilaksanakan peringatan Dies Natalis ke-7 Universitas Indonesia di Jakarta.
Pada tanggal 20 Oktober 1952 dibentuklah Dewan Mahasiswa Universiteit Indonesia Bandoeng (DMUIB) sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa terpusat yang merupakan representasi dari mahasiswa semua bagian yang ada di Universiteit Indonesia Bandung.[5]
Dalam sidang perdana yang dihadiri delegasi yang terpilih secara demokratis dari semua disiplin ilmu dari UI Bandung, yaitu Fakultas Teknik, FIPIA, dan Akademi Pendidikan Jasmani. Sesuai statutanya DMUIB bertujuan untuk:
- menciptakan dan memelihara hubungan baik dalam Universiteit Indonesia;
- ikut aktif dan berbagi tanggung jawab dalam usaha untuk menjalankan fungsi Universitas Indonesia kepada masyarakat Indonesia;
- mewakili kepentingan mahasiswa secara umum.
Sementara itu, DMUIB akan mengutus delegasi ke Jakarta untuk menghubungi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dan Presiden Universitas Indonesia. Pengurus DMUIB terdiri atas:
- Ketua Umum: J. Goeltom
- Ketua Urusan Fakultas Teknik: Soegito
- Ketua Urusan FIPIA: Moh. Birsjam
- Ketua Urusan Akademi Pendidikan Jasmani: Soetirto Oetoro
- Sekretaris Jenderal: Soeharjo
- Bendahara: The Pik Sin
- Komisaris umum: Doelmanat
Setelah sekitar tiga tahun DMUIB berjalan secara otonom, muncul gagasan untuk menyatukan seluruh organisasi mahasiswa di lingkungan UI yang berada di Bandung, Bogor, dan Jakarta (Kampus UI Surabaya sudah terpisah sejak tahun 1954 menjadi Unair). Maka pada tanggal 30-31 Juli 1955 di Jakarta dilangsungkan konferensi anggota senat organisasi mahasiswa berbagai fakultas dari Universitas Indonesia yang menghasilkan resolusi antara lain dibentuknya Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia yang merupakan badan koordinasi semua organisasi mahasiswa yang didirikan pada tanggal 30 Juli 1955. KMUI harus dianggap sebagai satu-satunya badan yang mewakili seluruh mahasiswa di Universitas Indonesia.[6]
- Konferensi ini juga memutuskan untuk membentuk Komite Kerja Mahasiswa yang akan membahas adanya pelarangan untuk penerjemahan buku text book impor dari Belanda. Panitia ditugasi untuk melakukan hal yang diperlukan untuk pencabutan larangan ini, mengingat text book tersebut sangat dibutuhkan mahasiswa.
- Mempercayakan DMUI untuk berkontribusi bersama para guru besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting bagi kebijakan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Indonesia.
- Mendesak pemerintah untuk meningkatkan jumlah beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa.
- Meminta otoritas terkait untuk mengambil langkah tegas sehubungan dengan penyimpangan yang dilakukan Dinas Perawatan Sosial Mahasiswa UI.
- Sebagai Ketua dan Formatur Komite Kerja DMUI tahun akademik 1955-1956 dan 1956-1957 terpilih Emil Salim.[6]
Dengan adanya Keluarga Mahasiswa UI dan DMUI (Jakarta), selanjutnya DMUIB mengubah statusnya menjadi sebatas "mengkoordinir mahasiswa di kampus UI Bandung", namanya berubah menjadi Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia Koordinator Bandung (DMUIKB) yang diresmikan pada hari Jumat, 2 Desember 1955 jam 20:00 di Aula FTUIB (sekarang Aula Barat ITB) oleh Rektor UI Prof. dr. Bahder Djohan.[7] Pengurus DMUIKB terdiri atas:
- Sekretaris Umum: Alting Pandji Indra
- Sekretaris I: Sriharto
- Bendahara: Tan Soei Jang
- Komisaris: Sasmito, Pitoyo, Husein Junus, Boet Mochtar, Memed, E. Rais.
Berbeda dengan DMUIB yang bersifat otonom terlepas dari DMUI Jakarta, DMUIKB sekarang tidak memiliki Ketua Umum. Namun terlepas dari nama dan statusnya, DMUIKB pada kenyataannya relatif solid, mandiri dan tetap banyak berkiprah di antaranya adalah dengan menyelenggarakan Kongres pertama Dewan/Senat Mahasiswa se Indonesia yang berlangsung di Kampus Bandung pada tanggal 25-28 Februari 1957. Bentuk kampus yang menyatu, dan bidang keilmuan yang saling bersinggungan (ilmu eksak mendasari ilmu teknik, namun perkembangan ilmu teknik membantu pengembangan teori dalam ilmu eksak) melahirkan karakter mahasiswa kampus Ganesha yang solid dan kompak. Hal ini dibuktikan lagi menjelang pemisahan kampus UI Bandung dari induknya.
