Remove ads
pelatih dan pemain sepak bola Italia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Antonio Conte (pelafalan dalam bahasa Italia: [anˈtɔːnjo ˈkonte];[3][4] lahir 31 Juli 1969) adalah pelatih dan mantan pemain sepak bola profesional Italia yang saat ini menjadi pelatih klub Serie A, Napoli.
Conte pada 2015 | |||
Informasi pribadi | |||
---|---|---|---|
Tanggal lahir | 31 Juli 1969 | ||
Tempat lahir | Lecce, Italia | ||
Tinggi | 178 cm (5 ft 10 in)[2] | ||
Posisi bermain | Gelandang | ||
Karier junior | |||
Lecce | |||
Karier senior* | |||
Tahun | Tim | Tampil | (Gol) |
1985–1992 | Lecce | 89 | (1) |
1992–2004 | Juventus | 295 | (29) |
Total | 384 | (30) | |
Tim nasional | |||
1994–2000 | Italia | 20 | (2) |
Kepelatihan | |||
2006–2007 | Arezzo | ||
2007–2009 | Bari | ||
2009–2010 | Atalanta | ||
2010–2011 | Siena | ||
2011–2014 | Juventus | ||
2014–2016 | Italia | ||
2016–2018 | Chelsea | ||
2019-2021 | Inter Milan | ||
2021–2023 | Tottenham Hotspur | ||
2024– | Napoli | ||
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik |
Berposisi sebagai gelandang, Conte memulai karirnya di klub lokal Lecce dan kemudian menjadi salah satu pemain paling berprestasi dan berpengaruh dalam sejarah Juventus setelah memenangkan, antara lain, lima gelar Serie A, satu Coppa Italia , satu Liga Champions UEFA dan satu Piala UEFA, juga menjadi kapten tim dari tahun 1996 hingga 2001. Dia juga bermain untuk tim nasional Italia dan menjadi peserta di Piala Dunia FIFA 1994 dan UEFA Euro 2000, di mana, pada kedua kesempatan, Italia menjadi runner-up ke atas.
Karir manajerialnya dimulai pada tahun 2006, memimpin Bari meraih gelar Serie B, dan Siena untuk promosi dari divisi yang sama dua tahun kemudian. Dia mengambil alih Juventus pada tahun 2011 dan memenangkan tiga gelar Serie A berturut-turut sebelum mengambil alih tim nasional Italia pada tahun 2014 hingga UEFA Euro 2016 di mana dia memimpin mereka ke perempat final. Dia kemudian menjadi manajer Chelsea dan memimpin mereka meraih gelar Premier League di musim pertama sebagai pelatihnya, kemudian memenangkan Piala FA di musim keduanya tetapi dipecat karena mereka finis kelima di liga. Conte bergabung Inter Milan setahun kemudian, memimpin tim ke final Liga Eropa UEFA di musim pertamanya, kemudian memenangkan gelar Serie A 2020-21 di musim keduanya sebelum mengundurkan diri atas persetujuan bersama. Dia bergabung dengan Tottenham Hotspur pada November 2021, namun hengkang pada Maret 2023, atas persetujuan bersama.
Conte dipuji karena mempopulerkan kembali formasi 3–5–2 setelah penggunaannya sangat terbatas sejak masa kejayaannya di Piala Dunia 1990.
Conte mengawali karier sebagai pemain sepak bola saat ia menjadi anggota tim primavera (pemain muda) dari Lecce pada tahun 1985. Ia kemudian masuk ke tim utama Lecce yang berlaga di Serie A pada tanggal 6 April 1986 dalam usia 16 tahun ketika Lecce bertemu Pisa. Gol pertamanya di Serie A ia cetak pada November 1989 saat Lecce melawan Napoli yang berkesudahan dengan skor 3-2 untuk Lecce.
