Loading AI tools
satuan militer Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau biasa disingkat Kostrad adalah bagian dari Komando Utama tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat. Kostrad merupakan satuan elit TNI inisiasi Jenderal Abdul Haris Nasution.
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan hingga 11 November 2024. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat | |
---|---|
Aktif | 6 Maret 1961 |
Negara | Indonesia |
Tipe unit | Pasukan Strategi Khusus Angkatan Darat |
Peran |
|
Jumlah personel | Rahasia |
Bagian dari | TNI Angkatan Darat |
Markas | Jakarta Pusat |
Julukan | Cakra |
Moto | Yudha Nirbaya Bhakti |
Baret | HIJAU TUA |
Himne | "Jadi tentara adalah Bhakti Kami" |
Pertempuran |
|
Situs web | kostrad |
Tokoh | |
Panglima | Letnan Jenderal TNI Mohamad Hasan |
Kepala Staf | Mayor Jenderal TNI Syafrial |
Inspektur | Mayor Jenderal TNI Choirul Anam |
Kepala Kelompok Staf Ahli | Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari |
Kostrad memiliki jumlah pasukan yang dirahasiakan dan selalu siap untuk beroperasi atas perintah Panglima TNI kapan saja. Saat ini Kostrad terdiri dari tiga Divisi:
TNI Angkatan Darat memiliki dua satuan elit, yakni Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). KOSTRAD adalah satuan tempur utama milik TNI AD, sedangkan KOPASSUS satuan dengan kemampuan spesifikasi khusus milik TNI AD.
Markas Kostrad berada di Jl. Merdeka Timur No. 03 Jakarta Pusat.
Gagasan dibentuknya Kostrad tercetus dari Kasad Jenderal TNI A.H. Nasution pada tahun 1960, dengan keluarnya Skep Kasad No. KPTS.1067/12/1960 tgl. 27 Desember 1960, yang dipicu masalah Irian Barat yang pada waktu itu masih menjadi sengketa dengan Belanda.
Menanggapi Surat Keputusan Kasad dalam operasi merebut Irian Barat, akhirnya pada 6 Maret 1961 ditetapkan sebagai hari lahirnya Cadangan Umum Angkatan Darat (Caduad). Ketika itu Mayjen TNI Soeharto ditunjuk menjadi Panglima Korra I Caduad. Caduad kelak berubah menjadi Komando Strategis Angkatan Darat atau Kostrad.
Caduad lantas dilebur menjadi Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 15 Agustus 1963. Soeharto tetap menjadi panglimanya dan biasa disebut Pangkostrad. Di sekitar tahun 1965, Kostrad tidak punya pasukan tetap. Prajurit-prajurit cadangan Kostrad selalu dipinjam dari komando-komando daerah (kodam-kodam).
Orang-orang yang terlibat dalam pendiriannya, selain Brigjen TNI Soeharto, adalah Kolonel Achmad Wiranatakusumah yang belakangan jadi kepala staf, Letnan Kolonel Slamet Sudibyo dan Kapten Suryo Jatmiko yang ditugasi menyusun Orgas Personel, Letnan Kolonel Muwardi yang ditugasi menyusun Orgas Teritorial, Letnan Kolonel Amir Mahmud yang ditugasi menyusun Orgas Latihan dan Operasi, Letnan Kolonel Soegoro yang ditugasi menyusun Orgas Logistik, dan Mayor Joko Basuki yang ditugasi menyusun Orgas Intelijen.
Cikal bakal Kostrad berasal ketika Indonesia pertama kali berurusan dengan isu kemerdekaan Irian Barat pada tahun 1960. Kostrad kemudian dibentuk pada 6 Maret 1961 dengan nama Korps Tentara Ke-1 / Cadangan Umum Angkatan Darat (KORRA I / CADUAD), berdasarkan surat keputusan Men/pangad No. ML/KPTS 54/3/1961. Sebagai kesatuan yang paling muda, Kostrad merupakan inti kekuatan Komando Mandala (operasi trikora atau pembebasan Irian Barat). Kemudian berganti nama menjadi Kostrad pada tahun 1963.
Mayor Jenderal Soeharto (yang kemudian menjadi Presiden Indonesia) dipercaya sebagai orang pertama yang menjabat Panglima Kostrad (Pangkostrad). Pada tanggal 1 April 1998 Panglima Kostrad dijabat oleh Letnan Jenderal Prabowo Subianto yang merupakan anak mantu Soeharto.
Selama masa Orde Baru, Korps baret hijau ini tidak pernah absen dari berbagai operasi militer di Indonesia, seperti penumpasan Gerakan 30 September, Operasi Trisula, PGRS (Sarawak People's Guerrilla Force) di Sarawak, PARAKU (North Kalimantan People's Force) di Kalimantan Utara dan Operasi Seroja di Timor Timur. Kostrad juga dilibatkan pada tingkat internasional dengan diberangkatkannya pasukan Garuda di Mesir (1973-1978) dan Vietnam (1973-1975) serta dalam operasi gabungan sebagai pasukan penjaga perdamaian dalam perang Iran-Irak antara 1989 dan 1990.