DMUIKB melalui salah satu organnya yaitu Bagian Perumahan juga turut berperan dalam memecahkan problem kurangnya akomodasi/asrama bagi mahasiswa Kampus Ganesha.
Sampai dengan diserahkannya kepada pemerintah Indonesia pada awal tahun 1950, jurusan/bagian yang tersedia di Fakultas Teknik Bandung adalah:[1]:50
- Teknik Sipil (sejak 3 Juli 1920 - dibuka kembali tahun 1946)
- Teknik Kimia (sejak 1 Agustus 1940 - dibuka kembali tahun 1946)
- Teknik Mesin (sejak 1 Agustus 1941 - dibuka kembali tahun 1946)
- Teknik Elektro (sejak 1 Agustus 1941 - dibuka kembali TA 1947-1948)
- Teknik Pertambangan (sejak TA 1947-1948)
- Seni Rupa (sejak 20 Oktober 1947)
- Metrologi (kelanjutan dari kursus penera 2 September 1947, jurusan tersebut akhirnya ditutup)
Sedangkan jurusan/bagian baru yang dibuka pada periode ini adalah:
- Geodesi (sejak tahun 1950)[8]
- Arsitektur (sejak tahun 24 Oktober 1950)[9][10]
- Teknik Fisika (sejak tahun 1950)[11]
Tahun akademik 1950-1951 Pembukaan Bagian yang baru - Geodesi, Arsitektur, dan Teknik Fisika
Pada tahun akademik 1950-1951 yang dimulai sejak 1 September 1950 dibuka tiga bagian baru yaitu Geodesi, Arsitektur, dan Teknik Fisika (Technische Natuurkunde). Mahasiswa angkatan pertama Bagian Geodesi ITB berjumlah 13 orang terdaftar dan 1 orang pendengar. Pada angkatan pertama tersebut antara lain Jacub Rais (Guru Besar ITB, Kepala Bakosurtanal kedua), Pranoto Asmoro (Mayor Jenderal TNI-AD, Kepala Jantop TNI-AD ketiga dan Kepala Bakosurtanal pertama), Josep Soenarjo, mahasiswa pendengar (Kolonel pada Jantop TNI-AD, Guru Besar ITB). Pimpinan Bagian Geodesi dipegang oleh Prof. Ir. H. A. Brouwer.[8]
Tahun akademik 1951-1952 - Insinyur teknik kimia yang pertama
- Pada bulan Mei 1952 Kho Kiem Tjiang menyelesaikan studinya di bagian teknik kimia, dengan demikian ia merupakan insinyur teknik kimia pertama yang diluluskan bagian teknik kimia sejak dibukanya bagian tersebut pada tahun 1940 yaitu pada masa TH Bandung, setelah tiga puluh dua tahun sejak berdirinya TH Bandung, atau dua puluh delapan tahun sejak insinyur pertama diluluskan dari TH Bandung yang selalu berasal dari bagian teknik sipil.[12]
Tahun akademik 1953-1954 - Insinyur teknik mesin dan Insinyur teknik elektro yang pertama
- Pada bulan Januari 1954 Raden Slamet Bratanata menyelesaikan studinya di bagian teknik mesin, dengan demikian ia merupakan insinyur teknik mesin pertama yang diluluskan bagian teknik mesin sejak dibukanya bagian tersebut pada tahun 1941 yaitu pada masa TH Bandung.[13]
- Pada tanggal 26 Maret 1954 A. F. Schwarz menyelesaikan studinya di bagian teknik elektro, dengan demikian ia merupakan insinyur teknik elektro pertama yang diluluskan bagian teknik elektro sejak dibukanya bagian tersebut pada tahun 1941 yaitu pada masa TH Bandung.[14]
Tahun akademik 1957-1958 - Ujian seleksi masuk universitas untuk yang pertama kali di Indonesia
Dengan semakin meningkatnya animo pendaftar dikaitkan dengan terbatasnya kapasitas, maka mulai TA 1957-1958 Fakultas Teknik Bandung mengadakan ujian seleksi kepada calon mahasiswa baru. Ini merupakan ujian seleksi masuk universitas untuk yang pertama kali di Indonesia.
