Remove ads
Kampus utama Institut Teknologi Bandung yang berlokasi di Jl. Ganeća 10, Bandung, Jawa Barat, Indonesia dengan luas 286.830 meter persegi (28,68 hektar) merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia, yaitu Technische Hoogeschool te Bandoeng yang mulai dibangun pada tahun 1919 dan terus mengalami perluasan dan penambahan fasilitas. Dengan dipindahkannya lapangan dan fasilitas olahraga kampus pada awal tahun 1990an ke kawasan Lembah Siliwangi, maka Lembah Siliwangi menjadi satu kesatuan dengan kampus ITB sehingga luasnya menjadi 330.646 meter persegi (33,06 hektar).[1]
Kampus Utama Institut Teknologi Bandung | |
---|---|
Nama sebelumnya | Technische Hoogeschool te Bandoeng |
Nama lain | Kampus Ganesha On-G campus |
Informasi umum | |
Alamat | Jl. Ganeća 10 |
Kota | Bandung |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 6°53′27.25″LS,107°36′37.36″BT[note 1] |
Ketinggian | 775 m (2.543 ft)[note 1] |
Peletakan batu pertama | 4 Juli 1919 |
Mulai dibangun | 1919 |
Dibuka | 3 Juli 1920 |
Diresmikan | 3 Juli 1920 |
Pemilik | Kemenristekdikti |
Tuan tanah | Direktorat Pengembangan, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan dan Pengembangan ITB |
Luas tanah | 330.646 meter persegi[note 2] |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | Ir. Henri MacLaine Pont |
Menyadari akan keterbatasan lahan Kampus Ganesha dikaitkan dengan meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana untuk mewujudkan visi akademiknya, maka pada sekitar tahun 2010 diterapkanlah kebijakan ITB multikampus yang memunculkan istilah "On-G campus" dan "Off-G campus". Istilah "On-G campus" merujuk pada Kampus ITB Ganesha sedangkan kampus-kampus ITB di luar itu disebut sebagai "Off-G campus". Kampus ITB Off-G yang sudah terwujud dan mulai dibangun adalah Kampus ITB Jatinangor dengan luas 47 hektar (lebih dari 1 ½ kali luas "ITB On-G campus"). Masuknya Kampus ITB Jatinangor langsung meningkatkan total aset tanah ITB menjadi seluas 795.646 meter persegi, termasuk Kantor Pusat ITB Jl. Tamansari 64; Komplek Masjid Salman; Villa Merah; Hotel Sawunggaling; Observatorium Bosscha; dan tiga puluhan lokasi lainnya.[2]:9 "ITB Off-G campus" lainnya yang sedang direncanakan adalah Kampus ITB Bekasi dan Kampus ITB Walini.
Keunikan wajah Kampus ITB Ganesha atau "On-G campus" dengan bangunan-bangunan lamanya dan kerimbunan pepohonannya, tetap dapat dinikmati hingga saat ini. Bangunan utama kampus pada masa kolonial, yakni Aula Barat dan Aula Timur yang dirancang oleh Ir. Henri MacLaine Pont merupakan sebuah eksperimen seni bangunan dalam memadukan langgam arsitektur tradisional nusantara dengan kemajuan teknik konstruksi modern. Langgam ini dikenal sebagai Arsitektur Indisch.[3]:11 Meskipun di beberapa bagian kampus telah terjadi penambahan dan pembuatan gedung-gedung baru sebagai bagian dari upaya mengakomodasi kebutuhan baru dalam kegiatan belajar mengajar, suasana unik kampus masih tetap terjaga. Rentang sejarah kampus ini dapat terlihat dari beragam gaya arsitektur bangunan gedung sesuai zamannya yang dapat dibagi menjadi beberapa periode yaitu:
Walaupun dibangun dalam bermacam gaya, ada beberapa konsep yang masih dipegang teguh dalam pengembangan kampus ITB sesuai rancangan awal master plan yang dibuat Ir. Henri MacLaine Pont - arsitek pertama kampus ini yaitu:
Periode ini merupakan tonggak awal berdirinya kampus ITB ketika pada tanggal 1 Mei 1919 Gouverneur Generaal Jonkheer Mr. Johan Paul van Limburg Stirum menyetujui pendirian sekolah tinggi teknik itu di Bandung dengan harapan bahwa perguruan tinggi pertama di Hindia Belanda itu dapat dibuka dalam tahun 1920. Selanjutnya Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in Nederlandsch-Indië - KIHTONI (Institut Kerajaan bagi Pendidikan Teknik Tinggi di Hindia Belanda) selaku pemilik Technische Hoogeschool te Bandoeng segera memulai pelaksanaan konstruksi. Hingga saat ditutupnya TH Bandung, telah berdiri sejumlah gedung dan laboratorium yang selain dibangun oleh KIHTONI dan pemerintah, juga dibangun oleh departemen atau kepemilikan institusi lain, yang bertujuan memudahkan kerja sama ilmiah dengan TH sebagai lembaga pendidikan tinggi.
Upacara yang unik di Jumat petang
empat pohon beringin di tengah sawah dan penguburan kotak timah berisi piagamPada hari Jumat 4 Juli 1919 pukul 2 petang, di jalan Dagoweg Kota Bandung berlangsung suatu upacara yang unik. Pada sebidang lahan yang sudah diratakan di bekas persawahan, dengan dihadiri banyak pihak berwenang, berlangsung penanaman empat pohon beringin yang dilakukan oleh empat orang gadis, di lokasi yang akan menjadi pusat area di mana akan berdiri kompleks bangunan TH.[4][note 7] Mengingat bahwa Tuan J. W. IJzerman dan Prof. Jan Klopper, para "pendiri" universitas ini, akan segera berangkat ke Belanda, sehingga tidak mungkin untuk menyiapkan upacara peletakan batu pertama.[note 8] Oleh karena itu, sebagai gantinya diadakanlah penanaman pohon beringin tersebut. Selain J. W. IJzerman dan Klopper, upacara tersebut dihadiri Wali kota Bandung dan sejumlah pejabat senior lainnya.[4]
Wali kota Bandung, Bertus Coops, atas nama Pemerintah Kota Bandung menyampaikan ucapan terima kasih kepada KIHTONI dan kepada perwakilannya, Tuan J. W. IJzerman, serta kepada Prof. Klopper. Ucapan terima kasih juga dikemukakan berkenaan dengan kegiatan Pemerintah Kota Bandung yang dibantu panitia pelaksana, yang telah sangat banyak berkontribusi atas keberhasilan rencana tersebut. Dia mengharapkan bahwa dengan adanya fasilitas baru pendidikan tinggi tersebut akan bermanfaat sebesar mungkin.[4]
Setelah pidatonya empat orang gadis menanam pohon beringin di sudut-sudut area terbuka tersebut. Setelah itu, Tuan J. W. IJzerman memberikan sambutan. Dia memuji dukungan besar dari semua pihak yang terkait, dan pada gilirannya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Bandung yang telah menyediakan lokasi kampus bagi KIHTONI di lokasi yang sangat cocok dan sesuai dengan harapan. Setelah membandingkan antara pertumbuhan pohon-pohon beringin dengan fasilitas baru yang akan dibangun tersebut, dia menyudahi sambutannya, yang diakhiri dengan tepuk tangan para hadirin untuknya. Selanjutnya para pihak menandatangani selembar piagam, yang dimasukkan ke dalam kotak timah/timbal (looden) tertutup yang kemudian dikuburkan di lokasi acara.
Segera dimulailah pelaksanaan pembangunan di atas tanah yang telah disediakan seluas 30 hektare (500 meter barat-timur dan 600 meter utara-selatan), yang dibatasi Sungai Cikapundung dan Dagoweg (kemudian diubah namanya menjadi Jl. Dago dan terakhir menjadi Jl. Ir. H. Juanda). Sebagai perancang dan bouwmeester (pimpinan proyek) adalah Ir. Henri MacLaine Pont; sebagai pelaksana pembangunan yaitu mantan Kolonel Zeni Victor Louis Slors dan Kapten Zeni M. T. van Staveren.
Dalam master plan kampus TH Bandung Ir. Henri MacLaine Pont telah merencanakan posisi-posisi bangunan sesuai jurusan yang kelak akan dibuka. Keterangan gambar desain rencana:
Nama daerah dan jalan di sekitar kampus TH tempo doeloe dan sekarang:
Untuk tahap pertama yang dibangun adalah Barakgebouw A, Barakgebouw B, dan bangunan penghubung di sekitar gerbang utama. Namun pelaksanaan konstruksi berjalan lambat, hingga bulan Oktober 1919 ketika Klopper datang kembali dari Belanda, kedua bangunan gedung utama termasuk bangunan selasar penghubungnya masih belum ada kemajuan yang berarti, sehingga dapat dipastikan tidak akan selesai pada bulan Juli 1920.
Oleh karena itu para insinyur zeni tersebut merancang dua bangsal sementara (hulpgebouwen) di belakang gedung depan timur (nomor 4a dan 4b pada gambar). Setelah satu tahun masa pembangunan, berlangsung Upacara Pembukaan Technische Hoogeschool te Bandoeng yang diadakan di gedung utama timur/Barakgebouw B[note 9] yang belum sepenuhnya selesai.
bangunan sementara yang berumur panjang
bangunan pembantu namun yang pertama
Hulpgebouwen atau gedung pembantu adalah dua gedung tidak bertingkat yang pernah berdiri di lokasi komplek Gedung Seni Rupa sekarang yang merupakan bangunan pertama TH Bandung yang mulai digunakan secara penuh pada bulan Juli 1920. Oleh karenanya bukan Aula Barat atau Aula Timur yang pertama selesai, walaupun kedua aula tersebut lebih dahulu mulai dibangun. Fungsi awal kedua gedung pembantu tersebut adalah:
Sampai bulan Desember 1920, perkuliahan dan praktikum dilangsungkan di dua hulpgebouwen ini. Gedung sementara tersebut bentuk dan arsitekturnya sangat sederhana, tidak menggunakan model atap khas Sunda Julang ngapak seperti gedung-gedung lain di kampus tersebut.
Walaupun sifatnya sementara dan dibangun secara mendadak, namun gedung tersebut ternyata berumur panjang, setelah kemudian terus digunakan secara berturutan untuk kursus penera, praktikum geodesi, Laboratorium Kimia Bahan Anorganik (di bawah naungan Laboratorium voor materialenkennis en onderzoek van bouwstoffen atau Laboratorium Penelitian Material dan Pengetahuan Bahan Bangunan), kursus guru gambar, hingga terakhir digunakan menjadi gedung perkuliahan dan studio Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Beberapa renovasi bangunan telah dialami bangunan ini, baik berupa penyekatan ruang untuk studio-studio, ruang dosen, penambahan gedung antara lain "Galeri Soemardja" (yang lama), pembangunan tungku bakar gerabah, hingga akhirnya komplek bangunan tersebut penuh sesak dan berkesan kumuh. Akhirnya di sekitar tahun 1992 komplek hulpgebouwen yang merupakan bangunan tertua di kampus ini dibongkar total dan dibangun kembali menjadi Gedung Seni Rupa yang baru. Hulpgebouwen bagian utara lebih dahulu dibongkar sekitar tahun 1992, di atasnya dibangun gedung FSRD berlantai empat, berikutnya hulpgebouwen bagian selatan dan sisa bangunan lama ikut dibongkar pada pertengahan tahun 1993.
Aula Timur | |
---|---|
Nama sebelumnya | Barakgebouw B |
Nama lain | Laboratorium voor materialenkennis en onderzoek van bouwstoffen |
Informasi umum | |
Status | Masih digunakan |
Gaya arsitektur | Arsitektur Indisch |
Lokasi | sebelah timur bagian depan kampus |
Ketinggian | 770 m (2.526 ft) |
Peletakan batu pertama | 3 Juli 1919 |
Mulai dibangun | 1919 |
Rampung | Desember 1920 |
Dibuka | 3 Juli 1920 |
Diresmikan | 3 Juli 1920 |
Data teknis | |
Sistem struktur | Konstruksi Kayu |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | Ir. Henri MacLaine Pont |
Kontraktor utama | Kolonel Tituler Victor Louis Sloors |
Barakgebouw B sekarang Aula Timur termasuk gedung pertama yang dibangun di Kampus TH Bandung, dan upacara pembukaan TH Bandung pada hari Sabtu, 3 Juli 1920 dilangsungkan di aula Barakgebouw B,[note 9] namun sebenarnya gedung ini masih jauh dari selesai. Barulah pada bulan Desember 1920 bangunan tersebut mendekati selesai, selanjutnya peralatan untuk praktikum Laboratorium Fisika ditempatkan, demikian juga secara bertahap berdatangan koleksi/peralatan untuk Laboratorium Pengetahuan Bahan Bangunan untuk selanjutnya ditempatkan.[5]
Semula Barakgebouw B disekat-sekat dan digunakan untuk:
Penggunaan gedung sebagai laboratorium penelitian bahan yang berlangsung dalam tiga zaman - Belanda, Jepang, dan zaman kemerdekaan ini berakhir dengan dipindahkannya "Balai Penelitian Bahan-Bahan" ke Jl. Sangkuriang, Bandung yang berada di sebelah utara kampus ITB sekitar tahun 1961.[6]
Pada tahun 1950-1960an ruangan bagian utaranya pernah digunakan sebagai Ruang Kuliah Umum[7]:530 yang dinamakan "Zaal III" kemudian menjadi "Ruang III". Ruang bagian timurnya pernah digunakan sebagai Ruang Kuliah Umum yang dinamakan "Zaal X" kemudian menjadi "Ruang X".
Gedung ini kemudian beralih fungsi menjadi Perpustakaan Pusat ITB (1961 - 1987). Selasar keliling gedung disekat-sekat dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ruang penyimpanan buku dan perkantoran. Setelah Perpustakaan Pusat yang baru (1987) didirikan di sisi utara kampus, Barakgebouw B ini beralih fungsi lagi dari "Perpustakaan Pusat" menjadi "Aula Timur". Gedung ini direnovasi, sekat-sekat ruangan, rak-rak buku, dan loteng untuk ruang baca dibongkar untuk disesuaikan seperti pada tahun 1920an. Gedung ini kemudian dialihfungsikan menjadi ruang pertemuan, pameran, dan acara lainnya, sehingga pada tahun 1987an inilah penggunaan istilah "Aula Timur" mulai dikenal.
