Loading AI tools
Penyanyi dan pencipta lagu campursari dan congdut dari Surakarta Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Didik Prasetyo[1] (31 Desember 1966 – 5 Mei 2020 ),[1][2] lebih dikenal dengan nama panggung Didi Kempot (Hanacaraka: ꦝꦶꦝꦶꦏꦼꦩ꧀ꦥꦺꦴꦠ꧀), adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu campursari dan congdut dari Surakarta. Ia merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Hadi Wiranto (Ranto Edi Gudel) (dikenal sebagai Mbah Ranto). Dan suami dari penyanyi asal Makassar Dian Ekawati, serta adik kandung dari pelawak senior Srimulat, Mamiek Prakoso.
Didi Kempot ꦝꦶꦝꦶꦏꦼꦩ꧀ꦥꦺꦴꦠ꧀ | |
---|---|
Informasi latar belakang | |
Nama lahir | Didik Prasetyo |
Nama lain |
|
Lahir | Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia | 31 Desember 1966
Meninggal | 5 Mei 2020 53) Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia | (umur
Genre | |
Pekerjaan | |
Instrumen | Vokal, gitar, ukulele, kendang |
Tahun aktif | 1984–2020 |
Label | |
Artis terkait |
|
Beberapa lagu yang ia tulis bertemakan patah hati dan kehilangan. Ia sengaja memilih tema tersebut karena rata-rata orang pernah mengalaminya dan ingin dekat dengan masyarakat, juga menjadi alasan Didi Kempot menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik lagunya.[3]
Kini, Didi Kempot banyak diminati oleh kalangan muda dari berbagai daerah yang menyebut diri mereka sebagai "Sad Boys" dan "Sad Girls" yang tergabung dalam komunitas Sobat Ambyar dan mendaulat Didi Kempot sebagai "Godfather of Broken Heart" dengan panggilan "Lord Didi". Julukan tersebut berawal dari beberapa lagu-lagu Didi Kempot yang menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.[4]
Didik Prasetyo lahir dari keluarga seniman. Ayahnya, Hadi Suranto (Ranto Edi Gudel), adalah pemain ketoprak yang berasal dari Kota Surakarta, sedangkan ibunya, Umiyati Siti Nurjanah adalah pesindhen yang berasal dari Kecamatan Kedunggalar, Ngawi.[5] Kakaknya adalah Lilik Subagyo (kurang aktif di dunia seni) dan Mamiek Prakoso (pelawak Srimulat), dan adiknya Eko Gudel (pemain ketoprak serta penari latar dalam video-video musik Didi Kempot).[6]
Didi Kempot memulai kariernya pada 1984 sebagai musisi jalanan. Dengan alat musik ukulele dan kendhang, Didi Kempot mulai mengamen di kota kelahirannya, Surakarta, selama tiga tahun.[7]
Pada 1987, Didi Kempot memulai kariernya di Jakarta. Ia kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, maupun Senin. Dari situ, terbentuk julukan "Kempot" yang merupakan kependekan dari "Kelompok Pengamen Trotoar" yang menjadi nama panggungnya hingga saat ini.
Sembari mengamen di Jakarta, Didi Kempot dan temannya mencoba rekaman. Kemudian, mereka menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik di Jakarta. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya mereka berhasil menarik perhatian label Musica Studio's. Tepat pada tahun 1989, Didi Kempot mulai meluncurkan album pertamanya. Salah satu lagu andalan di album tersebut adalah "Cidro".
Lagu "Cidro" diangkat dari kisah asmara Didi yang pernah gagal.[8] Jalinan asmara yang ia jalani bersama kekasih tidak disetujui oleh orang tua wanita tersebut. Itulah yang membuat lagu "Cidro" begitu menyentuh hingga membuat pendengar terbawa perasaan. Sejak saat itulah Didi Kempot mulai sering menulis lagu bertema patah hati.[7]
Pada 1993, Didi Kempot mulai tampil di luar negeri, tepatnya di Suriname. Lagu "Cidro" yang dibawakan sukses meningkatkan pamornya sebagai musisi terkenal di Suriname.
Setelah Suriname, Didi Kempot lanjut menginjakkan kakinya di Eropa. Pada 1996, ia mulai menggarap dan merekam lagu berjudul "Layang Kangen" di Rotterdam, Belanda. Kemudian, Didi Kempot pulang ke Indonesia pada 1998 untuk memulai kembali profesinya sebagai musisi. Tak lama setelah pulang kampung pada awal era reformasi, ia mengeluarkan lagu berjudul "Stasiun Balapan".