- Pendaftaran dilaksanakan tanggal 1-24 Agustus 1957 bagi pemegang ijazah SMA-B (IPA) untuk semua bagian di Fakultas Teknik, kecuali Bagian Seni Rupa diberikan kesempatan bagi lulusan SMA bagian A (Sastra), B (IPA), dan C (IPS).
- Untuk dapat diterima di bagian keinsinyuran dan bangunan, nilai ijazah untuk mata pelajaran Aljabar, Goniometri (ilmu ukur sudut), Stereometri (ilmu ukur ruang), Geometri deskriptif, Mekanika, Fisika, dan Kimia nilai rata-rata lebih dari enam, nilai terendah 4. Calon dengan kategori ini harus lulus ujian seleksi.
- Calon dibebaskan dari ujian seleksi untuk mata pelajaran yang nilai ujian akhirnya delapan atau lebih tinggi.
- Ujian seleksi diselenggarakan tanggal 26-29 Agustus 1957 jam 8:00-11:00.
- Hasil ujian seleksi diumumkan pada bulan September 1957.
- Mahasiswa yang memenuhi syarat/lulus ujian seleksi dapat mendaftarkan diri dengan uang kuliah Rp 240.[15]
Statistik Fakultas Teknik Bandung
Jumlah mahasiswa Fakultas Teknik Bandung dari tahun ke tahun:
Informasi lebih lanjut No., Bagian ...
No. | Bagian | Oktober 1951[16] | Desember 1952[17] | Oktober 1955[18] |
Pria | Wanita | Jumlah |
1. | Teknik Sipil | ±200 | 281 | 534 | 4 | 538 |
2. | Teknik Kimia | ±150 | 223 | 269 | 7 | 276 |
3. | Teknik Mesin | ±200 | 345 | 363 | - | 363 |
4. | Teknik Elektro | ±200 | 332 | 317 | 1 | 318 |
5. | Teknik Pertambangan | ±30 | 42 | 211 | - | 211 |
6. | Teknik Arsitektur | ±50 | 130 | 376 | 7 | 383 |
7. | Teknik Geodesi | ±30 | 31 | 27 | - | 27 |
8. | Teknik Fisika | 7 | 20 | 8 | 1 | 9 |
9. | Metrologi | 6 | 6 | 8 | - | 8 |
10. | Seni Rupa | ±50 | 46 | 33 | 18 | 51 |
| Jumlah total | 935 | 1456[note 2] | 2146 | 38 | 2181 |
Tutup
Jumlah populasi mahasiswa FT UI Bandung dari tahun ke tahun:[18]
Informasi lebih lanjut Tahun, Jumlah ...
Tahun | Jumlah |
1946-1947 | |
1947-1948 | 315 |
1948-1949 | 367 (364)[16] |
1949-1950 | 495 (541)[16] |
1950-1951 | 895 (935)[16] |
1951-1952 | 1.190 |
1952-1953 | 1.545 |
1953-1954 | 1.975[note 3] |
1954-1955 | 2.424 |
1955-1956 | |
1956-1957 | 2.829[20] |
1957-1958 | |
1958-1959 | |
Tutup
Jumlah lulusan FT UI Bandung dari tahun ke tahun:[17]
Informasi lebih lanjut Tahun, Jumlah ...
Tahun | Jumlah |
1946-1947 | 8 |
1947-1948 | 10 |
1948-1949 | 7 |
1949-1950 | 1 |
1950-1951 | 3 |
1951-1952 | 10[note 4] |
1952-1953 | |
1953-1954 | |
1954-1955 | |
1955-1956 | |
1956-1957 | |
1957-1958 | |
1958-1959 | |
Tutup
Komposisi staf pengajar Fakultas Teknik sebagai berikut:
Informasi lebih lanjut Data, Juli 1950(orang) ...
Data | Juli 1950 (orang) | Juli 1951 (orang) | Keterangan |
Guru besar tetap | 15 | 15 | gewone hoogleraren |
Guru besar luar biasa/tidak tetap | 10 | 7 | buitengewone hoogleraren |
Lektor tetap | 6 | 5 | lectoren |
Lektor luar biasa/tidak tetap | 7 | 10 | buitengewone lectoren |
Asisten ahli | 12 | 11 | beroepsassistenten |
Jumlah | 50 | 48 | staf akademik[16] |
Rasio dosen: mahasiswa | 1: 10,8 | 1: 19,5 | |
Rasio guru besar: mahasiswa | 1: 21,6 | 1: 42,5 | [note 5] |
Tutup
Dekan Fakultas Teknik Bandung
Dekan Fakultas Teknik sampai dengan berakhirnya periode UI Bandung adalah:[1]:45
- Sekretaris: Prof. Ir. O. Bax Stevens
- Sekretaris: Prof. Ir. E. S. Pacejka - Guru besar Teknik Mesin (1 Agustus 1950-1 Agustus 1951).