Pada tahun 2014 Aula Timur direnovasi kembali, unit-unit kegiatan mahasiswa yang sekretariatnya menumpang di sekitar gedung ini dipindahkan.
Ikhtisar sejarah Barakgebouw B:
Barakgebouw A sekarang Aula Barat adalah gedung pertama yang dibangun di Kampus TH Bandung, namun baru dapat diselesaikan sekitar bulan Juni 1921, dan langsung digunakan untuk pelaksanaan acara Dies Natalis ke-1 TH Bandung pada hari Sabtu, 2 Juli 1921. Rupanya bentuk yang non-konvensional dari lengkung-lengkung kayu parabolis dan konstruksi atap yang rumit membuat masa konstruksi lebih lama dari bentuk bangunan yang biasa. Semula Barakgebouw A disekat-sekat dan digunakan untuk:
Sekat ruangan tersebut sudah dibongkar sekitar tahun 1960[?] sehingga kapasitas aula menjadi lebih luas. Secara tradisi sejak era TH Bandung hingga saat ini, pelaksanaan dies natalis selalu dilaksanakan di gedung ini. Demikian juga penerimaan mahasiswa baru dan wisuda sarjana hingga tahun 1970an dilaksanakan di gedung ini hingga dibangunnya Gedung Serba Guna (sekitar 1977). Gedung ini juga pernah digunakan sebagai ruang baca hingga sekitar tahun 1989.
Ikhtisar sejarah Barakgebouw A:
Kawasan gerbang utama yang berada di sisi selatan kampus terdiri atas:
Meliputi tiang bendera, gerbang depan, plaza luar, plaza dalam, dua patung Ganesha, jam outdoor, yang dihubungkan dengan selasar serta deretan kolom berbentuk silinder dari pasangan batu alam.
Gedung kantor administrasi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ini terletak di sebelah barat gerbang depan. Gedung tidak bertingkat ini pada masa TH Bandung berfungsi sebagai Kantor Sekretaris TH.
Gedung kantor administrasi Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ini terletak di sebelah timur gerbang depan. Gedung tidak bertingkat ini pada masa TH Bandung berfungsi sebagai Kantor Pedel TH. Sebagian ruangan depan pernah digunakan untuk Unit Menwa ITB, kemudian Pusat Informasi ITB, sekarang seluruhnya digunakan FSRD.
Gedung tidak bertingkat ini pada masa TH Bandung berfungsi sebagai Ruang Produksi/cetak TH, pernah digunakan sebagai sentral telepon (PABX), warung telekomunikasi, dan sekarang digunakan untuk ruang ATM dan toko buku.
Gedung tidak bertingkat ini pada masa TH Bandung berfungsi sebagai Ruang rekreasi mahasiswa TH, sekarang digunakan untuk Kantor Satpam ITB.
Gedung tidak bertingkat ini sudah dibongkar sekitar tahun 1950-an[?], di atasnya sekarang menjadi area parkir.
Gedung tidak bertingkat ini pernah digunakan untuk Unit Radio 8EH ITB (1960an-1980an) dan Unit Menwa ITB (1980an-2000an), dan sudah dibongkar sekitar tahun 2014[?], di atasnya sekarang menjadi area parkir.
Komplek Gedung Fisika merupakan gabungan beberapa gedung tidak bertingkat yang mengakomodasikan Program Studi Fisika yang dibangun pada masa kolonial yaitu Bosscha-Laboratorium Natuurkunde (Laboratorium Fisika Bosscha). Laboratorium ini secara resmi dibuka pada tanggal 18 Maret 1922.
Sabtu, 18 Maret 1922 jam 09.00 Kampus TH Bandung kembali ramai dikunjungi para pejabat, mulai Gubernur Jenderal Mr. Dirk Fock, Panglima Angkatan Darat Hindia Belanda – Letnan Jenderal G.K. Dijkstra bersama para pejabat militer lainnya, Residen, Wali kota, pejabat pemerintah sipil, Direktur dan para guru HBS dan Gymnasium, dan lainnya. Upacara diawali pidato pembukaan oleh K. A. R. Bosscha selaku Ketua College van Directeureun (Majelis Direktur), dilanjutkan dengan pidato peresmian oleh Gubernur Jenderal Mr. Dirk Fock. Dengan mengakhiri pidatonya dengan ucapan selamat atas berdirinya Laboratorium Fisika itu, dan ucapan selamat kepada para guru besar dan mahasiswa yang telah memiliki laboratorium itu, en hiermede verklaar ik het natuurkundig laboratorium voor geopend... - "dengan ini saya menyatakan laboratorium fisika dibuka...".
Selanjutnya Prof. Dr. Jacob Clay menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Cultuur en Natuur – "kebudayaan dan alam", sekaligus menjelaskan tentang tata letak laboratorium, peralatan di dalamnya, biaya pembangunannya, termasuk akan dibukanya kursus peniup gelas dan pembuat alat yang dilaksanakan di komplek laboratorium tersebut.
Jam setengah dua belas Gubernur Jenderal meninggalkan acara untuk menuju ke Jaarbeurs untuk mengunjungi pameran kesenian. Para tamu dan undangan lain diberi kesempatan untuk berkeliling komplek laboratorium baru tersebut dan diakhiri di Aula Barat.
— - dikutip dari "Opening van het natuurkundig laboratorium der Technische Hoogeschool te Bandoeng" artikel dalam Majalah "Indië: Geillustreerd weekblad voor Nederland en Kolonien" edisi 31 Mei 1922 Tahun ke-6 No.9.
Semula laboratorium fisika ditempatkan di Barakgebouw B, namun Prof. Jacob Clay - guru besar fisika TH saat itu mengajukan proposal untuk pembangunan laboratorium fisika yang terpisah, karena gedung timur (Aula Timur) sama sekali tidak cocok untuk lokasi laboratorium tersebut. Setelah perdebatan yang panjang antara yang pro dan kontra, Majelis Kurator mendukung rencana itu, Direktur dengan dukungan Dewan Direksi menyetujuinya, dan pembangunan kompleks sudah dapat dimulai pada bulan September 1920.
Komplek laboratorium ini dilengkapi sebuah collegezaal - ruang kuliah dengan kapasitas sekitar 150 orang dengan susunan bangku yang berundak menyerupai amphitheater, sehingga kebutuhan minimal ruang kuliah untuk TA 1922-1923 yang akan menjadi 3 angkatan dapat terpenuhi. Untuk mengenang jasa K. A. R. Bosscha, pada Upacara Pengalihan TH Bandung kepada Pemerintah Hindia Belanda tanggal 18 Oktober 1924 komplek laboratorium ini dinamakan Bosscha-Laboratorium Natuurkunde. Ruang kuliah di gedung ini sekarang dinamakan "Ruang 1201", sebelumnya pernah dinamakan "Ruang IV" dan "Zaal IV".
Ikhtisar sejarah Bosscha-Laboratorium Natuurkunde:
Komplek Gedung Teknik Sipil merupakan gabungan dua gedung tidak bertingkat yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Sipil yang dibangun pada masa kolonial. Pada TA 1923-1924 akan ada 4 tingkatan mahasiswa, sementara ruang kuliah yang ada hanya 3 (2 ruang di Aula Barat, 1 ruang di Gedung Fisika), sehingga perlu disediakan lagi ruang kuliah untuk tingkat 4. Oleh karena itu dengan selesainya pembangunan Laboratorium Fisika, pada tahun 1922 TH Bandung terus berekspansi dengan mulai membangun dua gedung baru di sebelah utara Aula Barat.
Kawasan ini semula diperuntukkan untuk program studi Teknik Mesin (werktuigbouwkunde - lihat gambar rencana denah awal), sementara program studi Teknik Sipil semula ditempatkan di kawasan yang kemudian dijadikan dua gedung pembantu (Hulpgebouwen), ini salah satu perubahan terhadap rencana induk yang dibuat Ir. Henri MacLaine Pont. Namun bentuk atap 'julang ngapak', pilar-pilar batu alam, dan elemen-elemen detail bangunan lainnya secara konsisten diikuti oleh gedung tersebut. Dua gedung ini terdiri atas:
Dengan selesainya gedung ini TH Bandung memiliki 4 ruang kuliah untuk tingkat satu sampai tingkat empat, ditambah 1 ruang kuliah persiapan Pengetahuan dan Penelitian Bahan Bangunan, dan 1 ruang kuliah persiapan Fisika.
Kedua gedung ini sampai sekarang masih berfungsi dan telah direnovasi serta dikembangkan beberapa kali, di antaranya perluasan ke arah barat untuk penambahan ruang-ruang kuliah maupun untuk laboratorium (sekitar tahun 1950an), di antaranya Laboratorium Mekanika. Laboratorium ini kemudian pindah ke Labtek I.
TH Bandung memiliki 4 lapangan tenis yang berada di halaman tengah kampus yaitu 2 buah di sisi barat dan 2 buah di sisi timur jalan utama kampus. Lapangan tenis ini dibangun sekitar tahun 1923, bersamaan dengan pengaspalan jalan utama, jalan menuju Laboratorium Bosscha, dan pembangunan dua gedung yang sekarang digunakan Prodi Teknik Sipil.
Sekitar sebelum tahun 1950an lapangan tenis di sisi barat diubah menjadi lapangan basket dan dua buah lapangan voli. Lapangan tenis yang berada di sisi timur berusia lebih panjang dari yang berada di sisi barat, masih difungsikan sebagai lapangan tenis hingga dibongkar pada pertengahan tahun 2004 bersamaan dengan pembangunan Campus Center. Fasilitas lapangan tenis yang baru selesai dibangun sekitar tahun 1990 di Lebak Siliwangi Sarana Olahraga Ganesha. Bekas lapangan tenis sisi timur sekarang menjadi "Lapangan Segitiga".
Pada tahun 1926 Ir. J. W. F. C. Proper telah ditugaskan untuk mempelajari peralatan dan metode dari beberapa laboratorium di Eropa dan mendesain sebuah laboratorium untuk dibangun di negara ini. Proyek itu direncanakan untuk dapat diselesaikan pada tahun 1929 dengan biaya konstruksi mencapai ƒ 125.000,-
Untuk sementara, dengan berbagai usaha termasuk dengan dukungan sebesar ƒ 5.000 dari Bandoengsch Technische Hoogeschool-fonds dan firma Lindeteves-Stokvis berupa pompa sentrifugal dengan elektrometer, pada tahun 1927 TH Bandung melalui Prof. Ir. H. C. P. de Vos membuka laboratorium simulasi hidrodinamika yang kecil dan sederhana, berlokasi di sebelah utara Aula Barat, sisi timur Gedung Teknik Sipil di bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai penyimpanan sepeda.[8]:28 Walaupun kecil, laboratorium tersebut banyak berperan khususnya untuk pendidikan, agar para mahasiswa memahami karakteristik dari pergerakan air.
Setelah Laboratorium Hidrolika yang sesungguhnya diresmikan pada tahun 1936, pipa-pipa dan peralatan di gedung ini dibongkar dan dialihfungsikan. Gedung ini pernah digunakan sebagai Laboratorium Mekanika Tanah pindahan dari salah satu ruang di Aula Barat. Setelah Laboratorium Mekanika Tanah menempati Labtek I maka gedung tidak bertingkat ini dibongkar, di atasnya sekarang menjadi area parkir Teknik Sipil.
Laboratorium voor wegenbouw - proefbaan - Laboratorium Bangunan Jalan adalah laboratorium lapangan berupa proefbaan - jalur uji/test track untuk konstruksi jalan milik Nederlandsch Indië Wegenvereeniging - NIWV (perhimpunan yang didirikan pada 31 Oktober 1924 di Bandung) yang terdiri atas dua bagian lurus sepanjang 40 meter yang dihubungkan dua busur setengah lingkaran dengan radius 15 meter, dengan panjang lintasan total sekitar 175 meter. Lebar jalur uji 5,5 meter untuk dua lajur kendaraan. Keinginan akan pendirian fasilitas ini sudah muncul pada bulan Mei 1926 yang dicantumkan dalam rencana kerja NIWV 1927. Selanjutnya pada pertemuan Wegenraad (dewan jalan) bulan Desember 1926[10] desain finalnya disetujui. Dengan keterbatasan sumber daya, akhirnya pada Algemeene Vergadering (sidang tahunan) keempat NIWV bulan Juni 1928, dilangsungkan demonstrasi awal pengoperasian fasilitas ini.[11]:2
Lokasi semula di sekitar area program studi Teknik Geodesi ITB sebelah selatan Laboratorium Hygiene. Di atas proefbaan ini kemudian dibangun Quonset dan Gedung "prefab" Biologi dan Geodesi pada tahun 1951.
Gedung Centraal Electrisch Laboratorium - Laboratorium Listrik Pusat milik Departement van Verkeer, Energie en Mijnwezen afdeeling Waterkracht en Electriciteit (Departemen PU, Energi dan Pertambangan bagian PLTA dan Kelistrikan). Dalam perjalanan sejarahnya gedung tidak bertingkat ini pernah ditempati laboratorium Departemen Teknik Elektro, kemudian Program Studi Teknik Informatika (1982-1995), hingga akhirnya dibongkar dan di atasnya dibangun area parkir Labtek VIII.
Gedung Chemisch-physisch wegenlaboratorium (laboratorium kimia-fisik material jalan) milik Nederlandsch Indië Wegenvereeniging - NIWV ini merupakan satu kesatuan dengan fasilitas proefbaan yang sudah lebih dahulu dibangun (1927) di sebelah selatan Laboratorium Hygiene. Gedung tidak bertingkat ini beratap sirap dengan konstruksi baja. Setelah gedung ini dibongkar, di atasnya kemudian pernah didirikan Gedung Bagian Planologi sekitar tahun 1950an, yang kemudian dibongkar lagi pada tahun 1994.
