Gelanggang Olahraga Bung Karno
kompleks olahraga berstandar internasional di Jakarta Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
kompleks olahraga berstandar internasional di Jakarta Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Gelora Bung Karno (GBK) | |
Nama lama | Kompleks Asian Games (sampai 24 September 1962) Gelanggang Olahraga Senayan (1969–2001) |
---|---|
Lokasi | Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Indonesia |
Transportasi umum | Stasiun Istora Halte Senayan dan Polda Metro Jaya Halte Gerbang Pemuda Stasiun Palmerah |
Pemilik | Sekretariat Negara Republik Indonesia[1] |
Operator | PPK GBK |
Konstruksi | |
Mulai pembangunan | 8 Februari 1960 |
Didirikan | 8 Februari 1960 |
Dibuka | 1961–1962 |
Direnovasi | 2016–2017[2] |
Ditutup | 2016–2017 |
Biaya | $12,500,000 (1958, seluruh kompleks) |
Situs web | |
gbk |
Gelanggang Olahraga Bung Karno adalah kompleks olahraga yang berlokasi di Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tonggak sejarah GBK diawali dengan ditunjuknya Indonesia oleh Asian Games Federation (sekarang Dewan Olimpiade Asia) sebagai tuan rumah Pesta Olahraga Asia 1962 pada tahun 1958. Momentum tersebut disambut baik oleh Presiden Soekarno dengan membangun sebuah mega proyek venue olahraga yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti Wisma Atlet dan diberi nama Gelora Bung Karno.
Kompleks ini dibangun sebagai Kompleks Asian Games pada tahun 1960 untuk Pesta Olahraga Asia 1962[3][4] dan baru-baru ini menjalani rekonstruksi besar untuk Pesta Olahraga Asia 2018 dan Pesta Olahraga Difabel Asia 2018.
Kompleks olahraga ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini. Dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru, nama kompleks olahraga ini diubah menjadi Gelora Senayan. Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama kompleks olahraga ini dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.[5] Kompleks ini adalah kompleks olahraga tertua dan terbesar di Jakarta dan Indonesia, dan juga salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah bangunan utama dalam kompleks olahraga ini. Singkatan Gelora dalam bahasa Indonesia juga berarti gejolak (seperti pada api atau ombak laut).[6]
Setelah Federasi Asian Games menyatakan Jakarta menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Asia 1962 pada tahun 1958,[7] persyaratan minimum yang belum dipenuhi oleh Jakarta adalah ketersediaan kompleks multi-olahraga. Menanggapi hal ini, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No. 113/1959 tanggal 11 Mei 1959 tentang pembentukan Dewan Asian Games Indonesia (DAGI) yang dipimpin oleh Menteri Urusan Pemuda dan Olahraga Maladi.[8] Soekarno, sebagai seorang arsitek dan sarjana teknik sipil, mengusulkan lokasi di dekat Jalan M. H. Thamrin dan Menteng, yaitu daerah Karet, Pejompongan, atau Dukuh Atas. Friedrich Silaban, seorang arsitek terkenal yang mendampingi Soekarno untuk meninjau lokasi dengan helikopter, tidak setuju dengan pemilihan Dukuh Atas karena ia berpendapat pembangunan kompleks olahraga di pusat daerah pusat kota masa depan akan berpotensi menciptakan kemacetan lalu lintas besar-besaran. Soekarno setuju dan malah menugaskan daerah Senayan dengan luas sekitar 300 hektar.[9]
Pemancangan tiang pertama dilakukan secara simbolis oleh Soekarno pada tanggal 8 Februari 1960. Pembangunan Istora selesai pada Mei 1961. Stadion sekunder, Stadion Renang (Pusat Akuatik) dan Stadion Tenis selesai pada bulan Desember 1961. Stadion Utama selesai pada 21 Juli 1962, sebulan sebelum pertandingan.[10]
Selain sebagai rumah bagi sejumlah fasilitas olahraga, kompleks olahraga ini juga merupakan tempat yang populer bagi masyarakat Jakarta untuk melakukan latihan fisik; joging, bersepeda, aerobik, dan senam khususnya saat akhir pekan.[11][12]
Pada era Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan ini, terjadi banyak penyimpangan sehingga kawasan Gelora Bung Karno yang semula luasnya 279,1 hektar ini telah menyusut hingga tinggal 136,84 hektar (49%) saja.
Dari jumlah yang 51% itu, 67,52 hektar (24,2% dari luas semula) digunakan untuk berbagai bangunan pemerintah seperti Gedung MPR/DPR, Kantor Departemen Kehutanan, Kantor Departemen Pendidikan Nasional, Gedung TVRI, Graha Pemuda, kantor Kelurahan Gelora, SMA Negeri 24 Jakarta, Puskesmas, gudang Depdiknas dan rumah makan.