- Sekretaris: Prof. Dr. Ir. J. G. Niesten - Guru besar Teknik Elektro (1 Agustus 1951-1952).[24]:I.81
- Sekretaris: Prof. Ir. Soetomo Wongsotjitro - Guru besar Geodesi (1952-1953).
- Sekretaris: Prof. Ir. Soetomo Wongsotjitro - Guru besar Geodesi (1953-1956).
Daftar guru besar Fakultas Teknik Bandung
Guru besar FT pada periode 1950-1959 sebagai berikut:
- Prof. Dr. Kees Posthumus - guru besar tetap untuk Kimia Anorganik dan Kimia Fisik (1 Agustus 1941-30 Juni 1955)(kelak menjadi Rektor TH Eindhoven 1961-1968)
- Prof. Ir. Oscar Bax Stevens - guru besar tetap untuk Mekanika (meninggal 11 Agustus 1974)
- Prof. Ir. Marie Eugene Akkersdijk - guru besar tetap untuk Geologi Teknik, Mineralogi, dan Kristalografi
- Prof. Dr. Christiaan Otto Schaeffer - guru besar tetap untuk Teknik Higiene, Teknologi Sanitasi, dan Teknik Mikrobiologi (September 1947)
- Prof. Dr. Adriaan Cornelis Zaanen - guru besar tetap untuk Matematika (September 1947-Juni 1950)
- Prof. Ir. Jacobus Pieter Thijsse Diarsipkan 2014-09-13 di Wayback Machine. - guru besar luar biasa untuk Planologi dan Teknologi Sanitasi, Perumahan Rakyat (September 1947)
- Prof. Mr. ir. Th. N. Muller - guru besar sementara untuk Arsitektur (Oktober 1947; guru besar luar biasa 1 Agustus 1955)
- Prof. Dr. Pieter van der Leeden - guru besar tetap untuk Fisika (Maret 1948-1956)(kelak menjadi Rektor TH Eindhoven 1976-1979)
- Prof. Dr. Josef Ferdinand Arens - guru besar tetap untuk Kimia Organik (7 Maret 1948-September 1953)
- Prof. Ir. Nicolaas Adriaan van den Heuvel - guru besar tetap untuk Bangunan Air (9 Maret 1948)
- Prof. Ir. Eduard Stefan Pacejka - guru besar tetap untuk Teknik Mesin (19 Maret 1948)
- Prof. Dr. J. F. G. Reith - guru besar tetap untuk Kimia Analitik (18 Juni 1948)
- Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo - guru besar luar biasa untuk Konstruksi Beton Bertulang (1 September 1948)
- Prof. Mr. G. C. Suermondt - guru besar luar biasa untuk Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara (1 September 1948)
- Prof. Ir. George Joseph Levenbach - guru besar luar biasa untuk Teknik Elektro (1 September 1948)
- Prof. Dr. Fedde Jan Terpstra - guru besar tetap untuk Matematika (5 September 1948)
- Prof. Ir. Jan Marinus Kuijper - guru besar sementara untuk Teknik Mesin (25 Desember 1948)
- Prof. Ir. Johannes Paulus Willem Houtman - guru besar tetap untuk Teknik Kimia (20 Januari 1949-Oktober 1955)
- Prof. Ir. Hugo Vlugter - guru besar luar biasa untuk Hidrolika (Maret 1949-1 Agustus 1953)
- Prof. Ir. H. A. Brouwer - guru besar tetap untuk Geodesi (April 1949)
- Prof. Dr. Ir. Johannes Gerardus Niesten - guru besar sementara untuk Teknik Elektro (Juli 1949-Februari 1956)
- Prof. Ir. Pieter van Zwieten - guru besar tetap untuk Teknik Mesin (1 Agustus 1949-5 Februari 1951-September 1956)
- Prof. Dr. Theodorus Henricus Franciscus Klompe - guru besar tetap untuk Geologi (1 Agustus 1950)
- Prof. Ir. Ferdinand Jan Baptiste Pieter Ferdinandus - guru besar sementara untuk Teknik Telekomunikasi (1 Agustus 1950)
- Prof. Ir. Jan Frederik Valeton - guru besar sementara untuk Teknik Telekomunikasi dan Teori Kelistrikan (1 Agustus 1950)
- Prof. Ir. Dirk van den Berg - guru besar sementara untuk Teknik Telekomunikasi dan Teori Kelistrikan (1 Agustus 1950)
- Prof. Dr. H. C. Brinkman - guru besar tetap untuk Fisika Teoretis (18 Oktober 1950-(Mei 1951 juga guru besar FIPIA))
