Loading AI tools
tim nasional sepak bola pria yang mewakili Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Tim nasional sepak bola Indonesia adalah tim nasional yang mewakili Indonesia di ajang sepak bola internasional senior pria. Mereka adalah tim Asia pertama yang berpartisipasi pada Piala Dunia FIFA tahun 1938 mewakili Hindia Belanda.[5][6] Indonesia mencatat kekalahan 6-0 dari Hungaria di pertandingan pertama, yang juga menjadi satu-satunya penampilan Indonesia di Piala Dunia. Dengan demikian, Indonesia memegang rekor Piala Dunia sebagai tim dengan jumlah pertandingan paling sedikit (1) dan salah satu tim dengan jumlah gol paling sedikit yang dicetak (0).[6]
Julukan |
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Asosiasi | PSSI | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Konfederasi | AFC (Asia) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sub-konfederasi | AFF (Asia Tenggara) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pelatih | Shin Tae-yong | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kapten | Jay Idzes | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan terbanyak | Abdul Kadir (111)[1][2] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pencetak gol terbanyak | Abdul Kadir (70)[2] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Stadion kandang | Stadion Utama Gelora Bung Karno | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kode FIFA | IDN | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Peringkat FIFA | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Terkini | 130 1 (24 Oktober 2024)[3] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tertinggi | 76 (September 1998) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Terendah | 191 (Juli 2016) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pertandingan internasional pertama | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pra-kemerdekaan Hindia Belanda 7–1 Jepang (Manila, Filipina; 13 Mei 1934)[4] Pasca kemerdekaan India 3–0 Indonesia (New Delhi, India; 5 Maret 1951) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kemenangan terbesar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Indonesia 13–1 Filipina (Jakarta, Indonesia; 23 Desember 2002) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kekalahan terbesar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Bahrain 10–0 Indonesia (Riffa, Bahrain; 29 Februari 2012) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Piala Dunia | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan | 1 (Pertama kali pada 1938) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil terbaik | Babak 16 besar (1938; saat bernama Hindia Belanda) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Olimpiade Musim Panas | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan | 1 (Pertama kali pada 1956) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil terbaik | Perempat final (1956) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Piala Asia | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan | 5 (Pertama kali pada 1996) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil terbaik | Babak 16 besar (2023) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kejuaraan AFF | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan | 13 (Pertama kali pada 1996) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil terbaik | Juara kedua (2000, 2002, 2004, 2010, 2016 dan 2020) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Rekam medali
|
Satu-satunya penampilan tim di Olimpiade setelah merdeka adalah pada tahun 1956.[7] Indonesia telah lima kali lolos ke Piala Asia AFC, dan penampilan terbaiknya adalah lolos ke babak gugur untuk pertama kalinya pada edisi 2023. Indonesia meraih medali perunggu pada Asian Games 1958 di Tokyo.[7] Tim ini juga telah mencapai pertandingan final dalam Kejuaraan AFF sebanyak enam kali, namun belum pernah menjadi juara. Mereka berbagi persaingan regional dengan negara-negara ASEAN, terutama pada persaingan sepak bola Indonesia melawan Malaysia, karena adanya ketegangan politik dan budaya antarkeduanya.
Pertandingan yang melibatkan tim-tim dari Hindia Belanda diselenggarakan oleh Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB), atau penggantinya Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU), yang merupakan federasi sepak bola Hindia Belanda pada masa penjajahan. Pertandingan yang diselenggarakan sebelum kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 tidak diakui oleh PSSI sebagai pertandingan resmi tim nasional Indonesia.[7]
Pertandingan tercatat pertama yang melibatkan tim dari Hindia Belanda adalah ketika melawan tim nasional Singapura pada tanggal 28 Maret 1921. Pertandingan tersebut dimainkan di Batavia dan Hindia Belanda menang dengan skor akhir 1-0. Kemudian diikuti dengan pertandingan melawan tim Australia XI pada Agustus 1928 (kemenangan 2-1) dan tim dari Shanghai dua tahun kemudian (hasil imbang 4-4).[7]
Pada tahun 1934, sebuah tim dari Jawa mewakili Hindia Belanda di Pertandingan Kejuaraan Timur Jauh yang dimainkan di Manila, Filipina. Setelah mengalahkan Jepang 7-1 pada pertandingan pertamanya,[8] dua pertandingan berikutnya berakhir dengan kekalahan (2-0 dari Tiongkok dan 3-2 dari tuan rumah) yang mengakibatkan tim nasional Jawa hanya menempati posisi kedua di turnamen tersebut. Meskipun tidak diakui oleh PSSI, pertandingan-pertandingan ini diakui oleh peringkat Elo Sepak Bola Dunia sebagai pertandingan pertama yang melibatkan tim nasional Indonesia.[9]
Hindia Belanda adalah tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA 1938 di Prancis, ketika tim ini lolos ke turnamen tahun 1938 setelah Jepang mengundurkan diri dari babak kualifikasi. Kekalahan 6-0 dari Hongaria, di babak penyisihan grup di Reims, tetap menjadi satu-satunya penampilan tim ini di Piala Dunia.
Setelah Perang Dunia II, yang diikuti dengan Revolusi Indonesia, puncak sejarah sepak bola Indonesia terjadi pada Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne. Indonesia bermain imbang Uni Soviet, kemudian kalah 0–4 dalam pertandingan ulangan[7] Penampilan ini menjadi satu-satunya penampilan Indonesia di ajang Olimpiade.
Pada Piala Dunia 1958 Indonesia untuk pertama kalinya membukukan penampilan pada babak kualifikasi sebagai tim nasional merdeka. Indonesia mengalahkan Tiongkok pada babak pertama, kemudian menolak bertanding melawan, Israel, pada babak berikutnya dengan alasan politik.[7]
Di Pesta Olahraga Asia 1958, Indonesia meraih medali perunggu cabang sepak bola mengalahkan India dengan skor 4–1 pada laga perebutan tempat ketiga. Indonesia juga bermain imbang 2–2 dengan Jerman Timur dalam laga uji coba.[7]
Tim nasional Indonesia berhasil menjuarai Turnamen Merdeka sebanyak tiga kali (1961, 1962 dan 1969). Indonesia juga menjadi juara Piala Raja 1968.[7]
Indonesia kembali berlaga pada babak kualifikasi Piala Dunia 1974. Namun, tim nasional Indonesia tereliminasi di babak pertama dengan hanya meraih satu kemenangan dari enam pertandingan melawan Selandia Baru. Pada babak kualifikasi Piala Dunia 1978, Indonesia hanya mampu memenangkan satu dari empat pertandingan melawan tuan rumah Singapura. Empat tahun kemudian pada kualifikasi Piala Dunia 1982, Indonesia mencatatkan dua kemenangan atas Tionghoa Taipei dan Australia.[7]
Pada babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 1986, Indonesia lolos dari babak pertama dengan meraih empat kemenangan, satu hasil imbang, dan satu kekalahan, sebelum akhirnya berada di puncak grup. Korea Selatan menjadi pemenang atas Indonesia di putaran kedua.[7]
Indonesia kemudian mencapai semifinal Asian Games 1986 setelah mengalahkan Uni Emirat Arab di perempat final. Namun, timnas Indonesia pada akhirnya gagal meraih medali setelah kalah dari tuan rumah Korea Selatan di semifinal, dan dikalahkan Kuwait dalam perebutan medali perunggu.[10]
Tonggak sejarah pada masa ini adalah keberhasilan Indonesia meraih medali emas di Pesta Olahraga Asia Tenggara (Sea Games) pada tahun 1987 setelah mengalahkan Malaysia 1-0 di final dan dan pada tahun 1991 saat mengalahkan Thailand dalam adu penalti untuk meraih gelar juara.[7]
Pada kualifikasi Piala Dunia 1990, timnas Indonesia tidak lolos dari babak pertama dengan catatan hanya meraih satu kemenangan atas Hong Kong, tiga hasil imbang, dan dua kekalahan.[7] Pada kualifikasi Piala Dunia 1994, Indonesia juga hanya meraih satu kemenangan atas Vietnam.[7]
Penampilan pertama Indonesia di Piala Asia AFC adalah saat melawan Uni Emirat Arab di Piala Asia AFC 1996. Selama turnamen, Indonesia hanya mencetak satu poin dari hasil imbang 2-2 melawan Kuwait di babak pertama.[11]
Penampilan kedua tim di Piala Asia terjadi di Lebanon di Piala Asia AFC 2000; lagi, tim Indonesia hanya memperoleh satu poin dari tiga pertandingan, dan lagi-lagi, dari pertandingan melawan Kuwait yang berakhir tanpa skor dari kedua belah pihak. Indonesia membuat rekor yang lebih tinggi di Piala Asia AFC 2004, mereka berhasil mengalahkan Qatar dengan skor 2-1 untuk mencatat kemenangan pertama Indonesia dalam sejarah turnamen. Kemenangan itu tidak cukup untuk membantu mereka lolos ke babak kedua, setelah itu mereka kalah 0-5 dari tuan rumah Tiongkok dan 1–3 dari Bahrain.