Sisanya yang 26,7% atau 74,74 hektar disewakan atau dijual untuk berbagai bangunan seperti misalnya kepada Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan), kompleks perdagangan Ratu Plaza, Hotel Mulia, Hotel Atlet Century Park (dahulu Wisma Atlet Senayan, sejak 2024 menjadi Artotel Gelora Senayan), Taman Ria Remaja Senayan (sekarang mal Senayan Park), Wisma Fairbanks, Plaza Senayan dan berbagai bangunan komersial lain.[16]
Pada masa PPK GBK ini, dilakukan pengembalian fungsi awal kawasan Gelora Bung Karno sebagai fasilitas olahraga sekaligus resapan air dan paru-paru kota atau ruang terbuka hijau (RTH) untuk publik. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir pembangunan properti komersial di kawasan GBK Senayan sangat masif, sehingga menuai kritik tajam masyarakat dan pengamat perkotaan.[17][18] Direksi baru PPK GBK sejak Januari 2016 bertugas menyiapkan venue untuk Asian Games 2018, memperbaiki perjanjian-perjanjian kerja sama yang ada dengan mitra GBK, dan membuat Kompleks GBK Senayan menjadi sesuai dengan ketentuan dan peraturan.[19]
Arena | Tujuan | Kapasitas | Tahun pembangunan | Catatan |
---|---|---|---|---|
Stadion Utama Gelora Bung Karno | Multi-guna, terutama sepak bola | 77.193 | 1960 | Stadion terbesar di Indonesia. |
Istora Gelora Bung Karno | Multi-guna, terutama bulu tangkis | 7.166 | 1960 | |
Stadion Akuatik Gelora Bung Karno | Akuatik | 7.800 | 1960 | |
Tenis Indoor | Multi-guna, kebanyakan konser | 3.750 | 1993 | |
Tenis Outdoor | Tenis | 3.800 | 1960 | |
Stadion Madya Gelora Bung Karno | Atletik | 9.170 | 1960 | |
Hall Basket Gelora Bung Karno | Bola basket | 2.400 | 1960 | |
Lapangan Bisbol Gelora Bung Karno | Bisbol | 1.320[20] | 2016 | Dibangun di lokasi yang sebelumnya merupakan bagian dari Tenis Outdoor |
Lapangan Hoki Gelora Bung Karno | Hoki lapangan | 818 | 1973 | |
Lapangan Sofbol Gelora Bung Karno | Sofbol | ≈500[21] | 1996 | Disebut pula Lapangan Softball Pintu Satu untuk membedakannya dengan Lapangan Sofbol Cemaratiga di dekatnya, yang kini telah dirobohkan.
Kapasitas bisa ditambah dengan kursi temporer sampai 2.000 kursi. |
Lapangan Panahan Gelora Bung Karno | Panahan | 97[22] | 2016 | |
Lapangan Rugby Gelora Bung Karno | Rugbi | - | 2016 | Dibangun di lokasi bekas Stadion Atletik PASI Jaya (selesai tahun 1973) |
Lapangan Tembak | Menembak | - | 1992 | Lokasi baru. Hotel Mulia saat ini berdiri di lokasi pertama. |
Arena Gelora Bung Karno | Aula latihan multi-olahraga | - | 2016 | Dibangun di lokasi bekas GOR Asia Afrika, Aula latihan bulu tangkis (selesai tahun 1986) |
Aula Latihan Bola Voli | Latihan bola voli | - | 1988 | |
Lapangan Sepak Bola A, B, dan C | Latihan sepak bola | - | - | |
Indonesia Arena (Indoor Multifunction Stadium, IMS) | Multi-guna, terutama Bola basket | 16.088 | 2022 | Digunakan sebagai venue Piala Dunia Bola Basket FIBA 2023, menggantikan Istora yang dianggap terlalu kecil kapasitasnya |
Awalnya kompleks olahraga mencakup wilayah yang jauh lebih besar daripada sekarang. Selama tahun 1980-an hingga 1990-an, beberapa petak tanah dikembangkan menjadi fasilitas non-olahraga. Wilayah utara dikembangkan menjadi kantor pemerintah sementara daerah selatan dikembangkan menjadi hotel dan pusat perbelanjaan.
Daerah selatan awalnya adalah kawasan wisma atlet untuk Pesta Olahraga Asia 1962. Wisma atlet tersebut dihancurkan pada tahun 1970-an. Beberapa bangunan sekarang berdiri di lokasi bekas wisma tersebut.
Untuk pertama kalinya, kompleks Gelora Bung Karno menjadi tuan rumah Asian Games keempat pada tahun 1962. Stadion Utama menjadi tuan rumah Piala Asia AFC 2007. Kompetisi lain yang diadakan di lokasi ini seperti beberapa final Kejuaraan AFF dan Piala Indonesia. Istora Senayan telah beberapa kali menjadi tuan rumah kompetisi bulu tangkis Piala Sudirman, Piala Thomas and Piala Uber.[23] Kompleks olahraga ini juga menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga multi-disiplin seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games). Kompleks ini menjadi tuan rumah PON sebanyak tujuh kali antara tahun 1973 hingga 1996. Kompleks ini menjadi tuan rumah SEA Games pada tahun 1979, 1987, 1997 dan 2011; yang terakhir menjadi tuan rumah bersama dengan kompleks Jakabaring Sport City di Palembang. Kompleks ini juga menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Asia 2018[24] bersama dengan kompleks di Palembang, serta melayani sendiri selama perhelatan olahraga Para Games setelahnya.[25]
Pada tahun 2016, Kawasan Gelora Bung Karno direvitalisasi untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games XVIII dan Asian Para Games III pada tahun 2018.[26] Proyek revitalisasi ini diparakarsai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berdasarkan Inpres Nomor 2/2016, mencakup pembangunan dan rehabilitasi 14 tempat di Komplek Gelora Bung Karno melalui 16 paket pekerjaan yang dilelang. Proyek ini dimulai bulan Februari 2016 dan selesai pada Oktober 2017.[27]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.