Gedung Laboratorium Technische Hygiëne en Assaineering - Laboratorium Teknik Lingkungan semula merupakan laboratorium yang dimiliki Vereeniging tot bevordering der Hygiëne in Nederlandsch-Indië yang terdiri atas satu ruang kuliah (collegezaal) berbentuk amphitheater yang sekarang diberi nomor 9008, modellen-zaal (ruang model), laboratorium, laboratorium bakteriologi, laboratorium kimia, perpustakaan, ruang kerja, dan bengkel.[12] Gedung dibangun dengan konstruksi batu dan rangka baja, berbeda dengan gedung-gedung awal (Barakgebouw A dan B) yang menggunakan struktur rangka kayu. Semula bangunan ini digunakan oleh dua instansi, gedung bagian barat digunakan TH untuk pendidikan, gedung bagian timur digunakan Proefstation voor Waterzuivering van den Dienst der Volksgezondheid. Ruang kuliah 9008 sebelumnya pernah dinamakan "Ruang V" dan sebelumnya lagi dikenal dengan "Zaal V".
Pada tanggal 19 Maret 1935 di Aula TH dilaksanakan upacara penyerahan gedung laboratorium dari Vereeniging tot bevordering der Hygiëne in Nederlandsch-Indië selaku pemilik laboratorium ini kepada pemerintah dalam hal ini Dienst der Volksgezondheid. Pada tanggal 20 Januari 1940 di collegezaal laboratorium ini dilaksanakan upacara penyerahan hasil perluasan gedung Laboratorium Technische Hygiëne en Assaineering dari Instituut voor Technische Hygiëne en Assaineering in Nederlandsch-Indië kepada pemerintah. Perluasan gedung ke arah timur ini dibangun berlantai dua, terutama untuk mewadahi penelitian yang berkaitan dengan udara.[13]
Pada masa pendudukan Jepang laboratorium ini sekali lagi diperluas untuk mewadahi kompleks Teknologi Mikrobiologi.[14] Selanjutnya laboratorium ini ditempatkan di bawah kementerian pengajaran yang dalam pelaksanaan tugasnya bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT) - Bandung Kogyo Daigaku (BKD). Pada tahun 1945 ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, laboratorium tersebut berganti nama menjadi Laboratorium Kesehatan Teknik (LKT) di bawah Kementerian Kesehatan Indonesia. Selanjutnya LKT ini ikut pindah ke Yogyakarta pada tahun 1946. Pada saat yang sama NICA mendirikan Laboratorium Ilmu Kesehatan Teknik (LIKT) di Bandung, tepatnya di gedung bekas gedung yang ditinggalkan LKT (yang pindah ke Yogyakarta). Selanjutnya pada tahun 1964, Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik di Bandung diserahkan Kementerian Kesehatan Indonesia kepada Institut Teknologi Bandung[15] dan hingga sekarang digunakan untuk Program Studi Teknik Lingkungan.
Gedung Waterloopkundig Laboratorium - Laboratorium Hidrolika yang dibuka secara resmi pada hari Jumat, 5 Juni 1936 di Aula Barat ini dibangun dan dimiliki oleh Departement van Verkeer en Waterstaat (Departemen PU dan Pengairan) yang berada di dalam area TH Bandung. Lokasi laboratorium hidrolika ini berada di antara Gedung Teknik Sipil dan Gedung Fisika. Gedung ini panjangnya 35 meter, lebar 12 meter, luas 420 meter persegi.
Pidato pertama pada upacara peresmian dibawakan oleh Mr. Dr. Ir. J. A. M. van Buuren - Direktur Departement van Verkeer en Waterstaat yang juga Presiden Kurator TH Bandung, yang memberikan penjelasan dan sejarah berdirinya laboratorium ini. Sambutan berikutnya diberikan oleh Dr. P. J. A. Idenburg dari Departemen Pendidikan dan Agama; Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh - Ketua Fakultas TH Bandung; dan terakhir oleh Prof. Ir. J. W. F. C. Proper selaku pimpinan laboratorium baru tersebut.[16]
Berdirinya laboratorium ini diawali ketika pada tahun 1928 rencana pendirian laboratorium tersebut diajukan kepada pemerintah namun tidak disetujui. Dengan bantuan beberapa anggota Volksraad akhirnya rencana berikut pembiayaannya disetujui pemerintah. Namun berhubung datangnya krisis ekonomi, pemerintah tidak sanggup lagi menyediakan anggaran untuk melaksanakan proyek ini, hingga tahun 1936.
Laboratorium ini sekarang dinamakan Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidraulika yang digunakan oleh Program Studi Teknik Sipil. Untuk menjaga kelestarian bangunan kolonial tersebut, pada tahun 2015 gedung ini direnovasi dalam paket "Center for Infrastructure and Built Environment" (CIBE).
Gedung kuliah LFM ini dibangun sekitar tahun 1939 untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah mahasiswa baru TH Bandung. Gedung berbentuk amphitheater dengan kapasitas 140 orang untuk perkuliahan ilmu bahan bangunan ini mulai digunakan pada bulan Agustus 1940. Lokasi gedung ini di sebelah utara Aula Timur, yang sejak tahun 1950an selain digunakan untuk perkuliahan juga dipakai sebagai bioskop mahasiswa - Liga Film Mahasiswa ITB Diarsipkan 2017-05-03 di Wayback Machine.. Ruang kuliah umum yang diberi nomor 9009 ini sebelumnya pernah dinamakan "Ruang VI" dan sebelumnya lagi dikenal dengan "Zaal VI".
Gedung Laboratorium Kimia Analitik untuk Bagian Teknik Kimia mulai digunakan sekitar tahun 1941, sejalan dengan dibukanya bagian tersebut pada tahun 1940 di mana desainnya dilaksanakan oleh Dinas Bangunan Gedung Provinsial di Bandung. Jurusan Teknik Kimia menggunakan komplek laboratorium ini hingga dibangunnya fasilitas baru - Labtek X (1994). Pada tahun 1994an gedung tersebut dibongkar untuk mewadahi pembangunan Labtek VII dan Labtek VIII.
Gedung Waterloopkundig Laboratorium - Laboratorium Hidrolika ini merupakan laboratorium hidrolika yang kedua setelah dibukanya Waterloopkundig Laboratorium I pada tahun 1936 di sebelah barat kampus. Laboratorium ini ditujukan untuk penelitian maritim/pelabuhan dan sungai, milik Departement van Verkeer en Waterstaat (Departemen PU) yang berada di dalam area TH Bandung. Ruang utama laboratorium ini panjangnya 70 meter, lebar 20 meter, luas 1.400 meter persegi.
Laboratorium yang terletak di sisi timur Kampus ITB ini semula digunakan Program Studi Teknik Sipil sebagai Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air - Uji Model Hidraulika. Sejak tahun 1994 juga digunakan Program Studi Teknik Kelautan sebagai Laboratorium Gelombang Teknik Kelautan. Laboratorium ini terdiri atas:
Untuk menjaga kelestarian bangunan kolonial tersebut, pada tahun 2015 gedung ini direnovasi dalam paket "Center for Infrastructure and Built Environment" (CIBE).
Kampus TH menjadi Markas MiliterSekitar bulan Desember 1941 sebagian dari kampus TH Bandung diambil alih militer untuk dijadikan Markas Besar Kementerian Perang Hindia Belanda. Kegiatan penelitian dan pendidikan bisa terus bekerja dalam skala terbatas. Parit perlindungan dibangun dan ditempatkan Luchtbeschermingsdienst (LBD - dinas pertahanan sipil untuk menghadapi kemungkinan serangan udara).[14]:73 Di sekitar kampus mulai dibangun barak semi permanen, termasuk sebuah bunker beton. Pada awal Februari 1942 bunker sudah bisa digunakan. Pada awal Februari 1942 Markas Besar Angkatan Laut Belanda dan Angkatan Laut Sekutu (ABDA-FLOAT) dipindahkan dari Batavia ke lokasi TH Bandung. Markas Besar ABDACOM sendiri berada di Grand Hotel Lembang. Markas besar AL kemudian menempati lantai atas bunker beton tersebut sejak awal bulan Maret 1942.[17]
Sejak berakhirnya era TH Bandung hingga era Sekolah Tinggi Teknik Bandung (1945-1946); hampir tidak ada penambahan fasilitas baru di kampus ini, bahkan banyak yang rusak, hilang, dan dijarah. Baru kemudian pada masa Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie pada tahun 1946 yang kemudian dilanjutkan ke masa Universiteit van Indonesie te Bandoeng (1947-1950), dilakukan upaya pemulihan fasilitas kampus. Beberapa barak, gudang, kantor bekas instalasi militer milik tentara Hindia Belanda maupun tentara Sekutu dialihfungsikan menjadi ruang kelas, kantor, maupun asrama mahasiswa.
Gedung "Barrac"/Teknik Industri merupakan gedung tidak bertingkat yang berdiri di lokasi yang sekarang menjadi Labtek III. Gedung ini termasuk salah satu barak tentara yang dibangun menjelang jatuhnya Hindia Belanda pada tahun 1942. Berdasarkan monumen kecil yang ada di halaman Labtek III, gedung ini pada tahun 1950-1958 pernah digunakan sebagai Asrama Mahasiswa ITB Rumah G "Barrac". Waktu itu ada tujuh asrama putra (Rumah A hingga Rumah G) dan satu asrama putri. Asrama yang bekas barak tentara ini kemudian dipindahkan ke gedung baru di Jl. Gelap Nyawang pada tahun 1958 dan tetap diberi nama Rumah G "Barrac". Selanjutnya gedung yang ditinggalkan digunakan untuk mengakomodasi Departemen Mesin hingga Departemen Teknik Industri dibuka dan selanjutnya menempati gedung ini. Departemen Teknik Industri sendiri merupakan pengembangan dari salah satu Subdepartemen Mesin yang berdiri sendiri sejak tahun 1971. Gedung ini kemudian dibongkar ketika akan dibangun Labtek III untuk Jurusan Matematika, Astronomi, dan Teknik Industri.
Gedung Departemen Matematika merupakan gedung tidak bertingkat yang pernah berdiri di lokasi yang sekarang menjadi Labtek VI yang digunakan Departemen Matematika. Sebelumnya Departemen Matematika menempati Gedung Bagian Planologi di sebelah utara Gedung LFM. Ketika jurusan Matematika pindah ke Labtek III yang selesai dibangun sekitar awal dekade 1980an, gedung ini digunakan Fakultas Pasca Sarjana (FPS). Setelah FPS pindah ke Gedung eks LPMB sekitar akhir dekade 1980an, gedung ini digunakan kantor Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Gedung ini telah dibongkar sekitar tahun 1993 bersamaan dengan masa pembangunan gedung yang menempati area eks lapangan bola.
Gedung "Bunker" yang berada di bawah tanah ini selesai dibangun pada bulan Februari 1942 semula digunakan sebagai Markas Besar Angkatan Laut Belanda dan Angkatan Laut Sekutu (ABDA-FLOAT).[17] Lokasi bunker beton tersebut berada di sebelah Barat kampus dan bangunan ini sekarang digunakan sebagai Laboratorium Metrologi Industri Diarsipkan 2014-08-19 di Wayback Machine. di bawah Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara. Sebelumnya bunker ini pernah digunakan oleh jurusan Fisika untuk menempatkan mikroskop elektron.
Pool Kendaraan I merupakan gedung tidak bertingkat berikut area terbuka untuk pool kendaraan yang berdiri di lokasi yang sekarang menjadi Gedung Riset dan Inovasi (eks PAU). Kemungkinan gedung ini termasuk salah satu fasilitas militer yang dibangun menjelang jatuhnya Hindia Belanda pada tahun 1942 (satu periode dengan Bunker), atau mungkin juga dibangun ketika tentara NICA masuk kembali ke kampus ini sekitar tahun 1946.
Gedung berbentuk persegi yang memanjang searah utara-selatan ini pernah digunakan untuk mengakomodasi Bagian Geologi FIPIA yang dibuka pada tahun 1949. Geologi menempati gedung ini hingga Gedung Tambang dan Geologi dibangun pada tahun 1950an. Selanjutnya area tersebut digunakan sebagai pool kendaraan dan pergudangan ITB. Gedung ini kemudian dibongkar ketika akan dibangun Gedung PAU (sekarang Gedung Riset dan Inovasi) pada tahun 1987an. Untuk mewadahi fungsi pool kendaraan, dibangunlah fasilitas Pool Kendaraan II baru di sebelah timur Perpustakaan Pusat.
Pembangunan Laboratorium Kimia Analitik untuk departemen teknik kimia yang pertama - dimulai pada tahun 1941. Pada pertengahan tahun 1942 direncanakan akan dibangun dua laboratorium yaitu Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia Fisika, dan Laboratorium Kimia Organik. Selanjutnya beberapa bangunan gedung untuk teknik mesin diharapkan bisa dibangun dan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 1942 (awal TA 1942-1943). Gedung-gedung baru tersebut akan dibangun di sisi Barat kampus TH, meliputi ruang gambar yang luas, beberapa ruang kuliah, sebuah perpustakaan kecil, dan sejumlah ruang kerja guru besar dan para asisten. Pada masa depan juga akan dibangun laboratorium dan bengkel kerja.[18] Namun rencana tersebut tidak bisa terlaksana dengan adanya invasi Jepang pada bulan Desember 1941.
Selama pendudukan Jepang sebagian besar rusak dan diperbaiki/diselesaikan setelah perang, dan sekarang digunakan secara penuh. Namun sekarang sudah tidak cukup lagi untuk menampung kebutuhan ruang. Pada bulan Desember 1948 dimulai pembangunan Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Kimia Fisika yang kemudian diresmikan pada hari Sabtu, 26 Maret 1949 bersamaan dengan upacara inagurasi pengukuhan Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo sebagai guru besar luar biasa untuk Konstruksi Beton Bertulang.[19] Komplek laboratorium teknik kimia ini berada di tengah area kampus sebelah timur lapangan sepak bola yang terdiri dari tiga gedung tidak bertingkat yang berbentuk persegi. Arsitekturnya mengikuti bangunan lama lainnya antara lain beratap sirap berbentuk "julang ngapak", selasar dengan deretan kolom batu alam. Di antara gedung tersebut pernah terdapat satu ruang kuliah amphiteater yaitu "Ruang 5201", yang sebelumnya dikenal dengan "Ruang XIII"; sebelumnya lagi dikenal sebagai "Zaal XIII".