Indonesia kemudian lolos ke turnamen ketiga mereka yang sukses di Piala Asia AFC 2004 dan berada satu grup dengan Tiongkok, Qatar dan Bahrain, di mana mereka memenangkan satu-satunya pertandingan melawan Qatar dengan skor 2-1, namun harus tersingkir dengan hanya meraih tiga poin.
Pada Piala Asia AFC 2007, Indonesia menjadi tuan rumah bersama dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam, yang merupakan pertama kalinya dalam sejarah Piala Asia AFC kompetisi ini diselenggarakan oleh empat negara sekaligus. Pada pertandingan pembuka turnamen, Indonesia menghadapi Bahrain dengan gol-gol yang dicetak oleh Budi Sudarsono dan Bambang Pamungkas untuk mengamankan kemenangan 2-1. Namun, dalam dua pertandingan berikutnya, Indonesia mengalami kekalahan 2-1 dari Arab Saudi dan kalah tipis 0-1 dari Korea Selatan sehingga Indonesia gagal lolos ke babak sistem gugur.
Indonesia mencapai final Kejuaraan AFF sebanyak enam kali (2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020), meski tidak pernah berhasil mengangkat trofi. Klaim tim atas gelar regional datang di SEA Games tahun 1987 dan 1991.[12][13]
Setelah era Peter Withe, ketidakmampuan untuk memenuhi target ASEAN disebut-sebut sebagai alasan "putar pintu" Indonesia dalam hal manajerial tim. Selama dua tahun, manajer Indonesia berubah dari Ivan Kolev menjadi ke pelatih lokal Benny Dollo yang kemudian dipecat pada tahun 2010. Posisi pelatih kepala kemudian dipegang oleh Alfred Riedl yang gagal mengangkat piala apapun, dan kemudian pada Juli 2011 digantikan oleh Wim Rijsbergen.[14] [sumber tepercaya?]
Pada Maret 2012, PSSI mendapat teguran atas kondisi sepak bola Indonesia yang terpecah belah, di mana terdapat dua liga terpisah: Liga Super pemberontak (ISL), yang tidak diakui oleh PSSI atau FIFA, dan Liga Prima (IPL). Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) mendorong PSSI bekerja sama dengan pejabat Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) untuk memperbaiki situasi, tetapi ketua KONI Tono Suratman menyatakan pada Maret 2012 bahwa KONI akan mengambil alih PSSI yang terkepung jika masalah tidak diperbaiki.[15] FIFA tidak menyatakan apakah Indonesia akan menghadapi skorsing, namun pada 20 Maret 2012, FIFA membuat pengumuman. Menjelang 20 Maret 2012, PSSI berjuang untuk menyelesaikan situasi dan melihat ke kongres tahunan untuk solusi akhir.[16] PSSI diberi waktu hingga 15 Juni 2012 untuk menyelesaikan masalah yang dipertaruhkan, terutama penguasaan liga yang memisahkan diri; jika gagal, kasus tersebut akan dirujuk ke Komite Darurat FIFA untuk proses penangguhan.[17] FIFA akhirnya menetapkan tenggat waktu baru 1 Desember 2012 dan dalam dua minggu sebelum tenggat waktu, tiga dari empat perwakilan PSSI mengundurkan diri dari panitia bersama, dengan alasan frustrasi dalam berurusan dengan perwakilan KPSI. Namun, FIFA menyatakan baru akan mengeluarkan hukuman kepada sepak bola Indonesia setelah timnas Indonesia selesai keterlibatannya di Kejuaraan AFF 2012.[18]
Pada tahun 2013, presiden PSSI Djohar Arifin Husin menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan La Nyalla Matalitti (KPSI-PSSI) yang diprakarsai oleh FIFA dan AFC melalui Satgas Konfederasi Sepak Bola Asia. Sejak saat itu, kendali Liga Super Indonesia diambil oleh Panitia Bersama untuk tetap dikelola oleh PT Liga Indonesia hingga dibentuknya kompetisi profesional baru oleh komite.[19] Artinya, para pemain Indonesia dari ISL bisa bermain dan bergabung dengan timnas. PSSI memanggil pemain dari kedua liga sepak bola, ISL dan IPL untuk membentengi timnas menuju kualifikasi Piala Asia 2015. Pada 7 Januari 2013, PSSI mengumumkan daftar 51 pemain dari kedua belah pihak liga sepak bola terlepas dari apakah pemain dari Liga Super Indonesia (ISL) yang memisahkan diri akan tampil, klub-klub ISL diduga enggan melepas para pemainnya karena meragukan kepemimpinan Djohar.[20]
Pada 18 Maret 2013, PSSI mengadakan kongres di Kuala Lumpur, Malaysia. Kedua belah pihak, PSSI dan KPSI (kelompok yang memisahkan diri) menyelesaikan perbedaan mereka dalam empat poin perdebatan; seperti; Reunifikasi dua liga; Revisi Statuta PSSI; Mengembalikan empat anggota Komite Eksekutif PSSI yang dipecat: La Nyalla Mattalitti, Roberto Rouw, Erwin Dwi Budiawan dan Toni Apriliani; dan kesepakatan semua pihak dalam Nota Kesepahaman (MoU) mulai 7 Juni 2012 tentang daftar delegasi Kongres PSSI berdasarkan daftar Kongres Solo Juli 2011. PSSI baru memanggil 58 pemain dari kedua belah pihak liga (ISL dan IPL) untuk timnas. Rahmad Darmawan kembali menjabat sebagai pelatih sementara tim senior dan temannya, Jacksen F. Tiago juga bertanggung jawab sebagai asisten pelatih. Baik Rahmat maupun Jaksen memangkas 58 pemain yang awalnya dipanggil untuk pelatnas menjadi 28. Daftar tersebut kemudian akan dipangkas lagi menjadi hanya 23 pemain untuk pertandingan melawan Arab Saudi. Victor Igbonefo, Greg Nwokolo dan Sergio van Dijk tiga pemain naturalisasi masuk daftar final.[21] Pada 23 Maret 2013, Indonesia dikalahkan 1–2 oleh Arab Saudi di kandang sendiri. Boaz Solossa memberikan Indonesia gol pertama dalam perjalanan mereka di kualifikasi Piala Asia AFC; tim tuan rumah memulai dengan gol di menit keenam tetapi pihak Saudi membalas dengan menyamakan kedudukan dari Yahya Al-Shehri di menit ke-14 sebelum Yousef Al-Salem mengubah skor yang ternyata menjadi pemenang pada menit ke-56.[22]
PSSI ditangguhkan oleh FIFA pada 30 Mei 2015, penangguhan tersebut dilakukan karena intervensi pemerintah dalam liga domestik. Penangguhan tersebut mengambil efek segera, yang artinya Indonesia tidak berhak mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2018 sekaligus kualifikasi Piala Asia 2019, yang akan dimulai kurang dari 2 minggu kemudian. FIFA masih mengizinkan Indonesia untuk ikut serta di SEA Games 2015 hingga turnamen berakhir, karena sudah telanjur dimulai. FIFA mengambil tindakan terhadap Indonesia menyusul perselisihan antara pemerintah dan asosiasi sepak bola yang mengakibatkan pembatalan kompetisi domestik.[23] Pada saat itu, tindakan tergesa-gesa dilakukan untuk Indonesia agar dapat ikut serta di Kejuaraan AFF 2016 yang akan datang, dimana Indonesia akhirnya berhasil mencapai final dan sekali lagi gagal merengkuh juara saat bertemu Thailand di partai penentuan.[24]