- Prof. Dr. Ir. Arjen Nawijn - guru besar sementara untuk Fisika (8 Desember 1950; lektor Maret 1948)
- Prof. Dr. G. E. van Gils - guru besar untuk Kimia Koloid (Januari 1951; luar biasa 1 Maret 1952)
- Prof. Ir. Frederik Dicke - guru besar untuk Arsitektur (1 Februari 1951; guru besar sementara November 1950)
- Prof. Ir. Sedijatmo – guru besar luar biasa untuk Bangunan Pembangkit Tenaga Air (1 Agustus 1951; sebelumnya lektor luar biasa 1 Oktober 1950; inagurasi Sabtu, 8 Agustus 1953)
- Prof. Dr. Lauwerens Kuipers - guru besar untuk Matematika (1 September 1951-1955; asisten 1949)
- Prof. Dr. Barend Meulenbeeld - guru besar luar biasa untuk Matematika (September 1951-Mei 1952 pindah ke TH Delft)
- Prof. H. Th. M. Leeman - guru besar luar biasa untuk Matematika (September 1951)
- Prof. Ir. Vincent Rogers van Romondt - guru besar luar biasa untuk Arsitektur (September 1951; 1 Maret 1953 – guru besar bangunan publik)
- Prof. Dr. A. J. Bernet Kempers - guru besar luar biasa untuk Sejarah Kesenian Hindu-Budha (Februari 1952)
- Prof. Dr. Ir. J. Deketh - guru besar luar biasa untuk Teknik Elektro (April 1952)
- Prof. Ir. Marinus Pieter Breedveld - guru besar untuk Teknik Telekomunikasi (Agustus 1952-Juni 1955)
- Prof. Mas Susilo - guru besar luar biasa untuk Planologi (1 September 1952)
- Prof. Ir. P. G. H. A. Fermin - guru besar untuk Pengolahan Mineral-Bijih Tambang (September 1952; guru besar sementara Februari 1952-6 Juni 1957)
- Prof. Dr. R. F. E. van der Borgh - guru besar sementara untuk Matematika (27 Oktober 1952)
- Prof. Ir. M. Soetomo Wongsotjitro - guru besar untuk Geodesi (28 Oktober 1952)
- Prof. Dr. Philip Dwinger - guru besar untuk Matematika (17 Januari 1953-1956)
- Prof. Ir. Soetedjo - guru besar untuk Irigasi (1 Agustus 1953; 1 Januari 1951 guru besar luar biasa FT UGM)
- Prof. Dr. D. de Ward - guru besar luar biasa untuk Petrologi (1 Agustus 1953)
- Prof. Ir. Timo Arnold Marinus Koster - guru besar luar biasa untuk Bangunan Jalan Kereta Api (3 April 1954)
- Prof. Ir. Cato Aart Adolphe van der Woude - guru besar luar biasa untuk Teknologi Bahan Bangunan (3 April 1954)
- Prof. Dr. W. Stevens - guru besar untuk Kimia Organik (Juli 1954)
- Prof. Ir. R. A. D. Loven - guru besar luar biasa untuk Bangunan Jalan Kereta Api (2 Oktober 1954)
- Prof. Ir. R. Goenarso - guru besar untuk Matematika (27 November 1954)
- Prof. Ir. J. G. Janssen - guru besar untuk Geodesi (27 November 1954)
- Prof. Ir. Raden Ngabehi Pandji Koesoedianto Hadinoto - guru besar luar biasa untuk Perumahan Rakyat (Februari 1955)
- Prof. Ir. O Hong Djie - guru besar untuk Teknik Telekomunikasi (Juli 1956)
- Prof. Dr. A. Suszkin - guru besar untuk Fisika (Juli 1956)
- Prof. William C. Dickinson - guru besar untuk Fisika (1956)
- Prof. Ir. Ulrich Stromburg - guru besar untuk Metalurgi (20 Oktober 1956)
- Prof. Syafei Soemardja - guru besar untuk Seni Rupa (Juli 1957)
FIPIA UI Bandung merupakan lembaga pendidikan tinggi pertama di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan kepakaran dalam bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan yang mencakup bidang:[25][26]
- Matematika (dibuka sejak 6 Oktober 1947)
- Fisika (dibuka sejak 6 Oktober 1947)
- Kimia (dibuka sejak 6 Oktober 1947)
- Biologi (dibuka sejak 1949)[27]
- Farmasi (dibuka sejak 1949)[27]
- Meteorologi
- Geologi (dibuka sejak 1949)[27]
- Astronomi (dibuka sejak 1951)