Selain 3 gedung itu, terdapat satu laboratorium/workshop di bagian utara untuk praktikum teknologi proses kimia. Komplek laboratorium tersebut dibongkar total sekitar tahun 1994 dan di atasnya sekarang berdiri Labtek VII dan Labtek VIII. Prodi Teknik Kimia sendiri sebelumnya telah dipindahkan ke bangunan baru di Labtek X pada tahun 1994.
Quonset adalah bangunan sementara yang biasanya digunakan sebagai barak tentara Amerika Serikat (pada pasca pendudukan Jepang dan kembalinya NICA kampus ini pernah dijadikan markas tentara Sekutu - British-Indie atau Gurkha). Konstruksinya menggunakan rangka baja berbentuk setengah lingkaran yang dirangkai dan ditutup dengan lembaran metal bergelombang. Semula ada empat quonset yang terletak di belakang gedung untuk Departemen Biologi dan Geodesi. Quonset ini digunakan untuk kantor, kantin, laboratorium, sekretariat himpunan Departemen Geodesi, Departemen Biologi, dan Departemen Planologi. Quonset ini berdiri di lokasi yang sama dengan Laboratorium voor wegenbouw - proefbaan yang sebelumnya dibongkar. Keempat quonset ini telah dibongkar dan di lokasinya sekarang berdiri Labtek IX A (SAPPK dan Planologi).
Ruang kuliah umumPenamaan ruang kuliah umum di kampus ini pada masa silam:
- Ruang I - sebelumnya disebut Zaal I, sekarang R.3201 di Gedung Teknik Sipil
- Ruang II - sebelumnya disebut Zaal II, sekarang R.3202 di Gedung Teknik Sipil
- Ruang III - sebelumnya disebut Zaal III, di kompartemen sebelah Utara Aula Timur
- Ruang IV - sebelumnya disebut Zaal IV, sekarang R.1201 di Gedung Fisika
- Ruang V - sebelumnya disebut Zaal V, sekarang R.9008 di Gedung Teknik Lingkungan (dulu Laboratorium Technische Hygiëne en Assaineering)
- Ruang VI - sebelumnya disebut Zaal VI, sekarang R.9009 di Gedung kuliah LFM
- Ruang X - sebelumnya disebut Zaal X, di kompartemen sebelah Timur yang atapnya memiliki jendela Aula Timur
- Ruang XIII - sebelumnya disebut Zaal XIII, kemudian R.5201 di Laboratorium Teknik Kimia yang sudah dibongkar tahun 1994
Pada era ini, anggaran pembangunan sebagian diperoleh dari pampasan perang. Beberapa bangunan yang didirikan yaitu gedung Departemen Arsitektur, gedung untuk Departemen Biologi dan Geodesi, dan dua gedung untuk Departemen Kimia. Keempat bangunan ini merupakan prototipe bangunan "prefabricated". Pada tahun 1952 dibangun dua gedung dengan biaya Rp1.860.000,- untuk setiap gedung. Pada awal tahun akademik 1953-1954 satu gedung dapat diselesaikan.[20][21] Dua gedung pertama yang diselesaikan adalah gedung bagian Geodesi dan gedung bagian Arsitektur. Pada akhir tahun 1953 dimulai pembangunan gedung "prefab" lainnya dengan anggaran Rp10 juta.[22] Namun karena kesulitan anggaran dan teknis akhirnya hanya empat gedung "prefab" yang bisa diwujudkan dari tujuh gedung yang direncanakan.
Selain fasilitas yang diperuntukan bagi departemen, dibangun pula beberapa gedung lainnya yaitu Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) yang terletak di Jalan Surapati No. 1 dan gedung yang terletak di Utara kampus, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (sebelumnya bernama "Direktorat Penelitian Masalah Bangunan" - DPMB, pernah juga bernama "Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan" - LPMB) yang kemudian dihibahkan kepada ITB. Saat ini gedung tersebut difungsikan sebagai Sekolah Bisnis dan Manajemen. Gedung BPI dan DPMB dirancang oleh Natmeisnig dan Kopeignig, arsitek berkebangsaan Austria yang saat itu bergabung dengan Biro Arsitek Sangkuriang.
Gedung Bagian Planologi terdiri atas dua gedung tidak bertingkat yang dibangun sekitar tahun 1950an berlokasi di tempat yang sama dengan gedung Chemisch-physisch wegenlaboratorium.[note 12] Semula gedung ini digunakan Bagian Matematika yang sebelumnya berkedudukan di Jl. Tamansari No.64 (sekarang Rektorat ITB) bersama bagian FIPIA lainnya. Setelah Gedung Departemen Matematika di sebelah barat lapangan bola selesai dibangun, Matematika pindah ke gedung baru, dan Bagian Planologi (departemen/jurusan yang baru lahir pada tahun 1959) menempati gedung itu hingga dibongkar tahun 1994. Di atas lokasi tersebut sekarang berdiri Labtek IX A yang ditempati SAPPK dan Planologi.
Gedung "prefab" berlantai tiga ini semula digunakan untuk Bagian Arsitektur, yang namanya pernah berubah menjadi Departemen Perencanaan dan Seni Rupa (DPSR), kemudian Departemen Arsitektur, lalu Jurusan Teknik Arsitektur, hingga Program Pendidikan Arsitektur. Gedung Arsitektur dan gedung Geodesi mulai dibangun pada akhir tahun 1951 dan selesai pertengahan tahun 1953.
Sekitar tahun 1994 gedung ini dibongkar total dan di atasnya dibangun kembali menjadi Labtek IX B untuk Program Pendidikan Arsitektur.
Gedung "prefab" berlantai tiga ini semula digunakan untuk:
Gedung ini berdiri di atas lokasi Laboratorium voor wegenbouw - proefbaan yang sebelumnya dibongkar. Sebelumnya jurusan Biologi menempati gedung FIPIA Jl. Tamansari 64 (sekarang Rektorat ITB).[7]:185
Dengan meningkatnya kebutuhan fasilitas dan sarana, Jurusan Biologi (yang kemudian ditingkatkan menjadi setingkat fakultas yaitu Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) pada 1 Januari 2006) pindah ke fasilitas baru di Labtek XI pada tahun 1994. Sekitar tahun 1994 gedung ini dibongkar total dan di atasnya dibangun kembali menjadi Labtek IX C untuk Prodi Teknik Geodesi dan Teknik Lingkungan.
Gedung Laboratoria Mesin merupakan gedung yang mengakomodasikan beberapa laboratorium Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) di antaranya Laboratorium Motor Bakar dan Sistem Propulsi. Gedung ini merupakan laboratorium pertama yang dimiliki FTMD sejak masih bernama "Bagian Mesin", lalu menjadi "Departemen Mesin", kemudian "Jurusan Teknik Mesin", hingga akhirnya menjadi FTMD. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'22" LS, 107°36'31" BT atau di sebelah barat Labtek XI.
Gedung Tambang dan Geologi yang berlantai empat ini merupakan gedung yang mengakomodasikan beberapa laboratorium Program Studi Teknik Pertambangan dan Program Studi Teknik Geologi. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'18.2" LS, 107°36'42.2" BT atau di sebelah barat Labtek IV.
Gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB yang terletak di sudut persimpangan Jl. Dipatiukur (dulu bernama Beatrix boulevard), Jl. Surapati (dulu bernama Irene boulevard) dan Jl. Ir. H. Juanda adalah gedung pertemuan yang dapat digunakan antara lain untuk kegiatan seminar, pameran, dan kegiatan serupa lainnya yang melibatkan masyarakat luar kampus.
Gedung berlantai tiga yang semula dimiliki oleh Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia (PIAI), suatu organisasi yang pada masa kolonial bernama "Koninklijke Natuurkundige Vereniging". Gedung ini memiliki perpustakaan yang dapat menampung 60.000 karya tulis. Denah bangunan berbentuk trapesium yang menyesuaikan kondisi lahan. Gedung ini memiliki ruang pertemuan yang dapat menampung 300 orang, dengan sisi depan 12 meter, sisi belakang 18 meter, lebar bangunan 16 meter, tinggi bangunan 7,5 meter.[23] Gedung ini diresmikan penggunaannya pada hari Sabtu 7 April 1956 oleh Ketua PIAI Prof. H. Th. M. Leeman yang juga adalah guru besar Matematika dan Dekan FIPIA (6 Oktober 1947 – 1957).[24] Tidak berapa lama kemudian dengan dilikuidasinya Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia, gedung ini berikut koleksi buku-bukunya dialihkan pengelolaannya kepada ITB dan namanya diubah menjadi Balai Pertemuan Ilmiah (BPI).
Gedung "prefab" Kimia I berlantai tiga untuk Departemen Kimia di antaranya mengakomodasikan Laboratorium Kimia Analitik di lantai dua, Laboratorium Kimia Fisika di lantai tiga, dan Laboratorium Kimia Dasar. Pada bulan September 1974 gedung ini terbakar habis. Api berasal dari gudang zat kimia Laboratorium Kimia Analitik di lantai dua yang merambat ke Laboratorium Kimia Fisika di lantai tiga sehingga seluruh gedung habis terbakar.[25]:19 Peristiwa ini menjadi keprihatinan semua civitas ITB. Namun setelah dievaluasi dan dinilai, karena kerugian musibah ini lebih dari satu miliar rupiah, sehingga masuk dalam kategori "musibah nasional" yang artinya menjadi "beban" seluruh Indonesia. Selanjutnya setelah pihak ITB mengajukan permasalahan tersebut, pemerintah mencairkan anggaran sebesar Rp1.176.000.000,- sesuai dengan hasil penilaian pihak ITB. Kemudian dari anggaran tersebut digunakan untuk menyiapkan sarana kegiatan sementara untuk praktikum Kimia Analitik, Kimia Anorganik, dan Kimia Fisika yang dilaksanakan di Gedung "prefab" Kimia II sambil menunggu pembangunan kembali gedung yang terbakar. Untuk praktikum Kimia Dasar bagi mahasiswa tingkat pertama (TPB) sementara dilaksanakan di laboratorium milik Departemen Teknik Kimia, untuk menampung kegiatan administrasi dan perpustakaan dibangun bangunan semi-permanen. Namun dengan perencanaan yang matang, efisien, dan niat baik, dari anggaran tersebut secara efektif ITB berhasil membangun dua gedung berikut isinya, yaitu Gedung Kimia berlantai tiga (pengganti yang terbakar) dan gedung lainnya yang berlantai dua untuk Laboratorium Fisika dan Kimia TPB.[25]:20 Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'21.5" LS, 107°36'43" BT atau di sebelah timur Labtek I, di sebelah selatan Gedung BSC-B.
Gedung "prefab" Kimia II berlantai tiga untuk Departemen Kimia dan Departemen Farmasi di antaranya mengakomodasikan Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Biokimia. Departemen Farmasi kemudian pindah ke fasilitas baru di Labtek VII sekitar tahun 1997. Tinggal satu gedung inilah yang masih berdiri dari empat bersaudara gedung "prefab" yang pernah ada di kampus ini. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'22.7" LS, 107°36'43" BT atau di sebelah timur Labtek I.
Gedung yang terletak di Jl. Tamansari No.84, pojok barat laut Kampus Ganesha ini semula merupakan milik "Lembaga Penjelidikan Masalah Bangun-Bangunan" - LPMB yang didirikan pada tanggal 22 Desember 1953.[26] Pada masa pembangunan gedung ini (1954-1956), LPMB sementara melaksanakan penelitian di laboratorium yang tersedia di kampus. Dengan kepindahan Puslitbangkim ke lokasi yang baru di Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung sekitar tahun 1980an, komplek LPMB ini kemudian dihibahkan kepada ITB.
Penggunaan pertama kali oleh ITB adalah sebagai kantor administrasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Pasca Sarjana (FPS). Setelah FMIPA pindah ke gedung Labtek VIII yang baru dibangun pada tahun 1996, tinggal FPS dan program MMBAT yang menggunakan gedung ini. Setelah FPS pindah ke gedung baru di belakang Rektorat ITB pada tahun 2000an, gedung tersebut difungsikan sebagai Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB. Gedung berlantai tiga dengan satu lantai basement yang berlokasi pada posisi 6°53'17" LS, 107°36'32" BT ini sudah direnovasi beberapa kali dan disesuaikan arsitekturnya.
Penomoran ruang kuliahKetika ITB diresmikan tahun 1959 yang merupakan penyatuan Fakultas Teknik dan FIPIA Universitas Indonesia Bandung, dilakukan reorganisasi bagian-bagian yang ada menjadi tiga departemen dan 17 bagian yaitu:
- Departemen Ilmu Teknik (DIT);
- Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (DIPIA);
- Departemen Kimia/Biologi (DKB).
DIT membawahi delapan bagian yaitu: Bagian Sipil, Bagian Mesin, Bagian Elektro, Bagian Tambang, Bagian Geologi, Bagian Geodesi, Bagian Arsitektur/Senirupa, Bagian Tata Pembangunan Daerah & Kota.
DIPIA membawahi lima bagian yaitu: Bagian Matematika, Bagian Fisika, Bagian Fisika Teknik - Sekolah Instrumentasi & Peniup Gelas, Bagian Astronomi, Bagian Meteorologi/Geofisika.
DKB membawahi empat bagian yaitu: Bagian Kimia - Sekolah Analis, Bagian Kimia Teknik, Bagian Farmasi, Bagian Biologi (Botani/Zoologi).
Pada tahun 1961 susunan departemen diubah lagi menjadi tujuh departemen dengan urutan sebagai berikut:
- Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (DIPIA)
- Departemen Kimia Biologi (DKB)
- Departemen Teknik Sipil (DTS), terdiri atas bagian Geodesi (31), Sipil (32), dan Teknik Penyehatan (33)
- Departemen Mesin Elektro (DME)
- Departemen Fisika Teknik dan Teknologi Kimia (DFTTK)
- Departemen Perencanaan dan Seni Rupa (DPSR)
- Departemen Teknologi Mineral (DTM)
Sejak itu sistematika pemberian nomor ruang kuliah dibuat berdasarkan urutan departemen tersebut, misalnya:
- Ruang kuliah fisika di Gedung Bosscha dinamakan 1201 - angka "1" digit pertama menunjukkan kode DIPIA, angka "2" digit kedua menunjukkan kode Bagian Fisika (11 Matematika, 12 Fisika, dan seterusnya), angka "01" dua digit berikutnya menunjukkan urutan kelas di bagian itu.
