Eleazar (bahasa Ibrani: אֶלְעָזָר,ModernElʻazarTiberiasElʻāzār; "El (Allah) telah menolong"; bahasa Inggris:Eleazar atau Elazar) adalah seorang imam dari suku Lewi, Imam Besar Yahudi kedua, menggantikan ayahnya, Harun menurut catatan Alkitab Ibrani dan Perjanjian LamaAlkitabKristen. Ia adalah keponakan Musa. Ibunya bernama Eliseba, anak perempuan Aminadab, saudara perempuan Nahason, dari Suku Yehuda. Dua abangnya bernama Nadab dan Abihu, sedangkan adik laki-lakinya bernama Itamar.[1] Eleazar dan saudara-saudaranya ikut ayahnya ditahbiskan menjadi imam di gunung Sinai.[2] Eleazar, anak Harun, mengambil salah seorang anak perempuan Putiel menjadi isterinya dan perempuan ini melahirkan Pinehas baginya, yang kemudian menggantikannya menjadi Imam Besar.[3]
Eleazar mengerjakan sejumlah tugas sebagai imam selama dalam perjalanan orang Israel di padang gurun menuju ke tanah Kanaan.
Segera setelah abang-abangnya, Nadab dan Abihu, mati seketika oleh api hukuman Tuhan, ia dan adiknya, Itamar, meneruskan tugas sebagai imam, tanpa boleh berkabung atau berdukacita (bangsa Israel yang berkabung untuk mereka). Mereka tidak boleh pergi dari depan pintu Kemah Pertemuan, karena minyak urapan TUHAN ada di atas mereka.[4]
Waktu pertama kali bertugas, mereka membuat kesalahan dengan membiarkan kambing jantan korban penghapus dosa itu terbakar habis dan tidak sempat dimakan di tempat yang kudus. Sebab itu Eleazar dan Itamar dimarahi oleh Musa, tetapi kemudian diredakan oleh Harun, ayah mereka.[5]
Selama perjalanan, Eleazar menjadi pemimpin tertinggi orang-orang Lewi untuk mengawasi mereka yang memelihara barang-barang kudus.[6]
Ketika perkemahan akan berangkat, ia bersama Harun, ayahnya, dan Itamar, adiknya, harus masuk ke dalam Kemah Suci untuk menurunkan tabir penudung, dan menudungkannya kepada tabut hukum. Di atasnya mereka harus meletakkan tutup dari kulit lumba-lumba, dan di atasnya lagi mereka harus membentangkan sehelai kain yang seluruhnya ungu tua, kemudian mereka harus memasang kayu-kayu pengusung tabut itu. Lagipula di atas meja roti sajian mereka harus membentangkan sehelai kain ungu tua, dan di atasnya mereka harus meletakkan pinggan, cawan, piala dan kendi korban curahan; juga roti sajian harus tetap ada di atasnya. Di atas semuanya itu mereka harus membentangkan sehelai kain kirmizi, lalu menudungnya dengan tudung dari kulit lumba-lumba, kemudian mereka harus memasang kayu-kayu pengusung meja itu. Lalu mereka harus mengambil sehelai kain ungu tua dan menudungkannya kepada kandil untuk penerangan dengan lampu-lampunya, sepit-sepit dan penadah-penadahnya, dan segala perkakas minyaknya yang dipakai untuk mengurus kandil itu. Dan mereka harus meletakkannya dengan segala perkakasnya ke atas tudung dengan dari kulit lumba-lumba dan meletakkannya di atas usungan. Di atas mezbah dari emas itu mereka harus membentangkan sehelai kain ungu tua dan menudunginya dengan tudung dari kulit lumba-lumba, kemudian mereka harus memasang kayu-kayu pengusung mezbah itu. Lalu mereka harus mengambil segala perkakas yang dipakai untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, meletakkannya di atas sehelai kain ungu tua dan menudunginya dengan tudung dari kulit lumba-lumba, kemudian meletakkannya di atas usungan. Dan mereka harus membersihkan mezbah itu dari abu, lalu membentangkan sehelai kain ungu muda di atasnya, sesudah itu meletakkan di atasnya segala perkakasnya yang dipakai untuk mengurusnya, yakni perbaraan, garpu, penyodok, bokor penyiraman, segala perkakas mezbah itu, dan di atasnya mereka harus membentangkan tutup dari kulit lumba-lumba, kemudian mereka harus memasang kayu-kayu pengusung mezbah itu. Setelah Harun dan anak-anaknya selesai menudungi barang-barang kudus dan segala perkakas tempat kudus, pada waktu perkemahan akan berangkat, barulah orang Kehat boleh masuk ke dalam untuk mengangkat barang-barang itu.[7]
Eleazar juga bertanggung jawab atas minyak untuk penerangan, ukupan dari wangi-wangian, korban sajian yang tetap dan minyak urapan; ia bertanggung jawab atas segenap Kemah Suci dan segala isinya, yakni barang-barang kudus dan perabotannya.[8]
Ketika Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi dan kelompoknya memberontak terhadap Musa, sehingga mereka ditelan bumi, sedangkan 250 pengikutnya dibakar oleh Tuhan selagi memegang perbaraan persembahan ukupan, imam Eleazar diperintahkan untuk mengangkat perbaraan-perbaraan dari antara kebakaran itu, lalu menghamburkanlah api itu jauh-jauh, karena semuanya itu kudus, dan kemudian mengambil perbaraan-perbaraan tembaga yang telah dibawa oleh orang-orang yang terbakar itu, lalu ditempa menjadi salut mezbah.[9]
