Remove ads
Gempa yang terjadi di Sumatra Barat pada tanggal 30 September 2009 Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Gempa bumi Sumatra Barat 2009 atau disebut Gempa bumi 30 September terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Magnitudo di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009.[4] Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatra, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.[4] Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang,[5] Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah rusak ringan.[6]
Waktu UTC | 2009-09-30 10:16:10 |
---|---|
ISC | 13801688 |
USGS-ANSS | ComCat |
Tanggal setempat | 30 September 2009 |
Waktu setempat | 17:16:10 WIB |
Kekuatan | 7.6 Mw[1] |
Kedalaman | 81 km (50 mi) |
Episentrum | 0.71°N 99.97°E |
Jenis | Reverse Intraslab |
Wilayah bencana | Indonesia |
Kerusakan total | Rp 21.58 triliun[2] |
Intensitas maks. | VIII (Parah) |
Tsunami | 27 cm (11 in) |
Landslides | Ya |
Korban | 1,117 meninggal 2,180 terluka[3] |
Banyak pulau di Indonesia, termasuk Sumatera, terletak di dalam zona aktivitas seismik tinggi yang dikenal sebagai Cincin Api.[7][8] Sepanjang megathrust Sunda, Lempeng Indo-Australia sedang subduksi di bawah lempeng Eurasia.[9] Subduksi menciptakan gempa bumi biasa, banyak dari mereka dari jenis megathrust. Secara khusus segmen Sumatra saat ini mengalami periode peningkatan aktivitas yang dimulai dengan bencana gempa bumi Samudra Hindia 2004. Setiap gempa dari urutan tersebut menambahkan tekanan tambahan pada segmen batas lempeng yang belum bergerak baru-baru ini.[10]
Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus.
Bencana terjadi sebagai akibat dua gempa yang terjadi kurang dari 24 jam pada lokasi yang relatif berdekatan. Pada hari Rabu 30 September terjadi gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter dengan pusat gempa (episentrum) 57 km di barat daya Kota Pariaman (00,84 LS 99,65 BT) pada kedalaman (hiposentrum) 71 km. Pada hari Kamis 1 Oktober terjadi lagi gempa kedua dengan kekuatan 6,8 Skala Richter, kali ini berpusat di 46 km tenggara Kota Sungaipenuh pada pukul 08.52 WIB dengan kedalaman 24 km.[11][12] Setelah kedua gempa ini terjadi rangkaian gempa susulan yang lebih lemah. Gempa pertama terjadi pada daerah patahan Mentawai (di bawah laut) sementara gempa kedua terjadi pada patahan Semangko di daratan.[13] Getaran gempa pertama dilaporkan terasa kuat di seluruh wilayah Sumatera Barat, terutama di pesisir. Keguncangan juga dilaporkan dari Pematang Siantar, Medan, Kuala Lumpur, Bandar Seri Begawan, Lembah Klang, Jabodetabek, Jakarta, Singapura, Pekanbaru, Jambi, Pulau Batam dari Kota Batam, Palembang dan Bengkulu. Dilaporkan bahwa pengelolaan sejumlah gedung bertingkat di Singapura mengevakuasi stafnya.[14] Kerusakan parah terjadi di kabupaten-kabupaten pesisir Sumatera Barat, bagian selatan Sumatera Utara serta Kabupaten Kerinci (Jambi). Sementara Bandar Udara Internasional Minangkabau mengalami kerusakan pada sebagian atap bandara (sepanjang 100 meter) yang terlihat hancur dan sebagian jaringan listrik di bandara juga terputus.[15] Sempat ditutup dengan alasan keamanan, bandara dibuka kembali pada tanggal 1 Oktober.[16]
Getaran gempa dirasakan hampir separuh wilayah Sumatra, dan sejauh Malaysia hingga Singapura. Getaran hebat dengan skala MMI VIII (Parah) di Padang dengan bangunan kurang kokoh mengalami kerusakan berat, lalu MMI VII (Sangat kuat) di Payakumbuh, MMI VI (Kuat) di Bukittinggi, MMI V (Sedang) di Pekanbaru dan Kota Dumai, MMI IV (Ringan) di Bengkulu dan Jambi.
Peringatan tsunami sempat dikeluarkan namun segera dicabut dan terdapat laporan kerusakan rumah maupun kebakaran.[18] Sejumlah hotel di Padang rusak, dan upaya untuk mencapai Padang cukup sulit akibat terputusnya komunikasi.[19] Korban tewas akibat gempa terus bertambah, dikhawatirkan mencapai ribuan orang.[20] Namun, hingga tanggal 4 Oktober 2009, angka resmi yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah 603 orang korban tewas dan 343 orang dilaporkan hilang.[21] Pada tanggal 13 Oktober 2009, angka korban tewas meningkat menjadi 1.115 jiwa; 675 korban tewas di Padang Pariaman, 313 di Padang, 80 di Agam, dan 37 di Pariaman. Pertolongan yang sangat dibutuhkan oleh korban gempa terutama adalah kekurangan obat-obatan, air bersih, listrik, dan telekomunikasi, serta mengevakuasi korban lainnya.[22]
Gempa bumi Intraslab yang serupa:
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.