Beberapa minggu setelah finis di posisi kedua pada ajang Piala Suzuki AFF 2016, PSSI mengadakan kongres pada 8 Januari 2017 dalam upaya untuk menandatangani Luis Milla untuk menangani senior mereka dan tim U-22. Sebelum Kejuaraan AFF 2018, Milla pergi tanpa penjelasan apa pun, menyebabkan kemarahan di kalangan supporter Indonesia.[25] Indonesia tersingkir dari babak penyisihan grup di Kejuaraan AFF 2018 menyebabkan pemecatan Bima Sakti.[26] Untuk mempersiapkan kualifikasi Piala Dunia 2022, Indonesia menandatangani Simon McMenemy dengan harapan bahwa masa jabatannya yang sukses dengan Filipina dapat menghidupkan kembali kinerja Indonesia, terutama ketika Indonesia dikelompokkan dengan tiga rival dari Asia Tenggara: Malaysia, Thailand dan Vietnam bersama UEA.[27] Indonesia kalah dalam empat pertandingan termasuk kekalahan kandang 2-3 dari Malaysia, diikuti oleh kekalahan kandang dari Vietnam untuk pertama kalinya di setiap turnamen kompetitif. Pada 6 November 2019, PSSI memutuskan untuk memecat McMenemy atas kinerja tim nasional yang memburuk.[28] Indonesia bertandang ke Malaysia dan kalah 0–2 dari saingannya dan secara resmi tersingkir dari kualifikasi Piala Dunia 2022.[29]
Menyusul kegagalan di kualifikasi Piala Dunia, PSSI menunjuk juru taktik asal Korea Selatan, Shin Tae-yong sebagai pelatih baru Indonesia dengan harapan untuk menghidupkan kembali asa tim pada Kualifikasi Piala Asia AFC 2023 yang akan datang, berkaca pada keberhasilan Park Hang-seo di Vietnam sebagai pertimbangan dalam penunjukan.[30]
Di bawah kepelatihan Shin Tae-yong, mayoritas pemain tim senior dirombak dan memiliki banyak pemain muda yang mayoritas berasal dari timnas U-23. Pada Kejuaraan AFF 2020, Indonesia berhasil mencapai final dan meraih posisi runner-up dengan rata-rata usia pemain 23 tahun.
Pada babak kualifikasi Piala Asia AFC 2023, tim nasional sepak bola Indonesia mengalahkan tuan rumah Kuwait, yang juga merupakan mantan juara Asia, dengan skor 2-1. Ini merupakan kemenangan pertama Indonesia atas Kuwait setelah 42 tahun tidak pernah menang. Kemenangan tersebut mengejutkan banyak pihak. Selain itu, kemenangan ini menjadi kemenangan resmi pertama oleh tim Asia Tenggara atas tuan rumah Asia Barat sejak Thailand mengalahkan Yaman 3–0 di Sana'a pada 2004 dalam kualifikasi Piala Dunia FIFA 2006. Secara historis, ini juga menjadi kali pertama tim sepak bola Asia Tenggara memenangkan pertandingan sebagai tim tamu melawan tim Teluk Persia.
Pada pertandingan final babak kualifikasi melawan Nepal, Indonesia menang telak 7-0 di Stadion Internasional Jabir Al-Ahmad. Hasil ini memastikan Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia AFC 2023 setelah absen selama 16 tahun.
Pada 19 Juni 2023, Indonesia menjamu juara Piala Dunia FIFA 2022 Argentina dalam rangka persiapan menjalani kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026. Meski sempat bermain apik menahan sang juara dunia, Indonesia kebobolan lewat gol jarak jauh Leandro Paredes menjelang jeda babak pertama. Di babak kedua, gol sundulan Cristian Romero berhasil menambah keunggulan menjadi 2–0 untuk kemenangan Argentina.
Pada Kualifikasi Piala Asia AFC 2023, Indonesia mengalahkan tuan rumah dan mantan juara Asia, Kuwait, yang belum pernah mereka kalahkan selama 42 tahun terakhir, dengan skor 2–1 yang mengejutkan banyak orang. Kemenangan resmi pertama tim Asia Tenggara melawan tuan rumah Asia Barat sejak 2004 (ketika Thailand mengalahkan Yaman 3-0 di Sana'a selama Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2006), dan merupakan pertama kalinya dalam sejarah tim Asia Tenggara menang melawan tim Teluk Persia sebagai tim tamu. Pada pertandingan terakhir, Indonesia secara besar-besaran mengalahkan Nepal 7-0 di Stadion Internasional Jaber Al-Ahmad. Didorong oleh kemenangan tersebut, Indonesia lolos ke Piala Asia AFC 2023 setelah absen selama 16 tahun.
Pada tanggal 19 Juni 2023, Indonesia berkesempatan menghadapi pemegang gelar juara Piala Dunia FIFA 2022, Argentina sebagai persiapan untuk Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026. Indonesia tampil cukup bagus, namun tendangan panjang dari Leandro Paredes memastikan kemenangan 1-0 tepat sebelum jeda turun minum. Di babak kedua, Cristian Romero mencetak gol sundulan untuk menggandakan kedudukan menjadi 2-0 untuk Argentina.
Indonesia memulai perjalanan Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 dari babak pertama, saat mereka secara meyakinkan mengalahkan Brunei dengan agregat 12-0.
Di babak kedua, Indonesia ditempatkan satu grup dengan Irak dan dua tim Asia Tenggara, Vietnam, dan Filipina. Indonesia memiliki hasil awal yang buruk di babak kedua, mereka kalah telak 5-1 saat melawan Irak di Basra, dan hanya bermain imbang saat melawan Filipina di Manila pada pertandingan berikutnya.
Pertandingan ke 3 dan 4 Indonesia berhasil mengalahkan Vietnam di Stadion Utama Gelora Bung Karno 1-0 dan di My Dinh Stadium 0-3 dengan aggregat 4-0, Indonesia belum pernah dikalahkan oleh Vietnam sejak pelatih Vietnam yang baru di tunjuk.
Indonesia memulai tahun 2024 dengan memainkan dua pertandingan persahabatan melawan Libya di Kompleks Olahraga Mardan di Turki sebelum terbang ke Qatar untuk pertandingan persahabatan terakhir melawan Iran sebagai persiapan akhir sebelum bergulirnya turnamen Piala Asia AFC 2023.
Pada pertandingan pertama, Indonesia kembali berhadapan dengan Irak setelah dua bulan sebelumnya bertanding di kualifikasi Piala Dunia, pertandingan tersebut bertakhir dengan kekalahan 1–3. Pada pertandingan kedua, Indonesia berhadapan dengan rival Asia Tenggara Vietnam dimana kapten, Asnawi Mangkualam mengkonversi gol dari titik penalti untuk mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan tersebut, itu adalah pertama kali Indonesia mengalahkan Vietnam setelah 7 tahun, Indonesia memperoleh 3 poin. Pada laga grup terakhir, Indonesia kalah 3-1 dari tim peringkat teratas AFC, Jepang.