Kembalinya Didi Kempot ke Indonesia ternyata membuat kariernya semakin populer. Hal itu dibuktikan dengan keluarnya lagu-lagu baru di awal 2000-an.
Didi Kempot kembali terkenal setelah mengeluarkan lagu berjudul "Kalung Emas" pada 2013 dan "Suket Teki" pada 2016. Lagu tersebut mendapatkan apresiasi yang tinggi dari warga Indonesia.[7]
Pada 11 April 2020, ia menggelar konser siaran langsung dari rumah dan mengumpulkan donasi sebesar Rp7,6 miliar untuk melawan COVID-19. Pada 1 Mei 2020, ia merilis lagu berjudul "Ojo Mudik" yang berisi imbauan supaya masyarakat tidak kembali ke kampung halaman selama Idulfitri untuk mencegah penyebaran koronavirus meluas.[10]
Didi menikah dengan istri pertamanya Saputri pada tahun 1989. Ia dikaruniai tiga anak, tetapi hanya dua yang dilahirkan, yaitu Lintang Ayu Tyas Prastri dan Siola Putri Reginaresi. Anak pertamanya Lintang, meninggal dalam usia enam bulan, sedangkan anak ketiganya, meninggal dalam kandungan. Salah satu lagu karya Didi, "Bayi Suci", menceritakan tentang anak pertamanya. Namanya juga disebut dalam lagu tersebut.[11] Kini hanya Siola yang menjadi satu-satunya anak Didi Kempot dari Saputri yang masih hidup.[12][13]
Didi Kempot juga diketahui mengangkat seorang anak bernama Enny Suwinawati yang kemudian dibesarkannya bersama Saputri.[14] Berdasarkan keterangan dari Staso putra pertamanya, Didi Kempot menikah dengan Dian Ekawati, yang menjadi model pada video musik "Stasiun Balapan" versi pertama. Dari pernikahannya dengan Ekawati, dikaruniai tiga anak yaitu Staso, Stansa, dan Stania. Staso menyatakan bahwa namanya merupakan kependekan dari "Stasiun Balapan".[15][16]
Didi menikah lagi dengan penyanyi dangdut Yan Vellia pada tahun 2005.[17][18] Dari pernikahannya dengan Vellia, Didi dikaruniai dua orang anak, yaitu Saka Praja Adil dan Seika Zanithaqisya Prasetya.[19][20]
Didi Kempot mengatakan bahwa ia tidak menolak jika lagu-lagunya dibawakan ulang oleh penyanyi lain selama penyanyi tersebut meminta izin padanya karena setiap karya yang ia hasilkan memiliki hak cipta. Ia menganalogikan bahwa seseorang yang membawakan ulang sebuah lagu tanpa izin pihak pencipta sama dengan mencuri karya orang lain. Hingga saat ini, ia mengaku belum menerima royalti dari perihal tersebut.
Didi mengatakan, banyak musisi yang sudah tidak mengerti bagaimana menghargai hak cipta seseorang. Sebagai penulis lagu dan penyanyi, ia juga merasa dirugikan karena pembawa ulang lagu mendapat royalti, sedangkan pencipta karya tidak mendapatkannya.[21]
Didi Kempot meninggal dunia pada 5 Mei 2020 pukul 07.45 WIB dalam usia 53 tahun di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta akibat henti jantung.[22][23][24] Ia sempat mengalami sakit panas pada hari sebelumnya.[25] Jenazah Didi Kempot dimakamkan pada hari itu juga pada pukul 15.00 WIB di Tempat Pemakaman Umum Astana Jatisari Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Ngawi yang berdekatan dengan makam anak sulungnya.[24]
Gaya dan genre musik Didi Kempot dideskripsikan sebagai campursari,[26][27] congdut,[28][29] pop Jawa,[29] dan koplo.[30] Terkait penulisan lagu, Didi menuliskan lagu-lagunya dengan bahasa Jawa, dan sedikit menyisipkan kalimat berbahasa Indonesia, contohnya "daagh, selamat jalan" pada lagu "Stasiun Balapan". Teknik penulisan yang lebih menekankan bahasa Jawa dan sedikit memasukkan kalimat bahasa Indonesia membuat Didi disebut-sebut sebagai "penjaga bahasa dan tradisi Jawa dalam budaya populer".[31][32] Musik Didi Kempot dipengaruhi oleh sejumlah musisi campursari, keroncong, dan langgam Jawa seperti Manthous, Waldjinah, Mus Mulyadi, dengan menyertakan pengaruh dari dangdut.[33][34] Didi pernah berkata bahwa musik-musik karya mereka kurang memberikan perhatian kepada anak muda, sehingga ia "mencoba membuat lagu yang sekiranya anak-anak muda mau menerima.”[35] Ia kemudian meracik genre-genre campursari tersebut dan menambahkan unsur dangdut dalam lagu-lagunya sehingga lahirlah genre congdut seperti yang dikenal sekarang. Masuknya tabla dan suling bambu membuat genre ini menjadi disukai anak muda.[36]