Untuk membuat air pentahiran, maka secara khusus, kepada imam Eleazar harus diberikan seekor lembu betina merah yang tidak bercela, yang tidak ada cacatnya dan yang belum pernah kena kuk. Lembu itu harus dibawa ke luar tempat perkemahan, lalu disembelih di depan imam. Kemudian imam Eleazar harus mengambil dengan jarinya sedikit dari darah lembu itu, lalu haruslah ia memercikkan sedikit ke arah sebelah depan Kemah Pertemuan sampai 7 kali. Sesudah itu haruslah lembu itu dibakar habis di depan mata imam; kulitnya, dagingnya dan darahnya haruslah dibakar habis bersama-sama dengan kotorannya. Dan imam haruslah mengambil kayu aras, hisop dan kain kirmizi dan melemparkannya ke tengah-tengah api yang membakar habis lembu itu. Kemudian haruslah imam mencuci pakaiannya dan membasuh tubuhnya dengan air, sesudah itu masuk ke tempat perkemahan, dan imam itu najis sampai matahari terbenam. Maka seorang yang tahir haruslah mengumpulkan abu lembu itu dan menaruhnya pada suatu tempat yang tahir di luar tempat perkemahan, supaya semuanya itu tinggal tersimpan bagi umat Israel untuk membuat air pentahiran; itulah penghapus dosa.[10]
Ketika Harun akan meninggal, Musa diperintahkan untuk membawa Harun dan Eleazar naik ke gunung Hor; Musa menanggalkan pakaian Harun dan mengenakannya kepada Eleazar, anaknya. Lalu matilah Harun di puncak gunung itu, kemudian Musa dengan Eleazar turun dari gunung itu.[11]
Menjelang masuk ke tanah Kanaan, di dataran Moab, di tepi sungai Yordan dekat Yerikho, Musa dan Eleazar diperintahkan untuk menghitung jumlah segenap umat Israel, yang berumur 20 tahun ke atas menurut suku mereka, semua orang yang sanggup berperang di antara orang Israel.[12]
Eleazar menemani Musa dalam mengadili perkara, termasuk kasus anak-anak perempuan Zelafehad.[13]
Ketika Yosua bin Nun diurapi untuk menggantikan Musa, untuk mengetahui kehendak Tuhan, Yosua harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan TUHAN; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu.[14]
Tentara Israel, yang baru menang berperang melawan orang Midian, pulang membawa orang-orang tawanan, rampasan dan jarahan itu kepada Musa dan imam Eleazar dan kepada umat Israel, ke tempat perkemahan di dataran Moab yang di tepi sungai Yordan dekat Yerikho. Lalu berkatalah imam Eleazar kepada para prajurit, yang telah pergi bertempur itu: "Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. Hanya emas dan perak, tembaga, besi, timah putih dan timah hitam, segala yang tahan api, haruslah kamu lakukan dari api, supaya menjadi tahir; tetapi semuanya itu haruslah juga disucikan dengan air penyuci; dan segala yang tidak tahan api haruslah kamu lalukan dari air. Lagipula kamu harus mencuci pakaianmu pada hari yang ketujuh, supaya kamu tahir, dan kemudian bolehlah kamu masuk ke tempat perkemahan." Kemudian Musa, imam Eleazar serta kepala-kepala puak umat itu menghitung jumlah rampasan yang telah diangkut, yang berupa manusia dan hewan. Setengah dari itu diserahkan kepada imam Eleazar, sebagai persembahan khusus bagi TUHAN. Lalu para pemimpin tentara, yakni kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, mempersembahkan sebagai persembahan kepada TUHAN apa yang didapat masing-masing, yakni barang-barang emas, gelang kaki, gelang tangan, cincin meterai, anting-anting dan kerongsang untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa mereka di hadapan TUHAN, semuanya barang-barang tempaan. Dan segala emas persembahan khusus yang dipersembahkan mereka kepada TUHAN, yakni yang dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, ada 16.750 syikal beratnya. Setelah Musa dan imam Eleazar menerima emas itu dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, maka mereka membawanya ke dalam Kemah Pertemuan sebagai peringatan di hadapan TUHAN untuk mengingat orang Israel.[15]
Sebelum Musa mati, Tuhan telah memberi perintah kepada Yosua dan imam Eleazar untuk membagikan tanah itu kepada suku-suku Israel sebagai milik pusaka, setelah mereka masuk ke tanah Kanaan.[16] Setelah Yosua selesai berperang merebut tanah Kanaan, maka milik pusaka tiap-tiap suku diperundikan di antara suku-suku orang Israel di Silo oleh imam Eleazar, oleh Yosua bin Nun dan oleh para kepala kaum keluarga di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan. Demikianlah diselesaikan mereka pembagian negeri itu.[17]
Eleazar bin Harun mati, dan dia dikuburkan di bukit yang diberikan kepada Pinehas, anaknya itu, di pegunungan Efraim.[18] Tempat ini sekarang diduga terletak di daerah desa Awarta, wilayah Samaria. Demi alasan keamanan, pemerintah Israel membatasi kunjungan ziarah bagi orang Yahudi hanya semalam sekitar tanggal 5 bulan Shevat (bulan Januari-Februari) pada kalender Yahudi.