- Ruang kuliah 2101 menunjukkan ruang tersebut merupakan ruang kelas yang pertama (01) yang dimiliki bagian Kimia (21) yang berada di bawah Departemen Kimia Biologi (2).
- Ruang kuliah 4102 menunjukkan ruang tersebut merupakan ruang kelas yang kedua (02) yang dimiliki bagian Mesin (41) yang berada di bawah Departemen Mesin Elektro (4).
- Untuk ruang kuliah umum seperti LFM, TVST, GKU, digit pertama dinomori angka "9", misalnya LFM diberi kode "9009".
Walaupun susunan fakultas/sekolah telah berubah berulang kali, namun cara pengkodean ruang kuliah tersebut masih digunakan hingga sekarang. Karena kebijakan ITB yang berkaitan dengan fasilitas ruangan kuliah dengan memperbanyak ruang kuliah umum daripada ruang kuliah jurusan dengan tujuan efektivitas penggunaan ruang yang fleksibel, sehingga dapat digunakan semua program studi yang memerlukan. Di sisi lain, dalam pergaulan sosialnya otomatis terjadi interaksi antar mahasiswa yang berlainan prodi. Ruang-ruang kuliah yang berada di jurusan/prodi tetap disediakan terutama untuk mata kuliah yang bersifat khusus prodi.
Gedung Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro yang dikelola Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ini sebelumnya bernama Laboratorium Radar. Gedung berlantai dua ini berlokasi pada posisi 6°53'26" LS, 107°36'30" BT atau di sebelah barat GKU Barat, di sebelah utara "Bunker". Pembangunan Laboratorium Radar memiliki sejarah yang menarik karena terkait dengan usaha pengembalian Irian Barat ke pangkuan RI. Gedung ini mulai dibangun sekitar 1963 merupakan kerjasama antara ITB dan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Kerjasama yang terjalin pada dasarnya merupakan kerjasama bidang pendidikan dan pelatihan yang diwadahi dalam bentuk Sekolah Elektronika Angkatan Laut (SEAL). Pada waktu itu, dalam upaya perebutan kembali Irian Barat, TNI AL membutuhkan dua ratus perwira muda dalam bidang telekomunikasi, radar dan navigasi, serta sistem kontrol. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, maka dibukalah SEAL di Kampus Ganesha, dengan gedungnya adalah Laboratorium Radar. Gedung ini diresmikan Laksamana R. E. Martadinata pada tanggal 13 Januari 1964. Gedung ini semula direncanakan berlantai empat, namun karena keterbatasan waktu dan dana, akhirnya dibangun dua lantai saja.[27]:166
Gedung Laboratorium Konversi Energi Listrik merupakan bantuan dari pemerintah Jerman Barat dalam rangka kerja sama ITB-TU Braunschweig yang dibangun sekitar awal 1960an.[7]:530 Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'27" LS, 107°36'33" BT atau di antara GKU Barat dengan Gedung Fisika, sebelah barat Labtek V.
Gedung FMIPA terdiri atas dua gedung tidak bertingkat yang pernah berfungsi sebagai kantor administrasi dan staf dosen Teknik Elektro yang berlokasi di antara Laboratorium Konversi Energi Listrik dengan lapangan bola, sebelah utara Gedung Fisika.[7]:530 Setelah Labtek II dibangun sekitar tahun 1980an dan Departemen Teknik Elektro pindah ke Labtek II, gedung ini kemudian digunakan sebagai kantor administrasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Gedung ini telah dibongkar sekitar tahun 1993 bersamaan dengan masa pembangunan gedung yang menempati area eks lapangan bola, lokasinya kira-kira sekarang menjadi lapangan parkir Labtek V.
Gedung FTI terdiri atas dua gedung tidak bertingkat yang pernah berfungsi sebagai kantor administrasi dan staf dosen Teknik Elektro yang berlokasi di antara Laboratorium Konversi Energi Listrik dengan lapangan bola, sebelah utara Ruang Kuliah Pandang Dengar.[7]:530 Setelah Labtek II dibangun sekitar tahun 1980an dan Departemen Teknik Elektro pindah ke Labtek II, gedung ini kemudian digunakan sebagai kantor administrasi Fakultas Teknologi Industri (FTI), dan pernah juga digunakan sebagai kantor administrasi Fakultas Pasca Sarjana (FPS). Gedung ini telah dibongkar sekitar tahun 1993 bersamaan dengan masa pembangunan gedung yang menempati area eks lapangan bola, lokasinya kira-kira sekarang menjadi Labtek V.
Ruang Kuliah Pandang Dengar merupakan gedung tidak bertingkat yang berfungsi sebagai ruang kuliah umum yang dulunya berlokasi pada posisi 6°53'26.5" LS, 107°36'34.7" BT atau di sebelah timur Laboratorium Konversi Energi Listrik. Ruang kuliah "pandang dengar" ini pada masanya pernah juga disebut "Ruang Kuliah Gedung Oktagon"[7]:530 karena denahnya yang berbentuk segi delapan. Namun dengan dibangunnya Gedung Oktagon yang baru pada tahun 1970an di utara-tengah kampus, gedung ini lebih dikenal sebagai "Ruang Kuliah Pandang Dengar". Gedung ini telah dibongkar sekitar tahun 1993 bersamaan dengan masa pembangunan gedung yang menempati area eks lapangan bola, lokasinya kira-kira sekarang menjadi lapangan parkir Labtek V.
Gedung Geofisika dan Meteorologi (GM) merupakan gedung tidak bertingkat yang mengakomodasi Departemen Geofisika dan Meteorologi (dibuka tahun 1961 sebagai bagian dari FMIPA), yang pernah berdiri di lokasi sekitar 6°53'17" LS, 107°36'34.7" BT, di sebelah utara GSG, di lokasi yang sekarang menjadi Gedung CADL. Selanjutnya Jurusan GM pindah ke lokasi keduanya di Labtek III lantai 4 bersebelahan dengan Departemen Astronomi. Selanjutnya dengan selesainya pembangunan Labtek XI sekitar tahun 1994, Jurusan GM pindah ke Labtek XI. Dengan kepindahan tersebut, gedung ini dibongkar dan dijadikan area parkir kendaraan untuk GSG. GSG dan area parkir ini kemudian dibongkar pada tahun 2012 dan dibangun Gedung CADL.
Gedung Teknik Perminyakan berlantai dua ini merupakan gedung yang mengakomodasi kantor administrasi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) dan Program Pendidikan Teknik Perminyakan. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'19" LS, 107°36'43.3" BT atau di antara Labtek IV dengan Gedung BSC-B, sebelah barat Gedung RME&M-FTTM. Pada awalnya gedung ini dibangun untuk Bagian Teknik Perminyakan yang baru dibuka pada tahun 1962, setelah sejak tahun 1950 merupakan Subbagian Teknik Pertambangan. Sesuai perkembangan dan reorganisasi berikutnya, selain untuk Bagian/Departemen/Jurusan Teknik Perminyakan, gedung ini juga pernah mengakomodasi kantor administrasi "Fakultas Teknologi Mineral (FTM)" - "Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (FIKTM)" - hingga "Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)".
Gedung Laboratorium Fisika Bangunan "Adhiwiyogo" merupakan gedung tidak bertingkat yang mengakomodasi salah satu laboratorium Program Pendidikan Teknik Fisika yang pernah berdiri di sebelah barat Gedung Fisika atau di sebelah utara Gedung BSC-A. Gedung ini dibongkar sekitar tahun 2013 untuk mewadahi Gedung CIBE. Fasilitas pengganti laboratorium ini diwadahi di Laboratorium Akustik di Gedung CAS.
Gedung BRT ex Sekolah Ahli Instrumen dan Gelas (SAIG) merupakan gedung tidak bertingkat yang pernah berdiri di sebelah barat Gedung Fisika atau di sebelah utara Laboratorium Fisika Bangunan. Setelah SAIG ditutup, gedung ini digunakan Biro Rumah Tangga (BRT). BRT sendiri sebelumnya menempati Gedung "panggung" BRT. Gedung BRT/SAIG dibongkar sekitar tahun 2013 untuk mewadahi Gedung CIBE.
Gedung Laboratorium Fisika Bumi merupakan gedung tidak bertingkat yang mengakomodasi salah satu laboratorium Program Pendidikan Fisika yang pernah berdiri di sebelah barat Gedung Fisika atau di sebelah utara Gedung BRT (ex SAIG). Gedung ini dibongkar sekitar tahun 2013 untuk mewadahi Gedung CIBE.
Gedung Pusat Komputer (Puskom) dan Pusat Ilmu Komputer dan Sistem Informasi (PIKSI) terdiri atas dua gedung tidak bertingkat yang pernah berdiri di sebelah selatan gedung MKDU. Gedung ini sebelumnya pernah digunakan Departemen Teknik Industri, sebelum TI pindah ke Labtek III. Gedung ini dibongkar sekitar tahun 1992 karena lokasinya akan dibangun Gedung Labtek X dan Labtek XI.
Gedung Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) merupakan gedung tidak bertingkat yang mengakomodasi kantor administrasi dan ruang-ruang staf pengajar MKDU yang pernah berdiri di lokasi sekitar 6°53'20" LS, 107°36'34" BT, di sebelah selatan GSG. Gedung ini dibongkar sekitar tahun 1992 karena lokasinya akan dibangun Gedung Labtek X. Kegiatan administrasi dan ruang MKDU kemudian diwadahi di Labtek IV sisi timur. Sejak Labtek VII selesai dibangun (1996), kantor administrasi dan perangkatnya diwadahi di Labtek VII.
Gedung Farmasi merupakan gedung tidak bertingkat yang pernah berdiri di lokasi yang sekarang menjadi Gedung BSC-B. Jurusan Farmasi pernah menempati gedung ini hingga pindah ke Labtek VII yang selesai dibangun tahun 1996. Gedung ini telah dibongkar sekitar tahun 2000an untuk lokasi pembangunan Gedung BSC-B.
Bangunan ini terdiri dari dua gedung kembar di kiri kanan bulevard kampus yang berfungsi sebagai pusat kegiatan mahasiswa yang direncanakan, dibangun, dan dikelola oleh Dewan Mahasiswa ITB. Pembukaannya pada tahun 1970 diresmikan oleh Presiden RI Soeharto bersamaan dengan peringatan "Lima Puluh Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia".[9]:58, 69
Sekitar bulan Juli 2004 kedua gedung ini mulai dibongkar untuk mewadahi gedung baru yang dibangun di lokasi yang sama, yaitu Gedung Campus Center.[28]
Gedung Kuliah Tambang dan Geologi merupakan gedung tidak bertingkat yang pernah berdiri di lokasi yang sekarang menjadi Gedung CAS dan Perpustakaan Pusat. Sebagian gedung ini telah dibongkar sekitar tahun 1985an untuk lokasi pembangunan Perpustakaan Pusat. Setelah Labtek IV selesai dibangun, sebagian dari Gedung Kuliah Tambang dan Geologi yang masih tersisa juga dibongkar dan dijadikan area parkir dan Pool Kendaraan II.
Pada periode ini, sejalan pula dengan upaya pemerintah dalam menertibkan pembangunan nasional. ITB menyusun rencana jangka panjangnya yang dituangkan dalam Masterplan Akademik dan Masterplan Fisik.
Terjadi perubahan dalam sistem akademik di ITB dengan diperkenalkannya matrikulasi pada mahasiswa tingkat pertama atau Tingkat Persiapan Bersama. Dengan adanya perubahan ini, perlu dibangun fasilitas perkuliahan umum yang penggunaannya tidak dibatasi pada salah satu departemen saja. Beberapa gedung yang dibangun antara lain gedung kuliah umum Oktagon dan TVST, dua bangunan berbentuk segi delapan yang dilengkapi dengan fasilitas TV sirkuit tertutup. Selain pengelolaan ruang kuliah secara terpusat, pemanfaatan gedung juga dilaksanakan secara fleksibel, oleh karenanya penamaan gedung-gedung juga dibuat bersifat umum, maka dimulailah era terminologi "Laboratorium Teknik" mulai Labtek I hingga era sekarang Labtek XI. Dengan demikian sebuah Labtek bisa saja ditempati oleh beberapa prodi, yang jika diperlukan dapat berpindah ke Labtek lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fleksibilitas penggunaan gedung/ruang ini secara historis telah berlangsung sejak era kolonial antara lain pada gedung Hulpgebouwen.
Gedung Kembar merupakan dua gedung yang sama bentuknya yang masing-masing terdiri atas dua ruang kuliah umum yang saling berhadapan. Gedung satu lantai yang terletak di sebelah utara gedung lama Teknik Lingkungan ini kelasnya diberi nomor 9012, 9013, 9014, 9015. Kedua gedung tersebut telah dibongkar sekitar tahun 1994 bersamaan dengan masa pembangunan gedung yang menempati area eks lapangan bola. Di atas lokasinya kemudian dibangun lapangan parkir yang kemudian dibongkar lagi untuk dijadikan Laboratorium Pengujian Doping (2013).
Gedung "panggung" Biro Rumah Tangga (BRT) merupakan gedung tidak bertingkat yang mengakomodasi Biro Rumah Tangga (BRT) sebelum pindah ke Gedung BRT (ex SAIG). Gedung berkonstruksi baja knock down ini disebut "Gedung Panggung" karena gedung ini memiliki kaki-kaki di bawah lantainya menyerupai rumah panggung yang bisa dibongkar pasang dan dipindah-pindah sesuai kebutuhan. Gedung panggung ini pernah "didirikan" kira-kira di sebelah timur Laboratorium Kerjasama PLN-ITB. Ketika lokasi itu akan dibangun Labtek I atau Laboratorium Kerjasama PLN-ITB, gedung ini dibongkar dan dipasang lagi di sebelah timur Perpustakaan Pusat di utara kampus. Ketika lokasi itu akan dibangun area parkir, gedung ini dibongkar dan dipasang lagi di sebelah barat Gedung Teknik Sipil atau di sebelah utara Gedung Biro Pembelian. Akhirnya gedung ini dibongkar sekitar tahun 2000an untuk mewadahi Gedung BSC-A.