Terkait kritikan atas singel-singelnya yang hanya bertemakan patah hati dan perpisahan, ia menganggap bahwa patah hati itu "ora sah (tidak usah) ditangisi, nek prelu (kalau perlu) justru dijogeti."[37] Walaupun begitu, ada beberapa lagu yang sama sekali tidak bertemakan patah hati, misalnya lagu terakhirnya "Aja Mudhik" (di baca "ojo mudik" yang berarti "jangan mudik" ) yang berisi imbauan bagi masyarakat untuk tidak mudik, menjaga jarak, mencuci tangan, serta tetap belajar, bekerja dan beribadah dari rumah hingga pandemi koronavirus benar-benar berakhir di Indonesia.[38] Selama belajar ilmu agama Islam bersama Gus Miftah, ia juga pernah merekam lagu "Islam Nusantara" karya Muslih[39] untuk Nahdlatul 'Ulama (NU).[40]
Tokoh-tokoh yang banyak mengutip atau membagi pengaruh bermusiknya pada Didi Kempot kebanyakan berada di jalur campursari dan koplo, seperti Nur Bayan,[41] Happy Asmara,[42] Denny Caknan, Sonny Josz, Ndarboy Genk, Dory Harsa, Hendra Kumbara,[43] Cak Diqin,[44] dan Dimas Tedjo "Blangkon".[45]
Saat ini, Didi Kempot menjadi salah satu idola kaum milenial yang akrab dengan media sosial. Sebagai penyanyi senior, ia memperlakukan penggemar layaknya sahabat. Dia bahkan tidak ragu mengajak penggemarnya bernyanyi bersama di atas panggung. Dia juga sering memberikan motivasi kepada penggemarnya agar tidak menyerah untuk berkarya.
Oleh penggemar kalangan muda, ia diberi gelar "The Godfather of Broken Heart" alias "Bapak Patah Hati Nasional" karena kepiawaiannya membawa pendengar larut dalam emosi ketika mendengarkan lagunya.[7]
Sobat Ambyar merupakan sebutan komunitas bagi penggemar Didi Kempot. Komunitas ini makin eksis seiring makin naiknya popularitas Didi Kempot, yang mereka sebut dengan "Lord Didi". Keberadaan Sobat Ambyar membuat para penggemar karya Didi Kempot menjadi lebih terorganisasi. Sebelumnya istilah "Kempoters" adalah sebutan untuk penggemar Didi Kempot namun sebutan tersebut berkembang di kalangan anak muda menjadi "Sad Boys" (untuk laki-laki) dan "Sad Girls" (untuk perempuan).
Mayoritas para penggemar Didi Kempot yang tergabung dalam komunitas Sobat Ambyar adalah generasi muda yang menunjukkan bahwa karya Didi Kempot diminati lintas generasi.[46]
Komunitas Sobat Ambyar awal terbentuk melalui sebuah acara Musyawarah Nasional Pengukuhan Awal yang diselenggarakan di Surakarta.[47]
Tahun | Judul | Dikreditkan sebagai | Peran | Keterangan | |
---|---|---|---|---|---|
Aktor | Pengisi lagu tema | ||||
2019 | Mekah I'm Coming | Tidak | Ya | — | Judul lagu: "Cidro" |
2021 | Sobat Ambyar | Ya | Tidak | Lord Didi Kempot | |
Judul | Detail album |
---|---|
Sembunyi |
|
Eling Kowe |
|
Sewu Kuto |
|
Terminal Tirtonadi |
|
Koleksi Emas Vol. 1 Stasiun Balapan |
|
Album Emas Ketaman Asmoro |
|
Sukses |
|
Top Hit 2001 Tembang Jawa Pilihan |
|
Emas Didi Kempot Yen Ing Tawang |
|
Koleksi Emas Vol. 2 Sekonyong Koder |
|
Emas Didi Kempot Sewu Kuto |
|
Didi Kempot (2002) |
|
King of Tembang Jawa |
|
Sholawat Terbaik |
|
Megatop Vol. 1 |
|
Campursari Lestari |
|
Nunut Ngiyup |
|
Hotel Malioboro |
|
Parang Tritis |