Meski mengalami dua kekalahan di babak penyisihan grup, Indonesia lolos ke babak 16 besar dengan finis sebagai salah satu dari empat peringkat ketiga grup terbaik yang dipastikan setelah pertandingan lain di Grup F antara Kirgizstan dan Oman berakhir seri.[31][32] Untuk pertama kalinya, Indonesia lolos ke babak gugur Piala Asia AFC sejak penampilan pertama mereka di Piala Asia 1996.[32] Indonesia menghadapi Australia di babak 16 besar, namun meskipun tampil positif, laga berakhir dengan kekalahan 4-0 karena buruknya pertahanan.
Piala Tiger 1998 menyaksikan pertandingan penyisihan grup antara Thailand dan Indonesia dengan kedua tim sudah lolos ke semifinal tetapi juga sadar bahwa pemenang harus menghadapi tuan rumah Vietnam. Pemain Indonesia Mursyid Effendi dengan sengaja menendang bola ke gawang Indonesia sendiri saat seorang penyerang Thailand berlari ke arah bola.[33] FIFA mendenda kedua tim $40.000 karena "melanggar semangat permainan" sementara Effendi dilarang dari sepak bola internasional seumur hidup. Indonesia kemudian kalah dari Singapura di semifinal.[34]
Selama era kolonial Belanda, tim ini berkompetisi dengan nama Hindia Belanda dalam pertandingan internasional. Mereka mengenakan jersey berwarna oranye, yang merupakan warna kebanggaan Belanda. Tidak ada dokumen resmi mengenai seragam tim, hanya beberapa foto hitam-putih dari pertandingan melawan Hongaria di Piala Dunia FIFA 1938. Namun, beberapa sumber tidak resmi menyebutkan bahwa seragam mereka terdiri atas jersey oranye, celana pendek putih, dan kaus kaki biru muda.[35] Sejak Indonesia merdeka, seragam tim nasional Indonesia menggunakan warna merah dan putih sesuai warna bendera negara. Kombinasi warna hijau dan putih juga sempat digunakan sebagai seragam tandang, yaitu pada penampilan tim nasional di Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne, Australia, hingga pertengahan dekade 1980-an.[36]
Seragam kandang pada tahun 2010-2012 pernah menimbulkan masalah saat bertanding melawan lawan yang mengenakan seragam berwarna putih, karena kaus kaki tim nasional Indonesia berwarna putih alih-alih merah seperti biasanya. Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan kombinasi merah-hijau-hijau (untuk pertandingan tandang) dengan mengambil celana pendek dan kaus kaki hijau dari seragam tandang, atau tetap menggunakan seragam kandang merah (untuk pertandingan kandang). Setelah kekalahan kandang pada babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 melawan Bahrain pada 6 September 2011, celana pendek merah (dengan garis warna hijau) tidak pernah digunakan lagi. Sebagai pengganti, beberapa kali digunakan kombinasi merah-putih-merah sebagai seragam kandang alternatif, seperti pada pertandingan kandang berikutnya di babak kualifikasi melawan Qatar dan Iran pada tahun yang sama.
Pada 12 November 2012, seminggu menjelang dimulainya Piala Suzuki AFF 2012, Federasi Sepak Bola Indonesia merilis desain seragam kandang dan tandang baru hasil rancangan Nike. Seragam kandang kembali menggunakan perpaduan warna merah-putih-merah seperti tahun 2008, sementara seragam tandang mengusung kombinasi putih-hijau-putih. Menurut Nino Priyambodo selaku manajer pemasaran Nike Indonesia, pilihan warna hijau dimaksudkan untuk mengenang sejarah timnas Indonesia pada dekade 1950-an yang pernah tampil dengan seragam hijau. Ia berharap hal tersebut dapat menginspirasi tim untuk tampil lebih baik ke depannya.[37] Federasi Sepak Bola Indonesia juga menyiapkan celana pendek alternatif berwarna merah sebagai opsi lain untuk seragam kandang. Sementara itu, untuk seragam tandang disediakan celana pendek alternatif berupa celana pendek putih dengan nomor merah yang diambil dari desain celana pendek seragam kandang.
Pada 31 Oktober 2014, Nike merilis desain seragam kandang dan tandang baru untuk tim nasional Indonesia menjelang Kejuaraan AFF 2014. Jersey kandang didominasi warna merah dengan logo Nike berwarna putih dan garis-garis, serta aksen warna hijau pada bahu dan ujung lengan yang dibatasi garis putih. Seragam kandang mengusung perpaduan warna merah-putih-merah. Sementara itu, kostum tandang berwarna putih dengan kerah berwarna hijau, ujung lengan, dan logo Nike dalam format putih-hijau-putih.[38] Akibat sanksi FIFA pada 2015, jersey ini terpaksa digunakan lagi pada Kejuaraan AFF 2016 hingga 2018 dengan mengganti font punggung selain font tahun 2014 yang di pakai Nike sebelumnya.
Pada 31 Mei 2018, Nike kembali merilis seragam baru kandang dan tandang untuk timnas Indonesia. Jersey kandang tetap merah namun logo Nike-nya berwarna emas terinspirasi Lambang Garuda Pancasila, dalam format warna merah-putih-merah. Sementara seragam tandang putih kini memiliki logo Nike hijau, dengan padu padan warna putih-hijau-putih.[39]
Sejak 2020, timnas Indonesia beralih menggunakan seragam anyar buatan merek lokal Mills. Seragam kandang tetap merah-putih-merah namun bertambah ilustrasi siluet di bagian depan. Sementara kostum tandang putih-hijau-putih dilengkapi garis horizontal warna hijau di bagian depan disertai garis putih lebih kecil. Selain itu terdapat pula kostum ketiga hitam dengan strip emas dan siluet serupa.[40]
Untuk kejuaraan olahraga internasional seperti Pesta Olahraga Asia dan Pesta Olahraga Asia Tenggara, timnas tetap memakai perlengkapan merek Li-Ning alih-alih Nike atau Mills karena seluruh kontingen Indonesia berada di bawah naungan Komite Olimpiade Nasional Indonesia.[41]
Mulai 2024 (setelah gelaran Piala Asia AFC 2023 di Qatar), timnas Indonesia akan menggunakan seragam baru dari merek lokal Erigo.
Tim nasional sepak bola Indonesia telah banyak memanfaatkan Stadion Gelora Bung Karno di Gelanggang Olahraga Bung Karno, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat - Indonesia, sebagai kandang utama. Stadion dengan kapasitas tempat duduk lebih dari 77.193 penonton ini lebih sering dipakai untuk pertandingan sepak bola, meski mampu menampung jumlah yang lebih banyak lagi pada pertandingan tertentu. Stadion kebanggaan warga ibu kota ini sempat menjadi lokasi penyelenggaraan Final Piala Asia AFC 2007 dan saat ini menempati peringkat ke-42 sebagai stadion sepak bola terbesar di dunia.
Selain itu, Stadion Internasional Jakarta, yang telah berdiri di Tanjung Priok, Jakarta Utara sejak 2023 turut disepakati menjadi kandang alternatif bagi timnas Indonesia. Berdasarkan kesepakatan antara PSSI dan PT JAKPRO selaku pengembang,[43] stadion bertaraf internasional dengan kapasitas 82.000 penonton ini kelak akan menjadi stadion terbesar di Indonesia.[44][45]
Kualifikasi tim Indonesia untuk Piala Dunia FIFA 2022 dan Piala Asia AFC 2023 disiarkan oleh jaringan televisi publik free-to-air TVRI (hanya babak kedua); jaringan televisi gratis Emtek SCTV (hanya babak kedua) dan Indosiar (babak play-off dan ketiga), mulai 2021;[46][47] dan Mola TV jaringan multiplatform premium Polytron (hanya babak kedua), hingga 2022.[48]
MNC Media juga menyiarkan pertandingan tim nasional tetapi dari tahun 2020 hingga 2024, MNC hanya meliput pertandingan tim nasional di Kejuaraan AFF dan Piala Asia AFC 2023 (telah lolos ke turnamen final) karena MNC-Lagardère (Kejuaraan AFF) dan kontrak kemitraan hak siar Football Marketing Asia (Piala Asia AFC).[49][50] Namun, TVRI, SCTV, Indosiar, dan Mola TV hanya membeli haknya dari PSSI.