Pada jendela transfer musim dingin tahun 1991, Conte pindah ke Juventus. Debut pertamanya sebagai pemain Juventus terbilang istimewa karena ia langsung dimainkan saat melawan Torino dalam Derby della Mole pada tanggal 17 November.[5][6] Dengan cepat Conte berkembang di Juve dan menjadi salah satu pemain yang sukses membawa Juve juara Piala UEFA musim 1992-93. Setelah itu gelar lainnya menyusul, terlebih saat Juve ditangani Marcello Lippi. Conte berhasil meraih gelar Scudetto, Liga Champions, Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental saat Juve ditangani Lippi. Pada tahun 1996 menyusul hengkangnya Gianluca Vialli dan Fabrizio Ravanelli, Conte dipromosikan menjadi kapten tim Juventus.
Carlo Ancelotti datang ke Turin pada musim 1999-2000 sebagai pelatih baru Juventus. Kehadiran Ancelotti sebagai pelatih kemudian sedikit demi sedikit menggeser peran Conte di lini tengah yang saat itu lebih banyak dipercayakan kepada Edgar Davids. Saat Lippi kembali melatih Juve pada musim 2001-02, Conte kemudian tergusur sebagai kapten Juventus oleh Alessandro Del Piero.[7] Conte menjadi sosok kuat di lini tengah Juve bersama Gianluca Zambrotta dan Pavel Nedved di bawah era kepelatihan Lippi yang kedua. Dua gelar Scudetto lainnya menyusul setelah Juventus tampil impresif di musim 2001-02 dan 2002-03. Conte pun nyaris saja mengantarkan Juventus meraih gelar Liga Champions pada musim 2002-03 sebelum akhirnya kalah lewat adu penalti melawan AC Milan.
Musim 2003-04 menjadi musim terakhir Conte sebagai pemain. Pertandingan terakhirnya di Serie A adalah ketika melawan Internazionale pada 4 April 2004. Sementara pertandingan Eropa terakhirnya adalah ketika Juventus bertemu Deportivo La Coruna pada 25 Februari 2004. Selama tiga belas tahun kariernya di Turin, Conte memenangkan lima gelar Scudetto (1995, 1997, 1998, 2002, 2003), satu Piala UEFA (1993), dan satu Liga Champions ketika Juventus mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti tahun 1996.
Karier Antonio Conte bersama timnas Italia tidak telalu gemilang jika dibandingkan dengan kariernya di klub. Conte hanya dua kali ikut serta dalam turnamen besar, yaitu di Piala Dunia 1994 dan Piala Eropa 2000,[8] ketika di dua turnamen tersebut, Italia kandas di babak final. Sementara di Piala Eropa 1996, Conte tidak dipanggil oleh timnas dikarenakan cedera.[9]
Di Piala Eropa 2000, Conte berduet dengan Demetrio Albertini. Ia tampil cukup impresif terutama saat melawan Turki.[10] Namun di perempat final saat melawan Romania, Conte terpaksa harus keluar lapangan usai ditekel keras oleh Gheorghe Hagi.[11]
Setelah pensiun dari bermain, Conte bekerja sebagai asisten manajer Siena bersama Luigi De Canio untuk musim 2005-06. Pada Juli 2006, ia ditunjuk sebagai pelatih tim Serie B, Arezzo. Setelah serangkaian hasil yang mengecewakan, ia dipecat pada 31 Oktober 2006.
Pada 13 Maret 2007, Conte diangkat kembali sebagai pelatih kepala Arezzo karena pendahulunya Maurizio Sarri gagal mencapai kemajuan yang signifikan saat klub terperosok dalam perjuangan degradasi. Dia kemudian memimpin tim meraih lima kemenangan berturut-turut, mengamankan 19 poin dari 7 pertandingan, yang memungkinkan tim Tuscan untuk menutup kesenjangan poin antara mereka dan keselamatan. Meskipun terjadi perubahan performa, Arezzo terdegradasi ke Serie C1 pada hari terakhir musim liga, finis satu poin di belakang Spezia.
Pada tanggal 27 Desember 2007, Conte ditunjuk oleh Bari untuk menggantikan Giuseppe Materazzi untuk paruh kedua kampanye Serie B 2007-08 mereka. Dia menyaksikan peningkatan performa yang signifikan, memimpin tim keluar dari pertarungan degradasi dan menempatkan mereka dengan nyaman di papan tengah klasemen. Musim berikutnya, 2008–09, Bari dinobatkan sebagai juara Serie B, dan dipromosikan ke Serie A untuk musim 2009–10, penghargaan besar pertama Conte sebagai manajer.