Gedung Oktagon merupakan gedung kuliah umum berlantai dua yang berbentuk segi delapan yang semula terdiri atas 3 ruang kelas sedang (masing-masing dapat menampung sekitar 106 orang) di lantai dasar dan 3 ruang kelas besar (masing-masing dapat menampung sekitar 222 orang) di lantai dua. Ruang kelas di lantai satu bernomor 9016, 9017, 9018 sedangkan di lantai dua bernomor 9019, 9020, 9021. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'20.5" LS, 107°36'36" BT.
Gedung Kimia berlantai tiga ini merupakan pengganti Gedung "prefab" Kimia I (1950an-1974) yang terbakar dan dibangun di lokasi yang sama yaitu posisi 6°53'21.5" LS, 107°36'43" BT atau di sebelah timur Labtek I, di sebelah selatan Gedung BSC-B.
Gedung Laboratorium Fisika dan Kimia Tahap Pertama Bersama (TPB) berlantai dua ini semula digunakan untuk:
Setelah berfungsi sebagai Laboratorium Fisika Dasar, Laboratorium Kimia Dasar, dan Tata Usaha TPB selama kurang lebih 35 tahun, gedung ini dialihfungsikan menjadi Gedung Comlabs USDI. Kegiatan untuk Laboratorium Fisika Dasar dipindahkan ke gedung baru di "Basic Science Center A" (BSC-A) di sebelah baratdaya kampus, sisi barat Gedung Teknik Sipil. Kegiatan untuk Laboratorium Kimia Dasar dipindahkan ke gedung baru di "Basic Science Center B" (BSC-B) di sebelah selatan Gedung Teknik Perminyakan.
Gedung Serba Guna (GSG) merupakan gedung yang mengakomodasikan kegiatan wisuda, penerimaan mahasiswa baru, pameran, indoor sport hall, dan kegiatan publik lainnya. Gedung ini selesai dibangun pada tahun 1977 dan digunakan pertama kali untuk pameran karya teknologi "Tekno-77" yang diselenggarakan dari 17-27 Mei 1977.[7]:137-138 Sebelumnya kegiatan serupa ditampung di Aula Barat, namun dengan berkembangnya populasi mahasiswa, Aula Barat tidak dapat lagi menampung. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'18" LS, 107°36'34.5" BT atau di antara gedung SBM dan gedung PAU di bagian utara kampus.
Dengan alasan serupa pada tahun 1990an GSG ini pun tidak dapat lagi menampung kegiatan seremonial besar, sehingga dibangunlah SABUGA. Namun GSG masih difungsikan terutama untuk kegiatan indoor sport. Selanjutnya pada tanggal 23 Oktober 2012[29] GSG mulai dibongkar untuk mewadahi gedung baru yang dibangun di lokasi yang sama, yaitu Gedung CADL.
Gedung Laboratorium Energi Surya, Dasar Khusus Mesin, dan Peralatan Pertanian atau sering disingkat Laboratorium Surya merupakan gedung yang mengakomodasikan laboratorium dasar khusus mesin yang didesain secara khusus untuk dapat menampung kegiatan penelitian dan pengembangan dalam pemanfaatan energi surya. Arsitek yang mendesain gedung ini adalah Ir. Hari Santo, yang melengkapi gedung ini dengan sebuah platform yang tinggi di atas tanah yang ditopang oleh enam tiang beton. Platform itu diperuntukkan khusus untuk menampung berbagai pengujian peralatan pemanfaatan energi surya dan pengukuran terkait. Pembangunan gedung ini dimulai tahun 1975/1976 dan diselesaikan pada tahun 1977.[7]:108
Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'20.5" LS, 107°36'31.6" BT atau di antara Laboratoria Mesin dan Labtek III. Gedung ini dibongkar sekitar tahun 2014 untuk mewadahi Gedung PPTI-FTMD.
Gedung TVST (Televisi Siaran Terbatas) merupakan gedung kuliah umum berlantai dua dengan satu lantai basement yang berbentuk segi delapan yang semula terdiri atas 3 ruang kelas sedang (masing-masing dapat menampung sekitar 108 orang) di lantai dasar dan 3 ruang kelas besar (masing-masing dapat menampung sekitar 228 orang) di lantai dua. Ruang kelas di lantai satu bernomor 9022, 9023, 9024 sedangkan di lantai dua bernomor 9025, 9026, 9027 atau TVST A, TVST B, TVST C. Walau bentuk dan ukurannya menyerupai gedung Oktagon yang lebih dahulu dibangun, perbedaan gedung TVST adalah pada fasilitas televisi siaran terbatas yang terdapat pada setiap kelas. Gedung TVST adalah suatu eksperimen dalam metode pengajaran di mana seorang dosen dapat memberikan kuliah pada beberapa kelas paralel dalam waktu yang sama. Oleh karenanya gedung TVST ini banyak digunakan untuk perkuliahan mahasiswa tingkat pertama atau Tingkat Persiapan Bersama (TPB) yang mata kuliahnya relatif sama. Metode yang merupakan tonggak sejarah ini adalah salah satu upaya mengatasi permasalahan kurangnya tenaga pengajar dan standardisasi materi perkuliahan. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'22" LS, 107°36'36" BT.
Laboratorium yang semula bernama Laboratorium Kerjasama PLN-ITB ini menampung beberapa laboratorium Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) khususnya Program Studi Teknik Tenaga Listrik antara lain untuk Laboratorium Penelitian Sistem Tenaga dan Distribusi, Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Pengukuran Listrik. Gedung berlantai dua ini berlokasi pada posisi 6°53'22" LS, 107°36'39" BT atau di tenggara Plaza TPB, sebelah timur gedung TVST, di sebelah selatan Gedung Comlabs (Laboratorium TPB lama), di sebelah barat Labtek I.
Gedung Laboratorium Teknik I atau disingkat Labtek I ini semula merupakan gedung yang mengakomodasikan beberapa laboratorium untuk jurusan Teknik Elektro dan Teknik Sipil (Laboratorium Rekayasa Struktur, Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas, Laboratorium Mekanika Tanah) sejak tahun 1980an. Laboratorium Rekayasa Struktur (sebelumnya bernama Laboratorium Mekanika) sebelumnya menempati perluasan Gedung Teknik Sipil sisi barat, sedangkan Laboratorium Mekanika Tanah sebelumnya menempati bekas Laboratorium simulasi hidrodinamika. Gedung berlantai tiga ini berlokasi pada posisi 6°53'21" LS, 107°36'40" BT atau di sebelah timur Gedung Comlabs (Laboratorium TPB lama).
Gedung Laboratorium Teknik II atau disingkat Labtek II ini semula merupakan gedung yang mengakomodasikan Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Mesin sejak tahun 1980an. Gedung seluas sekitar 9.400 meter persegi terdiri atas empat lantai. ebelum tahun 1980an sebagian fungsi Jurusan Teknik Elektro menempati Gedung FMIPA. Dengan selesainya pembangunan Labtek V, VI, VII, VIII, dan dimekarkannya jurusan Teknik Elektro menjadi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) dan jurusan Teknik Mesin menjadi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD - sejak 1 Januari 2008), maka gedung ini diperuntukkan:
Gedung berlantai empat ini berlokasi pada posisi 6°53'24" LS, 107°36'31" BT atau di sebelah utara GKU Barat. Sebelum Labtek II dibangun, di sebelah selatan kolam Laboratoria Mesin terdapat sebuah gedung lama yang harus dibongkar untuk mewadahi Labtek II ini.
Pada periode ini pembangunan masih tetap diprioritaskan bagi gedung-gedung yang melayani kepentingan umum, terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. Di bagian barat kampus dibangun pula Gedung Kuliah Umum (GKU) Barat yang sebagian besar digunakan untuk kuliah mahasiswa TPB.
Salah satu rencana yang signifikan dilakukan periode ini adalah gagasan untuk memperluas area kampus hingga Lebak Siliwangi. Area kampus sekitar 30 Ha mulai dirasakan keterbatasannya khususnya dengan berkembangnya departemen-departemen yang memerlukan berbagai fasilitas baru. Selain itu, dirasakan pula kebutuhan akan pusat sarana olahraga yang tidak hanya digunakan oleh ITB, namun dapat dimanfaatkan pula oleh masyarakat umum. Untuk itulah gagasan untuk mengembangkan Lebak Siliwangi mendapat dukungan banyak pihak dengan tetap mempertahankan karakter aslinya sebagai lembah.
Selain itu, terjadi pula perubahan struktur organisasi ITB dengan beralihnya peran Biro Pembangunan yang kemudian berada dalam kewenangan Pembantu Rektor Bidang Pengembangan. Tiga gedung penting dibangun pada periode ini yaitu Gedung Perpustakaan Pusat yang gagasan awalnya dirancang oleh Slamet Wirasonjaya, gedung Pusat Antar Universitas (PAU), dan Gedung Kuliah Umum (GKU) Timur. Selain itu kesadaran untuk menata area utara yang sebelumnya menjadi area belakang kampus mulai diwujudkan dengan diadakannya sebuah sayembara penataan Gerbang Utara. Sayembara ini dimenangkan oleh mahasiswa, Mohammad Thamrin AR-81 yang telah mengalami perubahan dengan adanya fasilitas yang dibangun kemudian, sunken court-sebuah underground facilities, penghubung antara area kampus Ganesha dan Lebak Siliwangi.
Gedung Laboratorium Teknik III atau disingkat Labtek III yang terdiri dari dua blok berlantai lima yang saling berhubungan ini merupakan gedung yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Industri, Program Studi Matematika, Program Studi Astronomi, dan kantor administrasi Fakultas Teknologi Industri sejak awal semester gasal 1985-1986 (sekitar pertengahan tahun 1985). Gedung sebelah utara digunakan Prodi Matematika dan Astronomi, gedung sebelah selatan digunakan Prodi Teknik Industri dan juga pernah digunakan kantor administrasi Fakultas Teknologi Industri. Jurusan Geofisika dan Meteorologi juga pernah menempati Lantai 4 bersebelahan dengan Astronomi. Gedung ini menempati bekas Gedung "Barrac"/Teknik Industri yang telah dibongkar sebelumnya.
Pada tahun 2015 (pertengahan semester I 2015-2016) Prodi Matematika dan Astronomi pindah ke Gedung CAS, selanjutnya gedung ini digunakan oleh Prodi Teknik Industri dan direnovasi menjadi Center for Information Technology for Industrial Engineering (CITIE). Walau Matematika sudah pindah, namun di CITIE Lantai 1 masih ada Pusat Penerapan dan Simulasi Matematika (PPMS) dan Maths Aids Center (MAC). Tahun 2017 renovasi Labtek III selesai dan kini dinamai dengan nama Matthias Aroef. Peresmian hasil renovasi gedung dilaksanakan hari Sabtu, 25 Maret 2017 di gedung Labtek III.[30]
Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'19" LS, 107°36'31" BT atau di sebelah barat laut kampus di sebelah selatan Gedung SBM ITB.
Semula gedung berlantai tiga yang berbentuk segi delapan ini disebut Gedung Kuliah Umum (GKU) namun setelah di sisi timur kampus dibangun GKU yang lain maka disebut "Gedung Kuliah Umum (GKU) Barat" atau "GKU Lama". GKU ini pertama kali digunakan untuk perkuliahan mahasiswa TPB ITB angkatan 1985 semester genap (awal tahun 1986). Lantai dasarnya digunakan untuk 4 ruang kelas, beberapa ruang seminar, kantin, dan toilet. Lantai dua dan tiga masing-masing digunakan untuk 8 ruang kelas dan ruang penunjang antara lain toilet. Jumlah ruang kuliah total sebanyak 20 ruangan berbentuk amphitheater masing-masing berkapasitas maksimal 100 orang. GKU Barat berlokasi pada posisi 6°53'25" LS, 107°36'32" BT atau di sebelah selatan Labtek II sisi barat kampus.
Gedung Perpustakaan Pusat yang berlantai empat dengan satu lantai basement ini berlokasi pada posisi 6°53'18" LS, 107°36'39" BT atau di sebelah timur "Sunken Court" dan Gedung PAU di bagian utara kampus. Sebelumnya "Perpustakaan Pusat" menempati Aula Timur yang sudah tidak cukup lagi mengakomodasi fungsi perpustakaan, Aula Barat pun dijadikan ruang baca jika tidak ada kegiatan seremonial. Selanjutnya pada tahun 1975 dimulailah perencanaan sebuah gedung perpustakaan permanen yang dirancang sesuai dengan fungsi perpustakaan perguruan tinggi. Pertengahan tahun 1987 sebuah gedung perpustakaan yang cukup megah berdiri di kampus ITB dengan luas 9.000 meter persegi. Gedung ini merupakan tahap pertama dari rencana bangunan yang jumlah totalnya mencapai luas 16.000 meter persegi. Tahap kedua pembangunan gedung perpustakaan baru akan dilaksanakan setelah gedung tahap pertama terisi penuh, dan hal ini diperkirakan baru akan tercapai setelah gedung tahap pertama dioperasikan selama 25 tahun.[31]
Pembangunan gedung perpustakaan ini harus membongkar sebagian Gedung Kuliah Tambang dan Geologi. Pada lantai basement Perpustakaan Pusat difungsikan untuk Penerbit ITB. Dalam perjalanannya gedung ini sudah beberapa kali direnovasi. Semula, dinding bangunannya berupa plesteran tekstur dengan warna dominan putih. Pada renovasi berikutnya dinding bangunan dilapis keramik, dan yang terakhir dindingnya dilapis Aluminium Composite Panel (ACP).
Gedung Biro Pembelian merupakan gedung tidak bertingkat yang mengakomodasi Biro Pembelian, kantor KKN, dan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa antara lain Pramuka, Donor Darah, PSTK. Sebelumnya kantor-kantor tersebut menggunakan selasar Aula Barat dan Aula Timur yang disekat-sekat. Ketika kemudian Aula Barat dan Aula Timur direnovasi sekitar tahun 1980an, maka gedung penunjang ini pun dibangun di sebelah barat Gedung Teknik Sipil atau di sisi selatan Gedung "panggung" BRT. Gedung ini dibongkar sekitar tahun 2000an untuk mewadahi Gedung BSC-A.