Pertandingan dalam 12 bulan terakhir, dan jadwal pertandingan mendatang
Menang Seri Kalah
16 November Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Irak | 5–1 | Indonesia | Basra, Irak |
---|---|---|---|---|
--:-- UTC+3 | Laporan |
|
Stadion: Stadion Internasional Basra Penonton: 64,447 Wasit: Ahmed Eisa (Uni Emrirat Arab) |
21 November Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Filipina | 1–1 | Indonesia | Manila, Filipina |
---|---|---|---|---|
--:-- UTC+8 |
|
Laporan |
|
Stadion: Stadion Rizal Memorial Penonton: 9,880 Wasit: Kim Jong-hyeok (Korea Selatan) |
19 Januari BG Piala Asia AFC 2023 | Vietnam | 0–1 | Indonesia | Doha, Qatar |
---|---|---|---|---|
17.30 UTC+3 | Laporan | Stadion: Stadion Abdullah bin Khalifa Penonton: 7,253 Wasit: Sadullo Gulmurodi (Tajikistan) |
28 Januari 16 besar Piala Asia AFC 2023 | Australia | 4–0 | Indonesia | Al Rayyan, Qatar |
---|---|---|---|---|
14.30 UTC+3 | Laporan | Stadion: Stadion Jassim bin Hamad Wasit: Mohammed Abdulla Hassan Mohamed (Uni Emirat Arab) |
21 Maret Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | 1–0 | Vietnam | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
20.30 UTC+7 |
|
Laporan | Stadion: Stadion Utama Gelora Bung Karno Penonton: 57,696 Wasit: Salman Falahi (Qatar) |
26 Maret Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Vietnam | 0–3 | Indonesia | Hanoi, Vietnam |
---|---|---|---|---|
19.00 UTC+7 | Laporan |
|
Stadion: Stadion Nasional Mỹ Đình Penonton: 27,832 Wasit: Alireza Faghani (Australia) |
2 Juni Pertandingan persahabatan1 | Indonesia | 0–0 | Tanzania | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
16.00 UTC+7 | Laporan | Stadion: Stadion Madya Penonton: 5,831 Wasit: Muhammad Taqi Al-Jaafari (Singapura) |
6 Juni Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | 0–2 | Irak | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
16.00 UTC+7 | Laporan | Stadion: Stadion Utama Gelora Bung Karno Penonton: 60,245 |
11 Juni Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | 2–0 | Filipina | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
19.30 UTC+7 | Laporan | Stadion: Stadion Utama Gelora Bung Karno Penonton: 64,942 Wasit: Rustam Lutfullin (Uzbekistan) |
5 September Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Arab Saudi | 1–1 | Indonesia | Jeddah, Arab Saudi |
---|---|---|---|---|
21.00 UTC+3 |
|
Laporan |
|
Stadion: Stadion King Abdullah Sport City Penonton: 42,385 Wasit: Adham Makhadmeh (Yordania) |
10 September Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | 0–0 | Australia | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
19.00 UTC+7 | Stadion: Stadion Gelora Bung Karno Penonton: 70,059 Wasit: Salman Falahi (Qatar) |
10 Oktober Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Bahrain | 2–2 | Indonesia | Riffa, Bahrain |
---|---|---|---|---|
19.00 UTC+3 |
|
Laporan |
|
Stadion: Stadion Nasional Bahrain Wasit: Ahmed Al-Kaf (Oman) |
15 November Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | v | Jepang | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
Stadion: Stadion Gelora Bung Karno |
19 November Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | v | Arab Saudi | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
Stadion: Stadion Gelora Bung Karno |
10 Desember Kejuaraan ASEAN 2024 | Myanmar | v | Indonesia | Yangon, Myanmar |
---|---|---|---|---|
Stadion: Stadion Thuwunna |
13 Desember Kejuaraan ASEAN 2024 | Indonesia | v | Laos | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
Stadion: Stadion Gelora Bung Karno |
16 Desember Kejuaraan ASEAN 2024 | Vietnam | v | Indonesia | Hanoi, Vietnam |
---|---|---|---|---|
Stadion: Stadion Nasional Mỹ Đình |
22 Desember Kejuaraan ASEAN 2024 | Indonesia | v | Filipina | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
Stadion: Stadion Gelora Bung Karno |
20 Maret Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Australia | v | Indonesia | Australia |
---|---|---|---|---|
25 Maret Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | v | Bahrain | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
5 Juni Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Indonesia | v | Tiongkok | Jakarta, Indonesia |
---|---|---|---|---|
10 Juni Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 | Jepang | v | Indonesia | Jepang |
---|---|---|---|---|
Jabatan | Nama |
---|---|
Direktur teknik | Lowong |
Pelatih kepala | Shin Tae-yong |
Asisten pelatih | Cho Byung-kuk |
Choi In-cheol | |
Yeom Ki-hun | |
Nova Arianto | |
Pelatih penjaga gawang | Kim Bong-soo |
Yoo Jae-hoon | |
Pelatih kebugaran | Shin Sang-gyu |
Sofie Imam Faizal | |
Analis | Kim Jong-jin |
Dokter | Choi Ju-young |
Alfan Asyhar | |
Fisioterapis | Denny Shulton |
Titus Argatama | |
Juru bahasa | Jeong Seok-seo |
Manajer | Sumardji |
27 pemain berikut dipanggil untuk pertandingan Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 melawan Jepang dan Arab Saudi pada 15 dan 19 November 2024.[51]
Penampilan dan gol akurat per 15 Oktober 2024, setelah pertandingan melawan Tiongkok.
Para pemain berikut juga telah dipanggil ke dalam skuat dalam 12 bulan terakhir.