Pada bulan Juni 2009, setelah berminggu-minggu rumor mengaitkan Conte dengan posisi manajerial yang kosong di Juventus, pada prinsipnya dia menyetujui perpanjangan kontrak agar dia tetap di Bari untuk musim baru. Pada tanggal 23 Juni, Bari mengumumkan bahwa mereka telah membatalkan kontrak dengan Conte dengan persetujuan bersama.
Setelah Claudio Ranieri dipecat oleh Juventus, Conte kembali dilaporkan menjadi calon penggantinya. Sesaat sebelum pemecatan Ranieri, Conte telah mengumumkan ambisinya untuk menjadi pelatih Juventus pada tahap tertentu dan yakin dia siap untuk tuntutan peran tersebut. Sekali lagi, Juventus menolak merekrut mantan gelandang mereka dan malah menunjuk Ciro Ferrara.
Pada 21 September 2009 Atalanta menunjuk Conte sebagai pelatih menggantikan Angelo Gregucci.[12] Setelah awal musim yang baik, tim Atalanta besutan Conte mulai menemukan krisis di bulan November yang kemudian menyebabkannya diprotes oleh sebagian tifosi Atalanta. Conte juga bahkan sempat bermasalah dengan para ultras resmi klub.
Pada tanggal 6 Januari 2010, Conte berulang kali diolok-olok oleh fans Atalanta dalam pertandingan kandang melawan Napoli yang berakhir pada kekalahan 0-2 atas tim tamu. Satu grup kepolisian sempat diturunkan kelapangan beberapa detik usai pertandingan untuk menghalau fans yang mencoba mengkonfrontasi Conte.[13] Hari berikutnya, Conte menyatakan pengunduran dirinya dari jabatan pelatih dan meninggalkan klub Bergamo tersebut di posisi 19 klasemen.[14]
Conte diangkat sebagai pelatih kepala baru Siena di bulan Mei 2010 dengan harapan bisa membawa klub tersebut promosi ke Serie A.[15] Conte berhasil melakukan tugasnya dengan baik dan sukses membawa Siena promosi ke Serie A musim 2011-2012 setelah finis di posisi kedua klasemen akhir.[16]
Bulan Mei 2011, direktur teknik Juventus, Giuseppe Marotta mengumumkan bahwa Antonio Conte akan kembali ke Juventus dengan posisi sebagai pelatih kepala menggantikan Luigi Delneri yang gagal membawa juventus Juara Liga Italia dan ke kompetisi eropa karena hanya finis di posisi 7 klasemen akhir seri A 2011. Conte diikat kontrak oleh Juventus selama dua musim sampai akhir musim 2012-13.[17][18] Karena menjadi pemain Juventus di sebagian besar kariernya, Conte dicintai oleh pendukung setia Bianconeri. Ia pun disambut dengan meriah oleh para Juventini saat hari penandatanganan kontraknya.[19]
Debut resmi Conte sebagai pelatih Juventus di Serie A di mulai pada tanggal 11 September 2011. Ia langsung mendapat kemenangan pertamanya dengan mengalahkan Parma 4-1 di Juventus Stadium.[20] Pada 18 September 2011 Conte berhasil mengalahkan tuan rumah yang juga mantan klub asuhannya, Siena dengan skor 0-1.