Gedung Laboratorium Teknik IV atau disingkat Labtek IV terdiri atas dua gedung berlantai empat yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Geologi, Program Studi Teknik Geofisika, Program Studi Teknik Pertambangan, dan Program Studi Teknik Perminyakan.
Kedua gedung ini mengapit Gedung RME&M-FTTM.
Gedung Riset dan Inovasi berlantai delapan dengan satu lantai basement ini semula digunakan sebagai gedung Pusat Antar Universitas (PAU). Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'18" LS, 107°36'36" BT atau di sebelah barat "Sunken Court" dan Perpustakaan Pusat di sebelah utara kampus, yang menempati bekas Pool Kendaraan I yang telah dibongkar sebelumnya.
Pool Kendaraan II merupakan area terbuka untuk pool kendaraan yang berdiri di lokasi yang sekarang menjadi Gedung CAS sebagai pengganti fasilitas sebelumnya di Pool Kendaraan I. Di atas pool kendaraan ini sebelumnya pernah berdiri beberapa Gedung Kuliah Tambang dan Geologi. Kawasan ini kemudian dibongkar ketika akan dibangun Gedung CAS pada tahun 2013an. Untuk mewadahi fungsi pool kendaraan, dibangunlah fasilitas baru di sebelah timur Sasana Budaya Ganesha.
Gedung Kuliah Umum (GKU) Timur yang berlantai empat ini berlokasi pada posisi 6°53'25" LS, 107°36'43" BT atau di sebelah selatan Laboratorium Gelombang Teknik Kelautan, yang menempati bekas Gedung Pusat Teknologi Pembangunan (Development Technology Center - DTC) dan Lembaga Penelitian yang telah dibongkar sebelumnya.
Sarana Olahraga Ganesha disingkat Saraga adalah komplek fasilitas olahraga ITB yang terletak di bagian utara kampus pada posisi 6°53'10" LS, 107°36'35" BT. Fasilitas olahraga dengan luas 43.816 meter persegi ini terdiri atas:
Fasilitas ini juga menandai dimulainya mata kuliah Olahraga (2 SKS) yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Tahun Pertama Bersama (TPB) sejak angkatan 1990 dan masih eksis hingga sekarang. Saraga juga menjadi pusat Unit Kegiatan Mahasiswa rutin berkumpul dan beraktivitas. Bertempat di bawah kolam renang, unit-unit yang biasa berkegiatan antara lain Unit Selam Nautika ITB, Unit Panahan Pasopati ITB, Unit Renang & Polo Air, dan lain-lain.[32]
Pada Tahun 1992, ITB telah berhasil menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) ITB 1992-2001 yang menggambarkan perencanaan jangka panjang dalam 10 (sepuluh) tahun berikutnya. Terkait dengan pengembangan bidang fisik, pada periode ini ITB memperoleh kesempatan untuk membangun berbagai fasilitas berikut kelengkapannya dalam volume yang sangat signifikan. Sebuah lembaga keuangan pemerintah Jepang, "Overseas Economic Cooperation Fund" telah bersedia membantu melalui "Loan OECF IP-401" untuk tahap 1 (tahun 1992-1997) dan "Loan OECF IP-434" untuk tahap selanjutnya (tahun 1994-2001).
Tim yang diketuai oleh Meme Sutoko sebagai Project Officer, berhasil membangun Labtek V, VI, VII, VIII yang berada di area yang sebelumnya difungsikan sebagai lapangan sepak bola, Labtek IX A, IX B, IX C yang berada di bagian tenggara kampus, dan Labtek X, XI yang berada di bagian barat laut kampus serta Kompleks Sabuga di Lebak Siliwangi. Selain itu terdapat fasilitas pendukung lain bukan gedung yang juga dibiayai dari dana ini yaitu "Plaza Widya Nusantara" (diresmikan Rektor ITB Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME pada tanggal 28 Desember 1996 bersamaan dengan Labtek VII dan Labtek VIII) dan "Sunken Court". Suatu sistem selasar untuk menghubungkan gedung-gedung ini berhasil dimanfaatkan dengan baik. Keempat gedung ini dihubungkan oleh ruang terbuka Plaza Widya Nusantara yang sekaligus mempertegas keberadaan sumbu imajiner kampus.
Labtek IX A, IX B, dan IX C merupakan kelompok bangunan yang difungsikan untuk beberapa departemen, khususnya di lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Gedung-gedung ini dirancang dengan mengacu pada unsure bangunan Aula Barat dan Timur. Kolom silinder dari batu kali dan bentuk atap yang khas menjadi unsure utama yang kembali diulang dalam gubahan massanya. Terdapat ruang terbuka berbentuk amphitheater yang sering digunakan bersama dalam acara-acara baik oleh mahasiswa maupun acara yang diadakan oleh departemen.
Selain pembangunan fasilitas-faslitas umum dan gedung yang ditujukan bagi kepentingan akademik di departemen-departemen. Dana bantuan OECF juga digunakan untuk membangun gedung yang dikenal dengan Rektorat ITB. Gedung ini sebagian merupakan gedung lama yang direnovasi dan pembangunan gedung baru berlantai 5 (lima) seluas 6.000 meter persegi. Gedung ini difungsikan sebagai Pusat Informasi dan Data Akademik ITB yang merupakan wadah kegiatan biro-biro sebagai bagian dari organisasi ITB. Terdapat ruang-ruang kerja beserta pendukungnya termasuk salah satu gedung yang difungsikan sebagai tempat pendaftaran bagi mahasiswa baru. Lantai atas gedung yang dinamai "Gedung Annex" ini digunakan sebagai ruang serbaguna yang sering digunakan untuk ruang promosi doktor.
Gedung Laboratorium Teknik X atau disingkat Labtek X ini merupakan gedung yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Kimia dan Program Studi Teknik Material. Labtek X dan XI yang memilih bentuk yang sama sekali berbeda dengan bangunan legendaris Aula Barat dan Timur. Gedung Labtek X yang berlokasi pada posisi 6°53'20.5" LS, 107°36'34" BT atau di bagian barat laut-utara kampus ini menempati bekas Gedung MKDU, Gedung Puskom dan PIKSI, dan bengkel Teknik Mesin yang telah dibongkar sebelumnya. Di antara Labtek X dan Labtek XI terdapat fasilitas bersama sekitar 1.200 meter persegi. Karena warnanya yang didominasi oleh warna biru, warga kampus sering menyebut kedua Labtek ini dengan "Labtek Biru".
Gedung Laboratorium Teknik XI atau disingkat Labtek XI ini merupakan gedung yang mengakomodasikan jurusan Biologi (sejak 1 Januari 2006 dimekarkan menjadi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati - SITH), Program Studi Meteorologi, Program Studi Oseanografi, Program Studi Teknik Metalurgi. Gedung Labtek XI yang berlokasi pada posisi 6°53'22.5" LS, 107°36'34" BT atau di sebelah selatan Labtek X ini menempati bekas Gedung Puskom dan PIKSI yang telah dibongkar sebelumnya.
Komplek Gedung Seni Rupa yang terdiri dari lima blok gedung ini mulai dibangun secara bertahap pada tahun 1992 dengan membongkar hulpgebouw (gedung masa kolonial TH 1920-1992) di bagian utara yang bersebelahan dengan gedung Arsitektur (lama). Untuk tetap dapat mengakomodasi kegiatan akademik selama pembangunan, sebagian kegiatan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) menumpang sementara di Labtek IV (Prodi Geologi dan Tambang). "Galeri Soemardja" yang lama juga dibongkar, selanjutnya dibangun ruang pameran yang lebih representatif yang kemudian dinamakan "Galeri Soemardja" juga. Selanjutnya hulpgebouw di bagian selatan berikut bangunan-bangunan tambahan dibongkar total pada pertengahan tahun 1993 untuk dibangun fasilitas baru yang lebih memadai. Pada tahun 2015 gedung berlantai empat dengan satu lantai basement ini direnovasi dalam paket "Center for Arts, Design and Language" (CADL). Komplek Gedung Seni Rupa yang berlokasi pada area di sekitar posisi 6°53'32" LS, 107°36'42" BT ini terdiri atas:[33]
Gedung Laboratorium Teknik V disingkat Labtek V atau Gedung Benny Subianto ini merupakan gedung yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Elektro, Program Studi Teknik Tenaga Listrik, Program Studi Teknik Telekomunikasi, Program Studi Sistem dan Teknologi Informasi, Program Studi Informatika, kantor administrasi Fakultas Teknologi Industri, dan unit pendukung kegiatan akademik. Gedung Labtek V yang berlokasi pada posisi 6°53'26" LS, 107°36'35" BT atau di sebelah selatan Labtek VI ini menempati bekas beberapa gedung tidak bertingkat antara lain Gedung FMIPA, Gedung FTI, Ruang Kuliah Pandang Dengar, dan lapangan sepak bola yang telah dibongkar sebelumnya. Pada acara Dies Emas ITB tanggal 3 Maret 2009 nama gedung ini diresmikan menjadi "Gedung Benny Subianto" (alumnus Teknik Mesin ITB angkatan 1960).[34]
Gedung Laboratorium Teknik VI disingkat Labtek VI atau Gedung T. P. Rachmat ini merupakan gedung yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Fisika (lantai 2), Program Studi Teknik Kelautan (lantai 3), dan unit pendukung kegiatan akademik di antaranya Pusat Penelitian Kelautan, IOM, COMLABS, TPB, UPT Pendidikan. Gedung Labtek VI yang berlokasi pada posisi 6°53'24.5" LS, 107°36'35" BT atau di antara Labtek V dan Labtek XI ini menempati bekas beberapa gedung tidak bertingkat antara lain Gedung Departemen Matematika dan lapangan sepak bola yang telah dibongkar sebelumnya. Pada acara Dies Emas ITB tanggal 3 Maret 2009 nama gedung ini diresmikan menjadi "Gedung T. P. Rachmat" (alumnus Teknik Mesin ITB).[34]
Gedung Sasana Budaya Ganesha disingkat Sabuga merupakan gedung yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tempat yang memadai dan representatif untuk kegiatan wisuda. Gedung dengan balairung utama yang dapat menampung 4000 orang ini digagas pertama kali oleh Prof. Ir. Slamet Wirasonjaya. Saat ini, kegiatan-kegiatan dalam skala kota seperti pameran-pameran, pagelaran dan kegiatan pertunjukan serta pertemuan-pertemuan ilmiah sering diadakan. Dengan terhubungnya fasilitas ini dengan sarana olahraga lain disekitarnya, keberadaan gedung ini tidak hanya melayani kebutuhan bagi ITB namun terbuka pula bagi masyarakat umum. Gedung ini berlokasi pada posisi 6°53'11" LS, 107°36'30" BT.
Sunken Court adalah ruang terbuka yang terletak di antara Gedung Perpustakaan Pusat dan Gedung Riset dan Inovasi (eks PAU) yang dibenamkan ke dalam tanah namun masih memiliki hubungan/kontak dengan ruang yang berada lebih tinggi darinya. Ruang-ruang di sekitar sunken digunakan untuk sebagian unit kegiatan mahasiswa yang langsung terhubung ke sarana olahraga Lebak Siliwangi melalui terowongan bawah tanah yang memotong Jl. Tamansari. Dalam konteks urban, ruang terbuka ini merupakan cikal bakal "underground facilities" kampus. Fasilitas yang berlokasi pada area di sekitar posisi 6°53'18" LS, 107°36'37.4" BT ini merupakan upaya untuk menguatkan kesinambungan sumbu imajiner dari gerbang utama selatan yang berlanjut hingga ujung utara kampus.
Gedung Laboratorium Teknik IX A disingkat Labtek IX A merupakan gedung yang mengakomodasikan kantor administrasi Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), serta Program Studi Teknik Planologi/Perencanaan Wilayah dan Kota. Gedung berlantai enam ini berlokasi pada posisi 6°53'29.5" LS, 107°36'41" BT atau di sebelah tenggara kampus. Di atas lokasi gedung Labtek IX A sebelumnya pernah berdiri Gedung Bagian Planologi, dan empat gedung Quonset yang sebelumnya dibongkar. Kontraktor: PT Pembangunan Perumahan.
Gedung Laboratorium Teknik IX B disingkat Labtek IX B merupakan gedung yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Arsitektur. Gedung berlantai enam dengan satu lantai basement ini berlokasi pada posisi 6°53'30.5" LS, 107°36'43" BT atau di sebelah tenggara kampus, yang menempati lokasi yang sama dengan Gedung "prefab" Arsitektur yang sebelumnya dibongkar.
Gedung Laboratorium Teknik IX C disingkat Labtek IX C merupakan gedung yang mengakomodasikan Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika (lantai 1-4) dan Program Studi Teknik Lingkungan (lantai 4-6). Gedung berlantai enam ini berlokasi pada posisi 6°53'29.5" LS, 107°36'43" BT atau di sebelah tenggara kampus, yang menempati lokasi yang sama dengan Gedung "prefab" Biologi dan Geodesi yang sebelumnya dibongkar.
Di antara Labtek IX B dan Labtek IX C terdapat bangunan tambahan berupa amphitheater yang diresmikan pada tanggal 31 Juli 1998 dengan sumber dana: OECF Loan No.IP-434.