Pos. | Nama pemain | Tanggal lahir (usia) | Tampil | Gol | Klub | Panggilan terakhir |
---|---|---|---|---|---|---|
GK | Ernando Ari | 27 Februari 2002 | 15 | 0 | Persebaya Surabaya | v. Tiongkok, 15 Oktober 2024 |
GK | Adi Satryo | 7 Juli 2001 | 4 | 0 | PSIS Semarang | v. Australia, 10 September 2024PRE |
GK | Syahrul Fadil | 26 November 1995 | 8 | 0 | PSIS Semarang | v. Vietnam, 26 Maret 2024 |
DF | Asnawi Mangkualam | 4 Oktober 1999 | 46 | 2 | Port | v. Tiongkok, 15 Oktober 2024 |
DF | Wahyu Prasetyo | 21 Maret 1998 | 3 | 0 | Malut United | v. Tiongkok, 15 Oktober 2024 |
DF | Edo Febriansah | 25 Juli 1997 | 16 | 0 | Persib Bandung | v. Vietnam, 26 Maret 2024 |
DF | Elkan Baggott | 23 Oktober 2002 | 24 | 2 | Blackpool | v. Vietnam, 21 Maret 2024INJ |
DF | Andy Setyo | 16 September 1997 | 3 | 0 | Bhayangkara Presisi | v. Irak, 16 November 2023INJ |
MF | Rachmat Irianto | 3 September 1999 | 31 | 3 | Persib Bandung | v. Vietnam, 26 Maret 2024 |
MF | Arkhan Fikri | 28 Desember 2004 | 4 | 0 | Arema | v. Vietnam, 26 Maret 2024 |
MF | Marc Klok | 20 April 1993 | 21 | 4 | Persib Bandung | v. Vietnam, 26 Maret 2024INJ |
MF | Adam Alis | 19 Desember 1993 | 11 | 1 | Persib Bandung | Piala Asia AFC 2023 |
MF | Saddil Ramdani | 2 Januari 1999 | 28 | 2 | Sabah | Piala Asia AFC 2023PRE |
FW | Dimas Drajad | 30 Maret 1997 | 15 | 6 | Persib Bandung | v. Tiongkok, 15 Oktober 2024 |
FW | Malik Risaldi | 23 Oktober 1996 | 3 | 0 | Persebaya Surabaya | v. Tiongkok, 15 Oktober 2024 |
FW | Dendy Sulistyawan | 12 Oktober 1996 | 17 | 5 | Bhayangkara Presisi | Piala Asia AFC 2023 |
|
# | Pemain | Tampil | Gol | Karier |
---|---|---|---|---|
1 | Abdul Kadir | 111 | 70 | 1967–1979 |
2 | Iswadi Idris | 97 | 55 | 1968–1980 |
3 | Bambang Pamungkas | 86 | 38 | 1999–2012 |
4 | Kainun Waskito | 80 | 31 | 1967–1977 |
5 | Jacob Sihasale | 70 | 23 | 1966–1974 |
6 | Firman Utina | 66 | 5 | 2001–2014 |
7 | Ponaryo Astaman | 61 | 2 | 2003–2013 |
Soetjipto Soentoro | 61 | 37 | 1965–1970 | |
9 | Hendro Kartiko | 60 | 0 | 1996–2011 |
10 | Kurniawan Dwi Yulianto | 59 | 33 | 1995–2005 |
# | Pemain | Gol | Tampil | Rasio | Karier |
---|---|---|---|---|---|
1 | Abdul Kadir | 70 | 111 | 0.63 | 1965–1979 |
2 | Iswadi Idris | 55 | 97 | 0.57 | 1968–1980 |
3 | Bambang Pamungkas | 38 | 86 | 0.44 | 1999–2012 |
4 | Soetjipto Soentoro | 37 | 61 | 0.61 | 1965–1970 |
5 | Kurniawan Dwi Yulianto | 33 | 59 | 0.56 | 1995–2005 |
6 | Kainun Waskito | 31 | 80 | 0.39 | 1967–1977 |
7 | Risdianto | 25 | 56 | 0.45 | 1971–1981 |
8 | Jacob Sihasale | 23 | 70 | 0.33 | 1966–1974 |
9 | Rochy Putiray | 17 | 41 | 0.41 | 1990–2004 |
10 | Budi Sudarsono | 16 | 46 | 0.35 | 2001–2010 |
Kapten | Periode |
---|---|
Achmad Nawir | 1938 |
Mohammad Sidhi | 1950–1952 |
Aang Witarsa | 1954–1956 |
Maulwi Saelan | 1956 |
Soetjipto Soentoro | 1965–1970 |
Iswadi Idris | 1970–1971 |
Anwar Udjang | 1971–1974 |
Iswadi Idris | 1974–1980 |
Ronny Pattinasarany | 1980–1985 |
Herry Kiswanto | 1985–1987 |
Ricky Yacobi | 1987–1991 |
Ferril Raymond Hattu | 1991–1993 |
Robby Darwis | 1993–1996 |
Sudirman | 1996–1997 |
Robby Darwis | 1997–1998 |
Aji Santoso | 1998–2000 |
Bima Sakti | 2000–2002 |
Agung Setyabudi | 2002–2004 |
Ponaryo Astaman | 2004–2008 |
Charis Yulianto | 2008–2010 |
Bambang Pamungkas | 2010–2012 |
Elie Aiboy | 2012–2013 |
Firman Utina | 2013–2014 |
Boaz Solossa | 2014–2018 |
Hansamu Yama | 2018 |
Andritany Ardhiyasa | 2018–2019 |
Evan Dimas | 2021–2022 |
Fachruddin Aryanto | 2022–2023 |
Asnawi Mangkualam | 2023–2024 |
Jay Idzes | 2024– |
Piala Dunia FIFA | Kualifikasi | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tahun | Babak | Posisi | Mn. | M | S | K | GM | GK | Skuad | Mn. | M | S | K | GM | GK | ||
sebagai Hindia Belanda | |||||||||||||||||
1930 | Tidak masuk | Tidak masuk | |||||||||||||||
1934 | Tidak diundang | ||||||||||||||||
1938 | Babak 16 besar | Ke-15 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 6 | Skuad | Lolos otomatis | |||||||
sebagai Indonesia | |||||||||||||||||
1950 | Mengundurkan diri | Mengundurkan diri | |||||||||||||||
1954 | Tidak masuk | Tidak masuk | |||||||||||||||
1958 | Mengundurkan diri saat kualifikasi | 3 | 1 | 1 | 1 | 5 | 4 | ||||||||||
1962 | Mengundurkan diri | Mengundurkan diri | |||||||||||||||
1966 | Tidak masuk | Tidak masuk | |||||||||||||||
1970 | |||||||||||||||||
1974 | Tidak lolos kualifikasi | 6 | 1 | 2 | 3 | 6 | 13 | ||||||||||
1978 | 4 | 1 | 1 | 2 | 7 | 7 | |||||||||||
1982 | 8 | 2 | 2 | 4 | 5 | 14 | |||||||||||
1986 | 8 | 4 | 1 | 3 | 9 | 10 | |||||||||||
1990 | 6 | 1 | 3 | 2 | 5 | 10 | |||||||||||
1994 | 8 | 1 | 0 | 7 | 6 | 19 | |||||||||||
1998 | 6 | 1 | 4 | 1 | 11 | 6 | |||||||||||
2002 | 6 | 4 | 0 | 2 | 16 | 7 | |||||||||||
2006 | 6 | 2 | 1 | 3 | 8 | 12 | |||||||||||
2010 | 2 | 0 | 0 | 2 | 1 | 11 | |||||||||||
2014 | 8 | 1 | 1 | 6 | 8 | 30 | |||||||||||
2018 | Didiskualifikasi karena penangguhan FIFA | Didiskualifikasi | |||||||||||||||
2022 | Tidak lolos kualifikasi | 8 | 0 | 1 | 7 | 5 | 27 | ||||||||||
2026 | Kualifikasi sedang berlangsung | 10 | 5 | 3 | 2 | 21 | 9 | ||||||||||