Tahun 1984 Pangkostrad bertanggung jawab langsung kepada Panglima ABRI dalam operasi-operasi pertahanan dan keamanan.
Sekarang ini Kostrad memiliki kekuatan pasukan sekitar 35.000 sampai 40.000 tentara dengan tiga divisi infanteri yaitu Divisi I yang bermarkas di Cilodong, Depok, Jawa Barat, Divisi II yang bermarkas di Singosari, Malang, Jawa Timur, dan Divisi III yang bermarkas di Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan. Setiap divisi memiliki brigade lintas udara dan brigade infanteri.
Berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor: Kep/09/III/1985 tanggal tanggal 6 Maret 1985 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan tugas Komando Cadangan Strategis TNI AD (Kostrad), diatur bahwa Kostrad sebagai Komando Utama Pembinaan berkedudukan langsung di bawah Kasad, sedangkan sebagai Komando Utama Operasional Kostrad berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI. Kostrad bertugas pokok membina kesiapan operasional atas segenap jajaran Komandonya dan menyelenggarakan Operasi Pertahanan Keamanan tingkat strategis sesuai dengan kebijaksanaan Panglima TNI. Guna melaksanakan tugas tersebut Kostrad menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi utama dalam pengembangan kekuatan, pertempuran dan administrasi, fungsi organik militer baik intelijen, operasi dan latihan, pembinaan personel, logistik, dan teritorial serta fungsi organik pembinaan dalam perencanaan, pengendalian dan pengawasan.
Pada bidang organisasi, Kostrad memiliki struktur organisasi yang ditetapkan oleh Kepala Staf TNI-AD berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor: Kep/9/03/85 tanggal 6 Maret 1985. Kostrad dipimpin oleh seorang Pangkostrad berpangkat Letnan Jenderal TNI. Dalam tugas sehari-hari Pangkostrad dibantu oleh seorang Kepala Staf berpangkat Mayor Jenderal TNI, unsur pembantu pimpinan yakni Staf Pribadi (Spri), Inspektorat Kostrad (Ir Kostrad), dan Staf Umum Kostrad yaitu para Asisten Kepala Staf yang berfungsi sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan masing-masing bidang kegiatan. Sedangkan unsur pelaksana pada Kostrad terdiri dari Badan Pelaksana (Balak), Satuan tempur (Satpur), dan Satuan Bantuan Tempur (Satbanpur).
Berdasarkan Petunjuk pelaksanaan Panglima Kostrad Nomor : Juklak/1/03/2016 tanggal 15 Maret 2016 tentang ketentuan pemberian dan penggunaan Brevet Cakra bagi personil militer Kostrad, maka terhitung mulai tanggal 15 Maret 2016 seluruh personil militer Kostrad dan mantan prajurit Kostrad berhak menggunakan Brevet Cakra. Dan untuk personil militer yang baru masuk Kostrad wajib mengikuti latihan Cakra yang diselenggarakan secara terpusat.[1]
Pelaksanaan latihan Cakra merupakan bentuk standarisasi latihan yang dilakukan Kostrad untuk memperoleh prajurit yang berkemampuan khusus. Setiap prajurit Kostrad sejatinya memang dituntut untuk memiliki kualifikasi sebagai prajurit yang mahir dalam menembak dan berperang. Peserta latihan adalah prajurit-prajurit pilihan yang telah lolos seleksi dan memenuhi syarat untuk mengikuti latihan standardisasi prajurit Kostrad. Mereka akan digembleng selama lebih kurang 3 bulan yang dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu tahap 01 atau tahab basis selama 7 minggu bertempat di Cilodong, tahap 02 atau tahap hutan gunung selama 3 minggu bertempat di daerah Jati Luhur, Latihan Kostrad Gunung Sanggabuana, Karawang dan Tegalwaru, Karawang dan tahap 03 atau tahap rawa laut selama 2 minggu bertempat di pantai Cileuteuh Palampang, Sukabumi, Jawa Barat. Saat ini latihan standardisasi "Cakra" Kostrad sudah memasuki tiap gelombang.
Salah satu nama terkenal yang pernah menjabat di Kostrad adalah Mayjen TNI Soeharto, yang kemudian menjadi Presiden RI. Lalu ada pula Letjen TNI Prabowo Subianto. Saat ini, jabatan Pangkostrad dijabat Letjen TNI Mohamad Hasan
Saat ini kekuatan Kostrad terbagi menjadi 3 Divisi yakni, (Divif 1/Kostrad) di Cilodong, Depok, Jawa Barat, (Divif 2/Kostrad) di Singosari, Malang, Jawa Timur dan (Divif 3/Kostrad) di Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Panglima Divisi Perwira Tinggi Bintang dua (Mayor Jenderal TNI).
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.