Daud, bersama-sama imam Zadok dari bani Eleazar dan imam Ahimelekh dari bani Itamar, membagi-bagi imam-imam rombongan anak-anak Harun menurut jabatan mereka dalam penyelenggaraan ibadah. Ternyata bahwa di antara keturunan Eleazar ada lebih banyak kepala kaum daripada di antara keturunan Itamar, sebab itu orang membagi-bagi mereka sebagai berikut: untuk bani Eleazar 16 orang kepala puak, tetapi untuk bani Itamar 8 orang kepala puak. Dan orang membagi-bagi mereka dengan membuang undi tanpa mengadakan perbedaan, sebab ada "pemimpin-pemimpin kudus" dan "pemimpin-pemimpin Allah", baik di antara keturunan Eleazar maupun di antara keturunan Itamar. Dan Semaya bin Netaneel, panitera itu, seorang Lewi, menulis nama mereka di depan raja, di depan pembesar-pembesar, imam Zadok, Ahimelekh bin Abyatar dan di depan kepala-kepala puak para imam dan orang Lewi; setiap kali satu puak diambil dari Eleazar, dan demikian pula satu puak dari Itamar.[19]
Inilah nomor urut giliran tugas yang diperoleh dari undian untuk ke-24 kelompok itu:[20]
Yozadak bin Seraya turut diangkut ketika TUHAN membiarkan orang Yehuda dan Yerusalem diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar.[24]
Di antara yang pertama kali kembali dari pembuangan, adalah imam keturunan Eleazar, yaitu Ezra bin Seraya bin Azarya bin Hilkia bin Salum bin Zadok bin Ahitub bin Amarya bin Azarya bin Merayot bin Zerahya bin Uzi bin Buki bin Abisua bin Pinehas bin Eleazar bin Harun, yaitu Harun imam kepala.[25] Ezra ini, yang menyusun Kitab Ezra, berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia.[26] Rupanya ia adalah saudara Imam Besar Yozadak bin Seraya yang turut diangkut ke Babel.
Kemudian Imam Besar yang kembali dari pembuangan, juga keturunan Eleazar:
Yesua bin Yozadak, ~515-490 SM, setelah perbaikan Bait Suci.
Yoyada bin Elyasib, ~ 433-410 SM (Seorang putranya menikah dengan putri Sanbalat orang Horoni, sehingga diusir ke luar dari Bait Suci oleh Nehemia)[28]
Yonatan bin Yoyada, ~ 410-371 SM
Yadua bin Yonatan, ~ 371-320 SM,[29] dalam zaman pemerintahan Iskandar Agung (Alexander the Great). Beberapa mengidentifikasikannya sebagai Simeon yang Adil (Simeon the Just).
Jabatan Imam Besar berada pada keluarga Pinehas bin Eleazar, tetapi tanpa alasan yang jelas kemudian berpindah ke keluarga Itamar pada zaman imam Eli. Menurut sumber Samaria, terjadi perang saudara antara keturunan Itamar dan Pinehas bin Eleazar, yang menyebabkan perpecahan antara orang-orang yang mengikuti imam Eli dan Imam Besar Uzi bin Buki di Gunung Gerizim, dekat Betel, serta mereka yang tidak mengikuti keduanya. Keturunan imam Eli dari keluarga Itamar terus menjadi Imam Besar, sampai akhirnya Imam Besar Abyatar, keturunan ke-4 dari Eli, dicopot jabatannya oleh raja Salomo dan diberikan kembali kepada imam Zadok dari keluarga Eleazar.[30] Hal ini memenuhi nubuat atas keluarga Eli yang disampaikan antara lain melalui Samuel.[31]
Menurut sumber Samaria yang sama, keturunan Imam Besar dari keluarga Pinehas terputus tahun 1624 M, dengan matinya Imam Besar ke-112, Shlomyah ben Pinhas, sehingga jabatan ini dipindahkan lagi kepada keluarga Itamar. Pada tahun 2009, Imam Besar orang Samaria adalah Elazar ben Tsedaka ben Yitzhaq.
Eleazar diperingati sebagai santo dalam Gereja Ortodoks Timur setiap tanggal 2 September, dan sebagai salah satu Bapa Kudus dalam Gereja Apostolik Armenia setiap tanggal 30 Juli.