2030 | Akan ditentukan | Akan ditentukan | |||||||||||||||
2034 | |||||||||||||||||
Total | Babak 16 besar | 1/22 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 6 | — | 89 | 24 | 20 | 45 | 113 | 179 |
Sejarah pertandingan Indonesia pada Piala Dunia FIFA | |||
---|---|---|---|
Tahun | Babak | Nilai | Hasil |
1938 | Babak 16 besar | Hungaria 6–0 Hindia Belanda | Kalah |
Piala Asia AFC | Kualifikasi | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tahun | Babak | Posisi | Mn. | M | S | K | GM | GK | Skuad | Mn. | M | S | K | GM | GK | ||
1956 | Mengundurkan diri | Mengundurkan diri sebelum memainkan pertandingan satupun | |||||||||||||||
1960 | |||||||||||||||||
1964 | |||||||||||||||||
1968 | Tidak lolos kualifikasi | 4 | 1 | 1 | 2 | 10 | 6 | ||||||||||
1972 | 5 | 3 | 0 | 2 | 12 | 6 | |||||||||||
1976 | 4 | 1 | 1 | 2 | 3 | 5 | |||||||||||
1980 | 3 | 0 | 0 | 3 | 3 | 10 | |||||||||||
1984 | 5 | 3 | 0 | 2 | 6 | 5 | |||||||||||
1988 | 3 | 1 | 1 | 1 | 1 | 4 | |||||||||||
1992 | 3 | 1 | 1 | 1 | 3 | 4 | |||||||||||
1996 | Babak grup | Ke-11 | 3 | 0 | 1 | 2 | 4 | 8 | Skuad | 2 | 1 | 1 | 0 | 7 | 1 | ||
2000 | Babak grup | Ke-11 | 3 | 0 | 1 | 2 | 0 | 7 | Skuad | 4 | 3 | 1 | 0 | 18 | 5 | ||
2004 | Babak grup | Ke-11 | 3 | 1 | 0 | 2 | 3 | 9 | Skuad | 6 | 3 | 1 | 2 | 9 | 13 | ||
2007 | Babak grup | Ke-11 | 3 | 1 | 0 | 2 | 3 | 4 | Skuad | Lolos sebagai tuan rumah bersama | |||||||
2011 | Tidak lolos kualifikasi | 6 | 0 | 3 | 3 | 3 | 6 | ||||||||||
2015 | 6 | 0 | 1 | 5 | 2 | 8 | |||||||||||
2019 | Didiskualifikasi karena penangguhan FIFA | Didiskualifikasi | |||||||||||||||
2023 | Babak 16 besar | Ke-16 | 4 | 1 | 0 | 3 | 3 | 10 | Skuad | 13 | 4 | 1 | 8 | 19 | 30 | ||
2027 | Lolos ke putaran final | 8 | 5 | 1 | 2 | 20 | 8 | ||||||||||
Total | Babak grup | 6/19 | 16 | 3 | 2 | 11 | 13 | 38 | — | 72 | 26 | 13 | 33 | 116 | 111 |
|
|
Olimpiade | Kualifikasi | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tahun | Babak | Posisi | Mn. | M | S | K | GM | GK | Skuad | Mn. | M | S | K | GM | GK | ||
1900 s.d. 1952 | Tidak masuk | ||||||||||||||||
1956 | Perempat final | Ke-7 | 2 | 0 | 1 | 1 | 0 | 4 | Skuad | Lolos secara otomatis | |||||||
1960 | Tidak lolos kualifikasi | 2 | 0 | 0 | 2 | 2 | 6 | ||||||||||
1964 | Mengundurkan diri | ||||||||||||||||
1968 | Tidak lolos kualifikasi | 4 | 1 | 1 | 2 | 4 | 5 | ||||||||||
1972 | 4 | 2 | 0 | 2 | 8 | 6 | |||||||||||
1976 | 4 | 2 | 1 | 1 | 11 | 5 | |||||||||||
1980 | 5 | 1 | 0 | 4 | 7 | 12 | |||||||||||
1984 | 8 | 0 | 3 | 5 | 3 | 14 | |||||||||||
1988 | 4 | 1 | 0 | 3 | 3 | 8 | |||||||||||
Sejak 1992 | Kompetisi U-23 (lihat tim nasional Indonesia U-23) | ||||||||||||||||
Total | Perempat final | 1/19 | 2 | 0 | 1 | 1 | 0 | 4 | — | 31 | 7 | 5 | 19 | 38 | 56 |
|
|
|
|
Lebih banyak menang Imbang Lebih banyak kalah
Rekor head-to-head tim nasional sepak bola Indonesia | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Lawan | Pertama | Terakhir | Mn. | M | S | K | GM | GK | SG | % WR | Konfederasi |
Afganistan | 2021 | 2021 | 2 | 0 | 0 | 2 | 2 | 4 | -2 | 0% | AFC |
Afrika Selatan | 2005 | 2005 | 1 | 0 | 1 | 0 | 2 | 2 | 0 | 50% | CAF |
Aljazair | 1986 | 1986 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 1 | -1 | 0% | CAF |
Amerika Serikat | 1956 | 1983 | 2 | 1 | 1 | 0 | 9 | 7 | 2 | 75% | CONCACAF |
Andorra | 2014 | 2014 | 1 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 1 | 100% | UEFA |
Arab Saudi | 1983 | 2024 | 15 | 0 | 4 | 11 | 8 | 37 | -29 | 10.71% | AFC |
Argentina | 2023 | 2023 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 2 | -2 | 0% | CONMEBOL |
Australia | 1967 | 2024 | 23 | 2 | 4 | 17 | 16 | 51 | -36 | 15.91% | AFC |
Bahrain | 1980 | 2012 | 8 | 2 | 3 | 3 | 9 | 21 | -12 | 42.86% | AFC |
Bangladesh | 1975 | 2022 | 7 | 4 | 2 | 1 | 12 | 4 | 8 | 62.5% | AFC |
Belanda | 1938 | 2013 | 4 | 0 | 0 | 4 | 2 | 19 | -17 | 0% | UEFA |
Bhutan | 2003 | 2003 | 2 | 2 | 0 | 0 | 4 | 0 | 4 | 100% | AFC |
Bosnia dan Herzegovina | 1997 | 1997 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 2 | -2 | 0% | UEFA |
Brunei | 1971 | 2023 | 15 | 10 | 2 | 3 | 51 | 5 | 46 | 73.33% | AFC |
Bulgaria | 1957 | 1973 | 3 | 0 | 1 | 2 | 0 | 6 | -6 | 16.67% | UEFA |
Burundi | 2023 | 2023 | 2 | 1 | 1 | 0 | 5 | 3 | 2 | 75% | CAF |
Ceko[lower-alpha 1] | 1956 | 1974 | 2 | 0 | 1 | 1 | 2 | 6 | -4 | 25% | UEFA |
Curaçao | 2022 | 2022 | 2 | 2 | 0 | 0 | 5 | 3 | 2 | 100% | CONCACAF |
Denmark | 1974 | 1974 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 9 | -9 | 0% | UEFA |
Estonia | 1996 | 1999 | 2 | 0 | 1 | 1 | 0 | 3 | -3 | 25% | UEFA |
Fiji | 1981 | 2017 | 3 | 0 | 3 | 0 | 3 | 3 | 0 | 50% | OFC |
Filipina | 1934 | 2024 | 30 | 23 | 5 | 2 | 100 | 20 | 80 | 85% | AFC |
Ghana | 1985 | 1993 | 2 | 0 | 0 | 2 | 0 | 6 | -6 | 0% | CAF |
Guinea | 1966 | 1966 | 1 | 0 | 0 | 1 | 1 | 3 | -2 | 0% | CAF |
Guyana | 2017 | 2017 | 1 | 1 | 0 | 0 | 2 | 1 | 1 | 100% | CONCACAF |
Hong Kong | 1957 | 2018 | 19 | 10 | 4 | 5 | 36 | 27 | 9 | 63.16% | AFC |
Hungaria | 1938 | 1938 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 6 | -6 | 0% | UEFA |