Pada tanggal 25 Oktober 2011 yang juga merupakan pekan kesembilan, Juventus berhasil menang 2-1 melawan ACF Fiorentina. Juve pun mantap berada di posisi teratas klasemen sepanjang sembilan pekan, yang pertama dan terlama sejak musim 2005-06 saat dilatih Fabio Capello.[21] Kemenangan tandang di Lecce pada tanggal 8 Januari 2012 membuat sejarah baru bagi Conte dan Juventus yang tidak terkalahkan sepanjang 17 pertandingan dan menyamai catatan lama Juve di musim 1949-50. Sempat ditahan imbang melawan Cagliari dengan skor 1-1, Juve memastikan gelar juara paruh musim usai mengalahkan tuan rumah Atalanta 0-2 dan menutup paruh pertama musim dengan raihan 11 kemenangan dan 8 kali imbang.[22]
Terlepas dari banyaknya hasil imbang yang diraih Conte bersama Juve selama musim 2011-12,[23] ia tetap mendapatkan pujian dari beberapa mantan pemain dan pelatih sepak bola Italia dan membandingkannya dengan pelatih Real Madrid Jose Mourinho.[24] Conte dinilai sukses mengembangkan reputasi seperti Mourinho yang selalu haus akan kemenangan dan kemampuannya menjalin komunikasi dengan para pemainnya.[24] Berbeda dengan Mourinho yang cenderung hati-hati dan memainkan sepak bola negatif, Conte lebih suka bermain menyerang dengan formasi 4-3-3 dan 3-5-2 yang menjadi formasi paling sering digunakan dalam era Conte di Turin.[25]
Pada tanggal 6 Mei 2012, Antonio Conte berhasil mengantarkan Juventus meraih Scudetto ke-28 (atau ke-30 secara keseluruhan) usai mengalahkan Cagliari 2-0 dengan satu pertandingan tersisa.[26][27] Conte pun mencatat beberapa rekor di musim debutnya menangani Juventus, diantaranya rekor tidak terkalahkan sampai pekan terakhir Liga Italia (tim pertama italia sejak Musim Kompetisi Serie A yang berjumlah 20 club / 38 pekan ), melaju ke final Coppa Italia (pertama sejak Marcello Lippi di 2004) dan mengalahkan Internazionale dua kali dalam Derby D'Italia (pertama sejak Fabio Capello di 2005-06). Satu-satunya kekalahan yang Conte alami di musim 2011-12 adalah saat dikalahkan Napoli 2-0 dalam final Coppa Italia. Di Ajang Piala Super Italia yang diadakan di stadium "Bird Nest"- Beijing 11 Agustus 2012, conte mempunyai andil mempersembahkan trofi yang ke-5 sepanjang sejarah juventus setelah mengalahkan Napoli dengan skor 4-2 melalui perpanjangan waktu 2x15 menit.Karena skor kedua tim imbang 2-2 di waktu normal pertandingan ( 90 Menit ). Walaupun dia tidak bisa menemani dan memimpin tim selama pertandingan dan di gantikan oleh direktur teknis primavera massimo carrera, yang dikarenakan skorsing. Selama 10 bulan yang diberikan oleh pengadilan atas kasus scommessopoli yang melibatkan conte sewaktu menangangani siena. (dengan dakwaan: Mengetahui Ada pengaturan skor, tetapi tidak memberitahu pihak yang berwenang). semangat pemain juventus tidak mengendur, yang dimana malah semakin melecut semangat pasukan dari " La Vecchia Signora " untuk memberikan hadiah yang terbaik untuk sang pelatih dan juga merupakan Gelar Piala Super Italia yang Ke-5 untuk Juventus sepanjang sejarah.[28]
Pada akhir musim Serie A 2011-12 Antonio Conte dituduh terlibat dalam kasus pengaturan skor di Liga Italia Serie B musim 2010-11 (yang kemudian dikenal dengan istilah scommessopoli) oleh mantan anak asuhnya di klub Siena, Filippo Carobbio.[29] Berbekal penuturan ini, polisi Italia kemudian menggelar investigasi mendalam, termasuk menggeledah rumah Conte untuk menemukan bukti-bukti terkait kasus ini.[30] Conte sendiri membantah keras perihal keterlibatan dirinya dalam kasus scommessopoli, meskipun presiden Juventus, Andrea Agnelli mempersilakan pihak berwajib untuk menginvestigasi dan mengusut tuntas siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut.[31] l Musim Baru Antonio Conte Resmi bergabung dengan Raksasa London yaitu Chelsea FC Conte diharapkan sukses di The blues dan memberikan gelar juara di Liga Inggris
Juventus[32]
Italia
Bari[34]
Juventus[34]
Chelsea
Inter Milan
Individu
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.