Cento Vergilianus de laudibus Christi
From Wikipedia, the free encyclopedia
Cento Vergilianus de laudibus Christi[nb 1] (Cento Vergilian Perihal Kemasyhuran Kristus[nb 2]) adalah puisi Latin dari abad ke-4 Masehi yang digubah Faltonia Betitia Proba sesudah memeluk agama Kristen. Cento adalah puisi yang digubah dengan cara merangkai ulang larik-larik atau bait-bait petikan dari puisi-puisi sastrawan lain sehingga menjadi sebuah karya tulis baru. Cento Vergilianus de laudibus Christi merupakan hasil merangkai ulang larik-larik puisi karangan Vergilius dari abad ke-1 SM menjadi puisi baru tentang riwayat-riwayat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Puisi yang terdiri dari 694 larik ini mengisahkan riwayat hidup Yesus Kristus.
Cento Vergilianus de laudibus Christi (Cento Vergilian Perihal Kemasyhuran Kristus) | |
---|---|
karya Faltonia Betitia Proba | |
![]() Lima larik pertama Cento Vergilianus de laudibus Christi pada halaman naskah yang menampilkan gambar Proba memegang gulungan kitab | |
Ditulis | Abad ke-4 M |
Negara | Kekaisaran Romawi |
Bahasa | Latin |
Subjek | Agama Kristen, Perjanjian Lama dan Baru |
Genre | Cento |
Metrum | Heksameter daktilik |
Maksud penyusunannya belum dapat dipastikan, meskipun para ahli sudah mengemukakan berbagai hipotesis. Bagaimanapun juga, puisi ini akhirnya beredar luas, dan pada zaman dahulu pernah dijadikan bahan pengajaran asas-asas agama Kristen di sekolah-sekolah bersama-sama dengan De doctrina Christiana, karya tulis Agustinus dari Hipo. Sekalipun populer, puisi ini menuai kritikan maupun pujian. Dalam sebuah karya tulis yang diduga sebagai karangan Paus Gelasius I dengan nama pena, puisi ini diremehkan sebagai karya tulis apokrif. Banyak orang juga yakin bahwa Santo Hieronimus berpandangan negatif tentang pribadi Proba maupun puisi ini. Cendekiawan-cendekiawan seperti Isidorus dari Sevilla, Petrarca, dan Giovanni Boccaccio justru memuji-memuji Proba dalam karya tulis mereka, dan masih banyak lagi cendekiawan lain yang mengagumi kepiawaiannya. Meskipun dicibir sebagai puisi kacangan pada abad ke-19 dan ke-20, Cento Vergilianus de laudibus Christi dewasa ini sudah lebih dihargai para ahli.