India | 1951 | 2004 | 23 | 10 | 3 | 10 | 43 | 40 | 3 | 50% | AFC |
Iran | 1956 | 2024 | 6 | 0 | 1 | 5 | 3 | 16 | -13 | 8.33% | AFC |
Irak | 1968 | 2024 | 14 | 2 | 3 | 9 | 11 | 29 | -18 | 25% | AFC |
Islandia | 2018 | 2018 | 2 | 0 | 0 | 2 | 1 | 10 | -9 | 0% | UEFA |
Israel | 1971 | 1971 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 1 | -1 | 0% | UEFA |
Jamaika | 2007 | 2007 | 1 | 1 | 0 | 0 | 2 | 1 | 1 | 100% | CONCACAF |
Jepang | 1934 | 2024 | 19 | 8 | 2 | 9 | 40 | 39 | 1 | 47.37% | AFC |
Jerman Timur | 1956 | 1959 | 2 | 0 | 1 | 1 | 3 | 5 | -2 | 25% | UEFA |
Kamboja | 1966 | 2022 | 21 | 17 | 2 | 2 | 82 | 15 | 67 | 85.71% | AFC |
Kamerun | 2012 | 2015 | 2 | 0 | 1 | 1 | 0 | 1 | -1 | 25% | CAF |
Kanada | 1986 | 1986 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 4 | -4 | 0% | CONCACAF |
Kenya | 1990 | 1990 | 1 | 0 | 0 | 1 | 2 | 3 | -1 | 0% | CAF |
Kirgizstan | 2013 | 2017 | 2 | 1 | 0 | 1 | 4 | 1 | 3 | 50% | AFC |
Korea Selatan | 1953 | 2007 | 60 | 6 | 8 | 46 | 38 | 138 | -100 | 16.67% | AFC |
Korea Utara | 1963 | 2012 | 12 | 0 | 2 | 10 | 6 | 27 | -21 | 11.11% | AFC |
Kroasia | 1956 | 1956 | 1 | 0 | 0 | 1 | 2 | 5 | -3 | 0% | UEFA |
Kuba | 2014 | 2014 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 1 | -1 | 0% | CONCACAF |
Kuwait | 1980 | 2022 | 7 | 2 | 3 | 2 | 8 | 12 | -4 | 50% | AFC |
Laos | 1969 | 2021 | 10 | 9 | 1 | 0 | 45 | 9 | 36 | 95% | AFC |
Liberia | 1984 | 2007 | 2 | 1 | 0 | 1 | 3 | 3 | 0 | 50% | CAF |
Libya | 1977 | 2024 | 4 | 1 | 0 | 3 | 4 | 11 | -7 | 25% | CAF |
Liechtenstein | 1981 | 1981 | 1 | 0 | 0 | 1 | 2 | 3 | -1 | 0% | UEFA |
Lituania | 1996 | 1999 | 2 | 0 | 1 | 1 | 2 | 6 | -4 | 25% | UEFA |
Malaysia | 1957 | 2021 | 97 | 40 | 21 | 36 | 147 | 144 | 3 | 52.06% | AFC |
Maladewa | 2001 | 2010 | 3 | 3 | 0 | 0 | 10 | 0 | 10 | 100% | AFC |
Mali | 1963 | 1963 | 1 | 1 | 0 | 0 | 3 | 2 | 1 | 100% | CAF |
Malta | 1981 | 1991 | 2 | 0 | 0 | 2 | 0 | 4 | -4 | 0% | UEFA |
Maroko | 1980 | 1980 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 2 | -2 | 0% | CAF |
Mauritania | 2012 | 2012 | 1 | 1 | 0 | 0 | 2 | 0 | 2 | 100% | CAF |
Mauritius | 2018 | 2018 | 1 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 1 | 100% | CAF |
Mesir[lower-alpha 2] | 1963 | 1991 | 3 | 0 | 1 | 2 | 3 | 11 | -8 | 16.67% | CAF |
Moldova | 1996 | 1996 | 1 | 0 | 0 | 1 | 1 | 2 | 0 | 0% | UEFA |
Mongolia | 2017 | 2017 | 1 | 1 | 0 | 0 | 3 | 2 | 1 | 100% | AFC |
Myanmar | 1951 | 2021 | 46 | 20 | 9 | 17 | 85 | 63 | 22 | 53.26% | AFC |
Nepal | 2014 | 2022 | 2 | 2 | 0 | 0 | 9 | 0 | 9 | 100% | AFC |
Nigeria | 1983 | 1983 | 1 | 0 | 0 | 1 | 1 | 2 | -1 | 0% | CAF |
Norwegia | 1974 | 1974 | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 1 | -1 | 0% | UEFA |
Oman | 1987 | 2021 | 6 | 2 | 1 | 3 | 7 | 6 | 1 | 41.67% | AFC |
Pakistan | 1960 | 2014 | 5 | 4 | 1 | 0 | 15 | 3 | 12 | 91.67% | AFC |
Palestina | 2011 | 2023 | 3 | 1 | 1 | 1 | 5 | 3 | 2 | 50% | AFC |
Papua Nugini | 1975 | 1984 | 2 | 1 | 0 | 1 | 8 | 3 | 5 | 50% | OFC |
Paraguay | 1986 | 1986 | 1 | 0 | 0 | 1 | 2 | 3 | -1 | 0% | CONMEBOL |
Puerto Riko | 2017 | 2017 | 1 | 0 | 1 | 0 | 0 | 0 | 0 | 50% | CONCACAF |
Qatar | 1982 | 2014 | 9 | 1 | 3 | 5 | 9 | 19 | -10 | 22.22% | AFC |
Republik Dominika | 2014 | 2014 | 1 | 0 | 1 | 0 | 1 | 1 | 0 | 50% | CONCACAF |
Rusia[lower-alpha 3] | 1956 | 1988 | 4 | 0 | 3 | 1 | 1 | 5 | -4 | 37.5% | UEFA |
Selandia Baru | 1972 | 1997 | 10 | 3 | 5 | 2 | 16 | 9 | 7 | 55% | OFC |
Senegal | 1982 | 1982 | 1 | 0 | 1 | 0 | 2 | 2 | 0 | 50% | CAF |
Serbia[lower-alpha 4] | 1953 | 1986 | 6 | 0 | 0 | 6 | 6 | 31 | -25 | 0% | UEFA |
Singapura | 1958 | 2021 | 61 | 33 | 11 | 17 | 117 | 71 | 46 | 63.11% | AFC |
Sri Lanka | 1964 | 2004 | 6 | 5 | 1 | 0 | 29 | 6 | 23 | 91.67% | AFC |
Suriah | 1978 | 2014 | 5 | 1 | 0 | 4 | 3 | 15 | -12 | 20% | AFC |
Tanzania | 1997 | 2024 | 2 | 1 | 1 | 0 | 3 | 1 | 2 | 50% | CAF |
Thailand | 1957 | 2022 | 97 | 32 | 18 | 47 | 121 | 167 | -46 | 42.27% | AFC |
Timor Leste | 2010 | 2022 | 6 | 6 | 0 | 0 | 21 | 2 | 19 | 100% | AFC |
Tionghoa Taipei | 1954 | 2021 | 14 | 10 | 0 | 4 | 31 | 14 | 17 | 71.43% | AFC |
Tiongkok | 1934 | 2013 | 24 | 3 | 4 | 17 | 20 | 54 | -34 | 21.74% | AFC |
Turkmenistan | 2004 | 2023 | 5 | 3 | 1 | 1 | 11 | 8 | 3 | 70% | AFC |
Uni Emirat Arab | 1981 | 2021 | 6 | 2 | 0 | 4 | 8 | 17 | -9 | 33.33% | AFC |
Uruguay | 1974 | 2010 | 3 | 1 | 0 | 2 | 5 | 11 | -6 | 33.33% | CONMEBOL |
Uzbekistan | 1997 | 1997 | 2 | 0 | 1 | 1 | 1 | 4 | -3 | 25% | AFC |
Vanuatu | 2019 | 2019 | 1 | 1 | 0 | 0 | 6 | 0 | 6 | 100% | OFC |
Vietnam[lower-alpha 5] | 1957 | 2024 | 50 | 24 | 12 | 14 | 79 | 62 | 17 | 60% | AFC |
Yaman[lower-alpha 6] | 1987 | 2014 | 7 | 3 | 4 | 0 | 8 | 3 | 5 | 83.33% | AFC |
Yordania | 2004 | 2022 | 5 | 0 | 0 | 5 | 2 | 13 | -11 | 0% | AFC |
Zimbabwe | 1997 | 1997 | 1 | 0 | 1 | 0 | 0 | 0 | 0 | 50% | CAF |
93 Negara | 1934 | 2024 | 850 | 323 | 162 | 363 | 1370 | 1393 | -23 | 41% | FIFA |
Dihitung hingga pertandingan terakhir melawan Tiongkok pada 15 Oktober 2024 |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.