Gedung Laboratorium Teknik VII disingkat Labtek VII atau Gedung Yusuf Panigoro ini merupakan gedung yang mengakomodasikan jurusan Farmasi (sejak 1 Januari 2006 dimekarkan menjadi Sekolah Farmasi - SF), Sosioteknologi (dulu MKDU), dan unit pendukung kegiatan akademik. Gedung Labtek VII yang berlokasi pada posisi 6°53'24.5" LS, 107°36'39" BT atau di antara Labtek VIII dan Laboratorium PLN ini menempati bekas empat Laboratorium Teknik Kimia dan lapangan sepak bola yang telah dibongkar sebelumnya. Pada acara Dies Emas ITB tanggal 3 Maret 2009 nama gedung ini diresmikan menjadi "Gedung Yusuf Panigoro" (nama orang tua Arifin Panigoro - alumnus Teknik Elektro ITB).[34]
Gedung Laboratorium Teknik VIII disingkat Labtek VIII atau Gedung Achmad Bakrie ini merupakan gedung yang mengakomodasikan kantor administrasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), kantor administrasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan unit pendukung kegiatan akademik di antaranya UPT Bahasa. Gedung Labtek VIII yang berlokasi pada posisi 6°53'26" LS, 107°36'39" BT atau di sebelah selatan Labtek VII ini menempati bekas gedung Teknik Informatika (bekas Centraal Electrisch Laboratorium, Laboratorium Teknik Kimia, dan lapangan sepak bola yang telah dibongkar sebelumnya. Pada acara Dies Emas ITB tanggal 3 Maret 2009 nama gedung ini diresmikan menjadi "Gedung Achmad Bakrie" (nama orang tua Aburizal Bakrie - alumnus Teknik Elektro ITB).[34]
Pada periode ini terdapat perubahan yang signifikan dari perkembangan arsitektur kampus ITB. Perubahan signifikan ini ditandai dengan dibangunnya suatu fasilitas yang memberikan wacana baru arsitektur kampus di kota Bandung yaitu Campus Center ITB untuk memenuhi kebutuhan kampus sebagai ruang publik bagi masyarakat.
Gedung "Basic Science Center A" (BSC-A) merupakan gedung yang mengakomodasikan Laboratorium Fisika Dasar. Gedung BSC-A berlantai lima dengan satu lantai basement yang berlokasi pada posisi 6°53'30" LS, 107°36'30" BT atau di sebelah baratdaya kampus, sisi barat Gedung Teknik Sipil ini dibangun dan mulai digunakan sekitar April 2003.[35] Di atas lokasi gedung BSC-A sebelumnya pernah berdiri Gedung Biro Pembelian dan Gedung "panggung" BRT.
Gedung "Basic Science Center B" (BSC-B) merupakan gedung yang mengakomodasikan kantor administrasi Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) (lantai 4), Prodi Teknik Geofisika (lantai 2), dan Laboratorium Kimia Dasar. Gedung BSC-B yang berlantai lima dengan satu lantai basement ini berlokasi pada posisi 6°53'20" LS, 107°36'42" BT atau di sebelah selatan Gedung Teknik Perminyakan.[36] Di lokasi yang ini sebelumnya berdiri Gedung Farmasi yang telah dibongkar sebelumnya.
Komplek "Campus Center" merupakan gabungan dua gedung berlantai tiga yang disebut "Campus Center Sayap Barat" dan "Campus Center Sayap Timur", di tengahnya dihubungkan oleh bangunan satu lantai yang disebut dengan "Rotunda".
Kawasan ini mulai dibangun sejak pertengahan tahun 2004 dan diresmikan pada hari Senin, 11 Juli 2005, di atas lahan yang sebelumnya digunakan "Student Center Barat" dan "Student Center Timur". Peresmiannya diadakan di pelataran Campus Center yang baru selesai dibangun dihadiri beberapa pejabat tinggi Pemda Jabar termasuk Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, bersamaan dengan acara pembukaan ITB Sains Art & Technology Fair (ISATF) 2005. Campus Center merupakan implementasi dari sayembara desain yang dimenangkan oleh Baskoro Tedjo.
Pada awalnya bangunan ini akan difungsikan sebagai etalase ITB, tempat civitas academika termasuk alumni dan para tamu baik lokal maupun asing dapat memperoleh informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan kampus. Dengan kata lain fasilitas ini dimaksudkan menjadi jendela sekaligus ruang penerima yang representatif bagi ITB. Banyak pertanyaan yang muncul dengan terpilihnya rancangan ini yang notabene memiliki langgam yang berbeda dengan Aula Barat yang khas dengan bentuk atapnya. Gagasan arsitek untuk membuat bangunan ini berbeda justru ingin memberikan kesempatan Aula Barat dan Timur untuk tetap tampil utuh tanpa terganggu oleh kehadiran bangunan baru ini. Dari arah selatan, atap bangunan Labtek VI dan VII yang berada di utaranya juga tetap terlihat. Konsep ini dalam arsitektur dikenal dengan pendekatan kontekstual melalui desain yang kontras (lawan dari harmoni), yang sering diterapkan pada desain baru di kawasan konservasi. Sebuah ruang publik yang netral dan selalu berganti aktivitas, diwakili oleh universalitas langgam arsitektur modern. Kaca-kaca yang mendominasi sisi selatan dan utara sejalan dengan fungsi awal gedung sebagai etalase yang memperlihatkan aktivitas di dalamnya. Gedung Campus Center dikitari oleh beragam ruang terbuka, di mana ketinggian rotunda diatur agar tidak menutupi vista Gunung Tangkuban Parahu dan Tugu Soekarno bila dilihat dari arah selatan. Dua elemen sejarah ini berada pada sumbu imajiner, yang terus dipertahankan dalam pengembangan masterplan kampus Ganesha.
Gedung Fisika merupakan gedung yang mengakomodasikan Program Studi Fisika sebagai perluasan Gedung Fisika yang lama, berlokasi di sebelah barat Gedung Fisika lama.
Pada tanggal 31 Maret 2009 telah ditandatangani Loan Agreement (IP-553) for Development of Bandung Institute of Technology (III) Between Japan International Cooperation Agency (JICA) and The Republic of Indonesia yang merupakan awal dari rencana pembangunan empat gedung baru (CAS, CIBE, CADL, CRS) dan renovasi gedung Labtek II menjadi CITIE. Untuk mendapatkan rancangan skematik arsitektural terbaik untuk keempat gedung tersebut ITB menyelenggarakan sayembara desain arsitektur berskala nasional yang dimulai tanggal 11 Januari 2010. Pada hari Senin, 15 Maret 2010 diumumkan pemenang sayembara untuk paket 1 (CAS, CADL, CRCS) adalah Tiyok Prasetyoadi, sedangkan untuk paket 2 (CIBE) dimenangkan oleh Irvan Pribadi Darwis.[37] Groundbreaking pembangunan gedung CAS, CIBE, CADL, CRS dilaksanakan pada hari Jumat, 4 April 2014.[38] Pada hari Senin, 29 Agustus 2016 Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Prof. Mohamad Nasir, PhD, Ak, meresmikan gedung CAS, CIBE, CADL, CRCS.[39]
Gedung Laboratorium Pengujian Doping merupakan fasilitas uji doping pertama di Indonesia dan menambah fasilitas uji doping dunia yang sebelumnya hanya berjumlah sekitar 34 buah. Sebelumnya, untuk menguji penggunaan doping, Indonesia harus mengirimkan sampel ke Laboratorium Uji Doping yang ada di Malaysia atau Thailand. Diharapkan pembangunan Laboratorium Pengujian Doping ini menambah fasilitas kelas dunia yang ada di Kota Bandung dan mendorong peningkatan daya saing Kota Bandung dan bangsa pada umumnya. Gedung ini dibangun berdasarkan arahan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia, Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), dan World Anti Doping Agency (WADA) dalam rangka meningkatkan peran serta dan kemampuan para atlet untuk bersaing di tingkat internasional. ITB terpilih sebagai pelaksana teknis pembangunan Laboratorium Uji Doping karena dinilai memenuhi tiga hal utama syarat pendirian Laboratorium Uji Doping, yaitu "memiliki sumber daya manusia di bidang pengujian doping, terdapat jaminan pengembangan teknologi, dan adanya riset yang mendukung kepakaran."[40]
Pada dasarnya, Laboratorium Uji Doping yang berada di bawah pengawasan langsung Sekolah Farmasi ITB selaku koordinator pembangunan ini merupakan laboratorium kimia analitik dengan kegiatan utama melakukan pengujian sampel cairan biologis terkait kegiatan olahraga. Tetapi fungsi dari Laboratorium Uji Doping ITB ini tidak sebatas mengetahui informasi apakah seorang atlet menggunakan zat-zat yang masuk dalam prohibited list yang dikeluarkan oleh WADA atau tidak. Laboratorium Uji Doping ITB juga dapat digunakan untuk kegiatan analisis dengan tujuan medis atau diagnostik serta kegiatan forensik dengan persyaratan tertentu yang dikeluarkan oleh WADA. Direncanakan pula bahwa khusus untuk Laboratorium Uji Doping yang didirikan di Indonesia, akan turut digunakan sebagai pusat edukasi dan pelatihan untuk berbagai pihak terkait kegiatan pengawasan doping.[40]
Gedung yang berlokasi pada posisi 6°53'27" LS, 107°36'43" BT atau di sebelah selatan GKU Timur ITB memiliki luas 3.876 meter persegi berlantai lima dan satu lantai basement parkir ini menempati lahan yang dulunya merupakan tempat parkir dosen/karyawan ITB yang telah dibongkar sebelumnya (sebelumnya lagi merupakan lokasi Gedung Kembar. Gedung ini mulai dibangun sejak Agustus 2012 dan diresmikan penggunaannya oleh Rektor ITB Prof. Akhmaloka pada hari Rabu, 20 Februari 2013. Peresmian tersebut dihadiri Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Roy Suryo dan Dada Rosada selaku Wali kota Bandung.[41]
Gedung Pusat Riset dan Museum Energi dan Mineral (RME&M-FTTM) merupakan gedung yang mengakomodasikan:
Gedung ini dibangun dengan konsep pengembangan Center of Research Excellence (CoRE) dan diperuntukkan sebagai gedung laboratorium penelitian di bidang energi dan mineral. Gedung ini juga dirancang dengan konsep pendukung interaksi antar disiplin ilmu secara intensif dalam jangka panjang sehingga diharapkan menghasilkan inovasi di bidang energi dan mineral.
Gedung ini tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk sivitas ITB saja. Namun juga dapat digunakan untuk semua akademisi dari berbagai universitas atau pusat penelitian lainnya yang ingin mengembangkan sumber daya energi dan mineral. Penggunaan gedung ini akan berkaitan dengan kebutuhan energi nasional, dalam hal ini mencakup ketersediaan energi, deliverability (ketersampaian), dan keterjangkauan.
Gedung berlantai delapan yang berlokasi pada posisi 6°53'19" LS, 107°36'44" BT atau di sebelah selatan Labtek IV wilayah Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB ini mulai dibangun sejak tahun 2013 dan diresmikan penggunaannya oleh Rektor ITB Prof. Akhmaloka pada hari Kamis, 3 April 2014.[42]
Gedung Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan (PPTI-MP&AK) merupakan gedung yang mengakomodasikan:
Gedung ini adalah hasil kerjasama antara Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) dan Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Ditjen IUBTT Kemenperin). Gedung yang berlokasi pada posisi 6°53'20.5" LS, 107°36'31.6" BT atau di antara Laboratoria Mesin dan Labtek III ini menempati bekas Laboratorium Surya yang telah dibongkar sebelumnya. Gedung berlantai empat dengan satu lantai mezanin ini memiliki luas lantai dasar 1.300 meter persegi, luas total 6.900 meter persegi, dengan sumber dana dari APBN Kemenperin.[38]
Gedung "Center for Advanced Studies" (CAS) merupakan gedung yang mengakomodasikan beberapa kegiatan antara lain:
Prodi Matematika dan Astronomi sebelumnya menggunakan Labtek III (yang selanjutnya akan dikonsentrasikan untuk Prodi Teknik Industri). Di dalam gedung ini terdapat beberapa laboratorium sains tingkat lanjut, yang akan menjadi sarana penelitian sains terdepan yang akan digunakan oleh peneliti dari berbagai program studi dari dalam maupun dari luar ITB.
Gedung CAS yang berlokasi pada posisi 6°53'18" LS, 107°36'41" BT atau di sebelah timur Perpustakaan Pusat ini menempati bekas Pool Kendaraan II yang telah dibongkar sebelumnya. Gedung ini memiliki luas lantai dasar 2.456 meter persegi, luas total 8.337 meter persegi, dengan ketinggian 7 lantai, dengan sumber dana dari APBN dan JICA.[38][43]
Gedung "Center for Research and Community Services" (CRCS) merupakan gedung yang mengakomodasikan beberapa kegiatan antara lain:
Gedung CRCS yang berlokasi pada posisi 6°53'16" LS, 107°36'42" BT atau di timur laut kampus ini menempati bekas kantor LAPI ITB dan Puslog ITB yang telah dibongkar sebelumnya. Gedung ini memiliki luas lantai dasar 2.258 meter persegi, luas total 7.268 meter persegi, dengan ketinggian 7 lantai, dengan sumber dana dari APBN dan JICA.[38][43]
Gedung "Center for Arts, Design and Language" (CADL) merupakan gedung yang mengakomodasikan fasilitas-fasilitas baru untuk Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) dan untuk Pusat Bahasa ITB antara lain:
Fasilitas untuk Pusat Bahasa ITB diletakkan di bagian utara gedung pada lantai bagian bawah dengan pintu masuk tersendiri yang menghadap ke sisi utara. Fasilitas pusat bahasa digunakan oleh mahasiswa dan dosen ITB serta pengunjung dari luar ITB. Pintu masuk ke fasilitas FSRD menghadap ke sisi selatan.
Gedung CADL yang berlokasi pada posisi 6°53'18" LS, 107°36'34" BT atau di sebelah barat Gedung PAU ini menempati bekas Gedung Serba Guna yang telah dibongkar sebelumnya. Gedung ini memiliki luas lantai dasar 1.565 meter persegi, luas total 8.196 meter persegi, dengan ketinggian 7 lantai, dengan sumber dana dari APBN dan JICA.[38][43]
Gedung "Center for Infrastructure and Built Environment" (CIBE) merupakan gedung yang mengakomodasikan fasilitas laboratorium dan kantor untuk Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB antara lain:
Gedung CIBE yang berlokasi pada posisi 6°53'29" LS, 107°36'31" BT atau di sebelah barat Gedung Fisika dan Gedung Teknik Sipil, dan sebelah utara dari Gedung BSC-A ini memiliki luas lantai dasar 2.505 meter persegi, luas total 7.985 meter persegi, dengan ketinggian 8 lantai dan satu lantai basement, dengan sumber dana dari APBN dan JICA.[38][43] Di atas lokasi gedung CIBE sebelumnya pernah berdiri gedung Laboratorium Fisika Bumi, Gedung BRT (ex SAIG), dan Laboratorium Fisika Bangunan "Adhiwiyogo".
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.