|
Megatop Vol. 2 |
|
Megatop Vol. 3 |
|
Maestro Campursari Hits 2000 Hati Yang Terluka |
|
Megatop Vol. 4 |
|
Keroncong Jawa Sepanjang Masa |
|
Lagu HITS |
|
Emas Didi Kempot |
|
Didi Kempot (2010) |
|
Gonjang Ganjing |
|
Campursari In Fantasy Orchestra |
|
Album Emas |
|
Yang Ku Mau |
|
Lagu-Lagu Terbaik Campursari |
|
Seketan Ewu |
|
Didi Kempot Dangdut Koplo (feat. Yan Vellia) |
|
Didi Kempot Get Joss |
|
Epeledhut |
|
Lady |
|
Legendaris Didi Kempot Walang Kekek |
|
Legendaris Didi Kempot |
|
Sukses Didi Kempot |
|
Ketaman Asmoro |
|
Kasmaran |
|
Didi Kempot Umbul Jambe |
|
Campursari Dangdut Koplo |
|
The Best Didi Kempot, Vol. 1 (Compilation) |
|
Didi Kempot Live Studio Session |
|
Isih Tresno |
|
Didi Kempot telah menulis sekitar 700 lebih judul lagu yang sebagian besar lagu-lagu tersebut ditulis dalam bahasa Jawa dengan tema patah hati dan kesedihan. Selain itu, beberapa lagu yang ia ciptakan memiliki ciri khas pada judul lagunya, yaitu menggunakan beberapa nama tempat, seperti "Stasiun Balapan", "Terminal Tirtonadi", "Kopi Lampung", "Perawan Kalimantan", "Parangtritis", "Pantai Klayar", "Tanjung Perak", "Tanjung Mas Ninggal Janji", "Magelang Nyimpen Janji", "Ademe Kutho Malang", "Kangen Magetan", "Kangen Nickerie". Ide tersebut muncul ketika ia sedang berjalan-jalan dan mendengar tentang cerita dari warga setempat. Dengan ciri khas tersebut, ia meyakini bahwa sebuah tempat memiliki kenangan tersendiri bagi setiap orang.[71]
Tahun | Penghargaan | Kategori | Hasil |
---|---|---|---|
2001 | Anugerah Musik Indonesia 2001 | Artis Solo Pria/Wanita Terbaik | Menang |
Anugerah Musik Indonesia 2001 | Penyanyi Terbaik | ||
2002 | Anugerah Musik Indonesia 2002 | Artis Solo/Duo/Group/Kolaborasi Terbaik | Menang |
Anugerah Musik Indonesia 2002 | Album Terbaik | ||
Anugerah Dangdut TPI 2002 | Lagu Dangdut Etnik Terbaik | ||
Anugerah Dangdut TPI 2002 | Penyanyi Rekaman Lagu Dangdut Etnik Terbaik | Nominasi | |
2003 | Anugerah Musik Indonesia 2003 | Karya Produksi Tradisional Terbaik | Menang |
Anugerah Dangdut TPI 2003 | Penyanyi Rekaman Lagu Dangdut Etnik Terbaik | ||
2005 | Anugerah Musik Indonesia 2005 | Dangdut Kontemporer | Nominasi |
2010 | Anugerah Musik Indonesia 2010 | Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik | Menang |
2011 | Anugerah Musik Indonesia 2011 | Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik | Menang |
2012 | Anugerah Musik Indonesia 2012 | Solo Pria Dangdut Kontemporer | Nominasi |
2013 | Anugerah Musik Indonesia 2013 | Produser/Penata Musik Dangdut | Nominasi |
Anugerah Musik Indonesia 2013 | Solo, Duo/Grup Dangdut Berbahasa Daerah | Menang | |
2014 | Anugerah Musik Indonesia 2014 | Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik | Nominasi |
2015 | Anugerah Musik Indonesia 2015 | Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik | Nominasi |
2016 | Anugerah Musik Indonesia 2016 | Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik | Nominasi |
2018 | Indonesian Dangdut Awards 2018 | Penyanyi Dangdut Solo Pria Terpopuler | Nominasi |
2019 | Indonesian Dangdut Award 2019 | Lagu Dangdut Terpopuler | Nominasi |
Indonesian Dangdut Award 2019 | Penyanyi Dangdut Solo Pria Terpopuler | ||
Indonesian Dangdut Award 2019 | Penghargaan Khusus Maestro Campursari | Menang | |
2020 | Anugerah Musik Indonesia 2020 | Legend Awards (bersama Nike Ardilla dan Nasution Bersaudara) | Menang |
Artis Solo Pria/Wanita/Grup/Kolaborasi Dangdut Berbahasa Daerah Terbaik ("Tulung") | Menang | ||
Total | 13X Menang |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.