Halaman ini berisi artikel tentang pasal 20 Kitab Bilangan dalam Alkitab Kristen dan Ibrani. Untuk bilangan dalam arti angka 20, lihat
20 (angka).
Bilangan 20 (disingkat Bil 20) adalah bagian dari Kitab Bilangan dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Termasuk dalam kumpulan kitab Taurat yang disusun oleh Musa.[1][2]
- Peristiwa yang dicatat di pasal ini terjadi pada bulan yang ke-1 dalam tahun yang ke-40 sesudah bangsa Israel keluar dari tanah Mesir[3] (~1407 SM).
- Kemudian sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam di situ dan dikuburkan di situ. (TB)[3]
Peristiwa-peristiwa dalam pasal ini dimulai pada tahun ke-40 setelah mereka ke luar dari Mesir (lihat Bilangan 20:22–29; 33:38). Bangsa itu telah mengembara di padang gurun selama 39 tahun. Sebagian besar angkatan pertama telah mati tanpa menerima apa yang dijanjikan karena ketidakpercayaan mereka (lihat Bilangan 13:1–14:45); tidak lama kemudian anak-anak mereka akan memasuki negeri yang dijanjikan.[4] T
- Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. (TB)[5]
- Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka." (TB)[6]
Musa dilarang memimpin umat Allah memasuki Kanaan karena ia tidak mengikuti perintah Tuhan dengan cermat (bandingkan Bilangan 20:8 dengan Bilangan 20:11). Musa merupakan pemimpin rohani umat Allah, yang dipakai Allah ketika memberikan Taurat-Nya. Tanggung jawabnya untuk menaati perintah Tuhan lebih besar karena kedudukan dan pengaruhnya lebih besar (bandingkan Yakobus 3:1).
- 1) Musa berdosa dalam dua hal. Pertama, ia berbicara dengan gegabah seakan-akan kemuliaan dan kuasa Allah tinggal di dalam dirinya dan Harun (Bilangan 20:10; bandingkan Mazmur 106:33). Kedua, kemudian ia bertindak dengan gegabah ketika ia dengan marah memukul batu karang itu dua kali dan bukan dengan berbicara kepadanya sesuai dengan perintah Allah (Bilangan 20:11).
- 2) Dengan berbicara dan bertindak secara gegabah, Musa menunjukkan bahwa ia tidak mempercayai Allah (Bilangan 20:12) dan dengan demikian "memberontak" terhadap perintah Allah (Bilangan 20:24). Pada saat yang kritis itu, Musa kehilangan iman dan ketaatannya, yang selalu menjadi tanggapan yang tepat atas firman Allah yang dinyatakan (bd. Ul 9:23; 1Sam 12:15; 1Raj 13:21; 2Raj 17:14; Mazm 106:33). Lagi pula, Musa tidak memperlakukan Allah sebagai Allah yang kudus dan layak, serta memilih untuk tidak takut kepada-Nya, dan tidak menaati perintah-Nya.
- 3) Melalui ayat-ayat ini Allah mengingatkan semua pelayan Injil bahwa tanggung jawab mereka untuk menaati firman Allah adalah lebih besar karena kedudukan dan pengaruh mereka. Sama seperti Musa menjadikan dirinya tidak layak menuntun bangsa Israel memasuki Kanaan, demikian pula dengan sikap tidak setia kepada perintah Allah maka hamba-hamba Allah dewasa ini dapat menjadikan diri tidak layak untuk selamanya dari bagian kepemimpinan tertentu (1Tim 3:1–7).[4]
- Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka. (TB)[7]
Kitab Keluaran 17, 40 tahun yang sebelumnya, Musa juga mencatat sebuah tempat bernama Meriba (Rafidim) secara sekilas. Namun di sini, di "Meriba dekat Kadesh di Padang Gurun Zin", Musa dan Harun berdosa yang menyebabkan mereka tidak akan masuk Kanaan. (Bilangan 27:12-14). Hal itu terjadi setelah Miryam meninggal. Tidak diketahui apakah Meriba Rafidim tersebut sama atau berbeda dengan Meriba Kadesh.
Perbandingan Keluaran 17 dan Bilangan 20:
- Di Masa dan Meriba (Rafidim) tidak ada air, dan bangsa Israel bertengkar dengan Musa. Di Meriba Kadesh tidak ada air, dan bangsa Israel bertengkar dengan Musa dan Harun
- Di Rafidim, Musa berseru kepada Tuhan, dan Tuhan menyuruh Musa membawa tua-tua Israel dan pergi memukul gunung batu (tsur) di Horeb dengan tongkat Musa, "dan dari dalamnya akan keluar air" (pada waktu itu Kemah Pertemuan belum dibuat). Di Kadesh, Musa dan Harun sujud di depan pintu Kemah Pertemuan, dan Tuhan menyuruh Musa dan Harun membawa tongkat (tidak dituliskan tongkat Musa atau tongkat Harun) dan mengumpulkan bangsa Israel, kemudian "[mengatakan] di depan mata mereka kepada bukit batu itu (cela) supaya diberi airnya"
- Di Rafidim, Musa mengikuti perintah Tuhan tanpa insiden, sementara di Kadesh, Musa tidak melakukan seperti yang diperintahkan, akibatnya ia dan Harun dihukum Tuhan.
Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka."
Tempat ini juga digunakan sebagai peringatan kepada Israel (Mazmur 81:8; 106:32). Rasul Paulus menggunakan tempat ini sebagai ilustrasi Kristus. (1 Korintus 10:1-4)
- Musa menanggalkan pakaian Harun dan mengenakannya kepada Eleazar, anaknya. Lalu matilah Harun di puncak gunung itu, kemudian Musa dengan Eleazar turun dari gunung itu.[8]
W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.