Pada awalnya FIPIA UI Bandung tidak mengenal jurusan/bagian sebagaimana yang tersedia pada masa setelah menjadi ITB melainkan bidang-bidang peminatan (studierichting) dengan kode "a" sampai dengan "r" yaitu:[28]:156
- a = bidang utama Matematika dan Fisika; bidang tambahan Astronomi
- b = bidang utama Matematika dan Astronomi; bidang tambahan Fisika
- c = bidang utama Astronomi dan Fisika; bidang tambahan Matematika
- d = bidang utama Matematika dan Fisika; bidang tambahan Kimia
- e = bidang utama Kimia dan Fisika; bidang tambahan Matematika
- f = bidang utama Kimia; bidang tambahan Fisika, Matematika dan Mineralogi
- g =
- h =
- i = bidang utama Geologi dan Kimia; bidang tambahan Fisika
- j = bidang utama Geologi dan Mineralogi; bidang tambahan Zoologi, Kimia, dan Fisika
- k = bidang utama Botani dan Zoologi; bidang tambahan Fisika, Kimia, dan Geologi
- l = bidang utama Kimia dan Botani; bidang tambahan Fisika
- m = bidang utama Matematika; bidang tambahan Fisika, Kimia, dan didaktik/pendidikan guru MIPA sekolah menengah
- n = bidang utama Fisika; bidang tambahan Matematika, Kimia, dan didaktik/pendidikan guru MIPA sekolah menengah
- o = bidang utama Kimia; bidang tambahan Matematika, Fisika, dan didaktik/pendidikan guru MIPA sekolah menengah
- p = bidang utama Biologi; bidang tambahan Fisika, Kimia, dan didaktik/pendidikan guru MIPA sekolah menengah
- q = bidang utama Matematika dan Fisika; bidang tambahan Meteorologi
- r = bidang utama Kimia; bidang tambahan Botani, Zoologi, dan Fisika
- Ap = Apoteker
Ada dua tujuan program pendidikan FIPIA, yang pertama program pendidikan untuk suatu kepakaran dalam bidang MIPA; yang kedua program pendidikan untuk suatu profesi, yaitu pendidikan guru sekolah menengah dalam bidang MIPA, dan pendidikan untuk profesi apoteker.[28]:154
Bagi yang ingin menjadi guru sekolah menengah, tersedia pendidikan jalur cepat setingkat sarjana muda dengan masa studi 3 tahun yaitu richting "m" (guru matematika), "n" (guru fisika), "o" (guru kimia), "p" (guru biologi). Program ini merupakan yang pertama di Indonesia, sebelum dibukanya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia) pada tanggal 20 Oktober 1954. Setelah lulus sarjana muda, lulusannya dapat melanjutkan ke tingkat sarjana dalam bidang MIPA yang sesuai.[28]:154
Program pendidikan untuk suatu kepakaran dalam suatu bidang MIPA selalu disertai bidang tambahan MIPA lainnya, agar lulusan FIPIA memiliki wawasan pemahaman yang cukup baik dalam lebih dari satu bidang lain. Hal ini akan mendukung dalam pengembangan ilmu selanjutnya, ataupun untuk bekerja sama antara sesama pakar bidang MIPA lainnya. Kombinasi bidang ini sangat fleksibel, sehingga mahasiswa dapat memilih sesuai minat masing-masing.
Lulusan FIPIA diberi ijazah Doktorandus yang menyatakan bahwa "pemegang ijazah ini berhak mencapai gelar doktor dalam Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dengan membuat dan mempertahankan thesis".[28]:155
Tahun akademik 1949-1950
Laporan dalam pidato tahunan Oktober 1950 untuk TA 1949-1950 mahasiswa terdaftar sebanyak 171 orang yaitu:[29]
- Matematika dan Fisika 51 orang
- Kimia 41 orang
- Biologi 11 orang
- Geologi 3 orang
- Farmasi 50 orang
- Meteorologi dan geofisika 15 orangMahasiswa baru TA 1950-1951 sebanyak 121 orangPermasalahan kekurangan tenaga pengajar, guru besar hanya tersedia 8 orang dari kebutuhan 15 orang, lektor hanya tersedia 2 orang dari kebutuhan 6 orang, asisten hanya ada 7 orang dari kebutuhan sekitar 20 orang.
