Skisma Timur–Barat
From Wikipedia, the free encyclopedia
Skisma Timur–Barat, yang disebut pula Skisma Akbar, Skisma Besar, dan Skisma Tahun 1054, adalah retaknya persekutuan dua kubu Kristen yang kini bernama Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur. Keretakan ini berlanjut sampai abad ke-11.[1] Skisma Timur–Barat adalah muara dari ketidakrukunan teologi dan politik antara Gereja Timur dan Gereja Barat yang muncul dan membesar berabad-abad sebelumnya.
Bagian dari seri tentang |
Kekristenan |
---|
Topik terkait |
Portal Kristen |
Meskipun biasanya dikatakan terjadi pada tahun 1054, Skisma Timur–Barat sebenarnya adalah akibat dari keterasingan antara dunia Kristen Latin dan Yunani yang berlangsung lama. Sebab-musabab skisma ini adalah permasalahan otoritas paus—Paus Leo IX mengklaim bahwa dia memegang otoritas atas empat patriark Timur—serta permasalahan klausa filioque yang disisipkan ke dalam Kredo Nicea oleh Gereja Barat. Umat Ortodoks Timur sekarang ini mengklaim bahwa primasi Patriark Roma bersifat kehormatan belaka, dan bahwa dia memiliki otoritas hanya atas keuskupannya serta tidak memiliki otoritas untuk mengubah keputusan-keputusan konsili-konsili ekumenis. Ada pula beberapa katalis lainnya yang kurang penting dari skisma tersebut, termasuk perbedaan dalam praktik-praktik liturgis dan klaim-klaim yurisdiksi yang tumpang-tindih.
Gereja terpecah dalam hal doktrin, teologi, linguistik, politik, serta geografi, dan perpecahan fundamental tersebut belumlah pulih. Dapat dikatakan bahwa kedua Gereja telah dipersatukan kembali pada tahun 1274 (oleh Konsili Lyons II) dan pada tahun 1439 (oleh Konsili Basel), tetapi dalam tiap kasus konsili-konsili tersebut dimentahkan kembali oleh pihak Ortodoks secara keseluruhan, dengan alasan bahwa para uskup Gereja Timur telah melampaui otoritas mereka dengan memberi kata setuju untuk bersatu kembali. Upaya-upaya selanjutnya untuk mempersatukan kembali kedua belah pihak telah gagal.