Pada bulan Agustus 1953 FIPIA meluluskan sarjana untuk pertama kali yaitu:
- Thio Goan Loo, lulus dengan cum laude bidang utama Farmasi (jalur studi kimia organik), bidang tambahan Kimia Farmasi dan Mikrobiologi;
- Ang Hian Liang, bidang utama Matematika, bidang tambahan Fisika dan Mekanika;[note 9]
- The Tjoe Tie, bidang utama Matematika, bidang tambahan Fisika dan Astronomi.[31]
Satu bulan kemudian, September 1953 FIPIA meluluskan sarjana lagi yaitu Raden Rawuh, bidang utama Matematika, bidang tambahan Fisika dan Mekanika, Drs. Rawuh kelak akan menjadi dosen Matematika dan penulis buku Matematika untuk sekolah menengah.
Sabtu, 10 April 1954 di Aula Fakultas Teknik Bandung dilaksanakan promosi Doctor in de wis- en natuurkunde kepada Theodorus Reinders Rix dengan disertasi yang berjudul "Enige additiereacties aan aethoxyacetyleen Diarsipkan 2014-10-06 di Wayback Machine.". Ini merupakan promosi doktor pertama kalinya sejak FIPIA dibuka tahun 1947. Sidang dipimpin Presiden UI Prof. Mr. Dr. Soepomo, dengan promotor Prof. Dr. M. Gruber Diarsipkan 2014-10-06 di Wayback Machine., dan disaksikan para guru besar kedua fakultas Bandung.
Tahun akademik 1954-1955 - Apoteker pertama
Pada hari Sabtu pagi, 2 April 1955 di gedung FIPIA dilangsungkan penyerahan apothekersdiploma kepada Drs. Poey Seng Bouw, yang merupakan ijazah apoteker pertama yang dikeluarkan FIPIA.[32]
Tahun akademik 1956-1957
Laporan dalam pidato tahunan Oktober 1957 untuk TA 1956-1957 mahasiswa terdaftar sebanyak 1.154 orang yaitu:[20]
- Matematika 17 orang
- Fisika 12 orang
- Kimia 42 orang
- Biologi ... orang
- Geologi ... orang
- Farmasi 704 orang
- Meteorologi dan geofisika ... orang
- Astronomi ... orang
Mahasiswa baru TA 1957-1958 sebanyak ... orang
Dekan FIPIA Bandung
Dekan FIPIA sampai dengan berakhirnya periode UI Bandung adalah:[1]:45
- Sekretaris: Prof. Dr. Leendert van der Pijl - guru besar untuk Botani (1 Agustus 1952-1954).[33][34]
Daftar guru besar FIPIA Bandung
Guru besar FIPIA pada periode 1950-1959 sebagai berikut:
- Prof. H. Th. M. Leeman - guru besar sementara untuk Matematika (Juli 1947)
- Prof. Ir. E. J. G. Schermerhorn - guru besar sementara untuk Kimia (Juli 1947)
- Prof. Dr. Coert Hendrik Hins - guru besar sementara untuk Astronomi (Agustus 1947-meninggal 21 Oktober 1951)
- Prof. Dr. Jacobus Josephus Maria Reesinck - guru besar sementara untuk Fisika (Desember 1947)
- Prof. Dr. Josef Ferdinand Arens - guru besar tetap untuk Kimia Organik (7 Maret 1948 di FT-September 1953)
- Prof. Dr. Leendert van der Pijl - guru besar untuk Botani (September 1948-Februari 1954)
- Prof. Dr. Hendrik Petrus Berlage, jr. - guru besar luar biasa untuk Geofisika (1948)
- Prof. Dr. B. Meulenbeeld - guru besar untuk Matematika (Januari 1949-Mei 1952 pindah ke TH Delft)
- Prof. Dr. S. Roelofsma - guru besar untuk Fisika Eksperimental (8 Februari 1949)
- Prof. Dr. Lambertus Johannes Toxopeus - guru besar untuk Zoologi (Juli 1949-meninggal Sabtu, 21 April 1951)
- Prof. Dr. Theodorus Henricus Franciscus Klompe - guru besar tetap untuk Geologi (1 Agustus 1950-18 November 1955; orasi inagurasi Maret 1951)
- Prof. Dr. Gale Bruno van Albada - guru besar untuk Astronomi (1 Oktober 1950)
- Prof. Dr. H. C. Brinkman - guru besar tetap untuk Fisika Teoretis (Mei 1951)
- Prof. J. de Jong - guru besar luar biasa untuk Farmasi (1 Agustus 1951; lektor 1 Januari 1950)
- Prof. Dr. Lauwerens Kuipers - guru besar untuk Matematika (1 September 1951-1955; dosen 1949)
- Prof. Ir. M. E. Akkersdijk - dosen untuk Mineralogi (1 September 1951)
- Prof. Dr. B. S. Goei The - guru besar luar biasa untuk Kimia Farmasi (September 1951)
- Prof. Dr. M. Gruber Diarsipkan 2014-10-06 di Wayback Machine. - guru besar sementara untuk chemische physiologie (biokimia) (September 1951-1956)
- Prof. Dr. Philip Dwinger - guru besar untuk Matematika (17 Januari 1953-1956)
- Prof. Dr. D. de Ward - guru besar untuk Petrologi (April 1952; 24 Januari 1953 – Orde en wanorde in de petrotectoniek; April 1952 guru besar sementara)
- Prof. Dr. Franz Heinrich Schmidt - guru besar luar biasa untuk Meteorologi dan Fisika (1 Agustus 1953)
- Prof. dr. R. M. Djoehana Wiradikarta - guru besar luar biasa untuk Mikrobiologi dan Serologi (19 September 1953)
- Prof. Dr. W. Stevens - guru besar untuk Kimia Organik (Juli 1954)
- Prof. Dr. Erwin Neustein - guru besar untuk ... (Mei 1957)
- Prof. Dr. H. Silberman - guru besar untuk .... (Agustus 1957)
- Prof. Dr. H. T. Lim - guru besar untuk .... (November 1957)
Dalam artikel koran tersebut tertulis 1465, mahasiswa baru sejumlah 637 orang.
Sebagai perbandingan pada bulan September 1954 Fakultas Teknik UGM memiliki 1.113 mahasiswa. Waktu itu hanya ada dua fakultas teknik di Indonesia.[19]
Sepuluh lulusan terdiri atas 6 insinyur sipil dan 4 insinyur kimia di mana pertama kalinya bagian teknik kimia di kampus ini meluluskan insinyur sejak dibuka tahun 1940.
Sebagai perbandingan dengan masa TH Bandung TA 1940/1941 jumlah mahasiswa 248 orang dengan 11 guru besar, rasio guru besar: mahasiswa = 1: 22,55. Untuk perbandingan pada tahun 2013 rasio dosen: mahasiswa ITB adalah 1: 17,78 (sumber: Fakta dan Angka).
"In 1936 and again in 1946 he served the University as Rector Magnificus"[21]
"Met ingang van 1 September jl. heeft prof. dr. K. Posthumus het voorzitterschap der faculteit aanvaard. Als secretaris treedt op prof. ir. O. Bax Stevens."[22]
"Prof. Ir. H. Vlugter en Prof. Ir. E. S. Pacejka zijn voor het cursusjaar 50/51, ingaande 1 Aug. '50 aangewezen resp. als voorzitter en secretaris van de Faculteit van Technische Wetenschap van de Universiteit van de Republik Indonesia."[23]
Kelak menjadi Prof. Dr. Petrus Aang Suryadi, MA - guru besar Matematika ITB, dosen luar biasa IKIP Bandung dan Universitas Padjadjaran, dan pernah menjabat Rektor Universitas Maranatha Bandung.[30]:6
Sakri, A. (1979a). Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979, Jilid 1: Selintas perkembangan ITB. Bandung: Penerbit ITB.
Somadikarta, S. (1999). Tahun emas Universitas Indonesia, Jilid 1: Dari Balai ke Universitas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
(Belanda) "De voormalige Bandungsche Hogeschool 35 jaar", dalam Majalah "De ingenieur in Indonesie", edisi Desember 1955, Tahun ke-7 No.4.
Mostavan, A., Imunandar, Sudjudi, I. & Kombaitan, B. (Ed.) (2009). Aura biru: Catatan para pelaku sejarah ITB. Bandung: Penerbit ITB.
Informasi lebih lanjut Sejarah Institusi ...
Tutup